Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan pokok adalah pemelihara kehidupan, semua makhuk hidup

yang ditetapkan Allah di permukaan bumi, baik manusia, binatang maupun

tumbuhan mutlak memerlukannya. Makanan memberikannya kekuatan esensial

bagi kehidupannya, menyuplai unsur-unsur yang akan membentuk sel tubuhnya

dan memperbaharui yang rusak.1

Bahkan jenis makanan dan cara memperolehnya dapat mempengaruhi

kemulian akhlak dan adat istiadat suatu bangsa, karena sebenarnya Islam sangat

memperhatikan makanan kaum muslimin sejak 14 abad silam. Bahkan kitab-kitab

fiqih atau norma-norma tentang ilmu bergizi tidak pernah terlewatkan, seperti apa

yang disebut dengan bab “Ath’imah wal Asyribah” (tentang makanan dan

minuman)

Sehingga diantara jenis-jenis makanan yang ada, Islam mengharamkan

beberapa diantaranya berbahaya bagi kesehatan atau pada akhlak umat manusia.

Ada juga jenis makanan yang dianjurkan untuk ditinggalkan, karena jenis

makanan itu melemahkan badan dan jiwa. Begitulah karakteristik dari makanan

ada yang membahayakan sehingga dilarang, dan ada pula yang bermanfaat

sehingga diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk dikonsumsi. 2

Namun Islam sebenarnya menghalalkan semua jenis makanan yang baik

serta diproleh dengan cara baik. Kemudian ketika makanan itu menimbulkan efek

yang sebaliknya, maka Islam akan mengharamkan untuk umat muslim


1
Jamaluddin Mahran, ddk, Al-Qur’an Bertutur Tentang Makanan dan Obat-Obat, (Cet.I;
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), h. 200.
2
Ahmad Syauqi Al Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, (Cet. I; Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 1996), hal 44.

1
memakannya. Karena biasanya ada sekelompok orang yang kurang

memperhatikan bagaimana Islam telah mengatur masalah asupan gizi yang

dibutuhkan tubuh sehingga membutnya tetap memakan makanan yang buruk atau

kurang bergizi yang menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem tubuhnya.

Maka disinilah kita bisa menilai atau melihat betapa besarnya perhatian Allah

pada hambanya, yang bahkan mengatur tentang makanan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa esensi makanan dalam al-Qur’an?

2. Bagaimana tafsiran Al-Qur,an mengenai makanan sehat dan bergizi

yang disebutkan dalam QS. Al- Baqarah [2]: 57 dan 61?

3. Bagaimana jenis makanan yang sehat dan bergizi dalam al-Qur’an?

C. Tujuan

1. Untuk esensi makanan dalam al-Qur’an.

2. Untuk tafsiran Al-Qur,an mengenai makanan sehat dan bergizi yang

disebutkan dalam QS. Al- Baqarah [2]: 57 dan 61.

3. Untuk jenis makanan yang sehat dan bergizi dalam al-Qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Esensi Makanan Dalam Al-Qur’an.

Makanan menurut bahasa adalah terjemahan dari kata ta’am bentuk

tunggal dari kata taimah. Dalam bahasa Indonesia makanan adalah segala sesuatu

yang boleh dimakan seperti panganan, lauk pauk, kue. Menurut al-Khalil kata

ta’am dalam percakapan bahasa arab dikhususkan pada gandum. Menurut Ibnu

Manzur dan ensiklopedi al-Qur’an ta’am adalah kata yang digunakan untuk jenis

makanan yang dimakan. Menurut at-Tabari adalah apa yang dimakan dan

diminum. Sedangkan menurut istilah makanan adalah apa aja yang boleh

dimakan, disantap baik barang pangan ataupun lainnya.

Sehat adalah seluruh bahan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit) dan

gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan

badan sedangkan bergizi sendiri berarti mangandung gizi. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan pengertian dari makanan sehat dan bergizi adalah segala sesuatu yang

boleh dimakan seperti lauk pauk yang mengandung gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan yangterbebaskan dari penyakit.

Al-Qur’an sangat memerhatikan masalah makanan. Dalam al-Qur’an kata

ta’am (makanan) dan yang seasal dengannya terulang 48 kali. Al-Qu’an

memberikan keterangan bahwa makanan untuk manusia dan hewan telah

disediakan dibumi telah memerlukan usaha-usaha untuk dimakan. Selain itu,

manusia disuruh memakan makanan yang halal dan baik (toyyib).3 Kata ‘halal’

berasal dari akar kata lepas atau tidak terikat. Artinya terlepas dari ikatan bahaya

duniawi dan ukhrawi. Sedangkan kata thayyib jika ditinjau dari segi bahasa berarti

3
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, KesehatanDalamPerspektifAl-Qur’an (cet.I
Jakarta, 2009) h. 261.

3
lezat, baik, sehat, menentramkan dan paling utama. 4
Halal dalam hal mencari,

mengambil dan mengumpulkannya dan tidak dengan cara yang haram. Memakan

hal yang terlarang itu akibatnya adalah dosa dan bahaya. Baik (toyyib) artinya

berkhasiat untuk tubuh, menjadikan manusia kuat dan sehat. Dilarang memakan

makanan yang merusak akal, tubuh dan pikiran. Makan dengan cara yang

berlebihan berakibat membahayakan kesehatan tubuh manusia.

Di samping itu, Rasulullah saw. juga sangat menekankan pentingnya

mengatur makanan agar tidak kurang dan tidak lebih. Beliau mengajarkan kepada

umatnya betapa pentingnya pola makan bagi kesehatan. 5

Sesungguhnya tubuh manusia tersusun dari beberapa unsur esensial dari

tanah dan tanah.6 Kata makanan sendiri sering diidentikkan sebagai sebuah kata

yang erat kaitannya dengan tumbuhan, karena tumbuhan menjadi salah satu

makhluk hidup yang memiliki daya dukung kehidupan secara generasi sekaligus

melindunginya. Daya dukung ini antara lain zat hijau daun atau klorofil, yang

Allah karuniai secara khusus hanya pada tumbuhan sehingga dengan kemampuan

ini tumbuhan dapat memproses bahan makanan sendiri yang dibantu oleh unsur

lain yang diperoleh daun dari udara berupa oksigen (O2) dan karbon dioksida

(CO2) menjadi bahan organik protoplasma dan yang diperoleh akar berupa unsur-

unsur dan garam, khusunya nitrogen sehingga menghasilkan zat tepung, zat gula,

protein, dsb yang kemudian dimanfaaatkan oleh makhluk hidup didalam

penyedian makanan dan sumber kelangsungan hidup. Firman Allah dalam QS. Al-

An’am [6]: 99

4
M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik Atas Berbagai Persoalan Umat
(cet. II; Bandung: 2014), h. 195.
5
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-
Qur’an dan Sains (cet.I Jakarta,2013), h. 49.
6
Jamaluddin Mahran, ddk, Al-Qur’an Bertutur Tentang Makanan dan Obat-Obat, h.
228.

4
‫ِج ِمْن هُ َحبًّا‬ ِ ِ ٍ ِ ِ َّ ‫وهو الَّ ِذي َأْنز َل ِمن‬
ُ ‫َأخَر ْجنَ ا مْن هُ َخض ًرا خُنْ ر‬ ْ َ‫ات ُك ِّل َش ْيء ف‬ َ َ‫َأخَر ْجنَ ا بِه َنب‬ ْ َ‫الس َماء َم اءً ف‬ َ َ َُ َ
ٍ ‫مَتراكِب ا و ِمن النَّخ ِل ِمن طَْلعِه ا قِْن وا ٌن دانِي ةٌ وجن‬
‫الر َّما َن ُم ْش تَبِ ًها َو َغْي َر‬
ُّ ‫الز ْيتُ و َن َو‬
َّ ‫اب َو‬ٍ َ‫َأعن‬ْ ‫َّات ِم ْن‬ ََ ََ َ َ ْ ْ َ َ ً َُ
ٍ
‫ات لَِق ْوم يُْؤ ِمنُو َن‬
ٍ ‫متَ َشابٍِه انْظُروا ِإىَل مَثَِر ِه ِإذَا َأمْثَر ويْنعِ ِه ِإ َّن يِف ذَلِ ُكم آَل ي‬
َ ْ ََ َ ُ ُ
Terjemahnya:
Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau itu
butir yang banyak dan dari batang kurma, mengurai tangkai-tangkai
yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami turunkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada
yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang beriman (QS. Al-An’am [6]: 99)

Salah satu siklus asimulasi pada tumbuhan menunjukkan betapa

menakjubkannya Allah dan kekuasaa-Nya. Betapa Dia mampu menjadikan benda

mati sebagai unsur terpenting bagi makhluk hidup, bagaimana Dia menciptakan

kehidupan dari hasil makhluk hidup lainnya. Siklus kehidupan dan kematian

adalah mu’jizat alam dan rahasia kehidupan itu sendiri. Sesungguhnya seorang

mukmin yang khusyu’ pasti senantiasa bertasbih untuk keagungan ini, manakala

ia melihat alam sekitarnya setiap hari. Ketika ia melihat bumi yang tandus lalu

Allah menurunkan air hujan kepadanya, lantas Dia mengeluarkan tumbuh-

tumbuhan yang hidup dan berwarna hijau, sebagai saksi yang menunjukkan

kemahakuasaan Allah, bahwa Dia mampu menghidupkan benda mati dan mampu

membangkitkan siapa saja yang ada di dalam kubur, sehingga menambah kuat

keimanan dan aqidah kita.7

7
Jamaluddin Mahran, ddk, Al-Qur’an Bertutur Tentang Makanan dan Obat-Obat, h.228.

5
B. Tafsiran Al-Qur’an Mengenai Makanan Sehat dan Bergizi Yang

Disebutkan Dalam QS. Al- Baqarah [2]: 57 Dan 61.

1. Ayat dan Terjemahnya QS. Al- Baqarah [2]: 57 dan 61


ِ ‫الس ْلوى ُكلُ وا ِمن طَيِّب‬ َّ
‫ات َم ا َر َز ْقنَ ا ُك ْم َو َم ا ظَلَ ُمونَ ا‬ َ ْ َ َّ ‫َوظَل ْلنَ ا َعلَْي ُك ُم الْغَ َم َام َوَأْنَزلْنَ ا َعلَْي ُك ُم الْ َم َّن َو‬
‫َولَ ِك ْن َكانُوا َأْن ُف َس ُه ْم يَظْلِ ُمو َن‬
Terjemahnya:
Dan kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan
kepadamu manna dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik
dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak
menzalimi diri sendiri. (QS. Al-Baqarah [2]: 57 )

‫ض ِم ْن َب ْقلِ َه ا‬ ‫مِم‬ ٍ ِ ‫وِإ ْذ ُقْلتم يا موس ى لَن نَص رِب علَى طَع ٍام و‬
ُ ‫اَأْلر‬
ْ ‫ت‬ ُ ِ‫ِج لَنَ ا َّا تُْنب‬ ْ ‫ك خُيْ ر‬ َ َّ‫اح د فَ ْادعُ لَنَ ا َرب‬ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ َ ُْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ومها وع َد ِسها وب‬ ِ ‫ِ ِئ‬
‫ص ًرا فَِإ َّن‬ْ ‫صل َها قَ َال َأتَ ْستَْبدلُو َن الَّذي ُه َو َْأدىَن بِالَّذي ُه َو َخْي ٌر ْاهبِطُوا م‬ َ َ َ َ َ َ َ ُ‫َوقثَّا َها َوف‬
ِ
َ ‫ب ِم َن اللَّ ِه َذل‬
‫ك بَِأن َُّه ْم َك انُوا يَ ْك ُف ُرو َن‬ ٍ‫ض‬ َ َ‫الذلَّةُ َوالْ َم ْس َكنَةُ َوبَاءُوا بِغ‬
ِّ ‫ت َعلَْي ِهم‬
ُ ْ َ‫ض ِرب‬ُ ‫لَ ُك ْم َما َسَألْتُ ْم َو‬
‫ص ْوا َو َكانُوا َي ْعتَ ُدو َن‬ ‫ات اللَّ ِه وي ْقُتلُو َن النَّبِيِّني بِغَ ِ احْل ِّق َذلِ َ مِب‬
ِ ‫بِآي‬
َ ‫ك َا َع‬ َ ‫َ رْي‬ ََ َ

Terjemahnya:

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan
hanya (makan) dengan satu macam makan saja maka mohonkanlah
kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang
ditumbuhkan di bumi, seperti sayur mayur, mentimun, bawang putih,
kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu
meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik?
Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu
minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan dan
mereka (kembali) mendapatkan kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi)
karena mengingkari ayat-auyat Allah dan membunuh para Nabi tanpa
hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena durhaka dan
melampaui batas. (QS. Al-Baqarah [2]: 61 ).

2. Kajian Kosakata QS. Al-Baqarah [2]: 57 dan 61

a) ghamam (‫)غمام‬

Kata ghamam (‫ )غمام‬berasal dari ghamam, yaghummu, ghamman yang

berarti assitr atau al-ghitha ) tutup(, huzn ( sedih, dukacita, menyusahkan), al-

6
harrusy syadid (sangat panas), zhulmah (gelap), dahiyah ( bencana, azab). Kata

ghamam (‫ )غمام‬secara etimologis berarti ‘menutup sesuatu’; dari kata muncul kata

ghamamah (‫ )غمامة‬dan ghamam yang berarti ‘awan’ karena menutupi cahaya

matahari. Dari beberapa pengertian ini hanya dua yang terdapat didalam Al-

Qur’an, yaitu hazn (sedih, dukacita, menyusahkan, azab) dan sahib (awan).

Di dalam Al-Qur’an terdapat 11 kali kata ghamam (‫ )غمام‬dengan berbagai

derivasinya. Kata ghammun atau ghamman terdapat enam kali, yaitu 2 kali di

dalam QS. Ali-Imran: 153, QS. Thaha: 40, QS. Al-Anbiya: 88, QS. Al-Hajj: 22,

dsb.8

b) Mann (‫)م َّن‬


َ
Kata mann berasal dari manna, yamunnu yang secara harfiah

mengandung pengertian ‘memutus dan memotong’. Mann juga berarti

‘melakukan perbuatan terpuji’. Dari pengertian inilah mann dipahami sebagai

‘anugrah dan pemberian’. Kedua pengertian dasar mann tersebut terkait satu

dengan yang lainnya. Kata al-minnah misalnya, berarti anugerah yang banyak

karena seakan-akan setiap ia putus, ia datang lagi.

Dalam Al-Qur’an, kata al-mann dengan berbagai bentuknya dusebut 27

kali. Penggunaan kata al-mann di dalam al-Qur’an, cukup bervariasi, tetapi esensi

yang terkandung di dalamnya dapat dikembalikan kepada pengertian kebahasaan.

Di samping pemberian atau anugerah yang bersifat immaterial seperti

tersebut di atas, Al-Qur’an juga menggunakan kata al-mann untuk menunjuk

anugerah yang bersifat material, seperti al-mann yang diturunkan Allah kepada

Bani Israil, yaitu sejanis makan yang manis seperti madu (QS. Al-Baqarah: 57,

QS.Al-A’raf: 160, QS.Thaha: 80). Kata al-mann di dalam ayat-ayat tersebut

8
M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, (Cet.1; Jakarta: Lentera
Hari, 2007), h. 214

7
menyiratkan bahwa makanan yang diberikan Allah kepada Bani Israil itu turun di

dalam bentuk keratin, terpotong-potong.9


ِ ِّ‫)طَي‬
c) Thayyib ( ‫ب‬

Kata thayyib berasal dari kata kerja thaba-yathib, bermakna suci, baik,

bagus, lezat, halal, subur, memperkenankan, dan membiarkan. Menurut Al-

Ashfahani, kata thayyib mempunyai makna pokok segala sesuatu yang disenangi

oleh alat indra dan jiwa manusia.

Dalam Al-Qur’an, kata thayyib dengan berbagai bentuknya disebut

sebanyak 46 kali. Kata thayyib sendiri ditemukan tujuh kali, yakni pada QS. Ali

Imran: 179, QS. An-Nisa: 2, QS. Al-Maidah: 100, QS. Ql-A’raf: 58, QS. Al-

Anfal: 37, QS. Al-Hajj: 24, dan QS. Fathir: 10

Ibnu Katsir dan Hamka mengartikan kata thayyib dengan ‘yang baik’

untuk membedakan dengan ‘yang buruk’. Selanjutnya, penggunaan kata thayyib

di dalam Al-Qur’an digunakan untuk konotasi ‘guna’. Ini berarti bahwa sesuatu

dikatakan thayyib karena ada kegunaan yang terkandung di dalam eksistensinya.

Pengertian ini dapat ditemukan di dalam QS. Yunus: 22.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kata thayyib dengan berbagai

bentuknya, selain mengandung makna ‘yang baik dan yang bagus’, juga

digunakan untuk konotasi ‘ guna’; bahkan, di dalam kaitannya dengan hukum

makanan dan perkawinan, kata thayyib digunakan didalam pengertian ‘halal’.10

d) Rizq (‫) َر َزق‬

Kata rizq (‫ ) َر َزق‬berasal dari razaqa – yarzuqu – rizqan dalam berbagai

bentuknya, kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 123 kali.

9
M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, h.342
10
M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, h. 145

8
Dari segi kebahasaan, asal makna kata rizq (‫)رزق‬
َ adalah pemberian, baik
yang ditentukan maupun tidak; baik yang menyangkut makanan perut maupun

yang berhubungan dengan kekuasaan dan ilmu pengetahuan.

e) Tha’am

Kata (tha’am) dalam berbagai bentuknya terulang dalam al- Qur’an

sebanyak 48 kali yang antara lain berbicara tentang berbagai aspekyang berkaitan

dengan makanan.Kata tha’am diungkapkan untuk segala perkara yang dapat

dimakan termasuk air. Di dalam al-Qur’an kata (syariba) minum dan (yath’am)

makan digunakan untuk objek yang berkaitan dengan air minum.11

3. Tafsiran QS. AL-Baqarah [2]: 57 dan 61

1. QS. Al-Baqarah [2]: 57

Di ayat ini Allah mengingatkan tentang nikmat-Nya kepada Bani Israil.

Demikianlah Yang Maha Pengasih itu membimbing hamba- hamba-Nya. Melalui

ayat ini, Bani Israil diingatkan bahwa: Dan Kami yakni Allah swt. Melalui

perintah Kami kepada awan menaungi kamu dengan awan. Ini terjadi mereka

tersesat di padang pasir yang terik selama empat puluh tahun sebagaimana di

jelaskan dalam QS. Al- Maidah [5]:26. Ketersesatan di Padang pasir antara Syam

(yakni Palestina, suriah, Lebanon, dan Mesir sekarang sekelompok orang durhaka

di syam. Mereka ketika itu berkata: pergilah engkau wahai Musa dan Tuhanmu

dan berperanglah berdua, kami hanya akan duduk menanti disini. QS. Al- Maidah

[5]: 24. Awan yang menaungi mereka di tengah teriknya matahari itu adalah

nikmat yang sungguh besar.

Selanjutnya pada ayat: Dan Kami turunkan kepada kamu al-mann dan as-

salwa sehingga kalian tidak perlu berpayah payah mencari makanan di daerah

11
M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata,, h.205

9
kering dan tandus itu.12 Untuk menghadapi suhu udara yang sangat panas di

padang pasir, maka energi dan tenaga tubuh terkuras habis yang dimilikinya

sehingga sebagai pengganti memerlukan mananan dan minuman yang banyak

mengandung zat gula. Al- Mann adalah sejenis makanan yang manis atau

minuman berenergi seperti madu yang snagat dibutuhkan di daerah gurun

pasir.jika seseorang memakan makanan yang mengandung zat gula meningkatkan

energi dan memberi rasa senang dan membuat lebih bersemangat.

Disamping makanan yang mengandung gula tingggi, dibutuhkan juga

makanan yang mengandung lemak dan protein. Salwa adalah sejenis burung

puyuhyang dagingnya mengandung protein dan lemak yang tinggi. Ini yang

dibutuhkan oleh orang orang yang berada di gurun pasir yang sangat panas sekali.

Allah swt. Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana memberikan makanan

mann dan salwa yang melakukan perjalanan panjang dan berat dari Mesir ke

Syiria.13

Makanlah sebagian dari makanan yang baik baik yang telah Kami

berikan kepada kamu itu. Ayat ini merupakan perintah yang mengandung makna

pembolehan, bimbingan dan penganugerahan.14 Allah memerintahkan untuk

memakan hanya sebagian, bukan saja karena yang disediakan melimpah, tetapi

juga demi menjaga kesehatan mereka.

Lalu ayat selanjutnya Tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi

merekalah sejak dahulu hingga kini yang berulang kali menganiaya diri mereka

sendiri. Kata “berulang kali” dipahami dari penggunaan kata dan bentuk kata

kerja mudhari yang menunjuk penganiayaan mereka, yaitu kata (yazhlimun).

12
Quraish shihab, Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jil. I (Cet. V:
Lentera hati;Jakarta, 2012), h. 244-266
13
Lajnah Pentashihan , KesehatanDalamPerspektifAl-Qur’an, jil.V (Cet. I; t.tp: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), h. 265
14
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Kasir, h. 177

10
Mereka menganiaya diri sendiri karena apa yang mereka peroleh akan punah,

kalaupun bertahan tidak akan terbawa mati. Yang terbawa hanyalah amal, kecuali

mereka buruk, dan keburukan itu menjadikan mereka tersiksa.15

Ayat ini senada dengan QS. Al- Baqarah ayat 172 dan surah Taha ayat 81.

Ayat ayat ini semuanya memerintahkan kepada kita agar memakan makanan yang

baik yaitu makanan yang halal dan bermanfaat bagi kesehatan.

Dalam tafsir At-Tabari ayat ini mengisahkan kisah Bani Israil dan

makanan yang diberikan kepada manna dan salwa. Tentang perbedaan kadar atau

nilai gizi yang terdapat di dalam makanan berbeda satu sama lain.16

2. QS. AL-Baqarah [2]: 61

Allah berfirman, "Ingatlah kalian akan nikmat-Ku yang telah Kulimpahkan

kepada kalian di kala Aku menurunkan manna dan salwa kepada kalian sebagai

makanan yang baik, bermanfaat, enak, dan mudah. Ingatlah ungkapan keluhan

serta kebosanan kalian terhadap apa yang telah Kami limpahkan kepada kalian,

dan kalian meminta kepada Musa menggantinya dengan makanan yang bermutu

rendah, seperti sayur mayur dan lain-lainnya yang kalian minta."

Firman Allah Swt.: Musa berkata, "Maukah kalian mengambil sesuatu

yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?" Di dalam ungkapan ayat ini

terkandung teguran dan celaan terhadap permintaan mereka yang meminta jenis-

jenis makanan yang rendah ini, padahal mereka sedang dalam kehidupan yang

menyenangkan dan memiliki makanan yang enak lagi baik dan bermanfaat.

Firman Allah Swt.: Pergilah kalian ke suatu kota. Ibnu Abbas

mengatakan, ihbituu mishran artinya `pergilah kalian ke suatu kota'. Ibnu Jarir

15
Quraish shihab, Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, h. 244-266
16
Lajnah Pentashihan , KesehatanDalamPerspektifAl-Qur’an, h. 267

11
mengatakan, telah didapati di dalam qiraat Ubay ibnu Ka'b dan Ibnu Mas'ud

bacaan ihbituu mishra, yakni tanpa memakai tanwin, yang artinya `pergilah kalian

ke negeri Mesir'.

Berdasarkan pengertian ini makna ayat adalah seperti berikut: "Musa

berkata kepada mereka, 'Apa yang kalian minta itu bukanlah merupakan hal yang

sulit, bahkan hal tersebut banyak didapat di kota mana pun yang kalian masuki,

dan tidaklah pantas bagi kalian meminta kepada Allah Swt. hal yang serendah itu

lagi banyak didapat'." Karena itulah maka Musa berkata kepada mereka yang

disitir oleh firman-Nya: Maukah kalian mengambil sesuatu yang rendah sebagai

pengganti yang lebih balk? Pergilah kalian ke suatu kota, pasti kalian memperoleh

apa yang kalian minta.

Ayat selanjutnya “Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan

kehinaan.” Yakni ditimpakan dan ditetapkan kepada mereka menurut hukum sya-

ra' dan takdir. Firman Allah Swt: Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu

berbuat durhaka dan melampaui batas. Ayat ini merupakan 'illat (penyebab) lain

yang mengakibatkan mereka menerima pembalasan tersebut, yaitu mereka selalu

berbuat durhaka dan melampaui batas. Mereka durhaka karena melakukan halhal

yang dilarang dan berlaku kelewat batas karena melampaui batasan-batasan yang

diperbolehkan dan yang diperintahkan.17

Ayat ini menjelaskan tentang permintaan mereka sebagai upaya mengganti

sesuatu yang berkualitas tinggi dengan yang rendah, sebab terbukti secara ilmiah

kadar gizi yang mereka minta lebih rendah adri manna dan salwa. Satu kilo gram

makanan yang mereka minta hanya mengandung sekitar 1500 kalori sedangkan

satu kilo manna dan salwa sebesar 3000 kalori, selain itu makanan yang diberikan

17
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Kasir, h. 177-180

12
oleh Allah mengandung protein yang terdapat di salwa, sedangkan yang mereka

minta tidak ada.18

C. Jenis Makanan Sehat Dan Bergizi Dalam Al-Qur’an.

Jenis-jenis makanan yang dianjurkan Islam adalah makanan yang memiliki

manfaat bagi tubuh, terlebih Islam menganjurkan kita untuk memakan makanan

yang halal dan diproleh dengan cara yang halal pula. Adapun perintah memakan

yang halal dan baik antara lain:


ِ ‫ض حاَل اًل طَيِّبا واَل َتتَّبِعوا خطُو‬
ِ َ‫ات الشَّيط‬ ‫مِم‬
ٌ ِ‫ان ِإنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬
‫ني‬ ْ َ ُ ُ َ ً ْ ‫َّاس ُكلُوا َّا يِف‬
َ ِ ‫اَأْلر‬ ُ ‫يَا َأيُّ َها الن‬
Terjemahnya:

Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan yang baik
yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-
Baqarah [2]: 168 ).

‫َو ُكلُوا مِم َّا َر َزقَ ُك ُم اللَّهُ َحاَل اًل طَيِّبًا َو َّات ُقوا اللَّهَ الَّ ِذي َأْنتُ ْم بِِه ُمْؤ ِمنُو َن‬
Terjemahan:
Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagi
rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya. (QS. Al-Maidah [5]: 88)

‫ت اللَّ ِه ِإ ْن ُكْنتُ ْم ِإيَّاهُ َت ْعبُ ُدو َن‬ ِ ‫مِم‬


َ ‫فَ ُكلُوا َّا َر َزقَ ُك ُم اللَّهُ َحاَل اًل طَيِّبًا َوا ْش ُكُروا ن ْع َم‬
Terjemahan:
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu, dan syukurlah nikmat Allah, jika kamu hanya
menyembah kepada-Nya. (QS. An Nahl [16]: 114)

Sehingga menjadi jelaslah perintah itu bagi kita, agar tidak ada lagi

makhluk yang memakan sesuatu yang haram dan tidak baik. Tidak hanya itu

Allah bahkan menyebutkan larangan menghalalkan yang haram atau sebaliknya,

antara lain

18
Quraish shihab, Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, h.252-256.

13
ِ ُّ ِ‫َأح َّل اللَّهُ لَ ُك ْم َواَل َت ْعتَ ُدوا ِإ َّن اللَّهَ اَل حُي‬ ِ ِ َّ
‫ين‬
َ ‫ب الْ ُم ْعتَد‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
َ ‫ين َآمنُوا اَل حُتَِّر ُموا طَيِّبَات َما‬
Terjemahan:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharam apa
yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas. (QS. Al-Maidah [5]: 87)

‫يم‬ِ ‫متاع قَلِيل وهَل م ع َذ‬


ٌ ‫اب َأل‬
ٌ َ ُْ َ ٌ ٌ ََ
Terjemahan:

(itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan mereka akan mendapat azab
yang pedih (QS. An Nahl [16]: 117)

‫قُ ْل ََأر َْأيتُ ْم َم ا َأْن َز َل اللَّهُ لَ ُك ْم ِم ْن ِر ْز ٍق فَ َج َع ْلتُ ْم ِمْن هُ َحَر ًام ا َو َحاَل اًل قُ ْل آللَّهُ َِأذ َن لَ ُك ْم َْأم َعلَى اللَّ ِه‬
ْ َ‫ب َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة ِإ َّن اللَّهَ لَ ُذو ف‬
‫َّاس َولَ ِك َّن‬ ِ ِ ِ َّ
ِ ‫ض ٍل َعلَى الن‬ َ ‫ين َي ْفَت ُرو َن َعلَى اللَّه الْ َك ذ‬َ ‫َت ْفَت ُرو َن َو َم ا ظَ ُّن الذ‬
‫َأ ْكَثَر ُه ْم اَل يَ ْش ُكُرو َن‬
Terjemahan:
Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku tentang ezeki
yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagainya
haram dan sebagainya halal.” Katakanlah, “Apakah Allah telah
memberikan izin kepadamu (tentang ini), ataukah kamu mengada-ada
atas nama Allah?” Dan apakah dugaan orang-orang yang mengada-
adakah kebohonganterhadap Allah pada hari Kiamat? Sesungguhnya
Allah benar-bebar mempunyai karunia (yang ditimpakan) kepada
manusia, tetapi kebanyakan mareka tidak bersyukur. (QS. Yunus [10]:
59-60)

Dari penjelasan yang menjadikan timbulnya jenis-jenis makan yang

halal dan haram untuk dikonsumsi.19

1. Makanan Sehat dan Bergizi.

Dalam hal ini Islam tidak mengungkapkan dengan lafaz “nahi” atau

larangan yang keras dan tidak juga dengan “amr” atau perintah yang mengikat

sebagaimana maknan yang diharamkan. Ketentuan ini cukup diungkapkan dengan

19
Akmaldin Noor, dkk, Al-Qur’an Tematik Hukum, (Cet.II; t.tp: yayasan SIMAQ, 2010),
h. 107-108

14
lafaz yang tidak langsung dan tidak mengikat sehingga tampak jelas dalam agama

itu tidak ada hal yang menyulitkan dan tidak memberatkan. Dengan ini kita dapat

melihat bahwa Islam telah mengatur, bukan menetapkan atau membatasi kaum

muslimin tentang makan-makanan yang dihalalkan kepada merekan ditinjau dari

segi, jenis makanan, atau atura/norma makanan20

Islam menghalalkan semua jenis makanan yang mempunyai faedah dan

tidak membahayakan bagi kesehatan jasmani manusia. 21

1. Daging

‫الص ْي ِد‬
َّ ‫يم ةُ اَأْلْن َع ِام ِإاَّل َم ا يُْتلَى َعلَْي ُك ْم َغْي َر حُمِ لِّي‬ِ ِ ِ
ْ َّ‫ين َآمنُ وا َْأوفُ وا بِ الْعُ ُقود ُأحل‬
َ ‫ت لَ ُك ْم هَب‬
ِ َّ
َ ‫يَ ا َأيُّ َه ا الذ‬
ُ ‫َوَأْنتُ ْم ُحُر ٌم ِإ َّن اللَّهَ حَيْ ُك ُم َما يُِر‬
‫يد‬
Terjemahan:
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan
ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu,
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram
(haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai
dengan yang Dia kehendaki. (QS. Al-Maidah [5]: 1)
ِ ‫و ِمن اَأْلْنع ِام مَح ولَةً و َفر ًشا ُكلُوا مِم َّا رزقَ ُكم اللَّه واَل َتتَّبِعوا خطُو‬
ِ َ‫ات الشَّيط‬
ٌ ِ‫ان ِإنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬
‫ني‬ ْ َ ُ ُ َ ُ ُ ََ ْ َ ُ َ َ َ
Terjemahan:
Dan di antara hewan-hewan ternak itu ada yang dijadikan pengangkut
beban dan ada (pula) yang untuk disembelih. Makanlah rezeki yang
diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
(QS. Al-An’am [6]: 142)

2. Ikan
ِ ِ
َ ‫َو ُه َو الَّذي َس َّخَر الْبَ ْح َر لتَ ْأ ُكلُوا ِمْن هُ حَلْ ًم ا طَ ِريًّا َوتَ ْس تَ ْخ ِر ُجوا ِمْن هُ ِح ْليَ ةً َتْلبَ ُس و َن َها َو َت َرى الْ ُف ْل‬
‫ك‬
‫ضلِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن‬ ِ
ْ َ‫اخَر فِ ِيه َولتَْبَتغُوا ِم ْن ف‬
ِ ‫مو‬
ََ
Terjemahan:
Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat
20
Ahmad Syauqi Al Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, h. 44.
21
Akmaldin Noor, dkk, Al-Qur’an Tematik Hukum, h. 112-115

15
perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-
Nya, dan agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl [16]:14)

َّ ‫ك لَِت ْعلَ ُم وا‬


َ‫َأن اللَّه‬
ِ
َ ‫ي َوالْ َقاَل ِئ َد َذل‬
َ ‫الش ْهَر احْلَ َر َام َواهْلَ ْد‬ ِ ‫ت احْلَ َر َام قِيَ ًام ا لِلن‬
َّ ‫َّاس َو‬ َ ‫َج َع َل اللَّهُ الْ َك ْعبَ ةَ الَْبْي‬
ِ ٍ ِ َّ ‫ض و‬ ِ َّ ‫يعلَم ما يِف‬
ٌ ‫َأن اللَّهَ ب ُك ِّل َش ْيء َعل‬
‫يم‬ ْ ‫الس َم َاوات َو َما يِف‬
َ ِ ‫اَأْلر‬ َ ُ َْ
Terjemahan:
Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal)
dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang
yang dalam perjalanan, dan diharamkan atasmu (menangkap) hewan
darat, selama kamu sedang ihram. Dan bertakwalah kepada Allah
yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan (kembali). (QS. Al-
Ma’idah [5]: 96)

‫اج َو ِم ْن ُك ٍّل تَْأ ُكلُو َن حَلْ ًم ا طَ ِريًّا‬ ٌ ‫ُأج‬


ِ ‫ِئ‬
َ ‫ات َس ا ٌغ َش َرابُهُ َو َه َذا م ْل ٌح‬
ِ
ٌ ‫َو َما يَ ْستَ ِوي الْبَ ْحَران َه َذا َع ْذ‬
ٌ ‫ب ُف َر‬
‫ضلِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن‬
ْ َ‫اخَر لِتَْبَتغُوا ِم ْن ف‬
ِ ‫ك فِ ِيه مو‬ ِ ِ
َ َ َ ‫َوتَ ْستَ ْخر ُجو َن ح ْليَةً َتْلبَ ُسو َن َها َوَتَرى الْ ُف ْل‬
Terjemahan :
Dan tidak sama (antara) dua lautan yang ini tawar, segar, sedap
diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari (masing-masing
lautan) itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapar
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, dan disana kamu melihat
kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari
karunia-Nya dan agar kamu bersyukur. (QS. Fathir [35]: 12).

3. Daging Burung/Unggas

‫ني ُت َعلِّ ُم و َن ُه َّن مِم َّا‬ ِ ‫ات َو َم ا َعلَّ ْمتُ ْم ِم َن اجْلَ َوار‬
َ ِ‫ِح ُم َكلِّب‬
ِ ِ
ُ َ‫ك َم اذَا ُأح َّل هَلُ ْم قُ ْل ُأح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّب‬
َ َ‫يَ ْس َألُون‬
ِ ‫اسم اللَّ ِه َعلَْي ِه و َّات ُقوا اللَّهَ ِإ َّن اللَّهَ س ِريع احْلِس‬ ‫مِم‬
‫اب‬ َ ُ َ َ َ ْ ‫ْن َعلَْي ُك ْم َواذْ ُكُروا‬َ ‫َعلَّ َم ُك ُم اللَّهُ فَ ُكلُوا َّا َْأم َسك‬
Terjemahan:
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang dihalalkan
bagi mereka?” Katakanlah, “Yang dihalalkan bagimu (adalah
makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang
pemburu yang kamu latih menurut apa yang telah dilarangkan Allah
kepadamu. Maka, makanlah apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu. Maka, makanlah apa yang ditangkapnya untukmu, dan
sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada
Allah, sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.” (QS. Al-Maidah
[5]: 4)
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫مِم‬
َ ‫اس ُم اللَّه َعلَْيه ِإ ْن ُكْنتُ ْم بِآيَاته ُمْؤ من‬
‫ني‬ ْ ‫فَ ُكلُوا َّا ذُكَر‬

16
‫اض طُِر ْرمُتْ ِإلَْي ِه‬
ْ ‫ص َل لَ ُك ْم َم ا َح َّر َم َعلَْي ُك ْم ِإاَّل َم ا‬ َّ َ‫اس ُم اللَّ ِه َعلَْي ِه َوقَ ْد ف‬ ِ ‫مِم‬
ْ ‫َو َم ا لَ ُك ْم َأاَّل تَ ْأ ُكلُوا َّا ذُك َر‬
ِ ِ
‫ين‬
َ ‫َأعلَ ُم بالْ ُم ْعتَد‬
ْ ‫ك ُه َو‬ َ َّ‫َأه َواِئ ِه ْم بِغَرْيِ ِع ْل ٍم ِإ َّن َرب‬ ِ ِ
ْ ِ‫َوِإ َّن َكث ًريا لَيُضلُّو َن ب‬
Terjemahan:
Maka makanlah dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih)
disebut nama Allah, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. Dan
mengapa kamu tidak mau memakan dari apa (daging hewan) yang
(ketika disembelih) disebut nama Allah, padahal Allah telah
menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya kepadamu,
kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa. Dan sungguh, banyak
yang menyesatkan orang dengan keinginannya tanpa dasar
pengetahuan. Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang
melampaui batas (QS. Al-An’am [6]: 118-119)

Dalam Islam pula kita diajarkan bagaimana tata cara memperoleh binatang

yang diperbolehkan atau dianjurkan sehingga menjadi asupan yang sehat bagi

tubuh manusia antara lain:

a) Dilarang menangkap binatang dan menjadikannya sasaran memanah hingga

mati. Maka ketika Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam mereka

manghentikan kebiasaan perkelahian dengan banteng (Batador) karena ada

unsur penyiksaan terhadap binatang dan merupakan permainan keras.

b) Dilarang melempar burung atau hewan dengan batu atau ketapel. Dalam hal

ini Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya yang demikian bukanlah binatang dan bukan mengalahkan

musuh akan tetapi, hal yang demikian merupakan memecahkan gigi dan

mencungkil mata”. (HR. Muslim)

c) Dilarang membunuh hewam untuk hiburan atau olahraga atau semata-mata

untuk berlatih memanah. Rasaulullah saw bersabda:

“Allah mengutuk orang yang mengmabil sesuatu yang bernyawa dengan

paksa”

d) Islam memerintahkan agar penyembelihan dilakukan dengan baik, dengan

pisau potong yang tajam. Hendaknya hewan itu tidak melihat pisau, tidak

17
dipukul atau dibanting sebalum disembelih dan harus menyebut asma Allah,

Rasulullah saw berbda:

“Sesungguhnya Allah menulis kebaikan terhadap segala sesuatu, maka

apabila kamu membunuh, lakukanlah dengan baik, dan apabila kamu

menyembelih maka lakukan dengan baik. Hendaklah seseorang diantara

kamu mempertajam pisaunya dan hendaklah memuliakan sembalihnya.”

e) Islam memperbolahkan berburu dangan anjing yang terdidik dan terlatih.

Apabila anjing itu secara mutlak dimaksudkan untuk berburu maka ia boleh

memakan dagingnya. Tetapi jika anjing itu mamakan dagingnya sebagian

maka kamu tidak boleh memakannya dagingnya, sebab hal itu menunjukkan

bahwa anjing itu lapar, maka ia boleh berhak makan daging buruannya.

f) Ada lima jenis binatang yang diperintahkan untuk membunuhnya, bukan

karena boleh dimakan, tetapi semata-mata karena melindungi manusia dari

kebuasannya. Rasulullah saw.

Bersabda:

“Lima binatang yang diperbolrhkan untuk membunuhnya yaitu, tikus,

kalajengking, ular, anjing liar dan burung elang.” (HR. Muslim).

Islam juga memotivasi kepada manusia untuk makan makanan yang

bergizi dan bermanfaat/berguna bagi kesehatan jasmani seperti daging, madu,

susu, dan kurma. Kemudian hikmah dari Islam yang melarang kelompok manusia

yang hanya memakan dari jenis tumbuhan-tumbuhan terlihat pada putra-putra

bangsa yang akan memiliki fisik kering dan lemah, sedangkan kualitas anak yang

lahir biasanya tidak lebih dari 2 kgsedangkan pada kelompok lain biasanya tidak

kurang dari 3kg. Oleh karena itu, disamping makan yang jenis nabati, maka

makanan jenis hewani juga perlu diperhatikan, seperti susu dan telur, jika tidak

maka akan mengakibatkan kerusakan dan kekuarangan darah.

18
Daging merupakan jenis makanan yang mengndung protein dan lemak

yang sangat tinggi, yakni zat-zat yang sangat dibutuhkan untuk membentuk

jalinan sel-sel jasmani dan menumbuhkan kekuatan. Pada hakikatnya tumbuh-

tumbuhan juga mengandung zat-zat ini, akan tetapi untuk mencapai zat yang

cakup untuk pertumbuhan jasmani dan kekuatannya membutuh banyak makanan

jenis nabati, suatu hal yang menuntut alat pencarnaan harus bekerja lebih keras

lagi. Hal ini disebabkan karena usus manusia lebih pendek dibandingkan dengan

usus hewan pamakan rumput.di samping itu protein nabati tidak mengaluarkan

semua zat asam yang dibutuhkan untuk membentuk sel-sel tubuh

Tujuan medis dari semua pembahasan yang telah diungkapkan pada uraian

al-Qur’an di atas adalah kembali kepada prinsip bahwa Islam tidak akan

membiarkan para pemeluknya dalam kondisi lemah fisik dan terganggu

kesehatannya.22

22
Ahmad Syauqi Al Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, h 46-58 .

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sesungguhnya tubuh manusia tersusun dari beberapa unsur esensial dari

tanah dan tanah liat. Setiap manusia harus membersihkan makanan untuk

menyempurnakan unsur-unsur itu. Telah tampak secara jelas keterikatan

hubungan antara penciptaan manusia dari tanah dan makanan yang mengandung

unsur-unsur yang dibutuhkan manusia untuk membangun tubuhnya, anggota

tubuh, melangsungkan kehidupannya.

Allah telah memeritahkan kepada umat islam untuk memakan makanan

yang baik dari rezeki yang Allah telah limpahkan. Makanan yang baik adalah

makanan yang halal dan bermanfaat untuk kesehatan serta pertumbuhan badan

dan tidak berlebihan. Maka dari itu Allah menunjukkan kasih sayang melalui ayat

ini dan apapun yang diperintahkan itu pasti bermanfaat bagi diri mereka sendiri

dan, bukan untuk Allah. Sebaliknya apa yang di larang oleh Allah agar dijauhi

oleh manusia, semua itu menyelamatkan mereka sendiri dari malapetaka yang

akan menimpa diri mereka atas perbuatannya itu. Demikian kejahatan manusia

tidak akan merugikan Allah melainkan merugikan diri sendiri.

Jenis-jenis makanan yang dianjurkan Islam adalah makanan yang memiliki

manfaat bagi tubuh, terlebih Islam menganjurkan kita untuk memakan makanan

yang halal dan diperoleh dengan cara yang halal pula. Adapun perintah memakan

yang halal dan baik antara lain,

20
DAFTAR PUSTAKA

bin Muhammad Alu Syaikh, ’Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir, Vol.I (Cet. 9; tp.t:

pustaka imim syafi’I, 2016)

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Vol.I (Cet. 5; Jakarta: Lentera Hati, 2012)

Syauqi Al Fanjari, Ahmad ,Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, (Cet. I;

Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1996).

Noor, Akmaldin, dkk, Al-Qur’an Tematik Hukum, (Cet.II; t.tp: yayasan SIMAQ,

2010).

Shihab, M.Quraish, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, (Cet.1; Jakarta:

Lentera Hati, 2007).

Mahran, Jamaluddin, ddk, Al-Qur’an Bertutur Tentang Makanan dan Obat-Obat,

(Cet.I; Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005).

Pentashihan, Lajnah, Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an, jil.V (Cet. I; t.tp:

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009).

21

Anda mungkin juga menyukai