Anda di halaman 1dari 22

Makanan Halal dan Haram

MAKALAH TAFSIR AHKAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tasir Ahkam

Dosen Pengampu : Gun Gun Abdul Basith, M.Ag.

Disusun oleh :

Alfath Tauhidillaz ( 202005062 )

Rifda Mufida ( 202005073 )

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

STAI PERSATUAN ISLAM GARUT

2022 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabb semesta alam yang
telah memberikan akal untuk berfikir demi kemaslahatan kehidupan dunia dan
akhirat. Alhamdulilah dengan segala rahmat dan maghfirah-Nya, pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makanan Halal dan Haram” untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Tafsir Ahkam.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, tapi penulis tentunya bertujuan
untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan
pengetahuan yang penulis peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang
lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Dalam penulisan makalah
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Kepada Al-Ustadz Gun Gun Abdul Basith, M.Ag.dosen Tafsir Ahkam.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, pemakalah
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Garut, 12 Desember 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Definisi Halal dan Haram............................ Error! Bookmark not defined.
B. Jenis Makanan Halal dan Haram.................................................................. 4
C. Dalil Qur’an yang Menjelaskan tentang Halal dan Haram .......................... 9
D. Manfaat Makanan Halal & Madharat Makanan Haram ............................. 12
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehidupan manusia tak pernah berpisah dengan lingkungan sekitarnya.
Allah SWT. menciptakan berbagai makhluk hidup , diantaranya manusia, hewan
dan tumbuhan. Makhluk hidup tersebut merupakan satukesatuan dalam hubungan
sosial antar makhluk hidup. Manusia membutuhkan bahan yang dapat ia olah
menjadi makanan yang dapat membuat dia tidak letih dalam menjalankan
aktivitas kehidupannya ataudapat dikatakan manusia membutuhkan hewan dan
tumbuhan sebagai bahan untuk membuat olahan dari kulit ia dapat makan dan
dapat menambah energi tubuhnya yang akan habis, hewan juga membutuhkan
manusia namun ada juga hewan yang hidup di alam liar sehingga tidak
membutuhkan bantuan manusia dalam hidupnya. Makhluk hidup yang diciptakan
Allah SWT. diciptakan untuk tetap bertasbih dan bersujud kepada-Nya., apakah
itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Semuanya tetap harus
mematuhi perintah dari Tuhannya dan menjauhi segala larangannya.

Terkhusus bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia perlu
menghindari setiap perbuatan/sikap dan sifat yang berdampak negatif, tidak
memakan makanan yang telah dilarang dalam agama. Maka dari itu, manusia
harus selalu mengingat hal-hal yang dilarang dalam agamanya.

Oleh karena itu, kami ingin menjelaskan secara sederhana tentang


Makanan Halal & Haram. Agar pembaca dapat mengetahui sedikit prespektif
yang dimaksudkan.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penyusun merumuskan masalah-


masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Halal & Haram?
2. Apa Saja Jenis Makanan yang Halal dan Haram?
3. Dalil Qur’an Apa yang Menerangkan tentang Halal dan Haram ?
4. Apa Manfaat dari Makanan Halal dan Madharat dari Makanan Haram ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk memperoleh hasil yang terarah maka diperlukan adanya tujuan dari
penulisan karangan 'Ilmiah ini, yaitu untuk mengetahui:

1. Mengetahui Pengertian dari Halal dan Haram


2. Mengetahui Jenis Makanan Halal dan Haram
3. Mengetahui Dalil Qur’an yang Menerangkan tentang Halal dan Haram
4. Mengetahui Manfaat dari Makanan Halal dan Madharat dari Makanan
Haram

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Halal & Haram

1. Pengertian Halal

Kata halal berasal dari bahasa Arab ( ‫ ) حالل‬yang berarti


disahkan,diizinkan,dan diperbolehkan. Pada prinsipnya semua makanan dan
minuman yang asd di dunia ini halal semua untuk dimakan dan diminum
kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al Qur’an dan yang
terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap benda di permukaan bumi
menurut hukum asalnya adalah halal kecualikalau ada larangan secara syar’i.
Dalam sebuah hadist Rosulullah SAW pernah ditanya para sahabat tentang
hukum minyak sapi ( samin ), keju, kulit binatang beserta bulunya
untuk perhiasan maupun untuk tempat dudu

2. Pengertia Haram

Kata haram berasal dari bahasa Arab ( ‫ ) حرام‬yang berarti larangan


(dilarang olehagama). Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam
syari‟at Islam, Allah Subhanahu wa Ta‟ala menghalalkan semua makanan
yang mengandung maslahatdan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh
maupun jasad, baik kepadaindividu maupun masyarakat. Demikian pula
sebaliknya Allah mengharamkansemua makanan yang memudhorotkan atau
yang mudhorotnya lebih besar daripadamanfaatnya. Hal ini tidak lain untuk
menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh,dan jasad, yang mana baik atau
buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari Allah-
dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusiayang kemudian akan
berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusunhati dan jasadnya

3
B. Jenis Makanan Halal dan Haram

Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh
jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak
halal bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan
haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api neraka

a) Makanan Halal

Makanan dikatakan halal paling tidak harus memenuhi tiga kriteria, yaitu
halal zatnya, halal cara memperolenya, dan halal cara pengolahannya.

1. Halal zatnya

Makanan yang halal menurut zatnya adalah makanan yang dari dasarnya
halal untuk di konsumsi. Dan telah di tetapkan kehalalannya dalam kitab suci al-
qur’an dan al-hadist. Centoh makanan yang halal atas zatnya Berupa hewan yang
ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam,kambing, sapi, burung, ikan.
Lalu berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-
lain. Dan berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua..

2. Halal cara memperolehnya

Yaitu makanan yang di peroleh dengan cara yang baik dan sah, Makanan
akan menjadi haram apabila cara memperolehnya dengan jalan yang batil karena
itu bisa merugikan orang lain dan dilarang oleh syariat. Contoh dari cara
memperoleh yang baik adalah dengan cara membeli, bertani, hadiah, dan lain
sebagainya.

Adapun dari makanan yang diperoleh dari makanan yang batil adalah dengan cara
mencuri, merampok, menyamun, dan lain sebagainya.

3. Halal cara pengolahannya

Yaitu makanan yang semula halal dan akan menjadi haram apabila cara
pengolahannya tidak sesuai dengan syeriat agama. Banyak sekali makanan yang

4
asalnya halal tetapi karena pengolahanya yang tidak benar menyebabkan makanan
itu mmenjadi haram. Contohnya anggur, makanan ini halal tetapi karena telah
diolah menjadi minuman keras maka minuman ini menjadi haram.

Dalam firman Allah surat Al-A’raf, ayat 157 yaitu:

َ ِ‫ت َويُ َح ِر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَائ‬


‫ث‬ َّ ‫َوي ُِح ُّل لَ ُه ُم‬
ِ ‫الطيِبَا‬

“Dan (Allah) menghalkan bagi mereka segala yang baik dan


mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”

b) Makanan Haram

Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis, yaitu:

1. Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari


makanan tersebutmemang sudah haram, seperti :

 Bangkai

Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i
dan juga bukan hasil perburuan. Sebagaimana firman Allah pada Surat Al-Maidah
ayat 3 Surat Al-A’am ayat 121.

Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas :

• Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.

• Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.

• Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat


yang tinggi.

• An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan


lainnya.

• Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.

• Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.

5
• Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca
basmalah.

• Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah.

• Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/ terpisah dari tubuhnya.


Diperkecualikan darinya 3 bangkai, yaitu Ikan, Belalang dan Janin
yang berada dalam perut hewan yang disembelih.

 Darah

Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah
Al-An’am ayat 145, Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana
ditunjukkan dalam hadits Ibnu ‘Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan
darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah penyembelihan.

 Daging babi

Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma `idah ayat ketiga di atas. Yang
diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya
termasuk lemaknya.

 Khamr

Seperti yang di jelasakan dalam Al-Qurr’an surat Al-Maidah ayat 90. Dan
dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar ra. : “Semua yang memabukkan
adalah haram, dan semua khamar adalah haram.” Dikiaskan dengan semua
makanan dan minuman yang bisa menyebabkan hilangnya akal (mabuk), misalnya
narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.

 Semua hewan buas yang bertaring

Seperti penjelasan dalam riwayat Muslim, “Semua hewan buas yang


bertaring maka memakannya adalah haram.” Jumhur ulama berpendapat
haramnya berlandaskan hadits di atas dan hadits-hadits lain yang semakna
dengannya.

6
 Semua burung yang memiliki cakar

Yaitu semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang dia memangsa
dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur ulama dari kalangan Imam Empat
(kecuali Imam Malik) dan selainnya menyatakan pengharamannya berdasarkan
hadits Ibnu Abbas ra :

َّ َ‫ِي َم ْخلَب ِمن‬


‫الطي ِْر‬ ْ ‫ َو ُك ُّل ذ‬،ِ‫ِي نَاب ِمنَ ال ِسبَاع‬
ْ ‫نََ هَى َع ْن ُك ِل ذ‬

“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan
semua burung yang memiliki cakar.” (HR. Muslim)

 Jalalah

Yaitu hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain , baik
berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda,
angsa (yang memakanfeses), ayam (pemakan feses), dan sebagian gagak.

Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad-dalam satu


riwayat-dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi’iyah. mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu ‘Umar -a beliau berkata:

“Rasulullah SAW melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum


susunya”. (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`iy)

Beberapa masalah yang berkaitan dengan jallalah:

1. Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam kategori jallalah yang
diharamkan, akan tetapi yang diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan
makanannya adalah feses dan jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga
semua hewan air pemakan feses, karena telah berlalu bahwa semua hewan air
adalah halal dimakan.
2. Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih
dari fesesmaka tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja mereka

7
berselisih pendapat mengenai berapa lamanya dia dibiarkan, dan yang benarnya
dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau kepada sangkaan besar.
 Keledai jinak (bukan yang liar)

Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam


sebagianriwayat darinya. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda “
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-
daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)

Diperkecualikan darinya keledai liar, Inilah pendapat yang paling kuat,


sampai-sampai Imam Ibnu „Abdil Barr menyatakan, “Tidak ada perselisihan di
kalangan ulama zaman ini tentang pengharamannya”

 Kuda

Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma `bintu Abu Bakar ra, “Kami
menyembelih kuda di zaman Rasulullah SAW lalu kamipun memakannya”. (HR.
Al-Bukhary dan Muslim)

Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi SAW.

Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-Hanabilah,


salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan pendapat
Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah. Dan ini yang
dikuatkan oleh Imam Ath-Thohawy sebagaimana dalam Fathul Bary dan Imam
Ibnu Rusyd dalam Al-Bidayah.

 Anjing

Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang
bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi SAW

8
bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka
Dia akan mengharamkan harganya.“

Dan telah Tsabit dalam hadits Abu Mas’ud Al-Anshory riwayat Al-Bukhary dan
Muslim dan juga dari hadits Jabir riwayat Muslim akan haramnya
memperjualbelikan anjing.

 Kucing

Jumhur ulama menyatakan haramnya memakan kucing karena dia


termasuk hewan yang bertaring dan memangsa dengan taringnya. Pendapat ini
yang dikuatkan oleh Syaikh Al-Fauzan. Dan juga telah Warid dalam hadits Jabir
riwayat Imam Muslim akan larangan meperjualbelikan kucing, sehingga hal ini
menunjukkan haramnya.

2. Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak


berhubungan dengan dzatnya. Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan
tetapi dia menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan
makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan,
sesajen perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bid’ah,
dan lain sebagainya.

C. Dalil Qur’an tentang Halal & Haram

 Surat Al-Baqarah ayat 172 – 173

َِِّ ‫ات ما رزقْ ناا ُكم وا ْش ُكروا‬


‫ّلِل إِ ْن ُكْن تُ ْم إِ ََّيهُ تا ْعبُ ُُدو ان‬ ِ ِ ِ ِ َّ
ُ ‫ين اآمنُوا ُكلُوا م ْن طايبا ا ا ا ْ ا‬
‫اَي أايُّ اها الذ ا‬
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-
benar kepada-Nya kamu menyembah” ( QS : Al-Baqarah : 172 )

َِّ ِْ ‫اْلِْن ِزي ِر وما أ ُِه َّل ِِِ لَِا‬


ْ ‫اّلِل َا ام ِن‬
ٍ َ‫اَُُّْر اَْي ار ا‬ ْ ‫َّم او اَلْ ام ْ ا ا‬ ‫إََِّّناا احَّرام اعلاْي ُك ُم الْ امْي تاةا اوالُد ا‬
‫ور ارِح ٌيم‬ َّ ‫اواَل اعاد َا اَل إِ ْْثا اعلاْي ِِ ۚ إِ َّن‬
ٌ ‫اّلِلا اَ ُف‬

9
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS
: Al-Baqarah : 173 )

Allah Swt. berfirman memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang


mukmin untuk memakan dari rezeki yang baik yang telah diberikan-Nya
kepada mereka, dan hendaknya mereka bersyukur kepada Allah Swt. atas hal
tersebut, jika mereka benar-benar mengaku sebagai hamba-hamba-Nya.
Makan dari rezeki yang halal merupakan penyebab bagi terkabulnya doa dan
ibadah, sedangkan makan dari rezeki yang haram dapat menghambat
terkabulnya doa dan ibadah.

Ketika Allah SWT mengingatkan mereka akan rezekiNya dan


membimbing mereka untuk makan dari rezeki yang baik, Allah menyebutkan
bahwa Dia tidak mengharamkan ata mereka dari rezeki tersebut, kecuali
bangkai yang mati dengan sendirinya tanpa disembelih, baik dia mati
tercekik, tertimpa batu, terjatuh, tertindih, tenggelam, maupun yang telah
diterkam oleh binatang buas. Begitu juga Dia mengharamkan daging babi,
baik disembelih maupun mati secarai bangkai. Hukum lemaknya sama
dengan babi dagingnya. Allah juga mengharamkan hewan yang disembelih
untuk selain Allah, yaitu hewan yang disembelih bukan atas nama Allah,
seperti patung-patung, berhala-berhala, dan lain sebagainya yang dahulu
orang jahiliyyah menyembelih untuknya.

Tetapi Allah membolehkan mengonsumsi makanan tersebut disaat darurat


dan sangat dibutuhkan, yaitu ketika makanan-makanan yang lain tidak
didapatkan. Allah berfirman : "tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui
batas maka tidak ada dosa baginya" Qatadah Rahimahullah berkata: "Tidak
menginginkan daging bangkai, yaitu ketika memakannya, sampai melampaui
yang halal kepad yang haram.1

1
Syaikh Ahmad Syakir, “Mukhtashar Ibnu Katsir”, jilid 1, hal:464-465

10
 Surat Al-Maidah 1-4

‫يمةُ اْْلانْ اع ِام إََِّل اما يُْت لا اعلاْي ُك ْم اَْي ار‬ِ ِ ِ ِ َّ


ْ َّ‫ين اآمنُوا أ ْاوَُوا َِلْعُ ُقود أُحل‬
‫ت لا ُك ْم اَب ا‬ ‫اَي أايُّ اها الذ ا‬
َّ ‫الصْي ُِد اوأانْتُ ْم ُح ُرٌم إِ َّن‬
ُ ‫اّلِلا اَْي ُك ُم اما يُِر‬
‫يُد‬ َّ ‫ُُِملِي‬
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya". ( QS : Al-Maidah : 1 )

Tafsir:

(Hai orang-orang yang beriman, penuhilah olehmu perjanjian itu) baik


perjanjian yang terpatri di antara kamu dengan Allah maupun dengan sesama
manusia. (Dihalalkan bagi kamu binatang ternak) artinya halal memakan
unta, sapi dan kambing setelah hewan itu disembelih (kecuali apa yang
dibacakan padamu) tentang pengharamannya dalam ayat, "Hurrimat
`alaikumul maitatu..." Istitsna` atau pengecualian di sini munqathi` atau
terputus tetapi dapat pula muttashil, misalnya yang diharamkan karena mati
dan sebagainya (tanpa menghalalkan berburu ketika kamu mengerjakan haji)
atau berihram; ghaira dijadikan manshub karena menjadi hal bagi dhamir
yang terdapat pada lakum. (Sesungguhnya Allah menetapkan hukum menurut
yang dikehendaki-Nya) baik menghalalkan maupun mengharamkannya tanpa
seorang pun yang dapat menghalangi-Nya.

‫و اواَل الْ اق اَلئِ اُد اواَل‬ َِّ ‫َي أايُّها الَّ ِذين آمنُوا اَل ُُِتلُّوا اشعائِر‬
‫اَلاار اام اواَل ا َْاُْد ا‬
ْ ‫َّهار‬ْ ‫اّلِل اواَل الش‬ ‫ا ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا ا‬
‫ادوا اواَل اْج ِرامنَّ ُك ْم‬ ُ ‫اطُا‬ ْ ‫ْ او ماا اوإِ ااا احلاْلتُ ْم َا‬ْ ‫ل مَل ِم ْن ارَبِِ ْم اوِر‬
ْ ‫اَلاار اام ياْب تا َُو ان َا‬
ْ ‫ت‬ ‫ني الْبا ْي ا‬
ِ
‫آم ا‬
‫اَلاارِام أا ْن تا ْعتا ُُدوا اوتا اع ااونُوا اعلا الِْ ِِ اوالتَّ ْق او اواَل‬ ْ ‫طُدُّوُك ْم اع ِن الْ ام ْس ِج ُِد‬ ‫اشناآ ُن قا ْوم أا ْن ا‬
ِ ‫اّلِل اش ُِدي ُُد الْعِ اق‬ ِ َّ ‫ال ِْْث والْعُ ُْدو ِان واتَّ ُقوا‬ ِ
‫اب‬ ‫اّلِلا إ َّن َّا‬ ‫تا اع ااونُوا اعلا ْ ا ا ا‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan

11
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" ( QS : Al-Maidah : 2 )

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah)


jamak sya`iiratun; artinya upacara-upacara agama-Nya. Melanggar yaitu
dengan berburu di waktu ihram (dan jangan pula melanggar bulan
haram)dengan melakukan peperangan padanya (dan jangan mengganggu
binatang-binatang hadya) yakni hewan yang dihadiahkan buat tanah suci
(serta binatang-binatang berkalung) jamak dari qilaadatun; artinya binatang
yang diberi kalung dengan kayu-kayuan yang terdapat di tanah suci sebagai
tanda agar ia aman, maka janganlah ada yang mengganggu baik hewan-
hewan itu sendiri maupun para pemiliknya (jangan pula) kamu halalkan atau
kamu ganggu (orang-orang yang berkunjung) atau menuju (Baitulharam)
dengan memerangi mereka (sedangkan mereka mencari karunia) artinya
rezeki (dari Tuhan mereka) dengan berniaga (dan keridaan) daripada-Nya di
samping berkunjung ke Baitullah tidak seperti pengertian mereka yang salah
itu. Ayat ini dimansukh oleh ayat Bara`ah.(Dan apabila kamu telah selesai)
dari ihram (maka perintahlah berburu) perintah di sini berarti ibahah atau
memperbolehkan (dan sekali-kali janganlah kamu terdorong oleh kebencian)
dibaca syana-aanu atau syan-aanu berarti kebencian atau kemarahan (kepada
suatu kaum disebabkan mereka telah menghalangi kamu dari Masjidilharam
untuk berbuat aniaya) kepada mereka dengan pembunuhan dan sebagainya.
(Bertolong-tolonglah kamu dalam kebaikan) dalam mengerjakan yang
dititahkan (dan ketakwaan) dengan meninggalkan apa-apa yang dilarang (dan
janganlah kamu bertolong-tolongan) pada ta`aawanu dibuang salah satu di
antara dua ta pada asalnya (dalam berbuat dosa) atau maksiat (dan
pelanggaran) artinya melampaui batas-batas ajaran Allah. (Dan bertakwalah
kamu kepada Allah) takutlah kamu kepada azab siksa-Nya dengan menaati-
Nya (sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya) bagi orang yang menentang-
Nya.

َِّ ِْ ‫اْلِْن ِزي ِر وما أ ُِه َّل لَِا‬


ُ‫اّلِل ِِِ اوالْ ُمْن اَنِ اقةُ اوالْ ام ْوقُو ااة‬ ْ ‫َّم او اَلْ ُم ْ ا ا‬ ُ ‫ت اعلاْي ُك ُم الْ امْي تاةُ اوالُد‬ْ ‫ُح ِرام‬
ِ ِ
‫ب اوأا ْن‬ ِ ‫ُّص‬ُ ‫يحةُ اواما أا اك ال ال َّسبُ ُع إََِّل اما اا َّكْي تُ ْم اواما اُِ اح اعلا الن‬ ‫اوالْ ُمتا اردياةُ اوالنَُّ ا‬
‫ين اك اف ُروا ِم ْن ِدينِ ُك ْم َا اَل اَتْ اش ْوُه ْم‬ ِ َّ ِ‫تاست ْق ِسموا َِْْل ْازاَلِم االِ ُكم َِسق الْي وم يئ‬
‫س ا لذ ا‬ ‫ْ ْ ٌ اْا ا ا‬ ُ ‫ْا‬

12
‫ال ْْ اَل ام ِدينما‬
ِْ ‫يت لا ُكم‬ ِ ِ
ُ ُ ْ‫ت اعلاْي ُك ْم ن ْع ام ِيِت اوار‬
ِ ِ ‫و‬
ُ ‫اخ اش ْون الْيا ْوام أا ْك ام ْل‬
ُ ‫ت لا ُك ْم دينا ُك ْم اوأ ْاْتا ْم‬ ْ ‫ا‬
‫ور ارِح ٌيم‬ َّ ‫صة اَْي ار ُمتا اجانِف ِِل ْْث َاِإ َّن‬
ٌ ‫اّلِلا اَ ُف‬ ‫اَُُّْر ِِف َماْ ام ا‬ ْ ‫َا ام ِن‬
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” ( QS : Al-Maidah : 3 )

(Diharamkan bagimu bangkai) yakni memakannya (darah) yang mengalir


seperti pada binatang ternak (daging babi, hewan yang disembelih karena
selain Allah) misalnya disembelih atas nama lain-Nya (yang tercekik) yang
mati karena tercekik (yang dipukul) yang dibunuh dengan jalan memukulnya
(yang jatuh) dari atas ke bawah lalu mati (yang ditanduk) yang mati karena
tandukan lainnya (yang diterkam oleh binatang buas kecuali yang sempat
kamu sembelih) maksudnya yang kamu dapati masih bernyawa dari macam-
macam yang disebutkan itu lalu kamu sembelih (dan yang disembelih atas)
nama (berhala) jamak dari nishab; artinya patung (dan mengundi
nasib)artinya menentukan bagian dan keputusan (dengan anak panah) azlaam
jamak dari zalam atau zulam; artinya anak panah yang belum diberi bulu dan
ujungnya tidak bermata. Anak panah itu ada tujuh buah disimpan oleh
pengurus Kakbah dan padanya terdapat tanda-tanda. Maka tanda-tanda itulah
yang mereka ambil sebagai pedoman, jika disuruh mereka lakukan dan jika
dilarang mereka hentikan. (Demikian itu adalah kefasikan) artinya
menyimpang dari ketaatan. Ayat ini turun pada hari Arafah masa haji wadak,
yaitu haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. (Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus-asa terhadap agamamu) untuk mengembalikan
kamu menjadi murtad setelah mereka melihat kamu telah kuat (maka
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah pada-Ku. Pada hari ini
telah Kusempurnakan untukmu agamamu) yakni hukum-hukum halal
maupun haram yang tidak diturunkan lagi setelahnya hukum-hukum dan

13
kewajiban-kewajibannya (dan telah Kucukupkan padamu nikmat karunia-Ku)
yakni dengan menyempurnakannya dan ada pula yang mengatakan dengan
memasuki kota Mekah dalam keadaan aman (dan telah Kuridai) artinya telah
Kupilih (Islam itu sebagai agama kalian. Maka siapa terpaksa karena
kelaparan) untuk memakan sesuatu yang haram lalu dimakannya (tanpa
cenderung) atau sengaja (berbuat dosa) atau maksiat (maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun) terhadapnya atas perbuatan memakannya itu (lagi
Maha Pengasih) kepadanya dalam memperbolehkannya. Berbeda halnya
dengan orang yang cenderung atau sengaja berbuat dosa, misalnya penyamun
atau pemberontak, maka tidak halal baginya memakan itu.

ِ ْ ‫ات اواما اعلَّ ْمتُ ْم ِم ان‬ ِ ِ


‫اْلااوارِِح ُم اكلبِ ا‬
‫ني‬ ُ ‫ك اما ااا أُح َّل اَُْم قُ ْل أُح َّل لا ُك ُم الَُّيِبا‬ ‫يا ْسأالُونا ا‬
َِّ ‫اّلِل َا ُكلُوا ِِمَّا أامسكْن علاي ُكم وااْ ُكروا اْم‬
َّ ‫اّلِل اعلاْي ِِ اواتَّ ُقوا‬ ِ ِ
‫اّلِلا‬ ‫ْ ا ا ا ْ ْ ا ُ ْا‬ َُّ ‫تُ اعل ُمونا ُه َّن ِمَّا اعلَّ ام ُك ُم‬
ِ ‫اَلِس‬ َّ ‫إِ َّن‬
‫اب‬ ‫يع ْ ا‬ ُ ‫اّلِلا اْ ِر‬
Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?".
Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang
ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya
untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan
sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya. ( QS :
Al-Maidah : 4 )

(Mereka menanyakan kepadamu) hai Muhammad (Apakah yang dihalalkan


bagi mereka) di antara makanan. (Katakanlah, "Dihalalkan bagimu yang baik-
baik) yang enak-enak atau yang halal (dan) hasil buruan (dari binatang-
binatang buas yang telah kamu ajar) seperti anjing, serigala dan burung
(dengan melatihnya berburu) hal dari kallabtal kalba pakai tasydid pada lam;
artinya biasa kamu lepas berburu (kamu ajar mereka itu) hal dari dhamir
mukallibiina; artinya kamu latih mereka itu (menurut apa yang diajarkan
Allah kepadamu) tentang cara berburu (maka makanlah apa-apa yang
ditangkapnya untukmu) mereka membunuh buruan tanpa memakannya.
Berbeda halnya dengan yang tidak terlatih, maka tangkapannya itu tidak
halal. Sebagai ciri-cirinya bila dilepas ia berangkat dan bila dicegah ia
berhenti serta ditahannya buruan itu dan tidak dimakannya. Sekurang-
kurangnya untuk mengetahui hal itu dibutuhkan pengamatan sebanyak tiga
kali. Jika buruan itu dimakannya, berarti tidak ditangkapnya untuk tuannya,

14
maka tidak halal dimakan sebagaimana tercantum dalam kedua hadis sahih
Bukhari dan Muslim. Dalam hadis itu juga disebutkan bahwa hasil panahan
jika dilepas dengan menyebut nama Allah, maka sama dengan hasil buruan
dari binatang pemburu yang telah dilatih. (Dan sebutlah nama Allah
atasnya)ketika melepasnya (serta bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya
Allah amat cepat perhitungan-Nya.")

D. Manfaat Makanan Halal dan Madharat Makanan Haram

 Manfaat Makanan Halal

Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi
tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani..
Hasil dari makanan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah
bukan berarti jumlahnya banyak, meskipun sedikit, namun uang itu cukup
untuk mencukupi kebutuhan sahari-hari dan juga bergizi tinggi. Bermanfaat
bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak.

Lain halnya dengan hasil dan jenis barang yang memang haram,
meskipun banyak sekali, tapi tidak barokah, maka Allah menyulitkan baginya
rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak hingga habis dalam waktu
singkat.

Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu:

1) Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari

2) Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani

3) Mendapat perlindungan dari Allah SWT

4) Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT

5) Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya

6) Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat

15
7) Manusia dapat mencapai ridha Allah SWT. dalam hidup karena dapat
memilih jenis makanan maupun minuman yang baik sesuai petunjuk Allah
SWT

8) Manusia dapat memiliki akhlak karimah karena makanan dan minuman yang
halal memengaruhi watak dan perangai manusia menjadi seperti sabar,
tenang, dan qanaah

9) Manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak


mengkomsumsimakanan dan minuman yang haram. Makanan dan minuman
yang haram akanmempengaruhi sikap mental menjadi tidak terpuji seperti
mudah marah, kasarucapan, maupun perbuatannya

 Madharat Makanan Haram

Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga


mengandung lebih banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil
haram meskipun banyak, namun tidak barokah atau cepat habis
dibandingkan yang halal dan barokah.

Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil
dari perbuatan haram itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan
juga yang mencari rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam
jumlah bayak dan besar karena takut diketahui dan mencemarkan nama
baiknya dan keluarga sanak familinya.

Ada beberapa madharat lainnya, yaitu :

1) Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).

2) Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan


mengarahkannya kepada kemaksiatan dengan uang itu.

3) Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.

16
4) Nama baik, kepercayan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.

5) Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.

6) Merusak secara jasmani dan rohani kita

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan
sampai ada dalil yang melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu
baik untuk tubuh, dan boleh jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan.
Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa mengganggu kesehatan rohani.
Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di hari kiamat dengan
api neraka.

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang makanan halal dan
makanan haram, namun tentu saja tidak dapat kami tampilkan semua, di antaranya
sebagaimana yang telah kami uraian dalam pembahasan di atas.

Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu
sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari
makanan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah meskipun
jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga
mengandung lebih banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil
haram meskipun banyak, namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan
yang halal dan barokah.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah yang singkat ini tentunya ada banyak


kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan makalah ini. Oleh
sebab itu kritik dan saran dari dosen pembimbing manupun dari teman-teman
sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA
http://ukhuwahislah.blogspot.com/2013/06/makalah-makanan-halal-dan-makanan-
haram.html

http://khoirulazzamnurululum.blogspot.com/2013/06/makalah-makanan-halal-dan-
haram-with.html

http://bams239.blogspot.com/2012/03/pengertian-halal-dan-haram.html

http://salafy.or.id/blog/2009/11/20/makanan/

http://ahmadnasirblog3.blogspot.com/2016/03/makalah-makanan-yang-halal-dan-
haram.html

https://www.academia.edu/10031952/MAKALAH_MAKANAN_DAN_MINUMAN_YANG
_HALAL_DAN_HARAM_DALAM_ISLAM

Syakir Ahmad, “Mukhtashar Ibnu Katsir” jilid 1, Jakarta : Darus Sunnah 2020

iii

Anda mungkin juga menyukai