Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TAFSIR AYAT EKONOMI "KONSUMSI"

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Tafsir Ayat Ekonomi

Oleh

Kelompok 5 :

1. Melani Parastica (3221075)

2. Divo Fitra Ramadhan (3221091)

3. Dhea Kasyana Tofa (3321098)

Dosen Pengampu :

Wandi.A.,S.TH.I,M.AG

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM (S1) FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM UNIVERSITAS AGAMA ISLAM (UIN) SJECH M.
DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 2022/2023

KATA PENGANTAR

Begitu banyak nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita semua tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan topik “KONSUMSI" dan juga kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Wandi.A.,S.TH.I,M.AG selaku dosen mata kuliah Tafsir Ayat Ekonomi kami
yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Dengan berkat ridho Allah SWT dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak dan teman-teman yang membantu
membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan malakah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan tangan
terbuka kami menerima saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bukittinggi, 7 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................ 1

BAB I PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2

A. Pengertian Konsumsi ....................................................................................................... 2


B. Ayat, Terjemahan dan Mufradat Konsumsi ..................................................................... 3
C. Asbabun Nuzul Konsumsi ............................................................................................... 8
D. Penafsiran Ayat-Ayat Yang Berhubungan Dengan Konsumsi ....................................... 14
E. Pandangan Hadis tentang Konsumsi ............................................................................... 14
F. Etika Konsumsi Dalam Islam ..........................................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ......................................................................................................................
16
B. Saran .............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Alquran sudah memberikan petunjuk yang jelas tentang semua urusan manusia,
sehingga ayat-ayat Alquran perlu ditafsirkan untuk menghasilkan pemahaman yang tepat
tentang prilaku kehidupan manusia, termasuk dalam bidang perekonomian, karena
pengembangan ilmu ekonomi Islam yang bersumber dari Al-Qur'an mempunyai peluang
yang sama dengan pengembangan keilmuan lainnya. Sebagai sebuah metodologi, tafsir
ekonomi terhadap ayat-ayat Alquran memberi peluang bagi pengembangan ilmu ekonomi
Islam. Hal ini disebabkan karena setiap manusia selalu melakukan aktivitas
perekonomian, terutama aktivitas konsumsi yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan
sehari-hari. Manusia membutuhkan berbagai konsumsi untuk dapat mempertahankan
hidupnya. Karena itu, perlu dilakukan penafsiran terhadap ayat-ayat yang berkaitan
tentang perihal konsumsi, sehingga didapatkan suatu pemahaman yang proporsional
terhadap prinsip-prinsip konsumsi dalam Alquran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konsumsi ?
2. Bagaimana Ayat, Terjemahan dan Mufradat Konsumsi ?
3. Apa Asbabun Nuzul Konsumsi ?
4. Apa Penafsiran Ayat-Ayat Yang Berhubungan Dengan Konsumsi?
5. Bagaimana Pandangan Hadis tentang Konsumsi ?
6. Bagaimana Etika konsumsi dalam Islam ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa pengertian konsumsi ?
2. Mengetahui Ayat, Terjemahan dan Mufradat Konsumsi ?
3. Mengetahui apa itu Asbabun Nuzul Konsumsi ?
4. Mengetahui apa penafsiran ayat-Ayat yang berhubungan dengan konsumsi?
5. Mengetahui bagaimana pandangan hadis tentang konsumsi ?
6. Mengetahui bagaimana Etika konsumsi dalam islam ?

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumsi

Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu "consumption‟ yang berarti 1. The act or
process of consuming; (perbuatan atau proses mengkonsumsi) 2. The utilization of
economic goods in the satisfaction of wants or in the process of production resulting
chiefly in their destruction, deterioration, or transformation. (Penggunaan barang-barang
yang bersifat ekonomi dalam memenuhi atau memuaskan keinginan; atau dalam proses
produksi yang menghasilkan pengrusakan, kemerosotan dan perubahan).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumsi diartikan 1. Pemakaian
barangbarang hasil produksi seperti pakaian, makanan dan sebagainya. 2. Barang-barang
yang langsung memenuhi keperluan hidup kita.1

Dalam Bahasa Arab istilah konsumsi disebut al-istihlāk yang memiliki akar kata
halaka (dengan masdar halākan - hulkan – hulūkan –tahlūkan - tahlukatan -mahlikan).
Kata ini kemudian mendapat tambahan tiga huruf hamzah, sin, ta. (menjadi istahlaka –
yastahliku berarti menafkahkan atau menghabiskan harta. Dalam hal ini makna kata
tersebut dapat digunakan untuk makna membelanjakan atau menafkahkan, dan
menghabiskan. Istihlak dapat juga diartikan membelanjakan atau menghabiskan benda,
barang atau uang untuk memperoleh manfaat dari benda tersebut. Konsumen dalam
bahasa Arab disebut al-mustahlik yang berarti orang yang menyandarkan sesuatu kepada
orang lain atauau dapat juga diartikan dengan orang menghabiskan, membelanjakan atau
menggunakan harta, benda, uang atau jasa. Jadi konsumen ialah orang yang melakukan
kegiatan konsumsi dengan cara membeli, dan sebagainya dengan tujuan menghabiskan
atau menggunakan barang.

Ayat-ayat al-Qur‟an yang menggunakan akar kata istihlak yaitu kata halaka dalam
berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 68 kali dalam 63 ayat. Sebagian besar makna
yang dirujuknya adalah binasa atau hancur, rusak, hilang, binasa dan meninggal dunia.
Dalam bentuk fi'il madhi halaka berkaitan dengan makna meninggal dunia yaitu kalalah,
orang yang meninggal dunia dan ia tidak memiliki istri dan anak; atau bermakna binasa
karena peperangan; meninggal dunia; dan hilangnya kekuasaan.

B. Ayat, Terjemahan dan Mufradat Konsumsi

1. Q.S Al-Qashas : 77 Aiyat :


َُّ َ ‫ْثك ي‬
‫ ُّّل‬K‫اح ٍظَ َ ٰال‬
َْ ‫ك َٓا‬ َْ ََٔ ‫انذ ْيا‬
َ ْ ‫اح ٍِظ‬ ٍِ
َ ‫َصي‬ َِ ‫ض‬ َ ُْ ‫ار ْْٰال ِخزَ َج َٔ َْل َذ‬ َّ ‫رغ فِ َْي ٓا ٰا ٰذىكَ ٰال ُّّل‬
َ ‫انذ‬ َِ ‫َٔ ا ْت‬
ْ ُّ‫ض ۗاٌِ َّ ٰال َّّل َْل ي ُِحة‬ ْ ٗ ‫انيَْكَ َٔ َْل ذثَْغ ا ْنفظَا َد‬
َ ٍْ ‫ان ُ ْف ِظ ِذ‬
‫ي‬ ِ ‫ف ْال َْر‬
ِ ِ ِ

Terjemahan :
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di

1 Frederick C. Mish, ed., Merriam-Webster‟s Collegiate Dictionary (Ontario: Thomas


Allen & Son Limited, 1993), h. 249.
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." Mufradat
:
Arab Indonesia Arab Indonesia

َّ
‫انذا َر‬ Rumah/kampung ‫ا ْنفظَا َد‬ Kerusakan
ْ
َْ َٔ
ْ ‫اح ٍِظ‬ Dan berbuat baik
ِ ‫ْال َْر‬
‫ض‬ Muka bumi

َ ٍ ‫اح‬
َ‫ظ‬ َْ Telah berbuat baik َ ٍْ ‫ان ُ ْف ِظ ِذ‬
‫ي‬ ْ Orang yang berbuat
kerusakan2

Q.S Al-Mukminun : 61 2.
ٰۤ
ٌَ ْٕ ‫ثق‬ ٰ
‫ط‬ َ ‫ا‬ ُْ‫ى‬
َ‫ِ ن‬ َٔ ‫خ‬ ٰ
‫ْز‬‫ي‬‫خ‬َ ْ
‫ن‬ ‫ا‬ ‫ف‬
ِ ٗ ٌَ ْٕ ُ
‫ع‬ ‫ار‬ُ َ ‫ظ‬ ‫ي‬ َ‫ اُ ٰ ِك‬: Ayat
‫ى‬ ‫ن‬
ُِ ِ
Terjemahan :
"mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih
dahulu memperolehnya."

Mufradat :
Arab Indonesia

ِ ‫ا ْن َخي ْٰز‬
‫خ‬ Kebaikan

ُِ ‫ٰط‬
ٌَ ْٕ ‫ثق‬ Mereka berlomba

ُ
ٌَ ْٕ ‫ع‬ ُ ‫ار‬ ِ َ‫يظ‬ Mereka bersegera3
4

3. Q.S Al-A'raf : 31-32


Ayat :

2 M. Merdeka.com
ُّ‫ف ٕ۟ٓا ۚ ۥََِّإُ َْل ي ُِحة‬
ُ ‫ت ۟ا َٔ َْل ذظُْ ِز‬
ُٕ ‫ظ ِج ٍذ َٔ ُكه ُٕ۟ا َٔٱ ْش َز‬ ُ ‫ث ُِ ٗ ٓ َءاد ََو ُخ ُٔذ ۟ا ِس‬
ْ َ‫ي َر َُك ْى ُِع َذ ُك ِّم ي‬ َ ‫ٰي‬
ْ ‫ٱن‬
َ ‫ُظ ِزفِ ٍي‬ ْ
ِ ٗ ‫ي َ َءايَُُٕ ۟ا‬
‫ف‬ ٍ ‫ َِّذ‬K‫ق ق ُْم ِْ ٗ َ نِه‬ ِ ۚ K‫ي َ ٱن ِّز ْس‬ ِّ ٰ َٔ َ ِ ‫ر ٓ أخَْ زَ َج‬K َِّٗ K‫ ََِّّل ٱن‬K‫ي َح ٱل‬K‫ي ْ َح َّز َو ِس‬
ٍِ ‫ا ِدۦ ٱنطيَّث َِد‬K‫نعث‬ ٍَ ‫ق ُْم‬
َُّ ‫ٱ ْنحي ج‬
َ َ ٌُٕ ًَ‫و ي ْ َعه‬ َِ ‫ص ُم ٱلْ َء ٰاي َِد‬
ٍ ْ ‫نق‬ َِ ‫َح ۗ َك ٰ َذ‬
َِّ ُ‫نك ف‬ َِٰ ‫ي َْو ٱ ْن‬
ِ ‫قي‬ َ ‫ص ًح‬ َ ِ‫ٱنذ ْيا َ خَ ان‬ ِ َٰٕ َ
Terjemahan :
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan". (31)
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkanNya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki
yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (32)

Mufradat :
Ayat 31
Arab Indonesia Arab Indonesia
۟ ُ ُْ
‫ِسيَُْ َر ُك ْى‬ Pakaianmu yang ٕٓ ‫ْان ًُ ْظ ِزفِ ْئَ َْل ذظ ِزف‬
َ ٌ‫ا‬ orang yang
indah berlebihlebihan
‫ي ٰاد ََو‬ َ ‫ٰي‬
ِْ ‫ث‬ wahai anak cucu ‫ف ٓ ۟ا‬
ُ ‫َٔ َْل ذظُْ ِز‬ tetapi) jangan
Adam berlebihan

‫َا ْشزَ ت ُْٕا‬ dan minumlah ْ َ‫ع ْ َذ ُك ِّم ي‬


‫ظ ِج ٍذ‬ pada setiap
ِ
(memasuki) masjid

‫َّٔ ُكهُ ْا‬ dan makanlah ُّ‫َْل ي ُِحة‬ tidak menyukai

Ayat 32
Arab Indonesia Arab Indonesia

ِ ‫ِسيَُْ َح ٰال ّل‬ Perhiasan dari ِ ‫ف ا ْن َح ٰٕي‬


‫ج‬ ِٗ Dalam kehidupan
Allah

ِ ۗ ‫ي َْو ا ْنقِ ٰي‬


‫َح‬ َّ Pada hari kiamat ُّ
‫انذ َْيَا‬ Dunia

‫َفَُصِّ ُم‬ Kami


menjelaskan
َُُ ‫ٰا‬
‫ي ْا‬ Beriman

4. Q.S Al-Kahfi : 19
Ayat :
ۗ ۤ ۗ ۤ ٰ
َ‫ي ْيًا ا‬ َٕ َ‫ث ا‬ِ ْ َ‫ى قا َ ُٕن ْا نث‬ ُْ ‫ى قا َ َل ق ٰا َ ىِ ٌم يُِّ ْ ىُْ َك ْى نثَ ْثِر‬ ُْ ‫ى نيِ َرظَ ٰا َء ُن ْٕا ت ََُْي‬
ُْ ‫َث‬ ُْ ‫نك ت َع‬ َِ ‫َٔ َك ٰذ‬
ۗ
ْ ‫ت َِرقِ ُك ْى ْٰ ِذ ِٓ اِ َٗن‬
ْ‫ان ًَ ِذي‬ ِ ‫ َذ ُك ْى‬K‫اح‬ ُ ‫ا َ ْت َع‬K ‫ى ف‬
َ ‫ث ْٕٓا‬ ُْ ‫ت َا نثَ ْثِر‬ِ ‫ى‬ َ َ‫ْٔ ت َْعط‬
َُ ‫ي ْ ۗ ٍو قا َ ُن ْٕا َرتُّ ُك ْى ا َْعه‬
‫ف َٔ َْل ي ْ ُش ِع ٌَز َّ تِ ُك ْى ا َح ًذا‬ ٰٗ َُّ ‫ْظز‬
َّْ َ‫ق يِّ ُُّْ َ ْني َرهَط‬ ِ ‫اي َٓا ا َْسك طَ َعايًا ف ْهَيَأ ْذ ُِك ْى‬
ٍ ‫تز ْس‬ ُْ ‫ي‬َُ َ‫ح ف ْه‬
َِ
Terjemahan :
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah
seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka
menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi),
“Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah
seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah 5
dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu,
dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada
siapa pun. Mufradat :
Arab Indonesia Arab Indonesia
ٰ
َُْ ‫تَ َع‬ Kamibangunkan ‫أح َذ ُكى‬
َ Salah seorang di antara
ُْ‫ث ى‬
merek kamu

ُْ‫نَثِ ْثر ى‬ Kamu berdiam ‫ت َِرقِ ُك ْى‬


ِ Dengan uan perakmu

‫قَانُٕ ۟ا‬ Mereka ٰٗ ‫ك‬


َ ‫أ َْس‬ Lebih suci/bersih
berkata/memjawab
ٍ ‫تز ْس‬
‫ق‬ ِ Dengan /sebagian َّْ ‫َ ْنيَرهَط‬
‫ف‬ dan hendaklah dia bersikap
rezki lemah lembut

Q.S Al-Baqarah : 168 5.


‫ي ٍْٰط ِۗ اََِّ ّٗ ن َُك ْى‬K‫انش‬ َّٔ َْ ‫ف ْال‬ َُّ
َّ ‫خ‬ِ ٰ ُ‫ ط‬K‫ ًل طَيثِّا ً َْل ذ َرثَّ ُِع ْٕا ُخ‬K‫ض َح ٰه‬
ِ ‫ْر‬ ِ ‫ هُٕ ْا‬K‫ ٰيٓاي اَ ان اَّصُ ُك‬:
ِ ٗ ‫ي َّا‬ Ayat
3

ٌّٔ ‫َع ُذ‬


ٌ ‫يُّثِ ٍْي‬
Terjemahan :
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata
bagimu. Mufradat :
Arab Indonesia Arab Indonesia

ُ‫ٱنُاَّص‬ Manusia ‫َذرثَِّ ُع ۟ا‬ Kamu mengikuti


ْ
ِ ‫ْٱل َْر‬
‫ض‬ Bumi ‫طَيِّثًا‬ Baik\bersih

‫َخ‬ ُ ‫ُخ‬ ٌّٔ ‫َع ُذ‬


ِ ٰ‫ط‬ Langkah langkah Musuh

6. Q.S At-Tawbah : 34-35

Ayat :

6
‫ع ْ طَثِي ِْم ٰال ِّّل‬ ْٔ َُ ‫اي َا َل ان اَّص تا ِ ْنثا َ ِط ِم َٔي‬
ٍ َ ٌَ ‫ص ُّذ‬ ِ ُّْ ‫يٍّ َ ْْال َْحثا َ ِر‬
َْٕ ٌَ ْٕ ُ‫َانز ْثا ٌَ ِ نيََأ ْ ُكه‬ َُ ‫ي َ ٰا‬
ِ ‫ي ُ ْٕٓا اٌِ َّ َكثِ ْي ًزا‬ َِّ َ‫اي ا‬
ٍ ‫انذ‬ َُّ ٓ‫ٰي‬
‫ب انَيِ ٍْۙى‬ ٍ ‫في طَثِي ِْم ٰال ِّّل ۙفثَ ِ َّش ْز ىُْ تِ َع َذا‬ ِْ َ‫ْفق ََْٕ ا‬
ُِ ‫ي‬ ُ ‫ض َح َٔ َْل‬َِّ ‫ش ْٔ ٌَ ان َّذ ةَ َٔان ْف‬ ْ َ‫ي‬
ُِ َ‫يك‬ ٍْ ‫انذ‬َِّ َٔۗ
Terjemahan :
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan
rahibrahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka)

3 M. Merdeka.com
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas
dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih (34)

(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan
itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu.” (35) Mufradat:

Ayat 34
Arab Indonesia Arab Indonesia
ْ ٌَٔ‫يَ ْك ش‬
ِ َ‫ٱلَْحْ ث‬
‫ار‬ Ulama-ulama ُِ (Mereka)
(Yahudi) menyembunyikan

ُّْ
ٌِ ‫َٱنز ْثَا‬ Dan Rahib rahib ََُٕٕ ِ‫يُُف‬
َ‫ق ا‬ Mereka
menafkahkan
ٌَٔ ‫ص ُّذ‬
ُ َ‫َٔي‬ dan mereka ُ ‫فَثَ ِّش ْز‬
‫ى‬ maka beritakan
menghalanghalang kepada mereka
i

Ayat 35
Arab Indonesia Arab Indonesia
ٓ
ٰٗ ًَ ‫ي ُْح‬ Dipanaskan ُْ‫َٔظُُٕ ُر ى‬ dan punggung
mereka

ََّ َٓ ‫َج‬
‫ى‬ Jahanam ُْ‫كَ َْشذى‬ Kamu simpan
ُْ ‫فَر‬
ٰٖ َٕ ‫ك‬ maka/lalu ‫ق ۟ا‬ ُ
ُٕ ‫ف َذ‬ Maka rasakan lah
dibakarlah

C. Asbabun Nuzul Konsumsi 1. Q.S Al-Qashas : 77


Ada seseorang dari kalangan Bani Israil bernama Qarun. Ia sangat salih tapi
secara materi sangat miskin. Qarun kemudian menemui Nabi Musa untuk minta
didoakan agar menjadi orang kaya. Setelah didoakan Nabi Musa, nasib Qarun
berubah karena kekayaannya berlimpah. Ia lantas tak hanya kaya secara spiritual,
tetapi juga materi. Sayangnya, setelah mendapatkan apa yang diinginkannya,
kesalihan Qarun berkurang. Ia meninggalkan ibadah dan berhenti peduli terhadap
orang lain
Harta telah menodai iman Qarun dan membuatnya menjadi orang yang durhaka.
Pada akhirnya Qarun terjerumus dalam kebinasaan. Kisah Qarun inilah yang
kemudian melatarbelakangi turunnya surat Al Qasas ayat 77. Sebagaimana
disebutkan oleh Allah SWT "..janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan
berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi."4
2. Q.S Al-Mukminun : 617
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut,
selalu bersegera berbuat kebaikan bila ada kesempatan untuk itu dan selalu berupaya
agar amal baiknya selalu bertambah. Baru saja ia selesai melaksanakan amal yang
baik ia ingin agar dapat segera berbuat amal yang lain dan demikianlah seterusnya.
Orang yang demikian sifatnya akan diberi pahala oleh Allah amalnya yang baik di
dunia maupun di akhirat seperti yang pernah diberikan kepada Nabi Ibrahim
3. Q.S Al-A'raf : 31-32
Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa pada masa jahiliah, seorang
wanita berthawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang, hanya kemaluannya yang
8
ditutupi dengan secarik kain. Sambil berthawaf ia bersyair, “Hari ini sebagian
atau seluruhnya kelihatan, dan bagian yang kelihatan tidak aku halalkan.” Maka
turunlah ayat, “... Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid,....
Dan turun pula ayat, “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah....”
4. Q.S Al-Kahfi : 19
Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan tentang para pemuda Ashhabul Kahf
ketika bangun dari tidur. Keadaan mereka, baik badan, kulit, rambut, maupun yang
lainnya masih sama dengan waktu sebelum mereka tidur. Semuanya sehat dan
4 Fi Zhilalil Qur’an jilid 5
semuanya masih utuh, bahkan pakaian yang melekat di badan mereka tetap utuh.
Allah swt memperlihatkan kepada mereka keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-
Nya, serta keajaiban dan keluarbiasaan perbuatan-Nya terhadap makhluk-Nya. Oleh
karena itu, iman mereka bertambah kuat untuk melepaskan diri dari penyembahan
dewadewa, dan bertambah ikhlas hati mereka untuk semata-mata menyembah Allah
Yang Maha Esa.
Setelah bangun dari tidur yang lama, mereka saling bertanya satu sama lain
untuk mengetahui keadaan mereka. Salah seorang dari mereka berkata kepada
kawankawannya, “Berapa lama kalian tinggal dalam gua ini?” Dia menyatakan
ketidaktahuannya tentang keadaan dirinya sendiri selama tidur, lalu meminta kepada
yang lainnya untuk memberikan keterangan.
Kawan-kawannya menjawab, “Kita tinggal dalam gua ini sehari atau setengah
hari.” Yang menjawab itupun tidak dapat memastikan berapa lama mereka tinggal,
sehari atau setengah hari, karena pengaruh tidur masih belum lenyap dari jiwa
mereka. Mereka belum melihat tanda-tanda yang menunjukkan sudah berapa lama
mereka berada di gua itu.
Kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa waktu mereka datang memasuki gua
itu dulu adalah pada pagi hari, kemudian waktu Tuhan membangunkan mereka dari
tidur adalah pada sore hari. Karena itulah orang yang menjawab ini menyangka
bahwa mereka berada di gua itu satu atau setengah hari. Kemudian kawan-kawannya
yang lain berkata, “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu tinggal di sini.”
Perkataan pemuda yang terakhir ini sangat bijaksana untuk membantah
pernyataan dan jawaban kawan-kawannya yang terdahulu. Pernyataan itu seakanakan
diilhami oleh Allah swt, atau didasarkan atas bukti-bukti nyata. Sesungguhnya masa
yang panjang itu hanya dapat diketahui dan ditentukan secara pasti oleh Allah swt.
Mereka akhirnya menyadari keterbatasan kemampuan mereka untuk mengetahui yang
gaib.
Setelah sadar, barulah perhatian mereka beralih kepada kebutuhan yang pokok,
yakni makan dan minum. Salah seorang di antara mereka disuruh pergi ke kota
dengan membawa uang perak untuk membeli makanan. Menurut riwayat namanya 9
Tamlikha. Sebelum membeli, ia diminta terlebih dahulu memperhatikan
makanan itu, mana yang halal dan mana yang haram, serta mana yang baik dan mana
yang kurang baik.
Makanan yang halal dan baik itulah yang dibawa kembali ke tempat
perlindungan mereka. Tamlikha diminta agar berhati-hati dalam perjalanan, baik
sewaktu masuk ke kota maupun kembali dari kota, jangan sampai dia
memberitahukan kepada seorang pun tentang keadaan dan tempat bersembunyi
mereka.
Dari potongan ayat “fab’atsu ahadakum biwariqikum hadzih(i)”, yang artinya “(maka
suruhlah) salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini”, terdapat istimbat hukum yang berhubungan dengan wakalah (berwakil).
Yakni seseorang dibolehkan menyerahkan kepada orang lain, sebagai ganti dirinya,
urusan harta dan hak semasa hidupnya. Ibnu al-’Arabi berpendapat bahwa ayat ini
menjadi dasar paling kuat untuk wakalah (berwakil).
5. Q.S Al-Baqarah : 168
Ayat ini diturunkan untuk mengingatkan umat Islam terhadap apa yang
dilakukan orang-orang musyrik Arab ketika mereka mengharamkan makanan
seenaknya. Ibnu Abbas berkata bahwa kaum dari Thaqif, Amir bin Sa’sa’ah, dan Bani
Mudlij mengharamkan beberapa sayur dan daging. Lalu surat Al Baqarah ayat 168
diturunkan untuk memberitahu bahwa makanan-makanan yang telah mereka
haramkan adalah halal. Turunnya surat ini didasari oleh perilaku menyekutukan Allah
oleh beberapa oknum.
6. Q.S At-Tawbah : 34-35
Berisi ancaman bagi orang yang meninggalkan zakat dengan sengaja. Orang
semacam ini kedudukannya serupa dengan para rahib dan ahbar yang menimbun harta
benda serta memakan hak orang lain sebagaimana disebutkan dalam ayat 34. 5Mereka
semua – jika tidak bertobat – akan mendapatkan siksa yang pedih di akhirat kelak.
Siksa yang pedih itu digambarkan Quraish Shihab dengan dileburkannya emas
dan perak yang mereka himpun tanpa dizakati, lalu mereka disetrika dengannya,
mulai dari dahi yang selama ini tampil dengan angkuh, sampai ke lambung yang
selama ini kenyang dengan aneka kenikmatan berkat harta tersebut, hingga punggung
yang selama ini membelakangi tuntunan Allah SWT.

10

D. Penafsiran Ayat-Ayat Yang Berhubungan Dengan Konsumsi

1. Q.S Al-Qashas : 77

Nasihat di atas tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni (mahdah)
dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk
memperoleh harta, dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya,
dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi pada saat
yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan tanpa
berlebihan. Dan berbuatbaiklah kepada semua orang dengan bersedekah sebagaimana
atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan
nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam bentuk apa pun di bagian

5 Fi Zhilalil Qur’an jilid 5


mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh
Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan dan akan
memberikan balasan atas kejahatan tersebut

2. Q.S Al-Mukminun : 61

Setelah menjelaskan sifat-sifat orang yang lengah dan larut dalam durhaka,
Allah lalu menguraikan sifat orang-orang yang menjaga hati untuk taat kepada Allah.
Sungguh, orang-orang yang karena takut akan azab Tuhannya, mereka sangat
berhatihati agar tidak melanggar perintah-Nya, dan mereka yang beriman dengan
tandatanda kekuasaan Tuhannya, baik yang tersurat dalam Al-Qur’an maupun yang
terhampar di alam semesta, dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhannya
dengan apa pun dan kapan pun, baik syirik kecil seperti ria maupun syirik besar, dan
mereka yang memberikan apa yang mereka berikan seperti sedekah, zakat, dan
lainnya, dengan hati penuh rasa takut jika pemberian itu tidak diterima oleh Allah
karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya
untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka; mereka itu, yaitu orang-orang
dengan sifat-sifatnya demikian, bersegera dalam kebaikan-kebaikan dan bersemangat
dalam menjalankan ibadah, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu
memperolehnya, yaitu surga, sebagai ganjaran atas amal kebaikannya

3. Q.S Al-A'raf : 31-32

Pada ayat yang lalu Allah memerintahkan agar manusia berlaku adil dalam
semua urusan, maka pada ayat ini Allah memerintahkan agar memakai pakaian yang
baik dalam beribadah, baik ketika salat, tawaf, dan ibadah lainnya. Allah juga
memerintahkan manusia untuk makan dan minum secukupnya tanpa berlebih-lebihan.
Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus yaitu pakaian yang dapat
menutupi aurat kalian atau bahkan yang lebih dari itu ketika kalian beribadah,

11

sehingga kalian bisa melakukan salat dan tawaf dengan nyaman, dan lakukanlah
itu pada setiap memasuki dan berada di dalam masjid atau tempat lainnya di muka
bumi ini. Dalam rangka beribadah, Kami telah menyediakan makanan dan minuman,
maka makan dan minumlah apa saja yang kamu sukai dari makanan dan minuman
yang halal, baik dan bergizi, tetapi jangan berlebihan dalam segala hal, baik dalam
beribadah dengan menambah cara atau kadarnya, ataupun dalam makan dan minum.
Karena sungguh, Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan rahmat dan
ganjaran-Nya kepada orang yang berlebih-lebihan dalam hal apa pun.

Allah mengecam kaum musyrik yang mengharamkan sesuatu yang baik, seperti
berpakaian dan memakan makanan yang baik, kemudian mereka mengatakan bahwa
ketentuan itu berasal dari Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nabi-Nya
untuk mengingkari perkataan orang-orang musyrik itu. Katakanlah, wahai Nabi
Muhammad, kepada mereka yang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah,
"Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan, yakni
diizinkan untuk dikenakan dan dinikmati, untuk hamba-hamba-Nya, dan rezeki yang
baik-baik yang Allah sediakan di muka bumi ini?" Katakanlah, "Pakaian, makanan,
atau rezeki lainnya, semua itu untuk orang-orang yang beriman juga orang yang tidak
beriman dalam kehidupan dunia, tetapi ia akan menjadi khusus untuk mereka saja
yang beriman pada hari Kiamat." Demikianlah, Kami menjelaskan ayat-ayat, yakni
ketetapan-ketetapan hukum atau bukti-bukti kebesaran Kami, itu untuk orang-orang
yang ingin mengetahui.

4. Q.S Al-Kahfi : 19

Dan demikianlah setelah kami tidurkan mereka dalam waktu yang lama dan
Kami jaga mereka di dalam tidurnya itu, Kami bangunkan mereka agar di antara
mereka saling bertanya tentang keadaan mereka. Salah seorang di antara mereka
berkata, "Sudah berapa lama kamu berada di sini?" Mereka menjawab, "Kita berada
(di sini) sehari atau setengah hari." Mereka mengira baru satu atau setengah hari di
dalam gua, sebab mereka masuk ke dalam gua pada pagi hari dan bangun dari tidur
pada sore hari. Melihat keadaan di dalam gua itu dan di sekitarnya berbeda dengan
apa yang disaksikan dahulu, mereka ragu berapa lama tinggal di dalam gua. Maka
timbullah perbedaan pendapat di antara mereka. Kemudian berkata seorang di antara 6
mereka, "Tak usah kita perdebatkan berapa lama kita di sini, Tuhanmu lebih
mengetahui berapa lama kamu berada di sini. Meraka merasa lapar maka salah
seorang di antara mereka berkata, suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota
untuk membeli makanan dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia

12

mencari tempat menjual makanan dan lihat manakah makanan yang lebih baik,
maka belilah makanan itu dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan
hendaklah dia berlaku lemah lembut kepada siapa saja di kota itu dan jangan
sekalikali menceritakan halmu kepada siapa pun agar mereka tidak mengetahui
keadaanmu dan tempatmu bersembunyi.

5. Q.S Al-Baqarah : 168

Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram,
baik zatnya maupun cara memperolehnya. Dan selain halal, makanan juga harus yang
baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang
terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi

6 Fi Zhilalil Qur’an jilid 5


kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan
Allah. Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia
dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh
yang nyata bagimu, wahai manusia.

6. Q.S At-Tawbah : 34-35

Setelah ayat sebelumnya menerangkan tentang ketidaksukaan kaum musyrik dan


Ahli Kitab terhadap tersebarnya Islam, maka ayat ini menginformasikan perilaku
buruk sebagian pemimpin Ahli Kitab yang menyimpang. Wahai orang-orang yang
beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, baik
dengan jalan suap-menyuap, meminta bayaran dalam proses penebusan dosa, riba,
berbuat curang, mencuri, termasuk menganjurkan berinfak namun untuk
kesejahteraan dirinya sendiri, dan mereka juga menghalang-halangi manusia dari
mengikuti jalan Allah, yakni agama Islam, melalui berbagai macam cara seperti
menciptakan kebohongan terhadap Islam, menumbuhkan keraguan terhadap
AlQur'an, dan mencela pribadi Rasulullah yang agung. Padahal, kerusakan akhlak,
pemikiran, dan akidah seorang tokoh atau pemimpin agama adalah sangat
membahayakan bagi kehidupan umat manusia yang dipimpinnya. Dan di samping itu,
mereka juga termasuk orang-orang yang suka menyimpan emas dan perak, yakni
menumpuk-numpuk harta, dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, bahkan
cenderung serakah dan kikir. Terhadap mereka itu, maka berikanlah kabar gembira
kepada mereka, sebagai bentuk ejekan sekaligus celaan, bahwa mereka akan
mendapat azab yang pedih di akhirat kelak.

13

E. Pandangan Hadis tentang Konsumsi


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, konsumsi merupakan keniscayaan dalam
kehidupan manusia. Untuk mempertahankan kehidupanya, manusia membutuhkan
konsumsi. Kebutuhan akan konsumsi ini semakin lama semakin berkembang sejalan
dengan pola dan gaya hidup manusia. Semakin maju peradaban manusia, semakin tinggi
pula kebutuhanny pada barang-barang yang akan dikonsumsi dengan beragam jenisnya.
Rasulullah tidak menisbikan adaya kemungkinan, sembari menyatakan bahwa keinginan
manusia akan barang-barang (hartaa) tidak ada batasnya, oleh sebab itu manusia sendiri
yang harus membatasinya. Sabda Rasulullah SAW:
Artinya :
Rasullullah SAW bersabda: Seandainya seorang manusia mempunyai harta sebanyak dua
lembah, niscaya ia akan mencarinya lembah yang ketiga dan tidak akan penuh mulut manusia itu
kecuali dengan tanah (kematian) dan Allah akan mengampuni orang yang bertaubat.”(HR.
Bukhori dan Muslim).
Karena itu, dalam hadis lain Rasulullah SAW selalu berhati-hati dan membatasi diri
sesuai dengan kebutuhan dan tidak memperturutkan keingini atau hawa nafsu. Tidak
makan kecuali jika sudah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Dalam memenuhi
kebutuhan- kebutuhannya, Rasulullah tidak rakus dan melarang sikap rakus itu
sebagaimana dijelaskan dalam hadis sebelumnya.
F. Etika Konsumsi Dalam Islam
Dalam mengkonsumsi dan menikmati apapun yang ada di dunia ini, Agama Islam
memiliki sebuat Etika tersendiri yang harus dipatuhi oleh umatnya. Aturan-aturan
tersebut bukanlah bertujuan untuk mengekang “kebebasan” manusia, justru Allah SWT
lebih mengetahui apa-apa saja yang baik untuk manusia sebagai ciptaannya. Adapun
Etika Islam dalam konsumsi adalah sebagai berikut:
1. Tauhid (unity/ kesatuan). Dalam perspektif Islam, kegiatan konsumsi dilakukan dalam
rangka beribadah kepada Allah SWT sehingga senantiasa berada dalam hukum-
hukum Allah. Karena itu seorang mukmin berusaha mencari kenikmatan dengan
menaati perintah- perintahNya dan memuaskan dirinya sendiri dengan barang- barang
dan anugrah yang dicipta (Allah) untuk umat manusia.
2. Adil (eqiulibrium/keadilan). Pemanfaatan atas karunia Allah tersebut harus dilakukan
secara adil sesuai syariah, sehingga disamping mendapatkan keuntungan material, ia
juga sekaligus merasakan kepuasan spiritual.

14

3. Free Will (kehendak bebas). Alam semesta adalah milik Allah yang memiliki
kemahakuasaan (kedaulatan) sepenuhnya dan kesempurnaan atas makhluk-
makhlukNya. Manusia diberi kekuasaan untuk mengambil keuntungan dan manfaat
sebanyak- banyaknya sesuai dengan kemampuannya atas barang – barang ciptaan
Allah. 10
4. Amanah (responsibility atau pertanggungjawaban). Dalam melakukan 11konsumsi,
manusia dapat berkehendak bebas, tetapi akan mempertanggung jawabkan atas
kebebasan tersebut, baik terhadap keseimbangan alam, masyarakat, diri sendiri,
maupun diakhirat kelak.
5. Halal. Dalam kerangka acuan Islam. barang- barang yang dapat dikonsumsi hanyalah
barang- barang yang menunjukan nilai kebaikan, kesucian, keindahan serta akan
menimbulkan kemaslahatan untuk umat, baik secara material maupun spritual.
Sebaliknya benda- benda yang buruk tidak suci (najis), tidak bernilai, tidak dapat
digunakan dan juga tidak dapat dianggap sebagai barang- barang konsumsi dalam
Islam serta dapat menimbulkan kemudharatan apabila dikonsumsi akan dilarang.
6. Sederhana. Islam sangat melarang perbuatan yang melampaui batas (israf) termasuk
pemborosan dan berlebih-lebihan yaitu membuang- buang harta dan menghambur-
hamburkannya tanpa faedah serta manfaat dan hanya memperturutkan nafsu semata.

15

10
Afzalurrahman. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, Alquran telah memberikan penjelasan detail tentang
prinsip-prinsip konsumsi yang sesuai dengan syari’at Islam. Banyaknya ayat yang
bercerita tentang konsumsi menunjukkan bahwa Alquran begitu serius membuat
aturannya. Alquran bukan hanya bicara masalah bahwa manusia harus mengkonsumsi
sesuatu supaya bisa bertahan hidup, tetapi juga menyentuh dimensi lain, yaitu harus
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan dari cara mengkonsumsi sesuatu. Pada
kasus ini iman mempunyai peranan penting dalam menentukan pola konsumsi, karena
mesti ada kontrol spiritual terhadap kepuasan material.
B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang kami susun, semoga bermanfaat bagi pembaca
dan pemakalah sendiri dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
materi ini kita sebagai umat muslim, bekerja dan berkonsumsi yang disertai dengan baik
akan masuk surga sebagaimana yang rasul anjurkan. Selain itu kami juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi pedoman bagi kami
kedepannya.

16

DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf.

al-Bukhariy, Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah. 1987. al-Jâmi’ al-Shahîh
alMusnad min Hadîts Rasûlillah Saw. waSunanihi wa Ayyâmihi.Kairo: Dâr asy-Syu’ab.

Idri. 2016. Hadis Ekonomi (Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi). Jakarta: Kencana
Prenadamedia Grup.
Kasdi, A. 2013. Tafsir Ayat-Ayat Konsumsi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan
Ekonomi Islam. Equilibrium, 1(Ayat Konsumsi), 18–32.

Anda mungkin juga menyukai