Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TAFSIR ILMI DAN SAINS

“MAKANAN ”

DISUSUN OLEH:
ANDRI WAHYUDIN ( 19030105051 )
SULYADI (19030105057 )
AHMAD YAMIN (19030105029 )

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TASIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan kita kekuatan serta kelancaran dalam menyusun makalah ini sehingga dapat
terselesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir
Ilmi dan Sains.
Makalah ini imembahas tentang Makanan Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kita khususnya, dan segenap pembaca umumnya. penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari berbagai pihak sangat penyusun harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 14 Juni 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................................

C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
A. Pengertian Makanan Prespektif Islam....................................................................

B. Sumber Makanan dalam islam...............................................................................

C. Dalil tentang makanan di dalam Al-Qur’an..........................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................


A. Kesimpulan ...........................................................................................................

B. Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi semua mahluk hidup terutama manusia.
Makanan dan minuman merupakan sumber energi utama yang manusia butuhkan untuk bisa
bergerak melakukan berbagai kegiatan termasuk beribadah kepada Allah ta‟ala. Pentingnya
memperhatikan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita merupakan suatu
keharusan bagi kita sebagai seorang muslim oleh karena itu pentingnya mengetahui hakikat
makanan dan minuman dengan prespektif islam serta mengetahui pembagian makanan dan
minuman dalam islam.

B. RumusanMasalah
1. Bagaiama definisi dari makanan?
2. Bagaimana sumber makanan dalam islam?
3.Bagaimana dalil tentang makanan di dalam Al-Qur’an ?

C. Tujuan
1. Untuk memahamidefinisi dari makanan
2. Untuk mengetahui dari mana sumber makanan dalam islam
3. Untuk mengetahui bagaimana dalil tentang makanan di dalam Al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan dalam Prespektif Islam

Makanan dan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam melangsungkan
kehidupannya. Makanan dan minuman merupakan sumber protein yang berguna bagai
manusia, yang berasal dari hewan disebut protein hewani dan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan disebut protein nabati. Semuanya merupakan karunia Allah kepada manusia. Oleh
karena itu Islam tidak melarang manusia baik laki-laki maupun wanita untuk menikmati
kehidupan dunia,

B. Sumber Makanan dalam islam

Ada 2 sumber makanan dan minuman yatitu nabati dan hewani

a. Sumber Nabati

‫َفْلَيْنُظ اِاْل ْنَس اُن ِاٰل ى َطَع اِمٖٓهۙ َاَّن ا َص َبْبَنا اْلَم ۤا َء َص ًّبۙا ُثَّم َش َقْقَنا اَاْلْر َض َش ًّقۙا َفَاْۢن َبْتَن ا ِفْيَه ا َح ًّب ۙا َّو ِع َنًب ا َّو َقْض ًبۙا‬
‫ِر‬
‫َّو َز ْيُتْو ًنا َّو َنْخ ۙاًل َّو َح َد ۤا ِٕىَق ُغ ْلًبا َو َفاِكَهًة َّو َاًّبا َم َتاًعا َّلُك ْم َو َاِلْنَع اِم ُك ْۗم‬
Terjemah Kemenag 2019
24. Maka, hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
25. Sesungguhnya Kami telah mencurahkan air (dari langit) dengan berlimpah.
26. Kemudian, Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya.
27. Lalu, Kami tumbuhkan padanya biji-bijian,
28. anggur, sayur-sayuran,
29. zaitun, pohon kurma,
30. kebun-kebun (yang) rindang,
31. buah-buahan, dan rerumputan.
32. (Semua itu disediakan) untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu. (Q.S Abasa:
24-32)
Q.S „Abasa ayat 24-32 dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan tentang nikmat Allah berupa
makanan, buah-buahan dan biji-bijian yang dapat kita jadikan sebagai makanan dan minuman
bagi manusia dan hewan ternak selagi masih berada di dunia
b. Sumber Hewani

‫َو اَاْلْنَع اَم َخ َلَقَها َلُك ْم ِفْيَها ِد ْف ٌء َّو َم َناِفُع َو ِم ْنَها َتْأُك ُلْو َن‬
Terjemah Kemenag 2019
5. Dia telah menciptakan hewan ternak untukmu. Padanya (hewan ternak itu) ada (bulu)
yang menghangatkan dan berbagai manfaat, serta sebagian (daging)-nya kamu makan. (Q.S
An-Nahl: 5)
Dalam tafsir Ibnu Katsir di jelaskan bahwa ayat ini membahas tentanng nikmat Allah
yang di turunkan kepada hamba-hambanya berupa hewan ternak, seperti unta, sapi dan
kambing, sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Al-qur‟an surah Al-an‟aam ayat 143
yaitu delapan binatang yang berpasangan. Berbagai manfaat dan kemaslahatan terdapat pada
hewan-hewan ternak itu. Dari bulunya dapat dibuat baju, susunya dapat diminum dan anak-
anaknya dapat dimakan.

C. Dalil Tentang Makanan dalam Al-Qur’an

a. Q.S Al-Maidah: 3

‫ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ُم اْلَم ْيَتُة َو الَّد ُم َو َلْح ُم اْلِخ ْنِزْيِر َو َم ٓا ُاِهَّل ِلَغْيِر ِهّٰللا ِبٖه َو اْلُم ْنَخ ِنَقُة َو اْلَم ْو ُق ْو َذُة َو اْلُم َتَر ِّد َي ُة َو الَّنِط ْيَح ُة‬3
‫َو َم ٓا َاَك َل الَّسُبُع ِااَّل َم ا َذَّك ْيُتْۗم َو َم ا ُذ ِبَح َع َلى الُّنُص ِب َو َاْن َتْسَتْقِسُم ْو ا ِباَاْلْز اَل ِۗم ٰذ ِلُك ْم ِفْس ٌۗق َاْلَيْو َم َيِٕىَس اَّلِذ ْيَن َكَفُرْو ا‬
‫ِم ْن ِد ْيِنُك ْم َفاَل َتْخ َش ْو ُهْم َو اْخ َش ْو ِۗن َاْلَي ْو َم َاْك َم ْلُت َلُك ْم ِد ْيَنُك ْم َو َاْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتْي َو َر ِض ْيُت َلُك ُم اِاْل ْس اَل َم ِد ْيًن ۗا‬
‫َفَمِن اْض ُطَّر ِفْي َم ْخ َم َص ٍة َغْيَر ُم َتَج اِنٍف ِاِّل ْثٍۙم َفِاَّن َهّٰللا َغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬
Terjemah Kemenag 2019
3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging hewan) yang
disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang (sempat) kamu sembelih. (Diharamkan pula)
apa yang disembelih untuk berhala. (Demikian pula) mengundi nasib dengan azlām (anak
panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu. Oleh sebab itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Maka, siapa yang
terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

- Tafsir ibnu katsir


Allah mengabarkan kepada para hamba-Nya suatu larangan memakan hal-hal yang
diharamkan ini. Di antaranya bangkai, yaitu hewan yang mati tanpa disembelih atau diburu.
Bangkai itu Allah haramkan karena mengandung kemudharatan, sebab di dalamnya terdapat
darah beku yang membahayakan agama dan kesehatan badan. Kecuali bangkai ikan. Ikan itu
halal, baik mati karena disembelih maupun selainnya. Dasarnya ialah hadits yang
diriwayatkan Malik dalam Muwaththa 'nya, Abu Dawud, at Tirmidzi, an-Nasa-i dan Ibnu
Majah dalam Sunan mereka, serta Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya,
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang air laut, maka beliau menjawab,

‫هو الطهور ماؤه الحل ميتته‬.


"Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.

- Tafsir Jalalain

Diharamkan bagimu bangkai) yakni memakannya (darah) yang mengalir seperti pada
binatang ternak (daging babi, hewan yang disembelih karena selain Allah) misalnya
disembelih atas nama lain-Nya (yang tercekik) yang mati karena tercekik (yang dipukul)
yang dibunuh dengan jalan memukulnya (yang jatuh) dari atas ke bawah lalu mati (yang
ditanduk) yang mati karena tandukan lainnya (yang diterkam oleh binatang buas kecuali yang
sempat kamu sembelih) maksudnya yang kamu dapati masih bernyawa dari macam-macam
yang disebutkan itu lalu kamu sembelih (dan yang disembelih atas) nama (berhala) jamak
dari nishab; artinya patung

b. Q.S Al – Baqarah : 168

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ُك ُلْو ا ِمَّم ا ِفى اَاْلْر ِض َح ٰل اًل َطِّيًباۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬

Terjemah Kemenag 2019


168. Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan
janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh
yang nyata. (QS. 2:168)

- Tafsir Ibnu Katsir


Setelah Allah menjelaskan bahwa tidak ada sembahan yang haq kecuali Dia dan
bahwasanya Dia sendirilah yang menciptakan seluruh makhluk, maka Allah menjelaskan
bahwa Dia adalah Maha Pemberi rizki bagi seluruh makhluk-Nya. Tentang kedudukan-Nya
sebagai Pemberi nikmat, Dia menyebutkan bahwa Dia telah meng izinkan manusia memakan
segala yang ada di muka bumi, selagi makanan itu halal dari Allah dan rhayyib. Maksud
thayyib adalah baik dan bermanfaat bagi dirinya, serta tidak membahayakan bagi jiwa
raganya

- Tafsir Jalalain

Ayat berikut ini turun tentang orang-orang yang mengharamkan sebagian jenis
unta/sawaib yang dihalalkan, (Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dari apa-apa yang
terdapat di muka bumi) halal menjadi 'hal' (lagi baik) sifat yang memperkuat, yang berarti
enak atau lezat,

Di sebutkan juga di dalam Hadis tantara lain :

- Binatang buas yang bertaring


Ada 2 riwayat yang menjelaskan pengharaman untuk memakan heawan buas yang bertaring.
Yang pertama dari abu Tsa’labah Al-Husyani RA berkata: ”Rasulullah saw melarang
memakan dari setiap hewan buas yang bertarig”. ( H.R. Bukhari dan Muslim
Dan yang kedua dari Abu Hurairah RA dai Nabis saw berkata: “ setiap binatang buas yang
bertaring maka memakannya adalah haram” ( H.R. Muslim.)
- Burung yang berkuku tajam
Dari ibnu Abbas RA berkata: “ Rasulullah saw melarang dari setiap hewan buas yang
bertaring dan burung yang bekuku tajam”. ( H.R. Muslim )
Imam Al-baghawi menjelasakan demikian juga burung berkuku tajam seperti burung garuda,
burung elang dan burung pemakan daging lainnya
- Hewan yang dilarang untuk di bunuh
Dari Ibnu „Abbas RA berkata: “Rasulullah saw melarang membunuh empat hewan: semut,
tawon/lebah, burung hud-hud, dan burung shurad.”

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap apa yang ada dibumi adalah halal bagi kita sebagai hamba Allah kecuali ada
dalil yang datang menjelaskan tentang status dari hal itu melalui dalil Al-quran maupun
melalui hadist Nabi saw. Kemudian terdapat juga makanan yang Diharamkan seperti
memakan bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama
Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu sembelih dan lain sebagainya yang telah di sebutkan dalam
QS. Al-Maidah ayat 3 dan Q.S. Al-Baqarah ayat 168.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran
yang membangun sangat diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menyusun makalah
selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an, L. P. M., Diklat, B. L., & RI, K. A. (2013). Tafsir ilmi.


Sidawi, A. U. Y. bin M. A. (2010). Halal haram makanan. Al furqon al islami.
Tahido, Y. H. (2013). Makanan dan Minuman dalam Perspektif Hukum Islam. Tahkim, IX,
1–21.
Thaib, I. (2002). Pandangan Islam Terhadap Makanan. Jurnal Tarjih Dan Pengembangan
Pemikiran Islam, 4(1), 1–9.
https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/view/4101
Furi, S. almubarak. (2007). Shahih tafsir ibnu katsir (9th ed.).
Pustaka ibnu katsir. Intani, Ria. (2014). Kiat penjual makanan tradisional. Balai pelestarian,
kebudayaan dan pariwisata
Terjemahan Kemenag 2019.

Anda mungkin juga menyukai