Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MAKAN DAN


MINUM TIDAK BERLEBIHAN
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir Tematik, Sains dan Teknologi
Dosen Pengampu : Dr. Dedi Junaedi, M.A

Anggota Kelompok:
Dimas Zaki Anwar 2008304090
Suqya Shopi 2008304085

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
beserta para sahabat, tabiin tabi’atnya, dan para pengikutnya yang rela berjihad menuju jalan
Allah SWT.

Makalah dengan judul “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Makan dan Minum Tidak
Berlebihan ” ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Tematik, Sains dan
Teknologi. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Dedi Junaedi, M.A.
selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tematik, Sains dan Teknologi, yang telah
memberikan bimbinganya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan
terimakasih juga kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dan kekeliruan, ini semata karena keterbatasan kemapuan dan pengalaman yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian agar kami dapat memperbaikinya dikesempatan yang akan datang. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kami dan pembaca sekalian.

Cirebon, Desember 2022


DAFTAR ISI

MAKALAH ............................................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................ 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. Pengertian dari Makan dan Minum........................................................................................ 5
B. Kualitas Makanan ..................................................................................................................... 6
C. Mengatur Pola Makan dan Minum Tidak Berlebih-Lebihan .............................................. 7
D. Dampak Sikap Berlebih – lebihan ........................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah dengan dibekali aal dan dan nafsu, dengan dua hal tersebut
manusia diperintahkan untuk memilih sendiri jalan hidupnya, dengan membedakan baik dan
buruk. Jauh sebekum itu, Allah SWT telah mempersiapkan bumi dan seisinya untuk
menunjang kebutuhan hidup manusia. Hal ini dijlaskan dalam Q.S al-baqarah:22

ِ ‫ٱلسمآ ِء مآء فَأَ أخرج بِ ِهۦ ِمن ٱلثَّمر‬


ََ َ‫َِٰ ِرأًًْا لَّ ُك أم ف‬ ِ ‫ٱلسمآء بِنآء وأ‬ ِ ‫ٱلَّ ِذى جعل لَ ُكم أٱْلَر‬
ََ َ َ َ ً َ َ َّ ‫َنز َل م َن‬ َ َ ً َ َ َ َّ ‫ض ف ََٰر ًشا َو‬َ ‫ََ َ ُ أ‬
‫ادا َوأَنتُ أم تَ أعلَ ُمو َن‬ ‫د‬
َ ‫َن‬
‫أ‬ َِِّ ‫ََتأعلُ ۟وا‬
‫ّلِل‬
ً َ
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala
buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Adanya nafsu yang diberikan oleh Allah SWT, seringkali manusia terlena dnegan
nikmat yang Allah berikan di langit dan di bumi. Hal tersebut dibuktikan dengan prilaku
manusia yang tidak mensyukuri semua nikmkat Allah SWT dan sifat tidak syukur tersebut
teraplikasi dengan sikap berlebihan manusia dalam berbaga segi kehidupan. Banyaknya
masalah-masalah yang muncul sebagai akibat perubahan pola hidup manusia berbanding lurus dengan
perkembangan zaman yang sedang berlangsung sampai detik ini. Seiring dengan bertambahnya tingkat
kesejahteraan hidup manusia pada masa kini, umat manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya termasuk di dalamnya kebutuhan akan makanan dan segala hal
yang berhubungan dengan urusan perut. Mereka mengkonsumsi segala hal yang mereka sukai tanpa
melihat batas dan memperhatikan dampak yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan jiwa. Dari
kasus yag terjadidei negara maju, peningkatan kemakmuran menyebabkan meningkatnya prelevansi
gizi lebih. Salah sjatu penyebabnya adalah terjadinya peuahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan
dan minuman.
Dalam islam, sikap berlebihan disebut dengan israf. Israf adalah segala perbuatan yang
dilakukan denfgan tidak sewajar atau melewati batas kelaziman dalam segla hal. Sikap
berlebihan terdapat dalam masalah berpakaian, bertingkah laku, berhias, makan, minum dan
sebagainya salah sikap berlebihan yang dampaknya begitu besar bagi diri manusia dalam hal
makan dan minum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Makan dan Minum?
2. Apa Ayat Yang Berhubungan dengan Makan dan Minum Tidak Berlebihan?
3. Bagaimana Kualitas Makanan dan Minuman Yng harus dikonsumsi?
4. Bagaimana Dampak Tidak Berlebihan dalam Makan dan Minum?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Makan dan Minum
2. Untuk Mengetahui Ayat Yang Berhubungan dengan Makan dan Minum Tidak
Berlebihan
3. Untuk Mengetahui Dampak Tidak Berlebihan dalam Makan dan Minum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Makan dan Minum

Makanan menurut bahasa adalah terjemahan dari kata tha’am betntuk tunggal
dari athi’mah Dalam bahasa Indonesia makanan berarti segala yang boleh dimakan
seperti panganan, lauk pauk dan kue-kue1.
Menurut al khalil, seperti dikutip oleh ibnu faris dan ibnu manzhur, penggunaan
kata tha’am (makanan) dalam percakapan orang arab dikhususkan pada gandum,
seperti sabda Nabi Saw dari Abi Said al khudry tentang zakat fitrah: “‫ ”صا عا من طعام‬yang
artinya satu sha gandum. Menurut ibnu Manzhur dan Ensiklopedia al-Qur'an, tha'am (‫طعام‬
(adalah kata yang digunakan untuk semua jenis yang dimakan. Sebagian yang lain berpendapat
semua yang diairi lalu tumbuh, sebab itu tumbuh tanaman air tersebut menurut Ibnu Katsir,
semua yang termasuk dalam kategori biji-bijian seperti gandum dan kurma. Menurut al-
Thabary, tha'am (‫( طعام‬adalah apa yang dimakan dan diminum2.
Adapun pengertian makanan menurut istilah adalah apa saja yang dimkan oleh manusia
dan disantap, baik berupa bara barang pangan, maupun yang laiinya. Penggunaan kata tha’am
dalam al-Qur’an bersifat umum, yakni setiap yang dapat dimkan, baik makanan itu berasal dari
darat dan laut, maupun makanan yang belum diketahui hakikatnya. Dengan demikian kat al-
tha’am berarti makanan, yang menunjukan arti semua jenis yang biasa diciipi. Istilah makanan
dalam al-Qur’an, adayang halal dan haram.
Makanan merupakan sumber protein yang berguna bagi manusi, yang berasal dari
hewan disebut protein hewani yang berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut rotein nabati,
semuanya termasuk karunia Allah kepada manusia. Oleh karena itu islam tidak melarang
manusia baik laki-laki maupun wanita menikmati kehidupan, seperti makanan minuman.
Minuman Minuman menurut bahasa adalah terjemahan dari kata syarab (‫= شراب‬
(minuman . Syarab adalah nama dari sesuatu yang dapat diminum, yaitu segala sesuatu yang
ditidak dikunyah.5 Kata Syarab (‫ شراب‬,( juga dipakai dalam arti minuman yang memabukkan.6
Secara terminologi, kata syarab berarti sesuatu yang diminum, baik berupa air biasa, amupun
air yang sudah melalui proses pengolahan, yang sudah berubah warna dan rasanya. Dalam al-
Qur'an kata syarab digunakan dengan makna yang sama, baik dalam konteks minuman dunia,
maupun minuman akhirat. Dalam kedua konteks ini dipahami, bahwa pada dasarnya maksud
syarab atau minuman, adalah makna lafzhi, yaitu benar-benar minuman. Dari uraian tentang
pengertian makanan dan minuman, dapat disimpulkan, bahwa di antara makanan dan minuman
baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, maupun dari hewan sudah ada ketetapan hukumnya,
yaitu ada yang dihalalkan dan ada yang diharamkan. Istilah makanan ()‫ طعام‬yang dihalalkan
atau diharamkan, sering digunakan dalam al-Qur'an dalam pengertian umum, meliputi makanan
dan minuman.

1
1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976)
2
Lihat ibid. Lihat pula Tim Penyusun Ensiklopedia Al-Qur'an, Ensiklopedi Al-Qur’an Kajian Kosa Kata, Jilid
III (Cet. I; t.t.: Lentera Hati/Pusat Studi Al-Qur'an/Yayasan Paguyuban, 2007 M/1428H), h. 994
B. Kualitas Makanan
Jauh pada masa dahulu sebelum teknologi berkembang seperti saat ini
Rasulullah Saw. pernah bersabda bahwa sumber penyakit pada manusia adalah perutnya. Dan
hal tersebut pun memang dibuktikan dengan ilmu sains dan teknologi pada masa ini sehingga
dapat kita pahami bahwa apabila kondisi organ di dalam perut kita sehat maka akan sehat pula
kondisi tubuh kita. Maka dari itu Islam membimbing umatnya untuk senantiasa mengkonsumsi
makanan yang halal serta baik dan menjauhi makanan yang haram atau dilarang.3
Permasalahan gizi timbul disebabkan sikap yang tidak benar, di antaranya merupakan
ketidakseimbangan antara konsumsi santapan yang dimakan dengan kecukupan konsumsi
santapan yang disarankan. 4 Tiap warsa pemerintah selalu menggalakan program menekan
angka kurang gizi supaya tidak meningkat.5
Tidak hanya secara sains, namun dalam ilmu agama juga makanan merupakan salah
satu unsur terpenting dalam menjaga kesehatan. Selain itu apa yang kita konsumsi haruslah kita
perhatikan, seperti ditegaskan dalam ayat yang artinya:hetha dhakaah alk dheh akam“
:)08( ashah‘ .. ( .”dkdnknahlaeha dhehahaaeh24. Sayyid Qutb dalam tafsirnya fi Zhilalil
Quran menerangkan bahwa manusia
akan selalu lekat dengan makanan. Maka penting bagi manusia untuk memperhatikan apa yang
ia konsumsi, terjadi berulang kali, hal kecil namun
sangat vital. Pada ayat di atas telah tercantum lafadz falyanzuur, kata yanzuur memiliki arti
menyaksikan secara langsung, dengan mata kepala sendiri, atau bisa juga melihat dengan batin.
Gizi ataupun kesehatan nutrisi memiliki kedudukan yang sangat besar dalam
membina serta mempertahankan kesehatan seorang. Berdasarkan kajian ilmu kesehatan, dari
makanan saja dapat menimbulkan penyebaran sebuah penyakit.16 Maka sebagai umat muslim
haruslah lebih teliti dalam mengkonsumsi sesuatu. Islam menyarankan terhadap pemeluknya
buat komsumsi santapan serta minuman yang halalan thoyyiban (halal serta baik). Halal
merupakan sesuatu perihal yang dibolehkan secara agama, sebaliknya thayyib merupakan suatu
yang baik pada dasarnya, tidak mengganggu raga serta benak, serta wajib penuhi ketentuan dari
segi kebersihan, sebagaimana dalam firman Allah Swt:

‫ٱلش أي َٰطَ ِن ۚ إِنَّهُۥ لَ ُك أم َع ُد ٌّو ُّمبِ ن‬ ِ ‫ض ح َٰلَ ًَ طَيِبا وََل تَتَّبِع ۟وا ُخطَُٰو‬ ِ۟
‫ي‬ َّ ِ َ ُ َ ً َ ِ ‫َّاس ُكلُوا ِمَّا ِِف أٱْل أَر‬
ُ ‫َََٰٓيَيُّ َها ٱلن‬

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah (2):168)
Pada ayat ini menerangkan berkenaan dengan pemberian nikmat, yang mana
Allah sudah mengizinkan manusia buat mengkonsumsi seluruh santapan yang terdapat di muka
bbumi dengan syarat ialah santapan yang halal, baik, serta berguna untuk dirinya dan tidak
membahayakan untuk badan serta akal pikirannya. Ayat ini juga menyampaikan bahwa bumi
merupakan tempat tinggal untuk seluruh manusia sehingga semuanya memiliki derajat yang
sama terhadap kepemilikan bumi. Tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah bagi Allah.

3
Khairul Anam,"Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Prespeksif Islam Sagaicous 3 No.1
(2016):67-78
4
Dwi Ayu Afrilia and Shelly Festilia A, “Hubungan Pola Makan Dan Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi Di
Siswa Smp Al-Azhar Pontianak,” Pontianak Nutrition Journal (PNJ) 1, no. 1 (2018).
5
Egi Sukma Baihaki, “Gizi Buruk Dalam Perspektif Islam: Respon Teologis Terhadap Persoalan Gizi Buruk,”
SHAHIH : Journal of Islamicate Multidisciplinary 2, no. 2 (2017): 181.
Oleh sebab itu Allah menyuruh kita untuk menyantap hidangan yang halal serta baik.
Bagi Syaikh Ahmad Syakir dalam kitab tafsirnya Tafsir Ibnu Katsir ayat diatas
menarangkan kalau tidak terdapat Tuhan yang berhak disembah kecuali Ia, serta sebetulnya cuma
Dialah yang Esa dalam penciptaan. Ia merupakan dzat yang memberikan rezeki kepada segala mahkluk-
Nya. Dan Ia pula sudah memubahkan untuk mereka santapan yang halal serta baik dari Allah, ialah baik
pada dzatnya serta tidak membahayakan kesehatan badan serta akal.6
Sebaliknya bagi Sayyid Qutub dalam kitab Tafsir Fi Zhilalil Quran kalau ayat tersebut
menarangkan tentang santapan yang diperbolehkan ataupun yang halal dari apa- apa yang ada di bumi
kecuali yang sedikit yang dilarang sebab berkaitan dengan hal-hal yang membahayakan serta sudah
ditegaskan dalam nash ialah terpaut dengan akidah, sekalian bersesuaian dengan fitrah alam serta fitrah
manusia. Sebab Allah menghasilkan apa yang terdapat di bumi untuk manusia. Oleh karena itu, Allah
menghalalkan apa yang terdapat di bumi tanpa terdapat pembatasan tentang halal ini kecuali
permasalahan spesial yang beresiko. Jadi penjelasan tentang penghalalan dari Allah ini, manusia bisa
menikmati dari apaapa yang baik serta cocok dengan fitrah manusia, tanpa wajib menerima dengan
kesusahan serta desakan.7Adapun firman Allah yang senada dengan ayat di atas di antaranya:

‫اّلِلَ ا لَّذِ ي أَنأ تُ أم بِهِ مُ أؤ ِم نُون‬ َّ ُ‫َو ُك لُوا ِِمَّا رًَََْ ُك م‬


َّ ‫اّلِلُ َح ََ ًَل طَيِ بً ا ۚ َواتَّ قُ وا‬
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Q.S.Al-Maa’idah (5): 88). Adapun makna
dari ayat di atas ialah, kata “halal” memiliki akar kata yang berarti “lepas” ataupun “tidak terikat”.
Sesuatu yang halal Iyalah yang terlepas dari segala hal yang berbahaya. Dengan demikian "halal"
memiliki arti lain "boleh". Selain itu kata ini pun mengakomodir seluruh hal yang diperkenankan dalam
hukum di agama Islam. Seperti anjuran-anjuran dalam melakukan sesuatu atau yang disebut dengan
sunnah, mubah, hingga makruh.8
Kata “thayyib” dalam bahasa berarti enak, enak, sehat, terjamin, dan yang terpenting para
mufassir menerangkan pada bahasan perihal “makan” memiliki maksud tidakotor, rusak (kadaluarsa),
ataupun bercampur dengan bendabenda najis. Sebagian orang memaknainya dengan hidangan yang
menggugah selera bagi yang menyantapnya, serta tidak membahayakan bagi tubuh serta akal
pikirannya.21 Kitab Ibnu Katsir, menafsirkan maksud dalam ayat ini adalah bahwasannya kondisi halal
serta baik menjadi syarat penting dalam jam rezeki yaitu hidangan yang kita konsumsi.22 Selain ayat di
atas terdapat pula pada QS. 8: 69, QS. 16: 114, serta QS. 67: 15 yang senada.

C. Mengatur Pola Makan dan Minum Tidak Berlebih-Lebihan


Menjaga kesehatan yang bermutu antara lain bisa dicapai dengan melindungi serta
memperhatikan pola makan, ialah tidak berlebihan, mengkonsumsi hidangan yang bergizi serta
bernutrisi sesuai yang diperlukan badan. Serta tidak lupa pula makan yang halal lagi thayyiban seperti
yang sudah disyariatkan dalam QS. al-A’raf (7): 31,

ُّ ِ‫س رِفُوا ۚ إِ نَّهُ ََل ُُي‬


‫ب‬ ٍ ِ ‫َي ب ِِن آدَ م خُ ُذ وا ِْينَ ت كُ م عِ نأ َد كُ ِل م‬
‫س ج د َوكُ لُوا َوا أش َربُوا َو ََل تُ أ‬
‫َ أ‬ ‫َ أ‬ َ َ َ
ِ ‫ا لأم‬
َ‫س رِف ي‬
‫ُ أ‬

6
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1-3 Terj. M. Abdul
Ghoffar, Tafsir Ibnu Katsir (Bogor: Pusataka Imam Asy-Syafi’i, 2004)
7
Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Quran Jilid 1 Terj., ed. As’ad Yasin and Abdul Aziz Salim (Jakarta: Gema
Insani, 2001)
8
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, 1996,
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.”
Ibnu Katsir menerangkan makna ayat ini yaitu dianjurkan untuk berhias diri pada saat
melaksanakan salat terlebih pada saat salat Jumat dan hari raya dengan menggunakan pakaian
terbaik yaitu pakaian berwarna putih, wangi-wangian, serta bersiwak sebagai pelengkap serta
kesempurnaan dalam pakaian.
Baik secara agama maupun secara ilmiah sikap berlebihan dalam makan serta minum
merupakan sebuah tindakan yang tidak baik. Selain membuat tidak sehat atau menimbulkan
penyakit, sikap berlebihan atau melampaui batas dalam makanan juga menimbulkan murka Allah
Swt. sebagaimana yang disebutkan pada ayat di atas. Dengan mengatur pola makan yang baik tidak
berlebihan serta tidak menunda akan membuat tubuh menjadi sehat. 9 Adapun Hadis yang
mendukung dari pemaparan di atas yaitu, "Tiada seorang anak Adam (manusia)pun yang memenuhi
sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah anak Adam (manusia) itu makan
beberapa suap saja yang dapat mendirikan (menguatkan) tulang belakangnya. Oleh sebab itu,
apabila perut itu mesti diisi, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan
sepertiga lagi untuk pernafasannya (jiwanya)” (diriwayatkan oleh Imam-imam Ahmad, Tirmidzi,
Nasa'i dan Ibnu Majah)
Keinginan manusia tidak akan pernah ada habisnya sehingga dianjurkan untuk secukupnya
dalam memenuhi kebutuhan. Untuk menekan nafsu dibutuhkan latihan mengkonsumsi apa yang
dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Tidak pernah habis manusia dalam memenuhi keinginan,
maka diri sendirilah yang harus mengatur diri serta menyadari kalau terdapat kehidupan selain di
dunia ini sebagai tempat kembali yang kekal.10
D. Dampak Sikap Berlebih – lebihan
Sikap berlebih-lebihan mempunyai dampak tersendiri bagi pelakunya.Dampak tersebut
berkenaan dengan perbuatan mereka sendiri dan berkenaan langsung dengan si pelaku.Pola hidup
konsumtif dapat menimbulkan malapetaka, bukan hanya pada kehidupan akhirat kelak, tetapi juga
dalam kehidupan sosial masyarakat. Hal ini tentu akan menjadi pertanggungjawaban manusia di
hadapan Allah SWT terhadap apa yang menjadi pola konsumsinya.
Sesungguhnya hura-hura, bermewah-mewah (konsumtif) merupakan fenomena penyelewengan
terburuk dari konsumsi yang benar.Sebab orang yang hura-hura cenderung memperluas dalam
kenikmatan dunia dan kesenangannya.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai dampak-dampak sikap berlebihlebihan:
a. Dibenci Allah Swt
Terdapat dalam hadits Nabi yang berbunyi :
Sesungguhnya Allah tidak menyukai kalian dalam tiga hal:
omong kosong, menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya.” (HR. Bukhari). 11
b. Menjadi Sahabat Syetan
Orang yang hidupnya bergelimang harta, semua dibelanjakan, tidak bisa
memanfaatkan dengan maksimal bahkan sebahagiannya tidak bermanfaat, contoh
sederhana orang yang dalam setahun mengoleksi baju tiga almari. Orang-orang seperti ini
adalah sahabat setan.Tak jauh berbeda dengan pendapat Sayyid Quthb, orang yang berbuat
mubażir itu digolongkan sebagai saudara setan sebab mereka berinfak untuk kebatilan dan

9
M. Nur Wahyudi, Pola Hidup Bersih Dan Sehat (semarang, 2015)
10
Desri Nengsih and Sefri Auliya, “Perspektif Alquran Tentang Prinsip-Prinsip Konsumsi,” Istinarah: Riset
Keagamaan, Sosial dan Budaya 2, no. 1 (2020): 46.
11
Al-Imam Abi „Abdillah Muhammad bin Ismā‟il Ibnu Ibrāhim bin al-Magīrah bin Bardizbah al-Bukhārī al-
Ja‟fī, S{aḥīḥal-Bukhārī, Juz 1, Hadits No. 78(Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyah, t.th.), h. 248
kemaksiatan.
c. Mendapat Murka Allah
Orang yang berperilaku berlebih-lebihan juga akan mendapat kemarahan dan murka
Allah (Gadab). Gadab mempunyai satu makna pokok yang menunjuk kepada pengertian
kekerasan atau pada pengertian sangat marah. Diantara murka Allah yang menimpa
seseorang yang berbuat melampaui batas dalam menggunakan rizki yang telah
diberikanNya Dihancurkan negeri mereka- Kehinaan dan kenistaan.
d. Sumber Ketidakadilan Sosial (Pengaruh Dalam Kesatuan Umat)
Sikap berlebih-lebihan menjadi biang ketidakadilan sosial, dan memiliki banyak
dampak yang buruk terhadap kesatuan umat dan keharmonisan individu-individunya.
Sebab, berlebih-lebihan cenderung mengutamakan kemaslahatan pribadi, mengarahkan
pemasukan untuk memenuhi kebutuhan dan tidak memperhatikan kondisi orang lain.
Sebagaimana perilaku yang buruk tersebut juga dapat membangkitkan kedengkian orang-
orang yang membutuhkan yang tidak mendapatkan penghidupan primernya. Ketika mereka
melihat orang-orang yang memiliki harta disekitar mereka dalam kepongahan dan berfoya-
foya, masa bodoh terhadap hak-hak orang-orang yang membutuhkan dalam harta mereka.
Hingga itu kemudian menjadi salah satu penyebab pemutus tali kecintaan dan loyalitas,
tersebarnya permusuhan dan kebencian dalam umat.12Merusak Lingkungan
Bagaimana manusia merusak bumi?Dengan banyak modus, salah satunya adalah dengan
mengeksploitasi alam secara membabi buta. Imbasnya, selain kelangkaan energi dan
Sumber Daya Alam (SDA), sampah, limbah, dan polusi masalah paling sulit dipecahkan
setelah korupsi, politik uang dan mafia hokum.
e. Pengaruh Dalam Ibadah dan Kesehatan
Makan dalam porsi terlalu besar merupakan penyebab tubuh menjadi sakit dan merasa
malas sehingga sangat berat untuk melakukan berbagai amal ketaatan. Di samping itu hal
tersebut akan menyebabkan hati menjadi beku. Sebaliknya makan dalam porsi yang terlalu
sedikit, juga akan menyebabkan badan menjadi lemah dan loyo sehingga tidak kuat
melakukan berbagai amal taat. Solusi tepat untuk masalah ini adalah petunjuk Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam.Jika kita mempraktekkannya dalam keseharian kita tentu kita
tidak terlalu sering pergi ke dokter. Dari Miqdam bin Ma‟di Karib beliau menegaskan
bahwasanya beliau mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih berbahaya dibandingkan
perutnya sendiri. Sebenarnya seorang manusia itu cukup dengan beberapa suap makanan
yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Namun jika tidak ada pilihan lain, maka
hendaknya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiga yang lain untuk minuman dan
sepertiga terakhir untuk nafas.”(HR. Ibnu Majah no. 3349 dalam Saḥiḥ Sunan Ibnu Majah,
dan riwayat at-Titmiżī no. 2380 dalam Jāmi‟usSaḥiḥ Sunan at-Tirmiżī).
Ibnu Muflih mengatakan, dalam al-Adab as-Syar‟iyyah 3/183-185 bahwasanya Ibnu Abdil
Barr dan ulama yang lain menyebutkan bahwa Umar bin Khatthab pada suatu hari pernah
berkhutbah, dalam khutbahnya beliau mengatakan, “Jauhilah kekenyangan karena
sesungguhnya kekenyangan itu menyebabkan malas untuk shalat dan bahkan badan malah
menjadi sakit. Hendaknya kalian bersikap proporsional dalam makan karena hal tersebut
menjauhkan dari sifat sombong, lebih sehat bagi badan dan lebih kuat untuk
beribadah.Sesungguhnya seseorang itu tidak akan binasa kecuali ketika dia mengatakan
keinginannya daripada agamanya.”

12
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khattab, (Jakarta:Khalifah, 2008), h. 196
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makanan merupakan sumber protein yang berguna bagi manusi, yang berasal dari hewan
disebut protein hewani yang berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut rotein nabati, semuanya
termasuk karunia Allah kepada manusia. Oleh karena itu islam tidak melarang manusia baik laki-
laki maupun wanita menikmati kehidupan, seperti makanan minuman. Minuman Minuman
menurut bahasa adalah terjemahan dari kata syarab (‫( = شراب‬minuman . Syarab adalah nama dari
sesuatu yang dapat diminum, yaitu segala sesuatu yang ditidak dikunyah.5 Kata Syarab (‫ شراب‬,(
juga dipakai dalam arti minuman yang memabukkan.6 Secara terminologi, kata syarab berarti
sesuatu yang diminum, baik berupa air biasa, amupun air yang sudah melalui proses pengolahan,
yang sudah berubah warna dan rasanya. Dalam al-Qur'an kata syarab digunakan dengan makna
yang sama, baik dalam konteks minuman dunia, maupun minuman akhirat. Dalam kedua konteks
ini dipahami, bahwa pada dasarnya maksud syarab atau minuman, adalah makna lafzhi, yaitu
benar-benar minuman.
Menjaga kesehatan yang bermutu antara lain bisa dicapai dengan melindungi serta
memperhatikan pola makan, ialah tidak berlebihan, mengkonsumsi hidangan yang bergizi serta
bernutrisi sesuai yang diperlukan badan. Serta tidak lupa pula makan yang halal lagi thayyiban
seperti yang sudah disyariatkan dalam QS. al-A’raf (7): 31,

ُّ ِ‫س رِفُوا ۚ إِ نَّهُ ََل ُُي‬


‫ب‬ ٍ ِ ‫َي ب ِِن آدَ م ُخ ُذ وا ِْينَ ت كُ م عِ نأ َد كُ ِل م‬
‫س ج د َوكُ لُوا َوا أش َربُوا َو ََل تُ أ‬
‫َ أ‬ ‫َ أ‬ َ َ َ
ِ ‫ا لأم‬
َ‫س رِف ي‬
‫ُ أ‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.
Dampak Sikap Berlebih – lebihan
 Dibenci Allah Swt
 Menjadi Sahabat Syetan
 Mendapat Murka Allah
 Sumber Ketidakadilan Sosial (Pengaruh Dalam Kesatuan Umat)
 Pengaruh Dalam Ibadah dan Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Tahido Yanggo, Huzaemah, “MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM


ISLAM”
Naufal M, Salim N, Rusmana D “Konsep Pola Makan menurut Al-Qur'an dalam Kajian
Tafsir Tematik” vol 11 no 1 2022
Desri Nengsih and Sefri Auliya, “Perspektif Alquran Tentang Prinsip-Prinsip Konsumsi,”
Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya 2, no. 1 (2020): 46.

Anda mungkin juga menyukai