Anda di halaman 1dari 90

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK USAHA KECIL

MENENGAH YANG TIDAK MEMILIKI LABEL HALAL


(Studi Usaha Kecil Menengah An-Nisa, di Desa Tirta Kencana
Kec. Rimbo Bujang, Kab. Tebo)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Hukum Ekonomi Syariah Pada Fakultas Syariah

Oleh:
YESI KRISMANITA SARI
NIM. 104170356

PEMBIMBING:
Dr. H.Husin Bafadhal, Lc., MA
Dra. A.Faruk. MA

FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020/2021
ii
iii
iv
v
MOTTO

ٌِؕ ‫ِ الَّ َّۡي ُٰ ِ ِؕ اََِّّٗ لَك ُُۡۡ َََُُّ ُّمبِ ۡي‬


ِ ‫ض َح ٰل اًل طَيِّباا ۖ ََّّ َۡل ََََّّبِ ُُ ۡوا ُُُُ ٰو‬
ِ ‫اس ُكلُ ۡوا ِم َّما فِى ۡاۡلَ ۡر‬
ُ َّ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الن‬

Artinya : “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang

terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah (2) :

168).

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah Subhanahu WaTa‟ala, atas

segala rahmat dan juga kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi saya

dengan segala kekurangannya. Segala syukur saya ucapkan kepada-MU Ya Rabb,

karena sudah menghadirkan orang-orang baik di sekeliling saya. Yang selalu

memberi semangat dan doa, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ayahanda Tarino dan Ibunda Sri Rejeki, yang telah membesarkan dan

membekali hidup saya serta tiada hentinya mendo‟akan saya dengan penuh

rasa saying dan kesabaran.

2. Almamater biruku yang telah memberikan banyak pengalaman berharga

3. Bapak dan Ibu Guru sejak saya duduk di bangku SD sampai SMA serta

Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dengan

penuh kesabaran

4. Diriku sendiri, terimakasih karena telah berhasil melawan ego dan mood

untuk menyelesaikan skripsi ini. Jangan puas hanya sebatas sini ya, jangan

mudah menyerah. Semangat !! Terimakasih juga untuk seluruh keluarga

besarku yang telah menyertai, memberikan saya semangat, dukungan dan

hari-hari penuh warna saat-saat kita berkumpul bersama dirumah.

vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk membahas Tinjauan hukum Islam terhadap Produk
yang tidak memiliki Label Halal serta membahas tentang Jaminan Produk Halal
yang selanjutnya disingkat JPH adalah kepastian hukum terhadap kehalalan suatu
produk yang dibuktikan dengan sertifikasi halal. Produk Halal adalah produk yang
telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana Prosedur untuk mendapatkan Label Halal pada
Produk Usaha Kecil Menengah (UKM), untuk mengetahui pengaruh label halal
dimasyarakat Desa Tirta Kencana, dan untuk mengetahui bagaimana Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tidak
memiliki Label Halal. Skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
yang mana untuk mengetahui secara langsung dan mengumpulkan data dengan
cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan penulis memperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut yang pertama
prosedur untuk mendapatkan Label Halal pada produk Usaha Kecil Menengah
(UKM) dapat diperoleh melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
(BPJPH) atau pun lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan sudah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal pasal 1. Kedua Pengaruh nya di Masyarakat ialah
masyarakat sekitar merasa nyaman dan tidak terganggu mengenai produk yang
tidak berlabel tersebut, karena mereka sudah percaya dengan apa yang diproduksi
di usaha tersebut. Lagi pula produk tersebut juga orang setitar Desa itu sendiri jadi
sudah sangat percaya walaupun tidak adanya label Halal pada kemasan tersebut.
Ketiga Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil Menengah (UKM)
yang tidak memiliki Label Halal yaitu, Islam mengatur banyak mengenai halal
dan haram dalam bidang makanan. Menghindari makanan yang haram, yang telah
dijelaskan dalam al-Quran, tetapi al-Quran atau pun Hadis tidak menegaskan
untuk melakukan sertifikasi Label Halal, kecuali untuk Undang-Undang No. 33
Tahun 2014. Dan untuk Mengkonsumsi makanan yang tidak berlabel Halal boleh
dilakukan, asalkan dalam mengkonsumsi makanan tersebut tidak akan
menimbulkan kerugian atau keburukan bagi orang yang mengkonsumsi makanan
tersebut.

Kata kunci: Hukum Islam, Produk, UKM, Label Halal

viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta anugerah yang tiada terkira, shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Rasullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam yang
telah mengajarkan suri tauladan, dan yang telah membawa kita dari jaman
jahiliyah ke jaman modern seperti yang kita rasakan sekarang dengan
kemudahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang
Tidak Memiliki Label Halal (studi Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa, Di
Desa Tirta Kencana, Kec. Rimbo Bujang, Kab. Tebo)”.
Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan
kelulusan studi pada Program Sarjana (S1) Fakultas Syariah prodi Hukum
Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Oleh
karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una,S.Ag M.H selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D selaku Wakil Dekan I Fakultas
Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.H selaku Wakil Dekan II Fakultas
Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. H. Ishaq, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Rasito, S.H., M.Hum dan Ibu Pidayan Sasnifa, S.H, M.Sy, selaku
Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah.

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................... i


PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iv
NOTA DINAS ................................................................................................. v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. BatasanMasalah.................................................................................... 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 8
E. Kerangka Teori..................................................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 23

BAB II METODE PENELITIAN ................................................................. 26


A. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................. 26
B. Pendekatan Dan Peneelitian ................................................................. 26
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 28
D. Unit Analisis Data ................................................................................ 29
E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 30
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 34
H. Jadwal Penelitian.................................................................................. 35

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... 37


A. Sejarah Berdirinya Desa Tirta Kencana ............................................... 37
B. Letak Geografi ..................................................................................... 39
C. Keadaan Topografi ............................................................................... 40
D. Keadaan Sosial .................................................................................... 40
E. Sejarah Berdirinya Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa.............. 48
F. Letak Geografi Tempat Usaha Kecil Menengah (UKM)..................... 51

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 52
A. Prosedur Untuk Mendapatkan Label Halal Pada Produk Usaha Kecil
Menengah (UKM) ............................................................................... 52
B. Pengaruh Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Yang Tidak
Memiliki Label Halal Di Masyarakat Desa Titra Kencana .................. 61
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil Menengah
(UKM) Yang Tidak Memiliki Label Halal .......................................... 65

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 71


A. Kesimpulan .......................................................................................... 71
B. Saran ..................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

xii
DAFTAR SINGKATAN
BPJPH : Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
LPPOM : Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetikan
JPH : Jaminan Produk Halal
PPH : ProsesProduk Halal
UKM : Usaha Kecil Menengah
MUI : Majelis Ulama Indonesia
SJH : Sistem Jaminan Halal
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian agama

Islam. Sebagai sistem hukum ia mempunyai beberapa istilah kunci yang perlu

dijelaskan lebih dahulu, sebab, kadang kala sangat membinggungkan, kalau tidak

diketahui persis makna tersebut. Yang dimaksud adalah istilah-istilah (1) hukum,

(2) hukum dan ahkamI, (3) syariah atau syariat, (4) fiqih atai figh dan beberapa

kata lain yang berkaitan dengan istilah-istilah tersebut.1

Hukum secara sederhana bisa diartikan sebagai peraturan-peraturan atau

seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat,

baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu

dan ditegakkan pleh penguasa.

Di samping itu, ada konsepsi hukum lain, di antaranya adalah konsepsi hukum

Islam. Dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah, tidak hanya

mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat,

tetapi juga hubungan-hubungan lainnya, karena manusia yang hidup dalam

masyarakat itu mempunyai berbagai hubungan. Hukum syariat adalah semua

ketetapan hukum yang ditentukan langsung oleh Allah yang kini terdapat di dalam

Alquran dan penjelasan Nabi Muhammad dalam kedudukan Beliau sebagai

1
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Cetakan Ke- 18, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 43.
1
2

Rasullah, yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits. Dan yang dimaksud

dengan hukum fiqih adalah ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan oleh

ijtihad para ahli hukum Islam.2

Marcus Tullius Cicero (Romawi) dalam De Legibus menyatakan hukum adalah

akal tertinggi (the highest reason) yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia

untuk menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Perbuatan

manusia, antara yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan, merugikan atau

tidak merugikan, bertentangan dengan norma yang ditetapkan oleh negara atau

tidak merupakan beberapa unsur yang menentukan rumusan mengenai hukum.

Adapun hukum Islam biasanya disebut dengan beberapa istilah atau nama yang

masing-masing menggambarkan sisi atau karakteristik tertentu hukum tersebut.

Setidaknya ada empat nama yang sering dikaitkan kepada hukum Islam, yaitu

Syariah, fiqih, hukum syarak, dan qanun. Syariah biasanya dipakai dalam dua

pengertian, dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, syariah merujuk

kepada himpunan norma atau petunjuk yang bersumber kepada Wahyu Ilahi untuk

mengatur sistem kepercayaan dan tingkah laku konkret manusia dalam berbagai

dimensi hubungan. Dengan demikian, syariah dalam arti luas meliputi dua aspek

agama Islam, yaitu akidah dan amaliah.

Aspek amaliah dari syariah dalam arti luas sering disebut syariah juga, yaitu

syariah dalam arti sempit yang merujuk kepada himpunan norma yang bersumber

kepada Wahyu Ilahi yang mengatur tingkah laku konkret manusia dalam

2
Ibid, hlm. 51
3

berbaagai dimensi hubungannya. Dengan demikian, syariah dalam arti sempit

merupakan bagian dari syariah dalam arti luas.Syariah dalam arti sempit inilah

yang biasanya disebut hukum, yaitu hukum islam. 3

Fiqih adalah istilah lain yang digunakan untuk menyebut hukum islam. Istilah

ini biasanya dipakai dalam dua arti.Pertama, dalam arti ilmu hukum atau parallel

dengan istilah jurisprudence dalam bahasa Inggris sehingga dengan demikian

fiqih merujuk kepada pengertian cabang studi yang mengkaji hukum Islam.Kedua

dipakai dalam arti hukum itu sendiri, dan parallel dengan istilah law dalam bahasa

Inggris. Dalam arti ini fiqih merupakan himpunan norma atau aturan yang

mengatur tingkah laku, baik berasal langsung dari Al-quran dan sunnah Nabi saw.

Maupun dari hasil ijtihad para ahli hukum islam. Umumnya dalam pratik, fiqih

dalam arti kedua ini dipakai secara identik dengan syariah dalam arti

sempit.Perbedaannya hanya pada sisi penekanan dimana syariah menggambarkn

dan menekankan bahwa hukum islam berdimensi Ilahi dan bersumber kepada

Wahyu Allah, sedangkan fiqih menggambarkan karakteristik lain dari hukum

islam, yaitu meskipun berkarakter ilahiah, penerapan dan penjabarannya dalam

kehidupan riil dan konkret masyarakat sepenuhnya merupakan upaya manusiawi.

Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntutan Kehidupan.

Disamping itu merupakan anjuran yang dimiliki dimensi ibadah. Hal ini dapat

dibuktikan dengan ungkapan, sesungguhnya kami telah menempatkan kamu

sekalian dimika bumi dan kami adakan bagimu dimukabumi (sumber)

3
Mustofa, Hukum Islam Kontemporer, Cetakan Ke-1, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), hlm.
1.
4

penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur (Q.S.Al-A‟raf:10).4 Pada

kesempatan lain dikatakan, Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,

maka berjalanlah (mencari rezeki kehidupanlah) di segala penjurunya dan

makanlah sebagian dari rezeki-nya. Hanya kepada-Nyalah kamu (kembali

setelah) dibangkitkan (Q. S. Al-Mulk:5)5. Untuk itulah Allah SWT berfirman,

kami jadikan siang untuk mencari penghidupan (Q. S. An-Naba‟: 11)6.

‫كادَ ال َف ْق ُر أنْ َي ُك ْو َن ُك ْفرً ا‬

Artinya : “Hampir-hampir kefakiran (kemiskinan) itu menjadi kekafiran”.7

Berdasarkan ungkapan al-Quran dan hadis di atas jelas menunjukkan bahwa

harta (kekayaan materi) merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan

kaum muslimin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Islam tidak

menghendaki umatnya hidup dalam ketertinggalan dan keterbelakangan ekonomi,

sejalan dengan ungkapan dari sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam al-

Baihaqi dalam kitab “Syu‟abul Iman”.

Bahwa semasa hayatnya, Rasulullah SAW sering memberikan nasihat ekonomi

kepada kaum muslimin, seperti yang dikemukakan dalam sebuah hadis (riwayat

Ibnu Majjah dan Hakim dari Abu Hurairah):

ْ ُ‫ظهِ َى أو أ‬
‫ظهَ َى‬ ْ َ‫ك ِي ٍْ أَ ٌْ أ‬
َ ِ‫ َوأَعُى ُذ ب‬،‫ َوان ِّذنَّ ِة‬،‫ َو ْانقِه َّ ِة‬،‫ك ِيٍَ ْانفَ ْق ِز‬
َ ِ‫انهّهُ َّى إَِّي أَعُى ُذ ب‬

4
Al-A‟raf (7): 10.
5
Al-Mulk (67): 5.
6
An-Naba‟ (78): 11.
7
Imam al-Baihaqi, syu‟abul iman, edisi Abu nu‟aim Al-Ashbahani dalam “Hilyatul Auliyaa” dan
Al-Uqaili dalam “Adh-Dhu‟afaa” dan Ibnu Adi dalam “Al-Kamil”, hadis nomor 6612.
5

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekurangan, dan

kehinaan dan aku berlindung kepada-mu dari (kondisi) didzalimi dan mendzalimi

orang lain.8

Atas dasar itu, dapat dinyatakan aktivitas ekonomi dalam pandangan Islam

bertujuan untuk:

1. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana

2. Memenuhi kebutuhan keluarga

3. Memenuhi kebutuhan jangka panjang

4. Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan

5. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah SWT

Untuk bidang kegiatan perekonomian, Islam memberikan aturan hukum yang

dapat dijadikan sebagai pedoman, baik yang terdapat di dalam Al-quran maupun

sunnah Rasulullah SAW. Hal- hal yang tidak diatur secara jelas dalam kedua

sumber tersebut diperoleh ketentuannya dengan cara ijtihad.

Sertifikasi halal ialah dokumentasi non-perizinan berupa sertifikasi yang

menyatakan bahwa suatu produk sudah menggunakan bahan baku serta diolah

dengan menggunakan metode produksi yang sudah diketahui dan memenuhi

kriteria syariat Islam.9

8
Hadis Riwayat Ibnu Majjah dan Hakim dari Abu Hurairah
9
Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam Cetakan ke-1 (Jakarta Timur: Sinar Grafika Offset, 2012),
hlm. 4.
6

Sejak disahkannya Undang-Undang No.33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk

Halal, telah diatur bahwa setiap produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan

di wilayah Indonesia wajib bersertifikasi Halal, kecuali produk haram. Yang

dikategorikan „produk‟ pada perundang undangan ini mencakup: barang dan/jasa

yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk

biologi, produk rekayasa genetic, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan,

atau dimanfaatkan oleh masyarakat (pasal 1.1).10Dengan diberlakukannya

Undang-Undang ini, „Halal‟ bukan lagi merupakan pilihan atau gaya hidup,

melainkan sudah menjadi bagian dari proses bisnis.11

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal ada

untuk menjamin kepastian hukum tentang penjamin produk halal. Dengan

berlakuknya UU ini, maka bagi pelaku usaha kuliner atau produk pangan, izin

edar yang wajib kita miliki akan bertambah, karena selain wajib memiliki izin

Edar dari lembaga BPOM RI atau Dinas Kesehatan Setempat (SPP-IRT), kita juga

harus memiliki izin edar berupa Sertifikasi Halal ini.

Kecamatan Rimbo Bujang merupakan kecamatan yang paling maju diwilayah

Kabupaten Tebo, dengan jumlah penduduk paling tinggi dan tingkat Pendidikan

yang tinggi pula.Rimbo Bujang menjadi tempat percontohan Lokasi Transmigrasi

yang berhasil. Karena Rimbo Bujang telah berhasil dalam memenuhi kebutuhan

pokok dengan menghasilkan suatu produk pangan, berbagai sayuran dan buah,

10
Pasal 1 ayat (1)
11
“Artikel wawasan bisnis,” Https:/www.ukmindonesia.id/baca artikel, akses 09 Oktober 2020.
7

tempat-tempat wisata yang bisa mengahasilkan pundi pundi rupiah yang tentu saja

akan membantu perekonomian masyarakat sekitar.

Kecamatan Rimbo Bujang banyak ditemui berbagai sentra UKM Olahan

Makanan yang merupakan hasil olahan produk rumahan ataupun pabrik.

Keunggulan UKM makanan ringan di Kecamatan Rimbo Bujang yang mana

sebagian besar bahan bakunya merupakan hasil produk pertanian lokal. Hal ini

tentu saja sangat mendukung sektor pertanian itu sendiri.12

Kecamatan Rimbo Bujang meskipun sudah bisa menghasilkan produk pangan

sendiri dengan bisa menghasilkan produk UKM, akan tetapi nyatanya dalam

proses produksi masih cukup banyak kendala yang harus dihadapi oleh suatu

rumah produksi pangan UKM.Tak jarang produk pangan yang telah mereka

hasilkan masih ada yang belum memiliki label Halal, sehingga hanya di

distribusikan kedaerah-daerah sekitar Rimbo Bujang saja. Tidak adanya label

halal pada produk dikarenakan cukup sulit dan memerlukan banyak biaya dalam

prosesnya, sehingga tidak mencantukan label halal pada kemasan atau pun produk

yang mereka produksi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, ada beberapa permasalahan yang

dijadikan rumusan masalah, yaitu:

12
Wawancara Dengan Hendra, Petugas Desa Tirta Kencana, Kec. Rimbo Bujang, Kab.Tebo, 10
Oktober 2020.
8

1 Bagaimana Prosedur untuk Mendapatkan Label Halal Pada Produk Usaha

Kecil Menengah (UKM) ?

2 Bagaimana Pengaruh Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tidak

Memiliki Label Halal Pada Masyarakat Desa Tirta Kencana ?

3 Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil

Menengah (UKM) yang tidak Memiliki Label Halal ?

C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah serta tidak menyalahi sistematika penulisan karya ilmiah

sehingga bisa memberikan hasil yang kita inginkan, maka penulis harus

membatasi masalah yang akan penulis teliti, pembatasan masalah ini perlu

dilakukan oleh peneliti agar pembahasan tidak meluas dan menyimpang dari apa

yang akan dibahas, di samping itu juga untuk mempermudah penulis dalam proses

penelitian. Oleh karena itu, maka penulis membatasi penelitian ini hanya

membahas tentang Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tidak Memiliki

Label Halal di Desa Tirta Kencana, Kec. Rimbo Bujang, Kab. Tebo.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dengan melihat latar

belakang masalah dan rumusan maasalah diatas adalah sebaagai berikut:

1. Untuk mengetahui prosedur untuk mendapatkan label halal pada produk

Usaha Kecil Menengah (UKM).

2. Untuk mengetahui pengaruh produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

tidak memiliki label halal di masyarakat Desa Tirta Kencana.


9

3. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap produk yang tidak

memiliki label Halal.

Dengan tercapainya tujuan-tujuan penelitian tersebut, maka ada beberapa

kegunaan (manfaat) yang dapat diambil, antara lain:

1. Untuk membuka cara berfikir dan merubah wawasan penulis dalam

menyusun karya Ilmiah.

2. Untuk pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan pengetahuan terutama di bidang Hukum Syariat dan Muamalah.

3. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata

satu (SI) pada Fakultas Syariah jurusan Hukum Ekonomi Syariah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thoha Syarifuddin Jambi.13

E. Kerangka Teori

1. Teori Mashlahah

Mashlahah bisa diartikan sebagai sesuatu yang lengkap dan dalam kondisi

baik, serta bisa berfungsi dan berguna untuk tujuan yang akan digunakan, oleh

karena barang yang diadakan itu tidak akan menimbulkan kerugian atau pun

kerusakan.

Muhammad al-Amiri berpendapat bahwa mashlahah ialah, suatu benda yang

memunculkan kebaikan, kegunaan, kebenaran dan sesuai dengan tujuan yang

telah diharapkan. Sedangkan najm al-Din al-Tufi juga mengemukakkan

13
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Cetakan Ke-2, (Jambi: Syariah Press, 2014),
hlm. 187.
10

pendapatnya mengenai apa itu mashlahah, bahwa mashlahah bisa diartikan

sebagai keadaan sebuah benda yang dalam bentuknya yang sempurna, dan

memiliki kegunaan serta fungsinya sesuai dengan tujuannya.14

Ibn al-Manzur berpendapat bahwa mashlahah ialah kata benda dalam bentuk

jamak yaitu kata kerja yang berlawanan arti yaitu rusak atau binasa. Al-Razi dan

al-Fairuzabadi memberikan pendapat yang sama yaitu mashlahah berarti antonim

dari kata istafsada.

Adapun al-Syarnubi berpendapat bahwa mashlahah ialah segala perbuatan

yang akan mendatangkan kebaikan. Beberapa ahli hukum termuka dan Mustafa

Zaid juga berpendapat bahwa mashlahah adalah sesuatu yang berarti hal yang

baik. 15

Secara terminologi, mashlahah bisa diartikan yaitu mendapat manfaat dan

menolak bahaya dalam suatu yang bertujuan menjaga syara atau hukum Islam.

Pengertian mashlahah secara etimologi ialah berasal dari kata al-salah yang

artinya manfaat dan kebaikan, jadi kalau dalam bentuk jamaknya berarti sesuatu

yang banyak kebaikan dan banyak manfaatnya.16

Imam al-Ghazali berpendapat suatu kemashlahatan itu memang harus

bertujuan dengan syara meskipun itu bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia.

Berbeda lagi dengan Imam Syatibi ia berpendapat bahwa mashlahah ialah

14
Hasnan Bachtiar, “Mashlahah Dalam Formasi Teori Hukum Islam”, dalam Resist, Center for
Religious and Social Studies, (Malang, Vol IV, 2009), hlm. 278
15
Ibid, 278
16
Muhammad Harfin Zuhdi, “Formulasi Teori Mashlahah dalam Paradigma Pemikiran Hukum
Islam Kontemporer”, dalam Instutut Agama Islam Negeri (IAIN), (Mataram, Vol 12, 2013), hlm.
290-292.
11

pemahaman tentang hak-hak manusia dan menolak kerusakan atupun kerugian.

Menurut Said Ramadlan al-Buthi, mashlahah diartikan sebagai manfaat yang

diperoleh dari Allah SWT yang maha bijaksana untuk kepentingan hamba-

hambanya dalam pemelihara segala sesuatu.

Berdasarkan uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mashlahah

dapat diartikan sebagai segala sesuatu perbuatan hukum yang didalamnya

mengandung manfaat serta kedamaian bagi semua manusia dan bertujuan sesuai

syara (hukum Islam). Dengan demikian, mashlahah dapat dijadikan sebagai

metode Istin banth yang bisa memberikan ruang gerak yang cukup luas dalam

pembentukan hukum Islam dan memecahkan masalah kontempoer. 17

Dari penjelasan diatas peneliti memberikan pendapat mengenai apa itu

mashlahah. Menurut peneliti mashlahah adalah sesuatu yang mendatangkan

kebaikan, kegunaan, kesempurnaan, bermanfaat, berfungsi seuai dengan tujuan

yang telah dibuat untuk menyelesaikan suatu yang menjadikan masalah, serta

tidak akan menimbulkan kerugian ataupun keburukan bagi sesorang.

2. Hukum Islam

Kata hukum Islam tidak ditemukan sama sekali di dalam al Qur‟an dan

literatur hukum dalam Islam. Yang ada dalam al Qur‟an adalah kata syariah, figh,

hukum Allah dan yang seakan dengannya. Kata-kata hukum Islam merupakan

terjemahan dari “ISLAMIC LAW” dari literatur barat.

17
Muhammad Harfin Zuhdi, “Formulasi Teori Mashlahah dalam Paradigma Pemikiran Hukum
Islam Kontemporer”, hlm. 290-292.
12

Hukum Islam merupakan rangkaian kata “hukum” dan “Islam”, secara terpisah

hukum dapat diartikan sebagai seperangkat peraturan tentang tingkah laku

manusia yang diakui sekelempok masyarakat, disusun oleh orang-orang yang

diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat seluruh anggotanya.18

Perkataan hukum berasal dari bahasa Arab, yaitu hukm, yaitu norma atau

kaidah, yakni ukuran, tolak ukur, patokan, pedoman yang digunakan untuk

menilai tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Hubungan antara

perkataan hukum dalam bahasa Indonesia dengan hukm dalam pengertian norma

dalam bahasa Arab sangat erat, sebab setiap peraturan mengandung norma atau

kaidah sebagai inti.

Menurut Oxford English Dictionary, hukum adalah kumpulan aturan baik

sebagai hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan, di mana suatu negara

atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai anggota atau sebagai subjeknya,

orang yang tunduk padanya atau pelakunya. Menurut Hooker, hukum adalah

setiap aturan atau norma di mana perbuatan-perbuatan terpola. Blackstone

berpendapat, hukum alalah suatu aturan bertindak dan diterapkan secara tidak

pandang bulu kepada segala macam perbuatan baik yang bernyawa maupun tidak,

rasional maupun irasional.

Secara sederhana hukum adalah seperangkat peraturan tentang tingkah laku

manusia yang diakui oleh sekelompok masyarakat disusun orang-orang yang

18
Ando Friska, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Penerapan Potongan Dalan Jual Beli Kopi”,
Hasil Penelitian Kompetitif Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, (2018), hlm. 1
13

diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat untuk seluruh

anggotanya.

Secara harfiah “Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang

mengandung arti selamat, sentosa, damai, sejahtera. Kata salima kemudian diubah

menjadi aslama yang berarti berserah diri, memelihara dalam keadaan selamat

sentosa, tunduk, patuh dan taat. Orang mengikuti Islam, ia akan memperoleh

keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Secara terminologis Islam

adalah agama Allah yang ajarannya diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai

rasul untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.

Hukum Islam bisa dilihat dari dua aspek yaitu pengertian luas dan pengertian

sempit. Hukum Islam dalam pengertian luas meliputi segala macam hala, baik

yang bersifat kemanusiaan maupun ketuhanan. Keduanya merupakan kesatuan

rangkaian hubungan antara manusia dan Allah, manusia dengan manusia, dan

manusia dengan alam sekitar. Pengertian dalam arti luas ini mengilustrasikan

makna keseluruhan hukum yang tidak dapat dipisahkan dari kesusilaan yang tidak

hanya menyangkut hak, kewajiban dan paksaan tapi juga menyangkut hukum

yang lima seperti wajib, sunnah, ja‟iz, makruh dan haramm, bahkan menyangkut

pahala, dosa, pujian, celaan, dan pembiyaan.

Jika didefenisikan hukum dihubungkan dengan Islam, maka definisi hukum

dalam arti sempit ialah seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah

Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat
14

untuk semua orang yang beragama Islam. Dengan demikian hukum Islam dapat

berwujud fiqh atau syariah. 19

Hasbi Ash-Shiddiqy memberikan definisi hukum Islam dengan “koleksi daya

upaya fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan

masyarakat”.20Pengertian hukum Islam dalam definisi ini mendekati kepada

makna figh.

Bila hukum dihubungkan dengan Islam, maka hukum Islam berarti:

“seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang

tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat

untuk semua umat yang beragama Islam”.21

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian agama

islam. Sebagai sistem hukum ia mempunyai beberapa istilah kunci yang perlu

dijelaskan lebih dahulu, sebab, kadangkala membinggungkan, kalau tidak

diketahui terlebih dahulu maknanya.

Hukum Islam adalah semua ketetapan hukum yang ditentukan langsung oleh

Allah yang kini terdapat di dalam Alquran dan penjelasan Nabi Muhammad dalam

kedudukan Beliau sebagai Rasullah, yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab

hadits.

19
Sahid, Hukum Islam Di Indonesia, (Surabaya:Pustaka Idea, 2016), hlm.14.
20
Hasbi Ash-Shiddiqy, Pengatar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975). hlm.7
21
Rahmi Hidayati, Dinamika Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah, Cetakan Ke-1, (Jakarta
Selatan: Gaung Persada Press Goup, 2013), hlm. 7.
15

Adapun hukum Islam biasanya disebutkan dengan beberapa istilah atau nama

yang masing-masing menggambarkan sisi atau karakteristik tertentu hukum

tersebut. Setidaknya ada empat nama yang sering dikaitkan kepda hukum Islam,

yaitu syrih, fiqih, hukum syarak, dan qanun. 22

3. Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Usaha menurut etimologi

berarti bekerja sedangkan menurut termenologi berarti kegiatan dengan

mengarahkan tenaga (fikiran dan bahan) untuk mencapai suatu maksud

tertentu.Usaha kecil adalah orang yang berani membuka lapangan pekerjaan

dengan kekuatan sendiri, tetapi juga menguntungan masyarakat, karena dapat

menyerap tenaga kerja yang memerlukan pekerjaan.23

Usaha kecil adalah industry kerajinan dan industry rumahan yang dibina

menjadi usaha yang menjadi efesiensi dan mampu berkembang mandiri,

meningkatkan peranan dalam menyediakan barang dan jasa dalam berbagai

komponen baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun luar negeri.24

Usaha kecil menengah, biasanya disingkat UKM, adalah sebuah istilah yang

mengacu ke jenis usaha keciil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp200.000.000,00, tidak termasuk tanah dan bangun tempat usaha, serta

merupakan usaha yang berdiri sendiri.

22
Mustofa, Hukum Islam Kontemporer, Cetakan Ke-1, (Jakarta:Sinar Grafika Offset, 2009), hlm.
1.
23
Leni Setiawardani, “Analisis Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Pesantren
Annabila”, Sripsi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, (2015), hlm. 14.
24
Ibid, hlm. 15.
16

Usaha kecil dan menegah umumnya merupakan usaha yang pemiliknya

mempunyai jalur komunikasi langsung dengan kegiatan operasi dan juga dengan

sebagian besar tenaga kerja yang ada dalam kegiatan usaha tersebut, biasanya

hanya memperkerjakan tidak lebih dari lima puluh orang.

Menurut Keputusn Presiden RI No. 99 tahun 1998 Pengertian usaha kecil25

adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang

secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil, dan perlu dilindungi untuk

mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.26

UKM secara internasional adalah ukuran yang luar biasabukan saja karena

jumlah mereka yang besar, namun terutama karena kontribusinya terhadap

pekerjaan.27

UKM di Indonesia didefinisikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pada pasal 128. Usaha

kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukaan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasi, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
25
Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun 1998 tentang pengertian usaha kecil
26
Kusinwati, manajemen usaha kecil dan menengah, Cetakan Ke-1, (Tanggerang: Loka Aksara,
2019), hlm. 3.
27
Andjar Prasetyo, UKM, kelayakan Usaha dan Penilaian Kinerja, Cetakaan Ke-1, (Jakarta
Selatan: Indocamp, 2018), hlm. 9.
28
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Pasal 1.
17

perusahaan atau cabang perusahan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak lngsung dengaan Usaha Kecil atau Usaha Besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahun sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.29

Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(Menegkop dan UKM) Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah

entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000, tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan

paling banyak Rp1.000.000.000. Sementara itu Usaha Menengah (UM)

merupakan entitas usaha milikwarganegara Indonesia yang memiliki kekayaan

bersih lebih besar dari Rp200.000.000 s.d Rp10.000.000.000, tidak termasuk

tanah dan bangunan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS). UKM berdasarkan kualitas tenaga kerja,

yaitu usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5

s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki

tenaga kerja 20 s.d 00 orang.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27

Juni 199430. Usaha Kecil di definisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang

telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun

setinggi tingginya Rp600.000.000 atau aset/aktiva setinggi tingginya

Rp600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati). Terdiri dari: (1)

29
Ibid. hlm.15
30
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994
18

bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industry

rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambahan hutan, penambangan,

pedagang barang, dan jasa).

Berdasarkan definisi diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa Usaha Kecil

Menengah (UKM) ialah suatu usaha yang dimana pekerjanya terdiri dari 5 s.d 20

orang yang dimana memiliki kekayaan bersih Rp200.000.000 dan tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak

Rp1.000.000.000.

4. Label Halal

Label merupakan bagian dari kemasan dan mengandung suatu informasi

tentang produk yang tercetak pada kemasan. Konsumen bisa mengetahui

informasi mengenai nama produk, komposisi dan bahan bahan apa saja yang

digunakan dalam proses produksi tersebut, berat isi dan bersih, nama dan alamat

produk, tanggal bulan kadaluarsa, wilayah produksi dan mengenai informasi

keterangan label halal.

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 69 Tahun 1999 tentang label halal

dan iklan pangan31 menyebutkan label adalah setiap keterangan mengenai pangan

yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya (gambar dan tulisan), atau

bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada

atau merupakan bagian kemasan pangan.

31
Peraturan Pemerintahan Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Halal dan Iklan Pangan,
Ketentuan Umum.
19

Pencantuman label tidak mudah lepas dari kemasan, tidak luntur atau rusak,

serta terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca.

Serta dibuat dengan semenarik mungkin dari bentu tulisan serta gambar yang

digunakan. Biasanya pencantuman label ini terletak di bagian atas kanan kemasan

maupun kiri atas kemasan. Untuk pernyataan halal tersebut, wajib memeriksa

terlebih dahulu pangan tersebut pada lembaga pemeriksa yang telah diakreditasi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.32

Halal berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti sesuai dengan syariat atau

diijinkan. Lawan kata dari Halal adalah Haram yang mempunyai pengertian tidak

disyariatkan atau dilarang. Penduduk Indonesia mayoritas beragama islam,

penting baginya untuk mengkonsumsi produk halal, maka pemerintah harus cepet

turun tangan menangani masalah halal haram pada produk-produk makanan yang

beredar diindonesia.33

Halal secara etimologi berarti hal-hal yang boleh dilakukan karena bebas atau

tidak terikat dengan ketentuan yang melarangnya. Sertifikasi halal adalah fatwa

tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan kehalalan suatu

produk sesuai dengan syariat. Sertifikasihalalinimerupakan syarat

untukmendapatkan izin pencantuman lbel halal pada kemsan produkdari instasi

pemerintah yang berwewenang. Menurut Burhanuddin produk halal adalah

produkyang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam.

32
http://disperindag.sumbarprov.go.id/details/news/4699, akses 15 Desember 2020.
33
Dwi Zulfa,”Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap Makanan Yang Tidak
Berlebel Halal Oleh MUI Provinsi Jambi”, Hasil Penelitian Kompetitif UIN STS Jambi, (2019),
hlm. 14.
20

Pengertian halal menurut Departement Agama dalam KEPMENAG RI No.518

Tahun 2001 dan penetapan pangan halal adalah tidak mengandung unsure atau

bahan haram untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengelolaannya tida bertentangan

dengan syariat Islam.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan dan Menteri Agama R.I NOMOR

427/MENKES//VIII/1985NOMOR: 68 Tahun 1985 Tentang Pencantuman

Tulisan Halal pada Label makanan pada pasal 234: Produsen yang mencantumkan

tulisan halalpada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab

terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemelukAgama Islam.

Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2003 tentang

standarisasi fatwa halal menegaskan bahwa “Tidak boleh mengkonsumsi dan

menggunakan bahan campuran bagi komponen makanan/minuman yang

menimbulkan rasa/aroma (flovor) benda-benda atau binatang yang diharamkan,

seperti mie instan rasa babi, bacon flavor, dll”35.Sertifikat halal adalah fatwa

tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat

Islam. Sertifikasi halal ini merupakan syarat untuk mencantumkan lebel halal.

Undang-Undang yang mengatur tentang sertifikasi halal adalah Undang-

Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal.Sertifikasi halal

dikeluarkan oleh BPJPH setelah ditetapkan status kehalalan oleh fatwa MUI.

34
Keputusan Menteri Kesehatan dan Menteri Agama R.I No. 427/MENKES//VIII/1985NOMOR:
68 Tahun 1985 Tentang Pencantuman Tulisan Halal pada Label makanan pada pasal 2
35
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2003 tentang standarisasi fatwa Halal.
21

Dalam melaksanakan wewenangnya BPJPH bekerja sama dengan kementrian

dan/atau lembaga terkait, LPH (Lembaga Pemeriksaan dan MUI.)36

Untuk makanan halal, al-Quran dan hadits memberikan kriteria bahwa

makanan halal yaitu makanan yang thayib. Disebutkan halal dan thayib jika

memenuhi tiga kriteria yaitu sesuai dengan selera alamiah manusia, serta

diperoleh dengan cara yang benar dan dipergunakan untuk hal yang benar. Syaikh

Sayyib Sabiq dalam Figh Sunnah menyatakan bahwa sesuatu disebutkan halal

apabila Al-Quran dan hadits menjelaskan hal itu dan tidak melarangnya.37

Label Halal adalah tanda kehalalan suatu Produk. Produk halal adalah produk

yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam. Jaminan Produk Halal

adalah kepastian hukum terhadap kehalalan suatu produk yang dibuktikan dengan

sertifikasi halal. Sertifikasi Halal adalah pengakuan kehahalan suatu produk yang

dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)

berdasarkan fatwa halal tertulis yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI). 38

36
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014, Tentang Jaminan Produk Halal: Pasal 7
37
Yani Suryani, Panduan Halal Dan Haram Untuk Anak, Cetakan Ke-1, (Jakarta Timur: PT
Luxima Metro Media, 2013), hlm. 3.
38
Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, Pasal 1 ayat 11, 2, 5,
10.
22

F. Tinjauan Pustaka

Dalam proses pembuatan skripsi, tinjauan pustaka sangat diperlukan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan penulis teliti. Sekaligus

tinjauan pustaka dijadikan studi perbandingan terhadap penelitian-penelitian

sebelumnya.

Berdasarkan dari studi pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa

penelitian sebelumya yang cukup relevan dengan penelitian yang penulis lakukan,

yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Leni Setiawardani Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul, “Analisis

Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Pesantren Annabila”.39Skripsi

ini membahas tentang bagaimana pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Di Pesantren Annabila, yang mana mereka diajak untuk berwirausaha dengan

merintis usaha kecil menengah yaitu memproduksi mukena (pembuatan mukena).

Akan tetapi pada perusahaan tersebut mereka merekrut santri-santri untuk menjadi

karyawan dengan tidak memilih-memilih terlebih dahulu, sehingga berakibat

kurang baik dan menimbulkan problematika atau permasalahan-permasalahan

yang dihadapi diperusahaan tersebut. Berbeda dengan penelitian yang peneliti

lakukan lebih fokus kepada Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang Tidak

39
Leni Setiawardani, “Analisis Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Pesantren
Annabila”, Skripsi Mahasiswa Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Islam, UIN
Walisongo, Juni 2015.
23

Meiliki Label Halal. Serta Bagaimana Prosedur Untuk Mendapatkan Sertifikasi

Label Halal.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Multazam Nasruddin Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Makassar dengan judul, “Analisis Peran Usaha Kecil

Menengaj (UKM) Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Karyawan (studi

kasus Di CV. Citra Sari Kota Semarang).40Skripsi ini membahas tentang

bagaimana peran UKM terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Karyawan Pada

UKM Citra Sari tersebut. Penelitian tersebut fokus pada peningkatan Ekonomi,

berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan lebih fokus kepada Produk Usaha

Kecil Menengah (UKM) yang Tidak Meiliki Label Halal. Serta Bagaimana

Prosedur Untuk Mendapatkan Sertifikasi Label Halal.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ade Raselawati mahasiswa Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul, “ Pengaruh Perkembangan

Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM Di

Indonesia”.41 Skripsi ini membahas tentang pengaruh perkembangan Usaha Keci

Menengah (UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di

Indonesia. Dimana variable yang paling dominan yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia adalah ekspor UKM, hal ini

sejalan dengan teori beberapa ahli ekonomi David Ricardo, Adam Smith dan Mill

yang telah menunjukan bahwa perdagangan luar negeri dapat memberikan


40
Multazam Nasruddin, “Analisis Peran Usaha Kecil Menengah (UKM) Terhadap Peningkatan
Ekonomi Keluarga Karyawan”,Skripsi Mahasiswa Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi
Islam, UIN Makassar, November 2016.
41
Ade Reselawati, “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Pada Sektor UKM Di Indonesia”, skripsi mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei 2011.
24

beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan mempercepat perkembangan

ekonomi suatu negara. Penelitian juga lebih fokus untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi disektor UKM, berbeda dengan penelitian yang peneliti

lakukan lebih fokus kepada Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang Tidak

Meiliki Label Halal. Serta Bagaimana Prosedur Untuk Mendapatkan Sertifikasi

Label Halal.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, walaupun sama-sama meneliti tentang

Usaha Kecil Menengah (UKM) namun berbeda fokus penelitian dimana penelitian

sebelumnya membahas tentang bagaimana Pengembangan Usaha Kecil Menegah

(UKM), membahas bagaimana Peran Usaha Kecil Menengah (UKM) terhadap

perekonomian masyarakat sekitar, dan Bagaimana Pengaruh Perkembangan

Usaha Keci Menengah (UKM) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor

UKM Di Indonesia. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih fokus

kepada Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang Tidak memiliki label Halal,

prosedur untuk mendapatkan lebel Halal serta pengaruhnya di dalam masyarakat

sekitar dan di tinjau dari hukum Islam Terhadap Produk yang tidak Memiliki

Label Halal.
25

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam

pengumpulan dan analisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Langkah

langkah yang harus dilakukan harus berpedoman pada suatu pengetahuan untuk

tujuan dan kegunaan penelitian tersebut.

Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat peneliti melakukan penelitian berada di Usaha Kecil Menengah

(UKM) An-Nisa, Desa Tirta Kencana, kec. Rimbo bujang, kab. Tebo.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada 09 November 2020 – 09 Februari 2021.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sosial Islam. Karena itu, pendekatan yang

akan digunakan adalah kualitatif dan bukannya pendekatan kuantitatif yang

positifistik. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diperoleh pemahaman

dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dan fakta yang relevan. Sebagai

sebuah studi kasus, penelitian ini juga ingin mengurai serta menjelaskan secara

komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu

organisasi, suatu program atau suatu situasi sosial. Dalam bahasa filsafat
25
26

posmodernisme, metode ini dapat disebut dengan metode hermeneutik. Jadi

hermeneutik disini dijadikan sebagai metode untuk menjelaskan fenomena teks

yang tersimpan dalam perilaku sosial sebagai tempat tumbuhnya.42

Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang terjadi atau alami oleh subjek penelitian misalnya pelaku, presepsi,

motivasi, tindakan, dll secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.43

Penelitian ini menggunakan penelitian observasi dan wawancara dimana,

wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka

dan Tanya jawab langsung antara melibatkan berbagai faktor dalam

pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap

dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena

yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk

penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan

gejala-gejala alam.

42
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Cetakan Ke-2, (Jambi: Syariah Prees,
2014), hlm. 178.
43
“Pendekatan Dalam Penelitian Kualitatif,” http:// www-kompasiana-com.cdn.amproject, akses
13 Agustus 2019.
27

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) jenis sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

melakukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Data primer

di sini merupakan data pokok yang diperoleh melalui hasil wawancara yang

dilakukan penulis di lapangan44. Data primer ini ialah data yang penulis dapatkan

saat melakukan observasi langsung di lapangan dan dalam bentuk file mentah

yang akan selanjutnya diolah menjadi sebuah data yang dapat membantu

penelitian dalam memberikan informasi. Data yang termasuk dalam penelitian ini

adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang berkenaan dengan

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Yang

Tidak Memiliki Lebel Halal (Studi Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa, Desa

Tirta Kencana, Kec. Rimbo Bujang, Kab. Tebo).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Dalam penelitian ini,

yang dimaksud dengan data sekunder adalah data-data yang mendukung data

primer, yang biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Sumber

44
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, hlm. 195-196
28

yang didapat dari referensi-referensi buku, internet, dan hasil penelitian yang telah

disusun menjadi dokumen.45 Data sekunder disini berisikan informasi yang telah

peneliti peroleh melalui wawancara langsung serta beberapa data yang bisa

membantu menambah informasi di data primer. Data-data tersebut berupa

dokumen-dokumen dari pemilik usaha tersebut serta beberapa dokumentasi

peneliti dengan pemilik usaha.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah sumber objek dari mana data dapat

diperoleh. Sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah pemilik Usaha,

Karyawan, Masyarakat sekitar, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan beberapa

Anak Sekolah. Posisi narasumber sangat penting, bukan hanya sekedar memberi

respon melainkan juga sebagai pemilik informasi.

D. Unit Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis memilih tempat Usaha Kecil Menengah (UKM) di

Desa Tirta Kencana, Kec. Rimbo bujang, Kab. Tebo sebagai Unit Analisis Data.

Penetapan unit analisis tersebut, karena penelitiaan yang dilakukan tidak

menggunakan populasi dan sampel, namun hanya menggunakan dokumen-

dokumen yang berasal dari Usaha Kecil Menengah (UKM) dan informasi-

informasi yang berasal dari masyarakat sekitar.

Untuk informannya peneliti mewawancarai Ketua Usaha Kecil Menengah

(UKM) An-Nisa, dan beberapa karyawan yang masih ada ikatan keluarga dengan

pemilik di Usaha Kecil Menegah (UKM) tersebut.

45
ibid, hlm. 196
29

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan fakta penelitian. Data merupakan salah satu komponen

riset, data yang dipakai dalam riset haruslah data yang bener. Untuk mendapatkan

hasil penelitian, tentunya dibutuhkan data-data yang akan digunakan untuk

menjawab dari persoalan penelitian tersebut sehingga suatu penelitian dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu dalam

penelitian ini penyusun menggunakan beberapa teknik/alat dalam mengumpulkan

data sesuai dengan permasalahan yang di angkat, peneliti menggunakan penelitian

sebagai berikut:

1) Penelitian kepustakaan (library research)

Adanya penelitian pustaka yang ditulis maksud adalah mengumpulkan data

yang diambil dari buku-buku, jurnal, dan internet yang mendukung penelitian

ini.46

2) Penelitian lapangan (field research)

Sementara penulis mengumpulkan data langsung ke tempat objek penelitian.

Dalam hal ini menjadi objek penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pihak

Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Desa Tersebut.

Teknik ini dengan pemngumpulan data adalah sebagai berikut:

46
Dwi Zulfa, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap Makanan Yang Tidak
Berlebel Halal Oleh MUI Provinsi Jambi”, Hasil Penelitian Kompetitif UIN STS Jambi, (2019),
hlm. 21-22.
30

a. Observasi

Teknik observasi ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrument yang dapat

digunakan dalam teknik observasi ini adalah lembar pengamatan, panduan

pengamatan. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi antara lain:

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu

dan perasaan. Observasi yang dilakukan peneliti berada di rumah pribadi Usaha

Kecil Menengah (UKM) tersebut pada sore hari dan melakukan wawancara serta

beberapa dokumentasi dengan pemilik usaha tersebut.

Observasi penelitian guna untuk mengetahui dan memperoleh data yang

berkaitan dengan mengamati produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tidak

memiliki Label Halal serta bagaimana Pengaruhnya di masyarakat sekitar.47

b. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan bertatap langsung dengan responden, sama dengan penggunaan

daftar pertanyaan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu..percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.

Instrument ini digunakan untuk mendapatkan data mentah dari informan,

sehingga dapat ditemukan data baru yang tidak terdapat dalam dokumen.Data

mentah ini adalah data utama dalam penelitian ini yang diperoleh oleh peneliti

47
Ibid, hlm. 23
31

secara langsung dari informan yang bermanfaat untuk menjawab persoalan

penelitian di atas.Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mengetahui

dengan pasti persoalan yang terjadi.48

c. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari

masyarakat, kepala Desa Tirta Kencana, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, dari arsip dan dokumen yang

berada dikantor tersebut yang menyangkut dengan penelitian tersebut.49

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam

metodelogi penelitian sosial.Pada intinya metode ini adalah metode yang

digunakan untuk menelusuri data historis sehingga dengan demikian dokumentasi

dalam penelitian memang berperan penting. Dokumentasi juga merupakan

kumpulan data-data yang berbentuk tulisan yang terdapat pada lembaga-lembaga

yang berkenaan dengan penelitian ini, seperti historis dan geografis, struktur

organisasi dan pemerintas Desa tersebut serta sarana dan prasarana Usaha Kecil

Menengah (UKM) di desa tersebut.50

F. Teknik Analisis Data

Secara teknis, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

analisis interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Analisis

48
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, hlm. 38.
49
Rico Dwi Lestari, “ Kontribusi PT Daya Bambu Sejahtera (DBS) Pertambangan Batu Bara
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Menggupeh”, Hasil Penelitian Kompetitif UIN STS
Jambi, (2019), hlm 20.
50
Dwi Zulfa, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap Makanan Ynag Tidak
Berlebel Halal Oleh MUI Provinsi Jambi”, Hasil Penelitian Kompetitif UIN STS Jambi, (2019),
hlm 23-24.
32

tersebut terdiri dari tiga kegiatan yang saling berinteraksi, yaitu ; a. reduksi data

(data reduction), b. penyajian data (data display), c. penarikan kesimpulan

(conclution).

1. Reduksi Data

Melalui pengamatan lapangan dan wawancara ditemukan data yang

sedemikian banyak dan komplek serta campur aduk, maka langkah yang perlu

diambil adalah mereduksi data. Reduksi data adalah aktifitas peneliti dalam

memilih dan memilah data yang dianggap relevan untuk disajikan. Proses

pemilihan data memfokuskan pada informasi yang mengarah untuk pemecahan,

pemaknaan, dan penemuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kegiatan ini

akan berlangsung sejak awal sampai akhir penelitian.

2. Penyajian Data

Data disajikan secara sistematis, agar lebih mudah difahami.Bentuk penyajian

data lebih banyak berupa narasi yaitu pengungkapan secara tertulis, tujuannya

adalah untuk memudahkan mengikuti kronologis alur peristiwa, sehingga dapat

terungkap apa yang sebenarnya terjadi dibalik peristiwa tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan bagian dari penelitian sebagai konfigurasi

yang utuh. Kesimpulan atau verifikasi dilakukan selama peneliti berlangsung.

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari sebuah penelitian yang disusun sesuai

dengan tujuan penelitian serta untuk menjawab di dalam rumusan masalah.51

51
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, hlm. 181-182.
33

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisi tentang deskrisi daftar isi karya tulis bab per bab.

Uraian dibuat dalam bentuk esai yang menggambarkan alur logis dan struktur dari

bangun bahasa skripsi.

Untuk mempermudah dan memahami skripsi ini secara keseluruhan maka

sistematika penulisannya sebagai berikut :

Pembahasan diawali dengan Bab I, Pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya

menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik yang mencakup background,

pemikiran tentang tema yang dibahas, dengan sub bab Latar Belakang Masalah.

Pengungkapan latar belakang masalah lebih dimaksudkan untuk melihat muara

permasalahan yang dianggap menarik untuk dibahas dalam penulisan ini, alasan

pemilihan tokoh yang dianggap representative, serta arah pembahasan yang

menjadi inti penulisan.Inti atau pokok permasalahan dalam pembahasan

diperlihatkan dalam Rumusan Masalah. Kemudian dengan memandangbahwa

penulisan suatu karya ilmiah tidak bisa dilepaskan dari kegunaannya berupa

kontribusi yang diberikan dari pemaparan pembahasan serta seberapa jauh

kegunaannya bagi penelitian akademik berikutnya, Tujuan dan Kegunaan

Penelitian perlu diungkapkan menjadi suatu sub bab tersendiri.52

Bab II dalam bab ini penulis membahas tentang metodelogi penelitian. Dalam

bab ini dibahas mengenai pendekatan penelitian, jenis penelitian dan sumber

penelitian, instrument penelitian, teknik analisis data, sistematika penulisan data,

dan jadwal penelitian.

52
Ibid, hlm. 54-55
34

Bab III dalam bab ini penulis membahas tentang gambaran umum tempat

penelitian. Yang mana menjelaskan lokasi penelitian, sejarah atau profil Desa

yang dijadikan tempat penelitian penulis, serta profil Usaha Kecil Menengah

(UKM).

Bab IV dalam bab ini penulis membahas tentang pembahasan dan hasil

penelitian yang dilakukan penulis.

Bab V dalam bab ini penulis membahas tentang kesimpulan dari hasil

penelitian serta menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan

masalah.53

H. Jadwal Penelitian

Penelitin ini dilakukan selama beberapa bulan, penelitian dengan pembuatan

proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposl skripsi,

setelah itu pengesahan judul dan riset, kemudian melakukan pengumpulan data,

serta analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan

konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan kesidang munaqasah. Adapun

jadwal penelitian sebagai berikut :

53
Rico Dwi Lestari, “Kontibusi PT Daya Bambu Sejahtera (DBS) Pertambangan Batu Bara
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Mengupeh”, Hasil Penelitian Kompetitif UIN STS
Jambi, (2019), hlm. 22
35

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Jenis Tahun 2020/2021


No Kegiatan September Oktober November Desember Januari Febuari
1. Pengajuan 
Judul dan
Pembuatan
Proposal
2. Pengajuan 
Proposal dan
Penunjukan
Dosen
Pembimbing
3. Konsultasi dan 
Perbaikan
Proposal
4. Seminar 
Proposal dan
Perbaikan Hasil
Seminar
5. Pengesahan 
Judul dan Izin
Riset
6. Pengumpulan
Data dan 
Penyusunan
Data
7. Analisis Data
dan Penelitian 
8. Penyempurnaan
dan Perbaikan
9. Ujian Skripsi
36

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Desa Tirta Kencana

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai kesatuan masyarakat hukum, desa perlu

untuk selalu memikirkan bagaimana kondisi desanya dimasa yang akan datang,

sehingga desa tersebut bertambah maju. Untuk mewujudkan harapan tersebut,

berdasarkan sumber daya, potensi dan masalah yang dimiliki, dan mempercepat

peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, mempercepat peningkatan kualitas

pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan Desa, dan

meningkatkan daya saing Desa perlu dilaksanakan penataan Desa.

Desa Tirta Kencana merupakan salah satu dari delapan (8) Desa yang berada

diwilayah Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi Jambi yang

berpendudukkan 6.480 jiwa dengan Luas Wilayah Desa: 6,5 Km. Ditinjau dari

jumlah penduduk yang cukup besar dan luas wilayah yang luas tersebut, maka

desa Tirta Kencana merupakan desa yang sangat potensial dalam mendukung

pelaksanaan pembangunan. Letak yang strategis yaitu di tengah-tengah antara

Desa Sapta Mulia, Kelurahan Wirotho Agung, Desa Purwoharjo dan Desa Tegal

36
37

Arum.54

Sejarah Desa Tirta Kencana, Menurut Harfiahnya yaitu Desa Tirta Kencana

terdiri dari kata "Tirta" artinya Air dan "Kencana" artinya Emas. Jadi Desa Tirta

Kencana diharapkan akan mencapai Puncak Keemasan dan kejayaan bagi

penduduknya.

Desa Tirta Kencana merupakan Desa Eks Unit Pemukiman Transmigrasi

Rimbo Bujang (Unit 6), yakni Transmigrasi khusus yang berasal dari Jawa

Tengah. Penempatan pada UPT Rimbo Bujang Tahun 1977 dengan jumlah

penduduk 1464 jiwa dengan keterangan 388 KK Transmigrasi Umum atau petani

biasa. UPT Rimbo Bujang pada tahun 1982 diserahkan pembinaannya dari

Departemen Transmigrasi kepada Pemerintah Daerah dengan pengukuhan

sebagai desa definitive dengan nama Desa Tirta Kencana.

Semua Kepala Keluarga mendapatkan lahan seluas 5 Ha dengan rincian

sebagai berikut :

• Untuk lokasi perumahan 2 Ha

• Untuk Lokasi perkebunan/pertanian seluas 3 Ha

Sejak tahun 1977 sampai dengan saat ini desa Tirta Kencana telah mengalami

8 (Delapan) kali pergantian pemimpin/Kepala desa yakni:

1. PJ. Kepala Desa SURADI HADI SUCIPTO Tahun 1979 s/d 1982

2. Kepala Desa Definitif SURADI HADI SUCIPTO Tahun 1982 s/d 1990

3. Kepala Desa Definitif SUGIMAN Tahun 1990 s/d 1996

54
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tirta_Kencana_Rimbo_Bujang_Tebo, akses 04 Desember 2020
38

4. Kepala Desa Definitif SURADI Tahun 1996 s/d 2004

5. Kepala Desa Definitif SUTARTO Tahun 2004 s/d 2009

6. Kepala Desa Definitif SURADI Tahun 2009 s/d 2012

7. Pj. Kepala Desa SUBAGIYO, SE Tahun 2012

8. Kepala Desa Definitif SUNDARI Tahun 2012 s/d 2018

9. Kepala Desa Definitif JOKO SUWONDO, S.Pt Tahun 2018 s/d

Sekarang

Pertama kali berdiri Penduduk Desa Tirta Kencana berasal dari satu provinsi

jawa, namun dalam perkembangannya telah terpadu dengan penduduk asli daerah

Jambi, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Uatara, Sumatra Selatan dan Sumatara

Barat.

B. Letak Geografis

Letak Geografi Desa Tirta Kencana ini dapat ditempuh dari Desa ke Ibu Kota

kecamatan 9 Km, sedangkan jarak tempuh ke Kabupaten 50 Km. Jarak antara

Desa Tirta Kencana dengan Ibu Kota Propinsi 265 Km, dengan jarak tempuh 5

s/d 6 jam dengan kendaraan roda empat (mobil) dan jarak desa ke desa dalam

Kecamatan Rimbo Bujang lebih kurang 5 KM.

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Purwoharjo

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sapta Mulia

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kel. Wirotho Agung


39

C. Keadaan Topografi

Secara umum keadaan Topografi Desa Tirta Kencana adalah daerah

Perbukitan/Dataran Tinggi. Sehingga Potensi Ekonomi Unggulan Desa Tirta

Kencana secara umum adalah daerah Agrobisnis Perkebunan Karet dan Kelapa

Sawit. Meskipun begitu Desa Tirta Kencana juga menghasilkan berbagai produk

makanan basah maupun ringan.55

Tofografi Desa Tirta Kencana terdiri dari : datar 40%, landai 25% dan

bergelombang 35% dengan ketinggian tempat 90 m s/d 120 m dari permukaan

air laut (dpl). Dan secara umum jenis tanahnya Podsoloid Merah Kuning

(PMK). Curah hujan berkisar antara 260 mm s/d 3042 mm pertahun dengan

suhu udara rata-rata 32 C0

D. Keadaan Sosial

Karena Desa Tirta Kencana merupakan Desa Pertanian/Perkebunan, maka

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai Petani/Bekebun,

Pedagang, PNS, Karyawan BUMN PTPN VI, Karyawan Swasta, Pemborong,

Tukang, Buruh Bangunan, Buruh Tani, Penjahit, Usaha-Usaha dalam bidang

Makanan Ringan maupun makanan untuk kebutuhan sehari hari dan Sopir, serta

sebagian kecil pekerjaan lain yang tidak teridentifikasi.

Masyarakat di Desa Tirta Kencana mayoritas beragama Islam, akan tetapi ada

beberapa masyarakat sekitar yang beragama Kristen. Semua warga Desa rukun

55
Sumber : Profil Desa TIRTA KENCANA
40

dan hidup bersamaan meskipun ada sedikit perbedaan. Pekerjaan masyarakat Desa

Tirta Kencana bermacam macam, yaitu sebagai berikut:

1. Ibu rumah Tangga

Peran Ibu Rumah Tangga sangatlah penting dalam menjaga keluarga, ibu

jugalah yang lebih banyak berperan aktif dalam mendidik anak anaknya. Baik

dipendidikan formal maupun bidang keagamaan. Selain itu ibu rumh tangga juga

membantu suami dalam mencari rejeki , baik di kebun ataupun memanfaatkan

keterampilannya seperti, menjahit, membuat kue, berjualan dirumah ataupun

keliling.

2. Penjaga Toko

Di desa Tirta Kencana banyak anak muda baik laki-laki maupun perempuan

yang berprofesi menjadi penjaga toko, baik di pasar desa ataupun di pasar sarinah

unit 2 Kelurahan Wirotho Agung. Hal ini lumrah terjadi karena desa kita dekat

dengan pusat ekonomi terbesar di Kabupten Tebo yaitu Pasar Sarinah unit 2, baik

yng bekerja di toko baju, sembako , maupun mini market seperti Alfamart.

3. Pengrajin Kue.

Banyak ibu-ibu kreatif di desa ini yang mempunyai keahlian di bidang masak

memasak, contoh saja seperti bu Hesti , Bu Nanik, bu Kotik, buk Prihati, dan lain-

lain. Mereka melayani pesanan baik pribadi maupun instansi pemerintahan.

Tentunya bagi warga yang pernah mengikuti musyawarah jika mencicipi kue

kotak mungkin salah satunya adalah buatan mereka.


41

4. Kuli Muat

Profesi yang kadang dianggap sebelah mata ini adalah sangat mulia, merekalah

orang yang menggerakkan ekonomi desa kita, mereka pulalah yang mengangkut

hasil kebun kita baik sawit maupun karet dari tempat pengumpulan hasil ke atas

kendaraan pengangkut yang membawanya ke pabrik. Kita semua tentunya harus

berterima kasih karena berkat mereka kita tak perlu bersusah payah menimbang

dan mengangkat hasil kebun kita saat mau menjualnya.

5. Penjahit

Program pelatihan yang dulu di danai oleh PNPM Mandiri sekarang sudah

terlihat hasilnya dimana sekarang banyak ibu rumah tangga yang dulunya tidak

mempunyai keterampilan menjahit sekarang bisa menguasai keterampilan

menjahit, contoh saja mbak Novi jalan Menggris, mbak Vika jalan Manjau,

meskipun belum banyak namun mereka sudah sering mendapatkan orderan dari

tetangga yang ingin membuat baju atau sekedar mengecilkan baju atau celana,

meskipun sedikit namun mereka mengaku bangga bisa mendapatkan penghasilan

dari keterampilan mereka.

6. Bengkel

Kendaraan bermotor sangatlah banyak di desa ini baik roda empat maupun

roda dua, hal ini menjadi peluang bagi masyarakat yang mempunyai keahlian di

bidang otomotif. Hal ini berbanding lurus dengan banyaknya anak-anak muda

yang berminat sekolah disekolah kejuruan sehingga peluang lapangan kerja

terbuka lebar. Jumlah kendaraan bermotor di desa ini sangatlah banyak apalagi

kendaraan roda dua yang sudah menjadi favorit warga. Jumlah bengkel di desa ini
42

juga banyak yang tersebar di setiap wilayah, namun hal itu tidak mengurangi

pendapatan karena setiap tahunnya jumlah kendaraan selalu meningkat. Kendala

yang dihadapi adalah saat membutuhkan suku cadang kendaraan, dimana di desa

ini belum ada toko spare part yang lengkap sehingga para bengkel mesti jauh

membeli di pasar kecamatan.

7. Pedagang

Berdagang juga menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat desa ini,

mulai dari pedagang sayuran keliling, sembako, baju, alat elektronik, bahan

bangunan, sampai pedagang komoditas perkebunan seperti sawit dan karet.

8 . Perangkat Desa

Desa Tirta Kencana untuk menjalankan roda pemerintahannya didukung oleh

perangkat desa, baik sebagai sekdes, Kaur, maupun unsur pelaksana kewilayahan

yaitu kepala dusun.

9. Buruh Tani

Buruh tani juga menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat desa ini,

mereka biasanya bekerja di kebun milik warga yang mempunyai kebun luas.

Adapun sistem pembayarannya melalui bagi hasil sesuai kesepakatan antara

pemilik dan pekerja.

10. Peternak

Desa ini juga ada peternak ayam maupun sapi dan kambing. Untuk peternak

ayam ada yang membudidayakan ayam pedaging skala besar, dan ada pula yang

memelihara ayam kampung.


43

Untuk peternak ayam pedaging biasanya mereka bekerja sama dengan investor

dari luar desa, baik dari bibit maupun pakan juga obat obatan, sementara untuk

ayam kampung tersebar secara sporadis diseluruh wilayah desa, untuk pakan

biasanya warga memanfaatkan katul dan sisa makanan yang tidak terpakai.

11. Pegawai negeri sipil

Di desa ini juga banyak warganya yang menjadi PNS, baik berprofesi sebagai

guru, maupun yang bekerja di instansi pemerintahan dan kesehatan seperti bidan,

mantri maupun perawat.

12. Pelajar dan Mahasiswa

Untuk mutu pendidikan Desa Tirta Kencana sudah terbilang cukup baik, hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata kelulusan masyarakatnya yang setiap tahunnya

mengalami kemajuan. Dulu saat awal desa ini berdiri sangat sulit mencari lulusan

SMA ataupun sederajat, namun saat ini generasi penerus desa ini sudah banyak

yang mengenyam pendidikan sampai dengan bangku kuliah. Hal ini ditunjukkan

dengan banyaknya anak desa ini yang kuliah baik di universitas negeri maupun

swasta, baik di daerah maupun luar daerah, bahkan ada yang sampai di luar negeri

seperti anak dari almarhum Bapak Bachmid dan Ibu Sri Marhaeni yaitu Ananda

Dion yang kuliah di Amerika Serikat.

13. Pembuat Tempe

Ada juga masyarakat desa ini yang bekerja sebagai pembuat tempe, seperti

Mbk Hani Jalan Meranti , Mbak Puji Jalan Joar , Ibu Juanah Jalan Jati, meskipun

skalanya kecil namun bisnis ini cukup menjanjikan karena masih sedikit sekali

yang menekuninya, Cuma sayangnya di desa ini belum ada perajin kripik tempe
44

seperti di unit 15 yang memang sudah terkenal sebagai sentra industry kripik

tempe rumahan. Seandainya ada maka bisa dijalin kerjasama antara pembuat

tempe dan produsen kripik tempe.

14. Linmas

LINMAS atau sering disebut hansip sejatinya adalah ujung tombak keamanan

di desa namun sayang sekali peran linmas hanya terlihat saat ada event-event

besar baik yang adakan desa maupun perseorangan seperti motor cross maupun

konser music. Untuk di lingkungan sendiri peran linmas antara ada dan tiada, hal

ini diakui juga oleh salah satu ketua RT yang memang merasakan hal yang sama.

15. Guru Ngaji.

Mayoritas Penduduk Desa Ini Adalah Pemeluk Agama Islam, di desa ini juga

ada 3 pondok pesantren, yaitu Raudhatul Mujawwiddin, Ponpes Darul Ulum,

Ponpes Darunajah, Belom lagi TPA / TPQ juga banyak tersebar disetiap wilayah,

hal ini tentunya digerakkan oleh Para Guru Ngaji, Ustadz, Ustadzah, Serta Para

Kyai.

16. Tukang Bangunan

Warga desa ini banyak yang mempunyai keahlian dibidang pertukangan baik

tukang batu ataupun tukang kayu, mereka biasanya diberi upah perhari, adapun

besarnya upah tukang bangunan di desa ini sudah lumayan mahal. Perharinya

mereka dibayar Rp 120.000, perharinya, dari jam 8 pagi sampai dengan jam 5

sore.
45

17. Sopir

Desa ini adalah sentra perkebunan, dan tentunya untuk membawa hasil kebun

yang berupa karet dan sawit dibutuhkan mobil jenis truk, hal ini juga yang

mendorong beberapa warga desa ini untuk berprofesi sebagai sopir.

17. Rias pengantin

Rias pengantin merupakan salah satu komoditas yang sangat diminati oleh

banyak kalangan. Terutama bagi kaum wanita yang memiliki bakat juga minat

yang besar, akan tetapi sangat disayangkan karena rias pengantin di Rimbo

Bujang sangatlah minim. Banyaknya saingan yang semakin melonjak dari

berbagai kalangan, dan sedikitnya minat warga untuk menggunakan jasa rias

pengantin sehingga pemasukanpun menjadi tidak menentu.

18. Pekerja Seni

Pekerja seni di desa ini sangatlah banyak. Salah satu contohnya adalah

penyanyi yang bekerja dari panggung ke panggung. Tetapi, masih banyak

masyarakat yang memandang seorang penyanyi sebagai pekerja dengan tanda

kutip negative juga memandang sebelah mata, sehingga pamor seorang penyanyi

dimata masyarakat menjadi jelek. Selain penyanyi, masih banyak contoh pekerja

seni yang lain. Kondisi yang diharapkan saat ini adalah dukungan penuh dari

masyarakat sekitar agar kesenian di desa Tirta Kencana ini semakin membaik juga

dapat berjalan dengan lancar.


46

19. Bidan

Bidan merupakan suatu profesi yang amat sangat diminati oleh kaum wanita.

Bidan di Tirta Kencana bisa dibilang masih sangat minim, sedangkan angka

kehamilan semakin melonjak.

20. TNI/POLRI

TNI/POLRI merupakan tenaga yang bergerak dibidang keamanan juga

ketertiban. Dengan adanya tenaga TNI/POLRI maka akan tercipta kondisi warga

yang aman, karena kejahatan yang sedang marak terjadi akan ditangani langsung

oleh pihak yang berwajib, yaitu polisi. Di desa ini ada 2 polwan dan 3 polisi pria.

21. Pengrajin Kayu

Di desa ini juga ada warga yang berprofesi sebagai pengrajin kayu/mebel,

banyak produk yang mereka buat seperti daun jendela dan pintu, meja kursi,

lemari dan lain-lain

22. Pengrajin Kaca

Selain pengrajin kayu ada juga warga yang mempunyai ketrampilan sebagai

pembuat lemari kaca, etalase dan lain sebagainya.

23. Karyawan Swasta

Desa ini sangat dekat dengan pusat ekonomi yaitu Wirotho Agung , maka tak

heran jika warga desa ini banyak yang bekerja di perusahaan swasta, baik

perusahaan kontraktor , maupun perusahaan jasa keuangan.

24. Tukang Pijat Tradisional

Meskipun tidak banyak ada juga warga yang berprofesi sebagai tukang pijat

tradisional. Karena kebanyakan warga adalah petani maka jika badan terasa
47

kurang enak dan pegal-pegal maka tukang pijat menjadi pilihan alternative selain

minum jamu.Masalah tarif pun tidak ditentukan tergantung yang mau dipijat,

makin banyak makin bagus.56

E. Sejarah Berdirinya Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa

Sejarah berdirinya Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa ini berawal dari

tahun 2013, Ibu indrayani selaku pemilik tempat usaha tersebut. Berdirinya usaha

kecil menengah ini berawal dari kondisi perekonomian yang semakin hari

semakin bertambah, belum lagi untuk biaya sekolah dan memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Ibu Indrayani beranggapan :

“karna gimana ya, anak-anak kan semakin besar semakin butuh biaya jadi kan,
enggak mungkin seorang istri itu cuma nyadong atau (mengandalkan) sama suami
jadikan kepingin punya penghasilan sendiri-sendiri setidaknya ya untuk jajan
anak. Jadi ya terus termotivasi untuk untuk berkreasi ”. 57

Mulai dari situ ibu Indrayani termotivasi dan mencoba mencari cara bagaimana

membantu perekonomian keluarganya. Dan akhirnya ibu Indrayani mencoba

berkreasi menghasilkan produk-produk makanan ringan. Pertama yang ibu

Indrayani buat ialah kue lapis dan menitipkannya kewarung. Tidak ada keahlian

khusus yang dimiliki ibu Indrayani, Ia hanya percaya jika ada kemauan pasti

disitu ada jalan.

Dari kue lapis tersebut, ibu indrayani mendapat respon baik dari pemilik

warung dan masyarakat sekitar yang sudah mencoba kue lapis buatan ibu

56
Sumber : Profil Desa TIRTA KENCANA
57
Wawancara Dengan ibu Indrayani, Pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa, 28
Oktober 2020.
48

Indrayani. Akhirnya ibu Indrayani mencoba kue-kue lainnya dengan membuatnya

dengan cara mencoba-coba produk orang lain terlebih dahulu lalu Ia bandingkan

dengan buatan ia sendiri. Ibu Indrayani mulai mengupas apa saja bahan-bahan

yang digunakan dan membandingkan rasa kue tersebut dengan buatan Ia sendiri.

Pada masa itu, Ia tidak terlalu mengenal media sosial, internet, atau pun alat

canggih yang seperti saat ini. Ia hanya bermodal tekun dan percaya bahwasannya

Ia harus bisa. Akhirnya Ia berhasil membuat sebuah makanan ringan yang selama

ini Ia inginkan dan sesuai dengan rasa yang Ia inginkan. Saat itu makanan ringan

yang Ia buat yaitu keripik biji mangga yang sampai sekarang masih menjadi

primadona di Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa tersebut.

Dulu ia hanya menitipkan produk Ia ke warung-warung kecil di Desa Tirta

Kencana tersebut. Dan berjalan lancar dan mendapat beberapa pesanan. Tentu saja

itu membuat ibu Indryani semakin bersemangat dan mulai membuat produk-

produk lain di Usaha Kecil Menengah (UKM) tersebut. Seiring berjalannya waktu

Ia mulai di banjiri pesanan dari masyarakat sekitar, tidak hanya satu atau dua

bungkus saja bahkan ada yang memesan satu sampai lima kilogram.

Dalam proses pembuatan keripik biji mangga ini usaha kecil menengah ibu

Indrayani ini hanya dibantu dengan kelurga Ia saja. Akan tetapi pada hari-hari

tertentu Ia mempekerjakan beberapa anak-anak sekolah untuk membantunya. Ia

mempekerjakan anak-anak sekolah yang tidak lain anak sekolah tersebut ialah

teman anak ibu Indrayani sendiri. Ia berkata

“iya saya berkeinginan untuk membimbing mereka, agar mereka tau bagaimana
sulitnya mencari uang untuk jajan nya, mereka itu juga teman teman anak saya
49

sendiri. Jadi sekalian mengisi waktu kosong mereka dari pada hanya main
handphone saja lebih baik membantu mencari uang, kan nanti hasilnya juga buat
mereka sendiri”.58
Tujuan ibu Indrayani hanya satu, supaya generasi muda ini tahu bagaimana

sulitnya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan agar mereka

mempunyai pengalaman bagaimana membuat makanan ringan.

Setelah dikenal banyak masyarakat sekitar, banyak produk yang telah

diproduksi. Beberapa daftar harga serta produk yang sudah diproduksi antara lain:

kue Biji Mangga seharga Rp. 45.000/kg, kue Bawang seharga Rp. 45.000/kg,

Nastar seharga Rp. 100.000/kg, kue Kacang seharga Rp. 85.000/kg, Bangkit Susu

seharga Rp. 95.000/kg, kue Spit seharga Rp.75.000/kg, Brownis Kering seharga

Rp. 75.000/kg, kue Mentega seharga Rp. 80.000/kg, serta kue kue lainnya. Harga-

harga tersebut masih cukup standar karna dijual belikan menggunakan satuan

kilogram, serta tidak menggunakan kemasan khusus.

Kini tempat usaha ibu Indrayani sudah banyak diketahui oleh masyarakat Desa

Tirta Kencana dan sudah banyak produk-produk yang sudah diproduksi. Tidak

hanya kue-kue kering kue-kue basah seperti kue ulang tahun juga bisa terima

pesanan sesuai reques yang pelanggan inginkan. Ibu Indrayani sudah banyak

mengikuti beberapa pelatihan di daerah sekitar Tebo atau bahkan diluar Tebo dan

acara-acara seperti bazar, dan Ia mulai memperkenalkan produk nya. Setelah

pulang dari pelatihan itu, ibu Indrayani mulai mempratekkan ilmu yang Ia

dapatkan. Dari jerih payah ibu Indrayani sejak tahun 2013 berbuah manis. Kini

58
Wawancara Dengan ibu Indrayani, Pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa, 28
Oktober 2020..
50

hampir setiap hari Ia memproduksi jenis makanan ringan dan bahkan pesanan-

pesanan yang lain nya

F. Letak Geogrfis Tempat Usaha Kecil Menengah (UKM)

Secara umum keadaan Desa Tirta Kencana adalah daerah perbukitan /dataran

Tinggi. Dan untuk letak Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa ini terletak di

desa Tirta Kencana tempat nya di jalan Meranti bersebelahan dengan SMAN 19

Tebo.

Batas wilayah Desa Tirta Kencana ini sebalah Utara berbatasan dengan Desa

Purwoharjo. Sebelah Selatan berbatasan degan Desa Sapta Mulia. Sebelah Barat

berbatasan dengan Kel. Wirotho Agung. Dan sebelah Timur berbatasan dengan

Desa Tegal Arum.59

59
Sumber : Profil Desa TIRTA KENCANA
51

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Prosedur Untuk Mendapatkan Label Halal Pada Produk Usaha Kecil

Menengah (UKM).

Halal sudah menjadi bagian hidup seorang muslim. Aspek halal sangat luas,

seperti makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan lain-lain. Pada produk

makanan, informasi mengenai halal bisa dilihat dari label atau logo yang

dicantumkan pada kemasan. Jika produsen memasang logo halal, berarti

produknya telah melalui proses audit yang panjang.

Sertifikasi halal merupakan etika bisnis yang seharusnya dijalankan produsen

sebagai jaminan halal bagi konsumen. Selain sebagai jaminan halal terhadap

konsumen, label memberikan keuntungan ekonomis bagi produsen diantaranya:

(1) Dapat meningkatkan kepercayaan konsumen karena terjamin kehalalannya, (2)

Memiliki USP (Unique Selling Point), (3) Mampu menembus pasar halal global,

(4) Meningkatkan marketability produk di pasar, (5) Investasi yang murah jika

dibandingkan dengan pertumbuhan revenue yang dapat dicapai.60

Jaminan produk halal tidak lain bertujuan untuk memberikan kenyamana,

keamanan, keselamatana dan kepastian ketersediaanya produk halal bagi

masyarakat dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk pangan. Sertifikasi

halal adalah dokumen non-perizinan berupa sertifikat yang menyatakan bahwa

60
Hayyun Durrotul Faridah, “Sertifikasi Halal Di Indonesia : Sejarah, Perkembangan, dan
Implementasi, Journal of Halal Product and Research, V0l 2:2 (Desember 2019), hlm. 69
51
52

suatu produk sudah menggunakan bahan baku dan diolah dengan metode produksi

yang sudah memenuhi kriteria syariat islam.

Jaminan produk halal sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang

Jaminan Produk Halal pasal 1, yakni Jaminan Produk Halal yang selanjutnya

disingkat JPH adalah kepastian hukum terhadap kehalalan suatu produk yang

dibuktikan dengan sertifikasi halal. Produk Halal adalah produk yang telah

dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam. Proses Produk Halal yang

selanjutnya disingkat PPH adalah rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan

produk mencakup penyediaan bahan, pengelolahan, penyimpanan, pengemasan,

pendistribusian, penjualan, penjualan, dan penyajian produk.61

Untuk mendapatkan sertifikasi halal ada beberapa alur atau mekanisme yang

perlu dilakukan oleh badan usaha atau perusahaan yang akan mengurus sertifikasi

halal. Alur mekanisme sertifikasi halal melalui Badan Penyelenggara Jaminan

Produk Halal (BPJPH) tidak jauh berbeda dengan alur sertifikasi halal yang

dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), yakni melalui lima tahapan

utama: adapun lima tahapan tersebut yakni: 1). Mendaftarkan diri dan

melampirkan berkas persyaratan; 2). Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal

(BPJPH) akan meneliti persyaratan yang telah dilampirkan; 3). Melakukan audit

dan pemeriksaan produk; 4). Menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Majelis

Ulama Indonesia (MUI) untuk dikeluarkan fatwa; dan 5). Mengeluarkan sertifikat

halal jika sudah lolos audit. Untuk saat ini, produk yang belum melakukan

61
Undang-Undang Nomor 33 Pasal 1 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
53

sertifikasi tidak langsung terjerat oleh hukum. Namun akan diberi sosialisasi dan

pembinaan serta diberi kesempatan mendaftarkan produknya untuk disertifikasi

halal. Jadi, selama kurun waktu lima tahun ini akan dilakukan sertifikasi secara

bertahap.

Pada awalnya sertifikasi dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

melalui LPPOM MUI. Alurnya sebagai berikut: 1). Pelaku usaha mempersiapkan

segala kelengkapan dokumen, 2) Verifikasi dokumen oleh LPPOM MUI, 3)

Melakukan audit yang dilakukan oleh audor LPPOM MUI, 4) Majelis Ulama

Indonesia (MUI) mengkaji dan menetapkan kehalalan produk, 5) penerbitan

sertifikat halal.62

Pelaku Usaha Penerbitan


Sertifikasi Halal

Tidak halal
Persiapan SJH
Keputusan Penetapan
Halal Produk

Penyerahan
Dokumen Sertifikasi
MUI mengkaji dan
menetapkan
kehalalan produk
melalui rapat komisi
Verifikasi Dokumen Fatwa

sesuai
Auditor LPPOM
MUI melakukan
Pemeriksaan atau
Rapat Auditor
pengujian

Gambar 1. Mekanisme sertifikasi oleh MUI


62
Hayyun Durrotul Faridah, “Sertifikasi Halal Di Indonesia : Sejarah, Perkembangan, dan
Implementasi, Journal of Halal Product and Research, V0l 2:2 (Desember 2019), hlm. 75
54

Setelah dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), alur

sertifikasi sedikit mengalami perubahan yakni sebagai berikut: 1) Pelaku usaha

membuat permohonan untuk sertifikasi dan melampirkan berkas persyaratan, 2)

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) akan melakukan verifikasi

dokumen persyaratan yang telah dilampirkan, 3) Melakukan audit dan

pemeriksaan produk yang dilakukan oleh Lembaga Pemeriksa Halal (LPH), 4)

Menyertakan hasil pemeriksaan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk

dikelurkan farwa. 5) Mengeluarkan sertifikasi halal jikasudah lolos audit.63

PELAKU USAHA Penerbitan Sertifikasi


Halal
Tidak halal

Permohonan Keputusan Penetapan


Halal Produk

Verifikasi Dokumen
MUI mengkaji dan
menetapkan kehalalan
produk melalui sidang
BPJPH Menetapkan Fatwa
LPH
(Maksimal 30 hari)

Auditor Halal LPH BPJPH menerima dan


melakukan Pemeriksaan memverifikasi hasil
atau Pengujian pengujian LPH

(Maksimal 20 hari)

Gambar 2. Mekanisme sertifikasi oleh BPJPH

Pada awalnya lembaga yang terlibat dalam sertifikasi halal terdiri dari (1)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Fatwa sebagai pemberi fatwa dan

sertifikasi halal, (2) LPPOM MUI sebagai pemeriksa kehalalan produk mulai dari

63
Ibid, 76
55

bahan baku sampai proses produksi, (3) BPOM sebagai pemberi izin melakukan

sosialisai kepada masyarakat, dan (5) Kementrian terkait lainnya. Sedangkan

setelah adanya Undang-Undang Jaminan Produk Halal, maka terdapat beberapa

perubahan terkait lembaga yang terlibat dalam sertifikasi, yaitu (1) Badan

Penyelenggara Jaminan Produk Produk Halal (BPJPH) sebagai lembaga utama

yang berwenang dalam proses sertifikasi halal (2) Lembaga Pemeriksaan Halal

sebagai lembaga yang melakukan audit atau pemeriksaan produk halal.

Sedangkan LPPOM MUI akan menjadi salah satu bagian dari Lembaga Pemeriksa

Halal (LPH) bersama LPH lain baik yang didirikan oleh pemerintah maupun

masyarakat. (3) MUI tetap sebagai pemberi fatwa, namun tidak berwenang penuh

dalam proses sertifikasi halal. (4) MUI dan BPJPH bersama-sama melakukan

sertifikasi terhadap auditor halal dan akreditasi LPH.

Sebelum adanya Undang-Undang Jaminan Produk Halal, peran utama dalam

dalam sertifikat dilakukan oleh MUI, melalui LPPOM (Lembaga Pengkajian

Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetikan MUI). MUI juga melakukan pengawasan

terhadap produk yang beredar. 64

Pada tahun 2017 pemerintah telah meresmikan Badan Penyelenggara Jaminan

Produk Halal (BPJPH) yang mendapat mandat untuk menerbitkan produk

sertifikasi halal yang selama ini diamanahkan kepada Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Akan tetapi sambil menunggu efektifitas lembaga tersebut, kita dapat

mengajukan permohonan sertifikasi halal kepada LPPOM MUI.

64
Ibid. 74
56

Untuk menjamin agar produk pangan (makanan dan minuman) aman dari

bahasa bahan kimia atau bahan-bahan yang tidak seharusnya ada di dalam suatu

produk pangan tersebut maka harus memperhatikan dan mengetahui bagaimana

prosedur atau tahapan penerbitan sertifikasi halal.

Berikut beberapa tahapan yang dilewati perusahaan yang akan mendaftar

proses sertifikasi halal ke Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, Kosmetika

Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI):

1. Memahami persyaratan Sertifikasi Halal dan mengikuti pelatihan Sistem

Jaminan Halal (SJH).

Perusahaan harus memahami persyaratan serifikasi halal yang tercantum dalam

HAS 23000. Selain itu, perusahaan juga harus mengikuti pelatihan Sistem

Jaminan Halal (SJH) yang diadakan LPPOM MUI, baik berupa pelatihan regular

maupun pelatihan online (e-training).

2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH)

Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan pendaftaran sertifikasi

halal, antara lain: penetapan kebijakan halal, penetapan Tim Manajemen Halal,

pembuatan Manual SJH, pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

pelaksanaan internal audit dan kaji ulang manajemen.

3. Menyiapkan dokumen Sertifikasi Halal

Perusahaan harus menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk sertifikasi

halal, antara lain: daftar produk, daftar bahan dan dokumen bahan, daftar

penyembelih (khusus RPH), matriks produk, manual SJH, diagram alir proses,

daftar alamat faslitas produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan
57

internal dan bukti audit internal.CEROL-SS23000 adalah sistem pelayanan

sertifikasi halal LPPOM MUI secara online. Dengan sistem ini perusahaan dapat

mengajukan permohonan sertifikasi halal produk secara online tanpa batas waktu

dan tempat.

4. Melakukan pendaftaran Sertifikasi Halal (upload data)

Pendaftaran serifikasi halal dilakukan secara online di sistem Cerol melalui

website www.regs.e-ippommui.org. perusahaan harus membaca user manual

Cerol terlebih dahulu untuk memahami prosedur sertifikasi halal. Perusahaan

harus melakukan upload data sertifikasi sampai selesai, baru dapat diproses oleh

LPPOM MUI.

5. Melakukan Monitoring Pre-Audit dan Pembayaran Akad Sertifikasi

Setelah melakukan upload data serifikasi, perusahaanharus melakukan

monitoring pre audit dan pembayaranakad sertifikasi. Monitoring pre audit

disarankan dilakukan setiap hariuntuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada

hasil pre audit. Pembayaran akad sertifikasi dilakukan dengan mengunduh akad di

Cerol, membayar biaya akad dan menandatangani akad, umtuk kemudian

melakukan pembayaran di Cerol dan disetujui oleh bendahara LPPOM MUI

melalui email.

6. Pelaksanaan Audit

Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos pre audit dan akad

sudah disetujui. Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang berkaitan dengan

produk yang disertifikasi.


58

7. Melakukan Monitoring Pasca-Audit

Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus melakukan

monitoring pasca audit. Monitoring pasca audit disarankan dilakukan setiap

hariuntuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasilaudit,dan jika terdapat

ketiksesuaian agar dilakukan perbaikan.

8. Memperoleh Sertifikasi Halal

Perusahaan dapat mengunduh sertifikasi halal dalam bentuk softcopy di Cerol.

Sertifikasi halal yang asli dapat diambil dikantor LPOOM MUI Jakarta dan dapat

juga dikirim ke alamat perusahaan.sertifikasi halal ini berlaku selama 2 (dua)

tahun.

Setelah mendapatkan sertifikasi halal, perusahaan wajib memasang label halal

beserta nomor registrasinya pada produk. Atau pada usaha seperti Usaha Kecil

Menengah (UKM), usaha catering atau restoran itu wajib memasang label halal

beserta nomor registrasinya pada tempat yang mudah terlihat oleh calon

konsumen. Misalkan dipasang pada pintu masuk atau papan reklame/plang bisa

juga pada kemasan usaha produk kita.65

Setelah mengetahui prosedur untuk mendapatkan label Halal peneliti kembali

melakukan wawancara dengan pemilik Usaha tersebut dengan mengajukan

pertanyaan sebagaimana Kenapa tidak Mensertifikasikan Label Halal di Produk

tersebut apa sebenarnya Alasan yang mendasar. Sehingga peneliti mendapatkan

jawaban sebagaimana :

65
“Artikel ulasan bisnis”, Http:/www.ukmindonesia.id/baca artikel, akses 19 November 2020.
59

“Jadi begini mba, bukan apa-apa kenapa tidak mensertifikasikan sertifikasi


Halal, ya kan mba juga tau kan, kalo mau mengurus begitu itu cukup susah mba,
dan enggak cuma susah mba, dalam prosesnya itu juga memerlukan biaya yang
cukup besar mba, jadi ya saya perlu biaya banyak mba”.66
Setelah itu peneliti melanjutkan pertanyaan kembali yang mana, adakah

mencantukan merek, komposisi, serta kapan kadaluarsanya, nomor Handphone

atau pun alamatnya pada produk tersebut. Dan peneliti mendapatkan jawaban

sebagaimana:

Begini mba, kalo untuk kemasan yang seperti itu ada kami mencantumkan
mba. Yaa seperti Nama Produk kami, Nomor Handphone, Alamat, tapi untuk
mencantumkan komposisi terus kapan kadaluarsanya itu belum mba. Kemasan
yang seperti itu saja kami menggunakan pada event-event tertentu mba buat
mengenalkan kalo “ini loo produk kami” gitu mba. Kalo untuk hari hari biasa
terus pesanan biasa yaa kami menggunakan kemasan yang biasa saja mba. 67
Begitulah hasil wawancara peneliti dengan pemilik Usaha tersebut,

yang mana untuk mensertifikasi sertifikat halal cukup susah dan terkendala di

biaya sedangkan untuk mencantumkan komposisi serta kapan kadaluarsanya

belum dilakukan pada kemasan usaha tersebut.

B. Pengaruh Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Yang Tidak Memiliki

Label Halal Di Masyarakat Desa Titra Kencana

Kebutuhan seorang muslim terhadap produk halal seharusnya didukung oleh

jaminan halal. Namun produk yang beredar di Indonesia tidak semua nya telah

terjamin kehalalannya. Konsumen muslim termasuk pihak yang dirugikan dengan

banyaknya produk tanpa label halal maupun keterangan non-halal. Mengkonsumsi

yang halal dan menghindari yang haram merupakan bagian dari ibadah seorang

66
Wawancara dengan Ibu Indrayani, pemilik Usaha Kecil Menengah An-Nisa, 18 Febuari 2021
67
Wawancara dengan Ibu Indrayani, pemilik Usaha Kecil Menengah An-Nisa, 18 Febuari 2021
60

muslim dan menunjukkan ketaatan terhadap agama yang dianut. Ketenangan batin

dan keamanan saat menggunakan produk makanan, kosmetik, dan obat-obatan

sangat diinginkan oleh setiap muslim.68

Pada dasarnya keberadaan jaminan produk pangan halal memberikan informasi

bahwasanya makanan atau minuman yang perusahaan jual itu aman, dan jelas

serta lengkap baik secara kuantitatif maupun kualitas dari produk pangan yang

mereka konsumsi.

Untuk itu masyarakat yang akan mengkonsumsi dihimbau untuk teliti dalam

melihat produk yang akan dikonsumsi secara detail dan seksama. Sebagai

konsumen khususnya konsumen muslim hendaknya kita harus pandai melihat

produk yang akan kita beli tersebut apakah sudah bersertifikasi halal atau belum.

Jika konsumen muslim kurang teliti dalam membaca produk makanan atau

minuman akan berujung pada kerugian lahir dan batin. Secara lahir produk yang

mengandung bahan kimia tau bahan berbahaya lainnya akan berdampak pada

kesehatan. Sedangkan secara batin, mengkonsumsi produk yang tidak halal akan

berdosa.

Label halal juga akan mempengaruhi kualitas daya penjualan. Dan memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Semakin tinggi

tinggat label halal maka keputusan pembelian akan semakin meningkat. Artinya

semakin bagus produk yang kita jual akan semakin berdampak pada penjualan dan

citra merek produk kita serta kualitas bahan-bahan yang digunakan.

68
Hayyun Durrotul Faridah, “Sertifikasi Halal Di Indonesia : Sejarah, Perkembangan, dan
Implementasi, Journal of Halal Product and Research, V0l 2:2 (Desember 2019), hlm. 69.
61

Masih sangat jarang dimasyarakat Desa Tirta Kencana yang melakukan

pengecekan terlebih dahulu terhadap produk yang akan mereka konsumsi. Peneliti

mewawancarai salah satu masyarakat desa Tirta Kencana mengenai apakah

mereka melakukan pengecekan terlebih dahulu dalam membeli suatu produk

makanan atau minuman atau langsung saja membeli dan mengkonsumsi produk

tersebut. Mereka beranggapan: “oh kalo saya ya langsung saja saya beli, kan yang

memproduksi juga orang kita sendiri masak ya iya tidak halal saya sudah percaya

kok. Kelamaan kalo mau mengecek label halal nya”.69

Dari wawancara tersebut itulah jawaban saat peneliti tanyakan. Mereka seakan

sudah sangat percaya dengan pasti aman saat mengkosumsi produk yang mereka

beli. Akan tetapi ada beberapa masyarakat lain yang peneliti wawancarai. Dan

mereka beranggapan:

“saya sendiri jarang mba melakukan pengecekan ada apa enggaknya label halal di

makanan atau minuman yang saya beli, paling-paling saya mengecek kapan

kadarluarsa nya saja gitu mba”.70

Tidak hanya itu, peneliti mewawancarai lagi beberapa masyarakat Desa Tirta

Kencana. Dan mereka menjawab :

“Alah mba, gak sempet, kelupaan, males, enggak ada saya kepikiran, udah yang

penting saya yakin aja kalo udah halal”. 71

69
Wawancara dengan Ibu Eni Susanti, Masyarakat Desa Tirta Kencana, 30 Oktober 2020
70
Wawancara Dengan Aliyah, Mayarakat Desa Tirta Kencana, 30 Oktober 2020
71
Wawancara Dengan Bella, Masyarakat Desa Tirta Kencana, 17 Januari 2021
62

Peneliti mewawancarai lagi beberapa warga Desa Tirta Kencana anak sekolah

lebih tepatnya, dan menjawab :

“Yah mba gak sempet ngelihat, yang penting kebeli yang saya pengen mba”.72

Aku ni mba kalau mau beli produk yang masih produk Indonesia atau masih
sekitar produk lokal gak pernah lihat label halalnya, Cuma kalau mau beli
makanan yang sekiranya produk luar negeri kayak misalnya ni mba oreo
samyang, kan banyak varian rasanya tu terus ada juga tulisan mengandung
minyak minyak gitu na mba baru saya cek ada label halal nya apa enggak mba.73
Setelah menyelesaikan skripsi, peneliti kembali melakukan observasi yang mana

untuk bertanya, Bagaimana tanggapan tokoh Agama mengenai produk yang tidak

berlabel tersebut. Kemudian peneliti mendapatkan jawaban :

Jadi begini ya mba, memang penting untuk mencantumkan label halal pada
produk yang akan dipasarkan, akan tetapi tau sendiri kan mba, mensertifikasikan
sertifikasi halal itu cukup mrngrluarkan banyak biaya dan lumayan ribet
prosesnya. Lagian ini produk juga kan orang sekitar kita juga, ya pastinya mereka
tau betul jadi percayalah mba, tidak mungkin kan menggunakan bahan-bahan
haram atau apa gitu yang tidak diperbolehkan dalam Islam.74
Kemudian peneliti kembali melakukan wawancara dengan Kepala Desa

mengenai tanggapan produk yang tidak berlabel tersebut. Lalu peneliti

mendapatkan jawaban:

Iya mba, jadi kalau menurut saya ya memang sangat di perlukan mba
untuk membuat label halal pada produk, tetapi mba buat seperti itu juga cukup
susah mba, belum belum untuk biaya yang dikeluarkan juga cukup lumayan. Jadi
saya memaklumi. Lagi pula ini pruk juga, produk orang kita tidak mungkin juga
kan memakai bahan-bahan yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Dan pastinya
halal untuk dimakan tanpa ada label halal dikemasan tersebut kan mba. Saya
pribadi percaya dengan masyarakat Desa kita mba.75

72
Wawancara Dengan Rista, masyarakat Desa Tirta Kencana, 17 Januari 2021
73
Wawancara Dengan Rindyani, Masyarakat Desa Tirta Kencana, 17 Januari 2021
74
Wawancara dengan Bapak Rosidin, selaku Tokoh Agama sekitar 18 Febuari 2021
75
Wawancara dengan Bapak Joko Suwondo, selaku Kepala Desa, 18 Febuari 2021.
63

Dari hasil wawancara tersebut, kebanyakan diantara meraka banyak yang tidak

memerhatikan label Halal pada produk, dengan berbagai alasan dari mulai tidak

sempat lihat, kelamaan, atau bahkan ada yang tidak melihat yang penting ia

membeli produk tersebut. Akan tetapi ada yang melihat label Halal tersebut jika

mereka membeli produk luar negeri yang tidak diproduksi di Indonesia.

Kebayakan masyarakat juga sudah sangat percaya dengan produk tersebut karena

orang sekitar desa itu sendiri yang memproduksi.

Setelah mewawancarai masyarakat mengenai apakah melakukan pengecekan

terlebih dahulu ada tidak nya label halal pada produk yang mereka konsumsi,

selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Indrayani selaku pemilik

UKM An-Nisa apakah ada konplen dari masyarakat mengenai produk yang ibu

jual tersebut belum ada tercantum label halal: “Sampai sekarang si tidak ada

mba, Alhamdulillah mereka percaya dengan makanan yang saya buat ini aman

untuk dikonsumsi dan tidak menggunakan bahan-bahan yang tidak dibolehkan

dalam islam”.76

Begitulah hasil peneliti setelah mewawancarai pemilik Usaha Kecil Menegah

(UKM) An-Nisa. Seharusnya pelaku usaha bisa menyadarkan masyarakat dan

pemerintah tentang urgensi sertifikasi halal harus ada jaminan makanan halal

diIndonsia karena mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Keberadaan

makanan halal merupakan kebutuhan primer bagi umat Islam sehingga harus ada

kebijakan negara yang mengaturnya. Oleh karena itu, perlu adanya sertifikasi dan

76
Wawancara Dengan ibu Indrayani, Pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) An-Nisa, 30
Oktober 2020.
64

labelisasi produk dalam memberikan jaminan produk halal kepada masyarakat

khususnya warga muslim.77

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil Menengah

(UKM) Yang Tidak Memiliki Label Halal

Halal ialah sesuatu yang mudah (diperkenankan), yang terlepas dari ikatan

larangan, dan diizinkan oleh pembuat syariat untuk dilakukan. Akan tetapi

mengenai makanan dan minuman dari tumbuh-tumbuhan tidak banyak

perselisihan dikalangan manusia. Islam tidak mengharamkan kecuali sesuatu yang

telah berubah menjadi khamar (memabukkan), baik terbuat dari anggur, kurma,

gandum, maupun benda-benda lain. Intinya makanan dan minuman itu

memabukkan. Demikian islam juga mengharamkan sesuatu yang menyebabkan

hilangnya kesadaran dan melemahkan urat, dan segala sesuatu yang

membahayakan tubuh.78 Berikut hadis yang di riwayatkan Tarmizi dan Ibnu

Majah :

‫َّللاُ َعهَ ْي ِه َو َسهَّ َى ع ٍَْ ان َّس ًْ ٍِ َو ْان ُجب ٍِْ َو ْانفِ َزا ِء قَب َل ْان َح ََل ُل َيب أَ َح َّم‬
َّ ‫صهَّى‬ ِ َ‫ع ٍَْ َس ْه ًَبٌَ ْانف‬
َّ ‫بر ِس ِّي قَب َل ُسئِ َم َرسُى ُل‬
َ ِ‫َّللا‬

َّ ‫َّللاُ فِي ِكتَببِ ِه َو ْان َح َزا ُو َيب َح َّز َو‬


ُ ‫َّللاُ فِي ِكتَببِ ِه َو َيب َسكَتَ َع ُْهُ فَهُ َى ِي ًَّب َعفَب َع ُْه‬ َّ

Dari Salman Al Farisi dia berkata :

“Rasullah SAW pernah ditanya tentang hukumnya samin, keju dan kedelai hutan,

maka jawab beliau: Apa yang disebut halal ialah: sesuatu yang Allah halalkan

dalam kitabnya; dan yang disebut haram ialah: sesuatu yang Allah haramkan

77
Hayyun Durrotul Faridah, “Sertifikasi Halal Di Indonesia : Sejarah, Perkembangan, dan
Implementasi”, Journal of Halal Product and Research, V0l 2:2 (Desember 2019), hlm.72
78
Yusuf Qardhawi, halal dan haram, cet ke-6 (Robbani Press), hlm 45
65

dalam kitabnya; sedang apa yang ia diamkan, maka dia itu salah satu yang Allah

maafkan buat kamu”. 79

Produk halal ialah produk makanan atau minuman yang telah bersertifikasi

halal. Lembaga Majelis Ulama Indonesia berperan untuk memberikan label halal

pada makanan dan minuman. Label halal ini dapat membantu masyarakat agar

merasa aman dengan produk yang akan mereka konsumsi terutama masyarakat

muslim. Adapun yang menjadi hukum berlakunya makanan halal adalah sebagai

berikut:

‫لِل ا ِۡن ُک ۡن ُتمۡ ِايَّاهُ َت ۡع ُب ُد ۡو َن‬ ٰ ۡ ‫ت َما َر َز ۡق ٰن ُكمۡ َو‬


ِ ّ ِ ‫اش ُكر ُۡوا‬ ِ ‫ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّذ ِۡي َن ٰا َم ُن ۡوا ُکل ُ ۡوا م ِۡن َطي ِّٰب‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-

baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-

benar kepadanya kamu menyembah”. 80

Makanan halal merujuk pada semua jenis makanan yang baik dikonsumsi dan

jauh dari kriteria makanan yang dilarang Allah. Makanan halal ini biasanya

mempunyai kandungan nutrisi yang baik dan berguna untuk menjaga kesehatan

tubuh. Dan tidak hanya itu makann halal juga sudah terjamin keamanannya dan

terhindar dari bahan-bahan berbahaya yang dapat memberikan risiko berbagai

penyakit.81

Hukum memakan makanan halal juga terdapat pada al-Quran surah Al-

Maidah: 88 yang mana sebagai berikut:

79
Hadis Tarmizi dan Sunan Ibnu Majah, Kitab Makanan, Hadis Nomor 3358
80
Al-baqarah (2) : 172
81
http://m.merdeka.com/jateng/hukum-makanan-halal-dalam-islam-ketahui-bahaya-konsumsi-
makanan-haram-kln.html?page=1
66

ٰ ّ ٰ ‫َو ُكلُ ۡوا ِممَّا َر َز َق ُك ُم‬


َ ّ ‫ّللاُ َح ٰل ًًل َط ِّيبًا ۖ َّو ا َّتقُوا‬
‫ّللا الَّذ ِۡ ۤۡ اَ ۡنت ُتمۡ ِبٖ م ُۡۡ ِم ُن ۡو َن‬

Artinya : “Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai

rezeki yang halal dan baik, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-nya”. 82

Dari ayat tersebut dapat kita pahami sebagai mana bahwa Allah

memerintahkan umat muslim untuk makan makanan halal yang baik dan

bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, Allah juga memerintahkan umat muslim untuk

menghindari berbagai perilaku buruk yang datang dari godaan setan, dan patuh

pada semua perintah Allah.83

Dari ayat al-Quran maupun Hadis Nabi tidak ada yang mengatur untuk

disertifikasikan label Halal, akan tetapi dijelaskan dengan tegas untuk

memerintahkan Halal Thayibah dan menghindari yang Haram, dan bahkan

didalam al-Quran dijelaskan dengan tegas untuk menghindari makanan-makanan

yang diharamkan.

Islam mengatur banyak mengenai halal dan haram dalam bidang makanan.

Menurut ajaran agama Islam mengkonsumsi sesuatu yang halal, suci, dan baik

merupakan perintah agama dan hukumnya wajib. Ketika Allah SWT

mengharamkan hal-hal yang baik kepada kita, tidak ada maksud dibalik

penghalalan itu kecuali untuk kemaslahatan kita.

82
Al Maidah (85) : 88.
83
http://m.merdeka.com/jateng/hukum-makanan-halal-dalam-islam-ketahui-bahaya-konsumsi-
makanan-haram-kln.html?page=2
67

Kewajiban sertifikasi halal sesuai dengan Undang-Undang No. 33 Tahun

2014 tentang Jaminan Peoduk Halal (UU JPH) mulai dilaksanakan pada tanggal

17 Oktober 2019. Proses tersebut dilakukan secara bertahap, pada tahap awal

sertifikasi lebih difokuskan pada makanan dan minuman terlebih dahulu.

Kemudian baru merambat pada produk kosmetik, obat, dan alat medis. Produk

yang belum memiliki sertifikasi halal tidak langsung dijatuhkan hukuman, namun

tetap diberikan kesempatan untuk mengurus sertifikasi halal sampai 17 Oktober

2024.

Masa transisi ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku-pelaku Usaha

agar bisa mendapatkan sertifikasi Halal dalam setiap sosialisasi khususnya pelaku

Usaha Kecil Menengah (UKM). Selain melakukan sosialisasi, juga harus ada

pendampingan untuk membantu pelaku usaha mendaftarkan produknya untuk

disertifikasi. Dan untuk tariff sertifikasi diharapkan juga segera ada rincian yang

jelas, sehingga tidak memberatkan pelaku usaha mikro. 84

Dari beberapa penjelasan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwasanya,

mengkonsumsi makanan Halal sudah menjadi kewajiban bagi umat muslim. Tidak

hanya untuk kebaikan kesehatan dan terhindar dari keharaman, kita juga sudah

mengikuti perintah Allah SWT dalam tidak mengkonsumsi makanan haram serta

menurut syara (hukum Islam). Mengkonsumsi makanan yang tidak berlabel Halal

boleh dilakukan, asalkan dalam mengkonsumsi makanan tersebut tidak akan

84
Hayyun Durrotul Faridah, “Sertifikasi Halal Di Indonesia : Sejarah, Perkembangan, dan
Implementasi, Journal of Halal Product and Research, V0l 2:2 (Desember 2019), hlm.77
68

menimbulkan kerugian atau keburukan bagi orang yang mengkonsumsi makanan

tersebut.

Sebagai pelaku usaha hendaknya kita harus bertanggung jawab dalam

memproduksi makanan atau pun minuman yang akan kita distribusikan terutama

untuk umat Islam yang mana sebagian besar masyarakat kita beragama Islam.

Mulai dari proses pembuatan serta bahan yang digunakan diharapkan semua

sesuai syariat Islam dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah Allah

jelaskan dalam al-Qur‟an.

Dan untuk pelaku usaha yang produk nya belum memiliki Label Halal

segeralah mendaftarkan diri kepada lembaga yang berwewenang mengeluarkan

sertifikasi Halal dan mengikuti prosedur yang telah ditentukan untuk mendapatkan

sertifikasi Halal.
69

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian dan analisis yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya

mengenai tinjauan hukum islam terhadap produk usaha kecil menengah (UKM)

yang tidak memiliki label halal maka penulis mengambil beberapa kesimpulan

dari pembahasan atau hasil dari penelitian tersebut yaitu sebagai beriku:

1. Prosedur Untuk Mendapatkan Label Halal Pada Produk Usaha Kecil Menengah

(UKM), dapat diperoleh melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produuk Halal

(BPJPH) atau pun lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan sudah diatur

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang

Jaminan Produk Halal pasal 1.

2. Pengaruh Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Yang Tidak Memiliki Label

Halal Di Masyarakat Desa Titra Kencana. Pengaruh nya di Masyarakat ialah

masyarakat sekitar merasa nyaman dan tidak terganggu mengenai produk yang

tidak berlabel tersebut, karena mereka sudah percaya dengan apa yang diproduksi

di usaha tersebut. Lagi pula produk tersebut juga orang setitar Desa itu sendiri jadi

sudah sangat percaya walaupun tidak adanya label Halal pada kemasan tersebut.

3. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Yang

Tidak Memiliki Label Halal. Islam hanya mengatur mengenai halal dan haram

dalam bidang makanan. Menghindari makanan yang haram, yang telah dijelaskan

dalam al-Quran, tetapi al-Quran atau pun Hadis tidak menegaskan untuk

melakukan sertifikasi Label Halal, kecuali untuk Undang-Undang No. 33 Tahun


69
70

2014. Dan untuk Mengkonsumsi makanan yang tidak berlabel Halal boleh

dilakukan, asalkan dalam mengkonsumsi makanan tersebut tidak akan

menimbulkan kerugian atau keburukan bagi orang yang mengkonsumsi makanan

tersebut. Ketika Allah SWT mengharamkan hal-hal yang baik kepada kita, tidak

ada maksud dibalik penghalalan itu kecuali untuk kemaslahatan kita.

B. Saran

Adapun saran-saran yang menurut penulis penting untuk diperhatikan adalah:

1. Kepada pihak yang bersangkutan agar segera menetapkan atau mewajibkan

sesuatu yang menjadi kewajiban produsen agar segara membuat dan

mencantumkan Label Halal pada prduk yang mereka produksi.

2. Kepada pelaku usaha sebaiknya, walaupun kewajiban pencantuman label halal

ini belum diwajibkan pada saat ini, ada baiknya jika pelaku usaha terlebih dahulu

mendaftarkan produk apa saja yang akan di jual belikan, supaya tidak

memberikan ketidak nyamanan baik kepada pelaku usaha maupun konsumen.

3. Dan kepada konsumen muslim sebaiknya didalam berbelanja hendaknya

memeriksa terlebih dahulu apakah produk tersebut sudah tercantum Label Halal

atau belum. Jika tidak ada sebaiknya hindarkan saja, karena didalam Islam sudah

diajakarkan agar orang-orang yang beriman memakan makanan yang baik baik

saja. Masyarakat yang akan mengkonsumsi dihimbau untuk teliti dalam melihat

produk yang akan dikonsumsi secara detail dan seksama. Sebagai konsumen

khususnya konsumen muslim hendaknya kita harus pandai melihat produk yang

akan kita beli tersebut apakah sudah bersertifikasi halal atau belum. Jika
71

konsumen muslim kurang teliti dalam membaca produk makanan atau minuman

akan berujung pada kerugian lahir dan batin. Secara lahir produk yang

mengandung bahan kimia atau bahan berbahaya lainnya akan berdampak pada

kesehatan. Sedangkan secara batin, mengkonsumsi produk yang tidak halal akan

berdosa.
72

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur
Al-Quran dan Teremahannya
Andjar Prasetyo, UKM, Kelayakan Usaha dan Penilaian Kinerja , Jakarta Selatan
: Indocamp, 2018.
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, Rabbani Press,ke-6, 1960 M
Hasbi Ash-Shiddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Kusinwati, Manajemen Usaha Kecil dan Menengah, Tanggerang: Loka Aksara,


2019
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Mustofa, Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009

Rahma Hidayati, Dinamika Hukum Islam Dalam Lintasa Sejarah, Jakarta Selatan:
Gaung Persada Press Grup, 2013.
Sahid, Hukum Islam Di Indonesia, Surabaya: Pustaka Idea, 2016
Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta Timur: Sinar Grafika Offset, 2012

Sayuti Una, pedoman Penulisan Sripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syariah Press, 2014

Yuni Suryani, Panduan Halal Dan Haram Untuk Anak, Jakarta Timur: PT
Luxima Metro Media, 2013.

B. Peraturan Perundang-undangan
Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun 1998, tentang Pengertian Usaha Kecil.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK016/1994

Keputusan Menteri Kesehatan dan Menteri Agama R.I No.

427/MENKES//VIII/1985 Nomor : 68 Tahun 1985, tentang Pencantuman Tulisan

Halal Pada Label Makanan.

72
73

Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999, tentang Label Halal dan Iklan

Pangan.

Undang-undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal


Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2003 tentang Standarisasi Fatwa
Halal

C. Lain-lain
Ade Reselawati, “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM DiIndonesia”, HasilPenelitian
Kompetitif Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2011.
Ando Friska, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Penerapan Potongan Dalan Jual
Beli Kopi”, Hasil Penelitian Kompetitif Universitas Islam Negeri Raden Intan,
Lampung 2018
Artikel Wawasan Bisnis, “Https:/www.ukmindonesia.id/bacaartikel.
Dwi Zulfa, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap Makanan
Yang Tidak Berlebel Halal Oleh MUI Provinsi Jambi”, Hasil Penelitian
Kompetitif UIN STS Jambi, 2019.
Hayyun Durrotul Faridah, “sertifikasi Halal di Indonesia : sejarah,
perkembangan, dan implementasi”, journal of halal product and research, Vol 2:2.
http://disperindag.sumbarprov.go.id/details/news/4699
http://m.rctplus.com/news/details/muslim/323696/halal-dan-haram:-asal-tiap-tiap-
sesuatu-ada-mubah
http://m.merdeka.com/jateg/hukum/makanan-halal-dalam-islam-ketahui-bahaya-
konsumsi-makanan-haram-kln.html.
Leni Setiwardani, “Analisi Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Di
Pesantren Annabila”, Hasil Penelitian Kompetitif UIN Walisongo Semarang,
2015.
Multazan Masruddin, “Analisis Peran Usaha Kecil Menengah (UKM) Terhadap
Peningkatan Ekonomi Keluarga Karyawan”, Hasil Penelitian Kompetitif UIN
Makassar, 2016.
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Cetakan Ke- 18, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012), hlm. 43.
Pendekatan Dalam Penelitian Kualitatif, “http://www-Kompasiana-
com.cdn.amprojeck.
74

Rico Dwi Lestari, “Kontribusi PT Daya Bambu Sejahtera (DBS) Pertambangan


Batu Bara Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Mengupeh”, Hasil
Penelitian Kompetitif UIN STS Jambi, 2019.
Sumber/: Profil Desa Tirta Kencana
UU 33 Tahun 2014 tentang jaminan produk halal, ”http://-jogloabang-
com.cdn.ampproject
LAMPIRAN

1). Foto bersama Ibu Indrayani selaku Pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM).

2). Beberapa makanan ringan yang telah diproduksi di Usaha Kecil Menengah
(UKM) tersebut.
3). Dokumentasi peneliti saat Observasi dengan Usaha Kecil Menegah (UKM)
lainnya yang sama sama memproduksi makanan ringan.

4). Beberapa makanan ringan yang sudah diproduksi di Usaha Kecil Menengah
(UKM) tersebut.
CURRICULUM VITE

Nama : Yesi Krismanita Sari

Tempat Tgl Lahir : Tirta Kencana, 12 Desember 1998

No. Kontak HP : 085378960875

Alamat : Jl. Menggris unit 6, Desa Tirta Kencana, Kec.


Rimbo Bujang, Kab. Tebo.

Pendidikan Formal
1 SD Negeri 119/VII Desa Tirta Kencana 2005 / 2011
2 SMP N 13 Kab. Tebo 2011 / 2014
3 SMA N 11 Kab. Tebo 2014 / 2017
4 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Jambi, Febuari 2021

Yesi Krismanita Sari


104170356

Anda mungkin juga menyukai