Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HADITS

Konsumsi Dalam Persfektif Hadits

Di Susun Oleh:

Rizky Nazaruddin

(12020515341)

Zrima Nella Sari

(12020525328)

Dosen Pengampuh

Darmawan Tia Indrajaya. M.Ag.

EKONOMI SYARIAH E

FAKULTAS ILMU HUKUM DAN SYARI`AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb ….
Bismillahhirrahmanirrahim ….

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
yang membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah yakni ajaran
agama Islam.

Penulisan makalah yang berjudul “Konsumsi dalam persfektif hadist” bertujuan


untuk memenuhi tugas mata kuliah “hadist – hadist tentang ekonomi”. Kami berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang konsep didalamnya.

Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap semoga semua
yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-
baiknya dari Allah SWT.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga makalah
ini bisa mencapai kesempurnaan.

RIAU, 27 SEPTEMBER 2021

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I ......................................................................................................................... 1

Pendahuluan ........................................................................................................... 5

A. Latar Belakang ......................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................................... 5

BAB II ....................................................................................................................... 6

Pembahasan ........................................................................................................... 6

1. Pengertian Konsumsi dalam ekonomi islam ..................................................... 6

2. Dasar – dasar dan Prinsip Konsumsi dalam islam ............................................ 11

3. Sasaran konsumsi ............................................................................................ 16

4. Urgensi konsumsi dalam islam ...................................................................... 18

BAB III ...................................................................................................................... 20

Penutup .................................................................................................................. 20

A. Kesimpulan .................................................................................................. 20

B. Saran ............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan manusia.
Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia. Pengertian
konsumsi dalam ilmu ekonomi tidak sama dengan istilah konsumsi dalam kehidupan sehari-hari
yang diartikan dengan perilaku makan dan minum. Dalam ilmu ekonomi konsumsi adalah setiap
perilaku seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Konsumsi merupakan satu dari tiga pokok ekonomi selain produksi dan
distribusi. Konsumsi secara umum dimaknai sebagai tindakan untuk mengurangi atau
menghabiskan guna ekonomi suatu benda, seperti memakan makanan, memakai baju,
mengendarai sepeda motor, menempati rumah, dan lain-lain. Dalam berkonsumsi seseorang atau
rumah tangga cenderung untuk memaksimumkan daya guna atau utility-nya. Dalam berkonsumsi
tidak ada batasan untuk mencapainya. Sebagaimana ditegaskan Mundell, setiap individu atau
kelompok memiliki hasrat memaksimumkan keinginannya. Keinginan yang dimaksud adalah
kesenangan (happiness). Dasar dari pemenuhan happiness tersebut adalah keinginan.Konsumsi
itu sendiri bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Dengan konsumsi, seseorang dapat
terhindar dari kesulitan dan problem yang menghalanginya. Oleh karena itu dengan konsumsi
kelangsungan kehidupan bisa diteruskan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Konsumsi dalam ekonomi islam
2. Dasar – dasar dan Prinsip Konsumsi dalam islam
3. Sasaran konsumsi
4. Urgensi konsumsi dalam islam.

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Konsumsi dalam ekonomi islam
2. Mengetahui Dasar – dasar dan Prinsip Konsumsi dalam islam
3. Mengetahui Sasaran konsumsi
4. Mengetahui Urgensi konsumsi dalam islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian konsumsi dalam ekonomi islam

Konsumsi berasal dari bahasa inggris, yaitu to consume yang berarti memakai atau
menghabiskan. Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), Kata konsumsi diartkan dengan
pemakaian barang hasil produksi. Secara luas konsumsi adalah kegiatan untuk mengurangi atau
menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa, baik secara sekaligus maupun berangsur-angsur
untuk memenuhi kebutuhan1

Konsumsi secara etimologi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pemakaian barang
hasil produksi, baik pakaian, makanan dan lain-lain. Sedangkan pelakunya disebut sebagai
konsumen.2 Konsumsi juga dapat diartian sebagai setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan
kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan hidup.

Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi


kebutuhan. Konsumsi meliputi keperluan, kesenangan dan kemewahan. Kesenangan atau
keindahan diperbolehkan asal tidak berlebihan, yaitu tidak melampaui batas yang dibutuhkan
oleh tubuh dan tidak pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.3

Pengertian konsumsi dalam ekonomi islam adalah memenuhi kebutuhan baik jasmani
maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah
SWT untuk mendapatkan kebahagiaan atau kesejahteraan didunia maupun akhirat 4. Pada
hakikatnya konsumsi adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Konsumsi meliputi beberapa hal yaitu keperluan kesenangan dan kemewahan. Tujuan utama
konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah dan meningkatkan
keimanan kepada Allah dalam rangka mendapatkan kemenangan, kedamaian, dan kesejahteraan
akhirat (falah), baik dengan membelanjakan uang atau pendapatannya untuk keperluan dirinya
maupun untuk amal sholeh bagi dirinya. Adapun hadisnya yaitu :

1
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam 2,(Pekanbaru : al-Mujtahadah Press, 2014) h.93
2
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta:RajaGrafindo Persada,
2008), 728
3
Mawardi, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alfa Riau Graha UNRI PRESS, 2007) h. 82
44
Aulia Rahman dan Muh Fitrah. “perilaku…, hlm.21

5
َٜ‫ َِأَ ِت‬ٜ
َّ ِ‫َِاىشَ َْعَث‬
َِ ‫ع‬ََ َ،‫اَ َُء‬ٝ‫َ ََص ََم َِش‬،‫ َحذََثَََْا‬،ٜ‫حذََثََْا َأ ِت‬
ََ َ،َْٜ َِّ‫ َِشَاَْى ََٖ ََْ ََذا‬ََََْٞ ُ ‫ََِذ‬ َِ ‫عَْث َِذَهللاََْت‬
ََ َِ َُ ‫حََ َُذََْت‬ََ ٍَُ ََ ‫ح ََذََثََْا‬
ََ
َ:َ‫َقُ ْ٘ ُه‬ٌََٝ ‫عي‬
َ َٗ َ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ َُ‫َهللا‬ٚ‫ع ْ٘هََهللاَِصَي‬ ُ ‫َس‬ َ ُ‫ع َِعْد‬ َ َ‫ع ْْ ُٖ ََاَقَا ََه‬ َ َُ‫َهللا‬َٜ ‫ض‬ ِ ‫َس‬ َ ‫ ٍْش‬ٞ‫ش‬ ِ َ‫اَُت َِِْت‬ ِ ََ ‫ع ْثذَِهللاَِاىُّْ ْع‬ َ
ََٚ‫َََ ََ َِِاذق‬،‫اط‬ ِ َْ‫ٍَ ََِاى‬ ِ ‫ ٌْش‬ِٞ‫َ ْعيَ َُ َُِٖ َمث‬ََٝ‫شرَثِ َٖاخٌ َال‬ ْ ٍُ َ‫َْ ُٖ ََاَأ ُ ٍُ ْ٘ ٌس‬ْٞ َ‫َٗت‬ َ ٌِ َِّٞ‫َٗإَُِا ْى َح َشا ًََت‬ َ ٌِ َِّٞ‫إَُِا ْى َحالَهََت‬
َ ‫َ ْش‬َٜٝ‫َ ََماىشا ِع‬،ً‫َا ْى َح َش ِا‬ََِٜ‫َِٗقَ َع‬
َٚ‫ع‬ َ ‫شثُ َٖاخ‬ ُّ ‫َاى‬ََِٜ‫َٗقَ َع‬ َ ِْ ٍَ َٗ، َ ِٔ ‫َٗ ِع ْش ِض‬ َ ِٔ ِْْٝ ‫عرَث َْشأََ ِى ِذ‬
ْ ‫شثُ َٖاخَََِقَذَْا‬ ُّ ‫اى‬
ََِٜ َُ‫َهللاَِ ٍَ َح ِاس ٍَُُٔأَالَََ َٗ ِإ‬ََٚ ‫َح‬ ِ ُ‫َٗ ِإ‬ َ َ‫َأَال‬ًَٚ ‫َح‬ ِ ٍ‫َٗ ِإَُ ِى ُن ِوَّ ٍَيِل‬ َ َ‫َأَال‬،ِٔ ْٞ َِ َ‫َ ْشذَ َع‬َُْٝ َ‫شلُ َأ‬ ِ ْ٘ َََُٝٚ ‫َح ْ٘هََا ْى ِح‬
َٓ‫ةَ[سٗا‬ َ َ‫غذَُمُيُّ ََُٔأَال‬
ُ ‫َا ْىقَ ْي‬َٜ ِٕ َٗ َ ‫غذََا ْى َج‬ َ َََ ْ‫غذَخ‬ َ َََ‫َٗإِرَا‬ َ ُُّٔ‫غذَُمُي‬ َ ‫صيَحََا ْى َج‬ َ َ ْ‫صيَ َحد‬ َ َ‫ضغَحًَإِرَا‬ ْ ٍُ َِ‫غذ‬ َ ‫ا ْى َج‬
]ٌ‫ٍَٗغي‬ٛ‫اىثخاس‬

Artinya:: Dari Abu Abdillah Nu‟man bin basyir radhiallahuanhu, saya mendengar Rasul
SAW bersabda: halal itu jelas, haram juga jelas, diantara keduanya itu subhat, kebanyakan
manusia tidak mengetauhi, maka barang siapa menjaga diri dari barang subhat, maka ia telah
bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang terjerumus dalam subhat maka ia
seperti penggembala disekitar tanah yang dilarang yang dikhawatikan terjerumus. Ingatlah
sesungguhnya bagi setiap pemimpin daerah larangan. Larangan Allah adalah yang diharamkan
oleh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging , jika baik
maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah itu adalah hati.
(HR. Bukhori dan Muslim).5

Hadits ini secara tegas menyebutkan bahwa yang haram itu telah jelas,. Artinya bahan
yang haram sesungguhnya tidak perlu disertifikasi haram. Lagi pula dalam kenyataannya, tidak
ada industri atau restoran yang menggunakan bahan yang haram seperti daging babi, atau
industri yang menghasilkan minuman keras kemudian mengajukan sertifkat haram. Tidak ada
untung dan manfaatnya bagi mereka mengajukan atau memperoleh sertifikat haram.

Sebaliknya yang halal juga sudah jelas dan juga tidak perlu disertifikasi halal. Dalam
terminologi proses sertifikasi halal, bahan tersebut dikelompokkan kedalam kelompok positive
list, yaitu bahan bahan yang sudah jelas kehalalannya dan tidak perlu untuk disertifikasi halal,
seperti bahan tambang, sayuran segar, ikan segar, dan lain lain.

Yang justru perlu disertifikasi adalah bahan bahan yang syubhat (samar-samar) seperti
yang dinyatakan dalam hadits tersebut, yaitu bahan bahan yang tidak atau belum jelas apakah
halal atau haram. Proses sertifikasi pada dasarnya adalah proses untuk sampai kepada keputusan
bahan yang tidak jelas tersebut agar menjadi jelas, apakah bahan tersebut jelas halal atau jelas
haram.

5
An- nawawi, Terjemahan Hadits Arba`inan-Nawawi,(Jakara; I`tishom Cahaya Umat), hlm 15-16

6
Proses tersebut tentunya melalui proses audit (pemeriksaan dan/atau pengujian) oleh
lembaga yang kompeten dan proses penetapan (fatwa) oleh lembaga yang diakui dan mempunyai
kewenangan untuk memberikan fatwa halal.

Bahwa makanan dan minuman yang haram itu lebih sedikit dari makanan dan minuman
yang halal benar adanya. Bahan makanan dan minuman yang haram itu menurut Al Quran
hanyalah bangkai, darah, daging babi, dan hewan yang disembelih dengan tidak menyebut nama
Allah (Al Baqarah 173) dan khamr (Al Maidah 90).

Selain itu, beberapa hadits juga menyebutkan keharaman binatang buas (karnivora),
binatang yang hidup di dua alam (amphibi), binatang yang menjijikkan, binatang yang disuruh
untuk membunuhnya, dan binatang yang dilarang untuk membunuhnya.

Namun yang berpendapat bahwa yang haram itu lebih sedikit mungkin lupa atau mungkin
tidak tahu kalau perkembangan ilmu dan teknologi di bidang pangan menyebabkan makanan
minuman yang kita konsumsi sekarang, terutama yang dibuat secara industri sudah menjadi
sesuatu yang syubhat.

Dalam pembuatan makanan minuman, selain bahan baku utama (main raw material), juga
ada bahan tambahan (additives) dan bahan penolong (processing aids). Bisa jadi bahan
utamanya sendiri berasal dari bahan yang haram, atau bahan utamanya bahan yang halal namun
bahan tambahan atau bahan penolongnya berasal dari bahan yang haram sehingga tercampur
antara yang halal dengan yang haram.

Atau mungkin juga fasilitas proses produksi digunakan untuk bahan yang halal dan bahan
yang haram sehingga bahan yang halal terkontaminasi oleh bahan yang haram. Dengan demikian
status produk industri menjadi produk yang syubhat , yaitu belum jalal kehalalannya. Karena itu,
produk yang syubhat tersebut perlu diperjelas status kehalalannya melalui proses serifikasi. 6

Yang dimaksud makanan yang halal yaitu makanan yang diperbolehkan oleh agama dari
segi hukumnya. Yang dibolehkan oleh agama misalnya buah-buahan, sayur-sayuran dll.
Makanan yang halal pada hakikatnya makanan yang diperoleh dengan cara yang halal
pula(benar).

Sedangkan makanan yang haram sudah jelas yaitu makanan yang dilarang oleh agama
untuk dimakan. Dan Allah menjelaskan sesuatu yang haram ada dua macam yaitu haram dzatnya
dan Haram “Arid”(haram mendatang karena suatu sebab). Makanan yang haram dzatnya seperti
daging babi, darah, bangkai, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah dll.
Sedangkan haram Arid adalah haram dimakan karena cara memperoleh atau mengolahnya,
misalnya ayam hasil mencuri dan sebagainya.

6
https://wr4.uai.ac.id/sertifikasi-halal-atau-sertifikasi-haram/

7
Adapun makanan yang baik makanan yang tidak membahayakan bagi tubuh manusia
dilihat dari segi keseshatan. Makanan yang baik lebih bersifat kondisional maksudnya yaitu
makanan yang menurutk kita baik belum tentu baik untuk orang lain dan sebaliknya, dan
makanan yang baik menurut kita belum tentu halal dan yang halal belum tentu baik untuk tubuh
kita.

Dan ada beberapa ayat yang berkaitan dengan hadis diatas yaitu:

QS. AL-BAQARAH (2) : 168

‫شيطن خطىت جحّبعىا وال طيّبا حهال األرض فى ي ًّا كهىا اننّاس يأيّها‬
ّ ‫إنّه ج ان‬, ‫عدو نكى‬
ّّ
‫ ّيبين‬168
Artinya : “wahai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”

Perintah pada ayat al-baqarah 168 ditunjukan bukan hanya kepada orang-orang beriman
tetapi untuk seluruh manusia. Ini menunjukan bahwa bumi disiapkan Allah untuk seluruh
manusia, mukmin, atau kafir. Tidak semua yang ada di dunia otomatis halal dimakan atau
digunakan. Allah menciptakan ular berbisa bukan untuk dimakan, tetapi antara lain untuk
digunakan bisanya sebagai obat. Ada burung-burung yang diciptakan-Nya untuk memakan
serangga yang merusak tanaman. Dengan demikian, tidak semua yang ada dibumi menjadi
makanan yang halal, karena bukan semua yang diciptakan untuk dimakan manusia. Karena itu
Allah memerintahkan untuk makan makanan yang halal

Dalam ayat ini Allah menyatakan pula bahwa semua makanan yang ada dibumi halal dan
baik, lezat yang tiada bahaya bagi badan atau akal fikiran dan urat saraf, dan melarang manusia
mengikuti jejak bisikan syaitan yang sengaja akan menyesatkan manusia dari tuntunan Allah.
Sehingga syaitan mengharamkan dari apa dihalakan Allah dan menghalalkan apa yang
diharamkan. Sebagaimana yang terdapat dalam hukum adat yang tidak terdapat dalam kitab
Allah dan sunnah Rasulullah saw, Allah menyatakan bahwa syaitan sebagaian musuh yang nyata
agar kita waspada.

2. Dasar-Dasar dan Prinsip-Prinsip Konsumsi dalam Islam

Dalam hal konsumsi, al-Qur‟an memberi petunjuk yang sangat jelas dan mudah dipahami,
al-Qur‟an mendorong untuk menggunakan barang-barang yang baik (halal) dan bermanfaat serta
melarang untuk hidup boros dan melakukan kegiatan konsumsi untuk hal-hal yang tidak penting,

8
al-Qur‟an juga melarang untuk bermewah-mewahan dalam hal pakaian ataupun makan, sesuai
dengan firman Allah surat al-Baqarah : 168. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”Disini Islam memerintahkan
agar manusia dalam mengkonsumsi segala sesuatu di dunia ini terbatas pada barang atau jasa
yang baik dan halal yang telah disediakan oleh Allah kepada mereka. Mereka juga diperintahkan
agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan yang berusaha menggoda manusia untuk mau
mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah.13Dalam al-Qur‟an dijelaskan bahwa dalam hal
pemanfaatan nikmat dan karunia Allah swt harus dilakukan secara adil dan seimbang sesuai
dengan prinsip syariah, sehingga selain nantinya akan mendapatkan manfaat dari segi material,
juga merasakan kepuasaan dari segi spiritual. Islam memperbolehkan kepada manusia untuk
menikmati berbagai karunia kehidupan dunia yang diberikan oleh Allah swt, seperti dalam
firmanNya surat al-A’raf :32

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-
Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?"
Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi
orang-orang yang mengetahui.”Islam mengajarkan kepada kita agar dalam mengeluarkan
(membelanjakan) harta, tidak berlebihan dan juga tidak kikir atau pelit, karena sifat berlebih-
lebihan merupakan sifat yang akan merusak jiwa, harta, dan juga memberikan efek negatif
terhadap masyarakat. Sedangkan kikir atau pelit merupakan sikap yang dapat menahan harta
untuk tidak dikeluarkan meskipun untuk kebutuhan yang penting. Seperti dalam firman Allah
surat al Furqan ayat 67. “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.”Salah satu pakar ekonomi muslim

Muhammad Abdul Mannan menawarkan lima prinsip konsumsi dalam Islam7 diantaranya:

1. Prinsip keadilan, mengandung pengertian bahwa dalam berkonsumsi tidak boleh


menimbulkan kedzaliman baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi orang lain. Dalam
soal makanan dan minuman, yang terlarang adalah darah, daging binatang yang telah mati
sendiri, daging babi, daging binatang, daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama
selain nama Allah dengan maksud dipersembahkan sebagai kurban untuk memuja berhala atau
tuhan-tuhan lain, dan persembahan bagi orang-orang yang dianggap suci atau siapa pun selain
Allah.

2. Prinsip kebersihan, mengandung makna yang sempit dan luas. Makna yang sempit
berarti barang dikonsumsi harus bersih dan sehat (bebas dari penyakit) yang bisa diindera secara
konkrit. Makna yang luas berarti harus bersih dari larangan shara'
7
https://www.kompasiana.com/reniwulandari/5500bea0a33311e572511ce1/prinsip-konsumsi

9
3. Prinsip kesederhanaan, mengandung maksud sesuai dengan kebutuhan dan tidak
berlebih-lebihan karena hal ini merupakan pangkal dari kerusakan dan kehancuran baik bagi
individu maupun masyarakat.

4. Prinsip kemurahan hati, mengandung maksud tindakan konsumsi seseorang harus


bersifat ikhlas dan bukan dipaksakan serta mempertimbangkan aspek sosial seperti pemberian
sedekah.

5. Aspek moralitas, mengandung arti bahwa perilaku konsumen muslim harus tetap tunduk
pada norma-norma yang berlaku dalam Islam yang tercermin baik sebelum, sewaktu dan sesudah
konsumsi. Dengan demikian, ia akan merasa kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-
keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-nilai
kebahagiaan hidup material dan spiritual. 8

Adapun prinsip konsumsi dalam islam yang lainnya yaitu :

a. Halal
ِٜ َ ََْ‫ َحذث‬،ٜ‫َ َحذثَْاَأ ِت‬،ْٜ ِّ‫ ِْشَا ْى َٖ َْذَا‬ََٞ ُ ‫ع ْثذَِهللاَت َِِْذ‬
َّ ِ‫َع ََِِاىش ْعث‬،‫ا ُء‬ٝ‫َصم َِش‬،‫ا‬ َ َُِ‫َحذََثَْاََ ٍُ َحَذَُ ْت‬
ٌََ ‫عي‬ َ َٗ َ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ َُ‫َهللا‬ٚ‫ع ْ٘هََهللاَِصَي‬ ُ ‫َس‬
َ ُ‫ع َِعْد‬ َ َ‫ع ْْ ُٖ ََاَقَا ََه‬ َ َُ‫َهللا‬َٜ ‫َس ِض‬ َ ‫ ٍْش‬ٞ‫ش‬ ِ َ‫اَُت َِِْت‬ َ َِٜ‫أَت‬
ِ ََ ‫ع ْثذَِهللاَِاىُّْ ْع‬
َِِ ََ َََ،‫اط‬ ِ ْ‫ٍَ ََِاى‬ ْ ٍُ َ‫َْ ُٖ ََاَأ ُ ٍُ ْ٘ ٌس‬ْٞ َ‫َٗت‬
ِ ‫ ٌَْش‬ِٞ‫َ ْعيَ َُ َُِٖ َمث‬ََٝ‫شرَ ِث َٖاخٌ َال‬ َ ٌِ ِّٞ َ‫َٗإَُِا ْى َح َشا ًََت‬ َ ٌِ ِّٞ َ‫َإَُِا ْى َحالَهََت‬:َ‫َقُ ْ٘ ُه‬ٝ
َٜ‫َمَاىشا ِع‬،ً‫َا ْى َح َش ِا‬َِٜ َ‫َِٗقَ َع‬ َ ‫شثُ َٖاخ‬ ُّ ‫َاى‬َِٜ َ‫َٗقَ َع‬ َ ِْ ٍَ َٗ،َ ِٔ ‫َٗ ِع ْش ِض‬ َ ِٔ ِْ ْٝ ‫عرَث َْشأََ ِى ِذ‬ْ ‫شثُ َٖاخَََِقَذَْا‬ ُّ ‫َاى‬َٚ‫اذق‬
ََ‫اس ٍَُُٔأَال‬ َِ ‫َهللاَِ ٍَ َح‬ََٚ ‫َح‬ ِ ُِ‫َٗإ‬ َ َ‫َأَال‬ًَٚ ‫َح‬ِ ٍ‫َٗإَُِ ِى ُن ِوَّ ٍَيِل‬ َ َ‫َأَال‬،ِٔ ْٞ ََِ‫َ ْشذَ َع‬َُْٝ َ‫شلُ َأ‬ ِ ْ٘ َََُٝٚ ‫َ َح ْ٘هََا ْى ِح‬ٚ‫ع‬ َ ‫َ ْش‬ٝ
َ‫ة‬ُ ‫َا ْىقَ ْي‬ََٜ ِٕ ََٗ َ‫غذَُ ُمئَُُّأَال‬َ ‫غذََا ْى َج‬ َ َََ ْ‫غذَخ‬ َ َََ‫َٗإِرَا‬
َ ُُّٔ‫غذَُ ُمي‬ َ ‫صيَحََا ْى َج‬ َ َ ْ‫صيَ َحد‬ َ َ‫ضغَحًَإِرَا‬ ْ ٍُ َِ‫غذ‬ َ ‫َا ْى َج‬ََُِِٜ‫َٗإ‬
ٌّ‫ٍَٗغي‬ٛ‫[سٗآَاىثخاس‬

Artinya:

“Nabi SAW bersabda: “Halal itu jelas,haram juga jelas,di antara keduanya adalah
subhat,tidak banyak manusia yang mengetahui. Barang siapa menjaga diri dari
subhat, maka ia telah bebas untuk agama dan harga dirinya,barang siapa yang
terjerumus dalam subhat maka ia diibaratkan pengembala disekitar tanah yang di
larang yang dihawatirkan terjerumus. Ingatlah sesungguhnya setiap
pemimpin punya bumi larangan. Larangan Allah adalah hal yang di haramkan oleh
Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging jika
8
http://etheses.iainponorogo.ac.id/2168/9/BAB%20II.pdf

10
baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah
daging itu adalah hati.”9

Ibnu Katsir berkata, Allah menjelaskan tentang tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha
Memberi kepada seluruh makhluknya. Dia kemudian memberitahukan akan izin-Nya terhadap
segala sesuatu (sumber daya) yang ada di bumi untuk dimakan dengan syarat halal, selama tidak
membahayakan akal dan badan.

Halal yang murni, misalnya adalah buah-buahan, binatang sembelihan, minuman sehat,
pakaian dari kapas atau wol, pernikahan yang sah, warisan, rampasan perang dan hadiah.

Haram yang murni misalnya bangkai, darah, babi, arak, pakaian sutra bagi kaum lelaki,
pernikahan sesama mahram, riba, hasil rampok dan curian.

Sementara diantara keduanya adalah syubhat. Syubhat adalah beberapa masalah yang
diperselisihkan hukumnya, seperti daging kuda, keledai, biawak, minuman anggur yang
memabukkan apabila banyak, pakaian kulit binatang buas.

Kewajiban seorang hamba adalah menjauhi segala bentuk syubhat dan syahwat (keinginan)
yang diharamkan, membersihkan hati dan anggota badannya dari segala hal yang dapat
melenyapkan iman. Hal itu dilakukan dengan memperbaiki hati dan anggota badannya sehingga
akan semakin kuat hatinya.

b. Baik/Bergizi

ٌ ِّٞ ‫َ َط‬َٚ‫َ( ِإُ َهللاَ َذَعَاى‬:ِ‫ع ْ٘ ُه َهللا‬


ََ‫ة َال‬ َ ‫َقَاه‬:َ‫ع ُْْٔ َقَاه‬
ُ ‫ََس‬ َ ََٚ‫ َهللاَُذَعَاى‬َٜ ‫ض‬ َ َ‫ َْشج‬ٝ‫ َُٕ َش‬ْٜ ‫َع َِْ َأَ ِت‬،
ِ ‫َس‬
َ‫ع ُوَمُيُ٘ا‬ ُّ َٖ ُّٝ َ‫اَأ‬َٝ (َ:َ‫ ََََِْقَاه‬ٞ‫ع ِي‬
َُ ‫اَاىش‬ َ ‫ ََِْ ِت ََاَأَ ٍَ َشَتِ َِٔاى َُ ْش‬ِْٞ ٍِ ‫هللاَأ َ ٍَ َشَاى َُ ْؤ‬
َ َُ‫َٗ ِإ‬ َ ً ‫ َثا‬ِّٞ ‫ ْق َث ُوَ ِإالَ َط‬َٝ
َ‫َِآ ٍَُْ٘اَمُيُ٘ا‬ِٝ َ ‫ُّ َٖاَاىز‬َٝ‫َاَأ‬ٝ(َ:َ‫)َٗقَاه‬ َ ٌٞ‫َتَاَذعَيَُ٘عي‬ّٜ‫خَ َٗا ْع ََيُ٘اَصَا ِىحَا ًَا‬ َِ ‫ِّثَا‬ٞ‫ٍِ ََِاىط‬
َ‫شعَ َث‬ ْ َ‫ ُو َاىغفَ َش َأ‬ْٞ ‫ُ ِط‬َٝ ‫) َثٌُ َرَم ََش َاىش ُج َو‬271‫ح‬ٟٝ‫ َا‬:‫َس َص ْقَْا ُم ٌْ) َ(اىثقشج‬ َ ‫خ َ ٍَا‬ ِ ‫ّثَا‬ِٞ ‫ٍِ ِْ َ َط‬
َ،ًٌ ‫َٗ ٍَش َْشتُُٔ َ َح َشا‬َ ،ًٌ ‫َٗ ٍَ ْط َع َُُٔ َ َح َشا‬َ ،‫ب‬ ِ ّ ‫َا َ َس‬َٝ ‫ب‬ َ ‫َا‬َٝ َِ،‫ َاىغ ََاء‬َٚ‫ ِٔ َ ِإى‬ْٝ ‫َ َذ‬َٝ ‫َ َُ ُّذ‬َٝ ،‫أَ ْغثَ َش‬
ِ ّ ‫َس‬
‫ابَىزىل؟‬ ُ ‫غرَ َج‬ْ ََُّٝٚ‫َتِاى َح َش ِاًَََأ‬َِٛ ‫غز‬ ُ َٗ ًَ‫)ٍٗيثغَٔحشا‬

Artinya:

9
Nawai, Terjemahan Hadits Arba`inan-Nawawi… hlm. 20-21

11
Abu Hurairoh berkata, Rasulullah berkata:

Nabi SAW bersabda: “wahai manusia! Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima
sesuatu kecuali yang baik. Ia memerintahkan pada orang-orang yang beriman apa yang di
perintahkan pada para utusan „Hai para Rasul, makanlah makanan yang baik, dan kerjakanlah
amal shalih.‟ (QS. Al-Mu‟minun [23]: 51) Dia juga befirman: “Hai orang-orang yang beriman
makanlah makanan yang baik yang Kami berikan kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 172).
Lalu Rasulullah bercerita tentang seorang lelaki yang menempuh perjalanan jauh, hingga
rambutnya kusut dan kotor. Ia menengadahkan kedua tangannya ke langit (seraya berdoa), „Ya
Rabb, ya Rabb.‟ Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia
kenyang dengan barang yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR Muslim)10

Gizi dalam ajaran Islam, bukan sekedar mengharamkan makanan yang berbahaya bagi
kesehatan seperti bangkai, darah dan daging babi. Tetapi lebih dari itu, Islam juga
memperhatikan tentang kualitas bentuk makanan yang dihidangkannya. Islam memberikan
motivasi kepada umat Islam, agar menyediakan menu-menu yang bermanfaat/bergizi, seperti
daging binatang darat dan daging binatang laut serta segala sesuatu yang dihasilkan bumi seperti
biji-bijian, buah-buahan, termasuk juga minum madu dan susu karena nilai gizi yang tinggi.

Maksud Allah menekankan perintah pentingnya memakan makanan yang bergizi


disamping halal adalah karena untuk kebaikan manusia itu sendiri. Makanan bergizi merupakan
makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memperoleh kualitas kesehatan yang
baik. Dan kesehatan yang baik berarti sangat berpengaruh terhadap kualitas akal dan
rohaninya. Nabi muhammad saw bersabda dalam khotbahnya yang artinya “Dan untuk
badanmu ada haknya bagimu”.

Adapun diantara hak badan itu adalah :

1) Mendapatkan makanan yang bergizi

2) Mendapatkan istirahat yang cukup

3) Mendapatkan latihan fisik (olah raga) cukup

Untuk dapat menilai suatu makanan thayyib atau tidak, harus kita ketahui dahulu
komposisinya. Bahan makanan yang thayyib bagi umat islam harus terlebih dahulu memenuhi
syarat halal untuk seseorang muslim tidal ada makanan haram yang baik atau tayyib. Bahan
makanan yang menurut ilmu pengetahuan tergolong baik, belum tentu termasuk halal bagi orang
muslim, dan juga sebaliknya makanan yang tergolong halal, belum tentu termasuk baik menurut
10

12
ilmu pengetahuan, pada kondisi tertentu. Misalnya, otak hewan ternak adalah halal, tetapi tidak
baik untuk dikonsumsi oleh orang yang menderita penyakit jantung, karena mengandung
kolesterol tinggi yang membahayakan jiwa.

Sedangkan persyaratan makanan thayyib, menurut ilmu gizi adalah yang dapat memenuhi
fungsi-fungsi sebagai berikut :

1) Memenuhi kepuasan jiwa :

a) Memberi rasa kenyang

b) Memenuhi kebutuhan naluri dan kepuasan jiwa

c) Memenuhi kebutuhan sosial budaya

2) memenuhi fungsi fisiologik :

a) memberi tenaga

b) mendukung pembentukan sel-sel baru untuk pertumbuhan badan

c) mendukung pembentukan sel-sel atau bagian-bagian sel untuk menggantikan yang


rusak

d) mengatur metabolisme zat-zat gizi dan keseimbangan cairan serta asam basa

e) berfungsi dalam pertahanan tubuh

c. Makan dan Minum Secukupnya

ٌََ ‫عي‬
َ ََٗ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ َُ‫َهللا‬ٚ‫هللاَصَي‬ ِ ََ‫ع٘ه‬ ُ ‫ع ََِ َْعدََُ َس‬ََ َ:ْٔ‫َهللاَع‬ٜ‫بَسض‬ َْ ‫َِاَْى ََِ َْق ََذاًََْتََُِ ٍََ َْع َِذ‬
ََ ‫َ ََم َِش‬ٛ َِ ‫ع‬
ََ
َ َُْ ‫ص ْيثََََُٔ ِئ‬
َ ْ‫غيَثَد‬ ُ ََِ َْ ‫ُ ِق‬َٝ ٌ‫ ََاخ‬ْٞ َ‫َىُق‬ٍِِّٜ ‫د‬ٟ‫َا‬ ْ ‫ة‬ ُ ‫غ‬ ِ ‫َ ِٗعَا ًءَش ًَّش‬ٌّٜ ٍَِ ‫َقُ٘ ُهَ ٍَاَ ٍَ ََلََآد‬ٝ
ْ ‫اٍَ َِْتَ ْط ٍَِ َح‬
.‫ثَ ِىيْفَ ِظ‬ ٌ ُ‫َٗثُي‬
َ ‫ب‬ِ ‫ثَ ِىيش َشا‬ ٌ ُ‫َٗثُي‬
َ ً‫ثَ ِىيطعَ ِا‬ ٌ ُ‫غَََُٔثُي‬ ُ ‫ََّ ْف‬ِّٜ ٍِ ‫ َد‬ٟ‫ْا‬
Artinya:

Rasulullah SAW bersabda:” Anak Adam tidak mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek
dari perut,cukuplah bagi mereka itu beberapa suap makan yang dapat menegakan
punggungnya, apabila kuat keinginannya maka jadikanlah sepertiga untuk makan, sepertiga
untuk minum, sepertiga untuk dirinya atau udara.”

13
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang seringkali menahan rasa lapar dan
dahaga. Bukan karena mereka tidak mampu untuk mengkonsumsinya, tetapi karena Allah SWT
telah menetapkan bahwa jalan ini adalah jalan yang paling utama untuk ditempuh oleh
Rasulullah dan para pengikutnya. Inilah yang dilakukan oleh Ibnu Umar r.a. dan Umar Bin
Khattab r.a. Padahal mereka mampu dan memiliki banyak makanan.

Manfaat tidak makan secara berlebihan terhadap perkembangan dan stabilitas rohani (hati):

1) Hati yang menjadi lunak

2) Pikiran menjadi cemerlang

3) Jiwa menjadi jernih

4) Emosi menjadi rendah11

d. Tidak Mengandung Riba, Tidak Kotor/Najis dan Tidak Menjijikkan

َّ‫سىل‬ ََ ‫غَأ َىَر ُ َََُٔق‬


ُ ‫س‬:‫و‬ ََ َََ‫حجَاَ ًٍَا‬
ََ َ‫عَْث ًَذا‬ََ َٙ‫شَرَ ََش‬ْ ‫َا‬ٚ‫ت‬َِ َ‫دَََُأ‬ََْٝ‫َسَأ‬:‫قاه‬
ََ ََ‫ َفَ َح‬َْٞ‫ح‬ََ ‫ج‬
َُ َٚ‫َِأت‬ َِ ‫ََُْت‬
َِ َْ٘ َ‫ع‬ َْ ‫ع‬
َ َِ ََ
ّ‫شى َي ِة‬ُ ‫ّو ْان ًَ ْى‬ ْ ‫ّونَ َهىّ َع ْن‬
َ ‫ّان َىا ِش ًَ ِة‬ َ ‫ّوثَ ًَ ِنّاند َِّو‬
َ ‫ب‬ ِ ‫سهَّ َىّ َع ْنّثَ ًَ ِنّ ْان َك ْه‬ َ ‫ّو‬ َ ‫صهَّىّهللاُّ َعهَ ْي ِه‬ َ ِّ‫هللا‬
.‫ر‬
ُّ ‫ص ّ ِى‬ ْ َ‫ّونَ َعن‬
َ ًُ ‫ّان‬ َ ‫اّو ُيىّ ِك ِه ِه‬َ ‫ّانر َب‬
ّ ِ ‫َوآ ِك ِم‬
Artinya:

Nabi melarang hasil usaha dari anjing,darah,pentato dan yang di tato, pemakan dan yang
membayar riba,dan melaknat pembuat gambar.

Orang yang tidak takut kepada Allah, tentu tak peduli dari mana ia mendapatkan harta dan
bagaimana ia menggunakannya. Mereka tidak peduli meskipun hartanya hasil dari pencurian,
suap, kegiatan ribawi, atau gaji dari pekerjaan haram. Padahal pada hari kiamat, ia akan ditanya
tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan bagaimana menggunakannya. Di sana ia tentu akan
mengalami kerugian dan kehancuran besar.

Sementara orang-orang yang masuk dalam kegiatan riba tidak mengetahui bahwa semua
pihak yang berperan dalam kegiatan riba, baik yang secara langsung terjun dalam kegiatan riba,
perantara, atau para pembantu kelancaran kegiatan riba adalah orang-orang yang dilaknat melalui
lisan Nabi Muhammad SAW.

11
https://repository.uin-suska.ac.id/6853/4/BAB%20III.pdf

14
ََُِ‫عَْث َِذَهللاََْت‬
ََ َُِ‫َِ ْت‬ َِ َََ َْ‫عَْث َِذَاىشََح‬
ََ َٜ
َْ ََِْ‫حذَث‬
ََ َ،َُ‫ع ًََاك‬َِ ََ ‫ح ََذَثََْا‬ َُ َََْ‫حذََث‬
ََ َ،‫ َُش‬َََْٕٞ ‫اَص‬ ََ ََُّْ٘ َََُُِٝ‫اَأَحَْ َََ َُذََْت‬
ََ َ،‫ظ‬ َ َََْ‫حذَََث‬ ََ
ََُٔ‫اَٗ ٍُ َؤ ِ ّم ََوَ َٗمَاذِث‬
َ َ‫ََاىشت‬ّ ِ ‫َآ ِمو‬:ٌَ َ‫عي‬ َ َٗ َ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ َُ‫َهللا‬ٚ‫هللاَِصَي‬ َ َ‫ع ْ٘ ُه‬ َ َِ َ‫َىَع‬:‫َقاه‬،َِٔ ََِْٞ‫ََِاَت‬
ُ ‫َس‬ َْ ‫ع‬ ََ ،‫غ َعُ٘ ٍَد‬ َْ ٍََ
.ِٔ ْٝ ‫شا ِٕ َذ‬
ََ َٗ
َ
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami
Zuhair, telah menceritakan kepada kami Simak, telah menceritakan kepadaku Abdullah Bin
Abdullah bin Mas`ud, dari ayahnya, ia berkata: “Rasulullah SAW melaknat pemakan riba,
pemberi riba, penulis dan kedua orang yang menjadi saksi atasnya. (HR. Abu Dawud)

Berdasarkan hadits di atas, maka setiap umat Islam tidak diperkenankan bekerja sebagai
sekretaris, petugas pembukuan, penerima uang nasabah, nasabah, penyetor uang nasabah, satpam
dan pekerjaan lainnya yang mendukung kegiatan riba.

Pengharaman riba berlaku umum, tidak dikhususkan hanya antara sikaya dan si miskin.
Pengharaman itu berlaku untuk semua orang dan dalam semua keadaan.

e. Bukan dari Hasil Suap

َٚ‫ع٘هََهللاَِصَي‬ َ َِ َ‫عي ٌََقَاهََىَع‬


ُ ‫َس‬ َ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ َٗ َ َُ‫َهللا‬ٚ‫ع٘هََهللاَِصَي‬ ُ ‫َقاهَ َس‬،‫شجَقاه‬ٝ‫َٕش‬ٜ‫عَِات‬
.ِٜ‫َٗا ْى َُ ْشذَش‬ٜ
َ ‫ش‬ ِ ‫َاىش‬َٚ‫عي‬ ِ َُ‫ذَُىَ ْعَْح‬ٝ‫ ِض‬َٝ ََ‫َقَاه‬ِٜ
َ َ‫هللا‬ َ ‫َٗا ْى َُ ْشَذَش‬
َ َٜ ‫ش‬
ِ ‫عي ٌََاىشا‬ َ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ َٗ َ َُ‫هللا‬
Artinya:

“ Nabi melaknat penyuap dan yang di suap, yazid menambah; Allah melaknat penyuap
dan yang di suap.

Hendaklah seorang muslim sangat mewaspadai terjerumus dalam perangkap suap, hadiah,
atau penghormatan melalui jalur kerja. Orang yang menyuap dan menerima suap itu akan diusir
dari rahmat Allah yang luas. Hal itu disebabkan oleh sejumlah uang yang tidak bernilai. Yakni,
demi Allah alangkah ruginya seperti ini. Sebagian dari sifat amanah adalah hendaknya seorang
manusia tidak memangku jabatan di mana dirinya ditunjuk untuk mendudukinya guna
mendatangkan keuntungan untuk dirinya atau keluarga dekatnya. Sebenarnya kenyang dengan
harta publik adalah suatu dosa dan perbuatan yang tidak halal.

15
3. Sasaran Konsumsi

a. Konsumsi untuk Diri dan Keluarga


ٌَ‫َاىَٔٗعي‬ٚ‫َٔٗعي‬ٞ‫َهللاَعي‬ٚ‫َصي‬ٜ‫َهللاَعَْٔعَِاىْث‬ٜ‫َسض‬ٛ‫ٍَغع٘دَاألّصاس‬ٜ‫عَِات‬
‫صدَق ّْة‬
َ ُّ‫َثّنَه‬ َ ‫ّان ًُ ْس ِه ُىّنَفَقَةًّ َعهَىّأَ ْه ِه ِه‬
ْ ‫ّوه َُىّّيَ ْححَ ِسبُ َهاّ َكان‬ ْ َ‫قَالَّ ِإذَاّأَ ْنفَق‬
Artinya:

Nabi SAW bersabda: “ Ketika seorang muslim menafkahkan hartanya untuk keluarganya
dengan tujuan mencari pahala dari Allah maka di hitung sebagai sedekah.”

Syariat Islam telah menggariskan kewajiban suami menafkahi istrinya. Hal ini telah
disinggung oleh Allah SWT dalam firman-Nya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruh. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya (QS. Al-Baqarah: 233). Rasulullah SAW,
kemudian mempertegas lagi dalam sabdanya: “bagi kamu (para suami) bertanggung jawab
menafkahi para istri-istrimu dan memberikan mereka pakaian secara baik. (HR. Bukhori)

Dalam hadits lain, beliau bersabda: “Nafkah yang kamu berikan semata-mata karena
Allah, pasti Allah SWT akan memberikan balasannya, meskipun benda yang engkau berikan
kepada Istrimu sekalipun.” (HR. Buhori dan Muslim).
Diantara syarat memberikan nafkah adalah berlaku adil, seimbang, tidak berlebih-lebihan
dan boros selama masih dalam batasan-batasan kemampuan. Anak-anak mereka juga wajib
untuk dinafkahi. Anak-anak berhak menerima pendidikan yang layak dan tercukupi semua
kebutuhannya.

b. Konsumsi sebagai Tanggung Jawab Sosial

Banyak orang menyangka cara untuk mendapatkan kehidupan yang baik adalah dengan
mengumpulkan harta digunakan untuk membeli kebahagiaan. Mereka menghabiskan umur
mereka untuk mencari dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Mereka sengsara karena
mengumpulkan dan menjadi rakus terhadapnya. Mereka tidak memberi hak Allah sehingga di
akhirat pun mereka diadzab karenanya.

Al-A’lamah As-Sa’id menulis, ada dua golongan manusia yang termasuk dalam sebaik-
baiknya makhluk. Pertama, manusia yang baik dan kebaikannya dirasakan oleh orang lain. Dia
bermanfaat untuk dirinya sendiri dan manfaatnya juga bagi orang lain. Dia diberkahi di manapun
dia berada. Ini adalah golongan yang terbaik. Kedua, manusia yang baik dalam dirinya dan dia
melakukan banyak kebaikan, kebaikan yang ada pada mereka tergantung pada apa yang mereka
miliki, yakni, iman yang berhenti pada diri mereka sendiri dan iman yang bermanfaat bagi orang
lain. Hal itu dapat dilakukan salah satunya dengan cara sedekah. Rasulullah SAW juga pernah
bersabda, “Jauhilah neraka walaupun dengan bersedekah setengah buah kurma.”(HR. Bukhori)

16
Sedekah merupakan amalan yang paling agung dan suci serta amat
banyak manfaatnya bagi yang bersedekah dan juga bagi mayoritas anggota masyarakat, yayasan
sosial, dakwah secara merata.

Tingginya kedudukan orang yang mengerjakan sedekah tidak hanya di akhirat


semata, melainkan juga berlaku di dunia. Maka barang siapa yang bersedekah akan terangkat dan
bagi yang bakhil akan terhina. Bahkan Muhammad bin Hayyan berkata: “setiap pemimpin baik
dalam masa jahiliyah maupun Islam hingga tersohor kepemimpinannya, kaumnya melindunginya
dan dituju oleh yang jauh maupun yang dekat, maka kepemimpinannya itu belumlah sempurna,
dengan memberikan makanan dan makanan dan menghormati tamu.

4. Urgensi Konsumsi dalam Islam

Dalam kehidupan, manusia tidak akan mampu untuk menunaikan kewajiban ruhiyah (spiritual)
dan maliyah (material) tanpa terpenuhinya kebutuhan primer seperti makan, tempat tinggal,
maupun keamanan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan elemen kehidupan manusia. Akan
tetapi, presentase kebutuhan yang dimiliki oleh manusia sangat beragam. Terkadang muncul
tindakan ekstrim dalam mengakses kebutuhan. Ada sebagian orang yang sangat berlebihan
dalam memenuhi kebutuhannya sehingga timbul timbul sikap berlebih-lebihan (israf).
Sebaliknya, kita dapatkan sifat kikir dalam memenuhinya, baik untuk dirinya ataupun
keluarganya.4Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian, karena
tidak ada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karenanya, kegiatan ekonomi mengarah
kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Mengabaikan konsumsi berarti
mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan penegakan manusia terhadap tugasnya

dalam kehidupan. Begitu pentingnya pengaturan konsumsi, maka khalifah Umar bin
Khattab di masa kekhalifahannya memberikan perhatian penting terhadap konsumsi,
diantaranya:

1. „Umar r.a. sangat antusias dalam memenuhi tingkat konsumsi yang layak bagi setiap
rakyatnya. Contoh untuk itu banyak jumlahnya. Di antaranya, ketika Umar r.a. pergi ke negeri
Syam, dan beliau mengetahui kondisi sebagian orang miskin yang kebutuhan dasarnya tidak
mencukupi, maka beliau memerintahkan untuk menetapkan kadar makanan yang mencukupi,
yang diberikan kepada setiap orang diantara mereka setiap bulannya. Diantara bukti lain yang
juga menunjukkan perhatian Umar r.a. tentang komisi adalah bahwa upaya-upaya beliau dalam
pengembangan ekonomi difokuskan dalam memerangi masalah kemiskinan dan memenuhi
kebutuhan yang mendasar bagi umat.

2. „Umar r.a. berpendapat bahwa seorang muslim bertanggung jawab dalam memenuhi
tingkat konsumsi yang layak bagi keluarganya dan mengingkari orang-orang yang mengabaikan
hal tersebut. Salah satu contohnya adalah ketika beliau melihat anak perempuan yang jatuh
bangun karena pingsan keluarga?” ketika beliau diberitahu bahwa anak perempuan tersebut
putrinya Abdullah bin Umar, maka beliau berkata pada Abdullah, “berjalanlah di muka bumi

17
untuk mencukupi keluargamu, dan carilah untuk putrimu apa yang dicari oleh orang-orang untuk
putri mereka.”

3. „Umar r.a. tidak memperkenankan keengganan mengonsumsi hal-hal

yang mubah sampai tingkat yang membahayakan diri, meskipun dengan tujuan ibadah.
Diantara riwayat tentang sikap tegas beliau dalam hal tersebut, bahwa Abu Umar As Syaibani
berkata, “Kami berada di sisi Umar bin Al Khathab, ketika makanan dibawakan kepadanya,
seseorang dari kaum menjauhkan diri, maka „Umar berkata, “Mengapa dia? Mereka menjawab,
“Dia berpuasa, maka „Umar berkata, “Puasa apa? Mereka menjawab, “Puasa sepanjang tahun,
maka „Umar mengetuk kepala orang tersebut dengan tongkat yang dibawanya seraya berkata,
“Makanlah wahai Dahr! Makanlah wahai Dahr! (Riwayat Abdurrazaq dalam musnadnya).
„Umar bersikap demikian karena puasa seperti itu bukanlah sunnah dan mendatangkan mudharat
terhadap diri, karena menghalangi haknya dalam berkonsumsi.” 12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat kami sampaikan adalah
sebagai berikut:

Dalam ajaran Islam, konsumsi yang diperbolehkan adalah konsumsi yang sesuai dengan
prinsip-prinsip konsumsi. Prinsip konsumsi yang pertama yaitu, barang yang dikonsumsi adalah
barang yang halal dan akan lebih baik jika menjauhi syubhat pula. Kedua, makanan tersebut
adalah makanan yang bergizi, sehingga dapat memberikan pengaruh baik bagi kesehatan
manusia. Ketiga, makan dan minum secukupnya, karena makan makanan yang berlebihan akan
menjadikan kesehatan manusia menurun. Keempat, tidak mengandung riba, tidak kotor, dan
tidak menjijikkan. Kelima, bukan dari hasil suap, karena suap merupakan hal yang diharamkan
oleh Allah, sehingga segala sesuatu yang dihasilkan darinya akan menjadi haram pula.

Sasaran konsumsi yang paling utama adalah konsumsi untuk diri dan keluarga. Namun,
lebih dari itu Islam juga mengajarkan untuk menafkahkan harta di jalan Allah, seperti untuk
orang-orang yang membutuhkan.

12
http://etheses.iainponorogo.ac.id/2168/9/BAB%20II.pdf

18
B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk penyempurnaan penyusunan
makalah selanjutnya. Jika ada kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami
mohon ma’af sebesar-besarnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al Asyar, Thobieb. 2003. Bahaya Makanan Haram. Jakarta: Al-Mawardi Prima.

Al Qilmani, Abu Dzar. 2004. Kunci Mencari Rejeki yang Halal. Jakarta: Mizan.

Al-Ba’dani, Faisal bin Ali 2006. 1001 Manfaat Nyata Sedekah. Jakarta: Gramedia.

Al-Munajjid, Syaikh Muhammad Shalih. 2003.Dosa-dosa yang Dianggap Biasa. Jakarta: Darul
Haq.

BMH News. Ada Ketaqwaan Ada Kedermawanan. Edisi: September 2010.

Diana, Ilfi Nur. 2008. Hadis-hadis Ekonomi Malang: UIN Malang Press.

Fuad, Ahmad. 2008. Pohon Iman. Solo: Pustaka Arafah.

Ibrahim bin fathl bin abd al-Muqtadir. 2003. Uang Haram. Jakarta: Sinar grafika Offset.

Samahudi. 2005. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Syahatah, Husain. 2005. Tanggung Jawab Suami dalam Rumah Tangga. Jakarta: Media Grafika.

13 Lilik Nurjannah, “Analisis Terhadap Pemikiran Yusuf Qardawi dan Afzalur Rahman

tentang Konsep Konsumsi Dalam Islam” (Skripsi Strata Satu, STAIN Ponorogo, 2011), 19-20.

14Al-Qur‟an, 7:32.

20

Anda mungkin juga menyukai