Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FIQIH

“Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram”


“Dosen pengampu: Abd. Qohar, M.Si.”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. Reza Wahyu Ramadhan (2131060204)
2. Rona Badya Asnandari (2131060207)
3. Salsabila Putri (2131060175)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULITAS USHULLUDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulisan makalah yang berjudul “Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram” ini dapat
diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulisan Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih dan
diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, segala
kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Bandar Lampung, 08 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam hidup membutuhkan banyak tenaga agar dapat beraktifitas dengan
seleyaknya, tenaga tersebut tentu di hasilkan dari berbagai macam makanan, dari yang
berserat sampai yang tidak berserat.

Dari makanan-makanan tersebut manusia, khususnya orang muslim harus selektif


terhadap makanan yang kita makan, seringkali orang muslim lalai dengan makanan yang
dimakan, padahal jika tidak memperhatikan mkanan tersebut halal atau haram dapat berakibat
buruk bagi dirinya tersebut.

Tentu, jika ingin mendekatkan diri kepada Allah, kita harus menjalankan semua
perintahnya dan menjauhi larangannya misalnya dengan cara memakan makanan yang halal,
sebab dari situlah ibadah serta amal perbuatan kita niscaya mendapat ridho-Nya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Jenis-jenis makanan halal dan haram?

2. Hal-hal apa sajakah yang menerangkan perintah Allah tentang makanan ?

3. Apa manfaat makanan halal ?

4. Bagimana mudharat makanan haram ?

C. Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis makanan halal dan haram.

2. Mengetahui hal-hal yang diperintahkan oleh Allah tentang makanan.

3. Mengetahui manfaat makanan halal.

4. Mengetahui kemudharatan makanan haram.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan Halal dan Haram

Makanan halal  adalah makanan yang dibolehkan oleh agama dari segi hukumnya.
Makanan yang halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan di olah dengan cara yang
benar menurut agama.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan ukurannya untuk
kesehatan. Artinya makanan yang baik adalah yang berguna dan tidak membahayakan bagi
tubuh manusia dilihat dari sudut kesehatan. Maka, makanan yang baik lebih bersifat
kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia yang bersangkutan.
Adapun Haram artinya dilarang, jadi makanan yang haram adalah makanan yang
       

dilarang oleh syara’ untuk dimakan. Setiap makanan yang dilarang oleh syara’ pasti ada
bahayanya dan meninggalkan yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya dan mendapat pahala.

B. Dalil Makanan Halal dan Haram

Selain QS. Al-Maidah ayat 88, dalil yang mengatur mengenai makanan halal dan
haram tersebut pun masih dijelaskan di berbagai ayat di dalam Kitab Suci Alquran. Beberapa
di antaranya yakni sebagai berikut,

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan
(hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah." (An-Nahl: 115)

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang
disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih." (Al-Maidah: 3)

"Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging)
binatang yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah." (Al-Baqarah: 173)

"Katakanlah, tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati
(bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena semau itu kotor atau hewan yang
disembelih bukan atas (nama) Allah." (Al-Anam: 145)

C. Makanan Halal

Ada beberapa syarat bagi bahan makanan untuk dapat dilabeli dengan istilah halal.
Beberapa hal tersebut secara langsung diatur di dalam Alquran yang berupa:

1. Suci dari najis dan hal yang diharamkannya.


2. Aman dan jauh dari mudharat.
3. Bersifat tidak memabukkan.
4. Didapatkan dengan cara disembelih sesuai dengan syariat di dalam Agama Islam
(untuk bahan makanan berupa daging).

Apabila Anda meragukan terhadap label makanan halal dan haram yang hendak dikonsumsi,
Anda dapat mengamatinya dengan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Biasanya, label tersebut akan disematkan pada kemasan makanan yang
beredar luas di pasaran.

D. Makanan Haram

Menurut Alquran dan Hadist, makanan halal dan haram tersebut memiliki beberapa
jenisnya yang bisa dikenali dengan baik. Beberapa makanan haram yang disebutkan dalam
Alquran dan hadist adalah berupa bangkai, darah, babi, minuman keras, dan hewan yang
disembelih tidak sesuai dengan syariat Islam.

1. Bangkai

Bangkai merupakan hewan yang mati dengan sendirinya, termasuk tidak sesuai dengan
cara dan syariat Islam yakni hewan yang tercekik, terjatuh, dipukul, ditanduk, hingga
diterkam binatang buas. Saat hewan sudah berubah menjadi bangkai, maka dagingnya
pun telah rawan untuk menjadi media pertumbuhan berbagai mikroorganisme yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Kecuali bangkai ikan (hewan laut), dan belalang.
Seperti dalam sabda Rasulullah saw. berikut ini:

‫السمك والجرد واليل والطحال‬:‫احل لنا ميتتان ودمان‬


Artinya:  dihalalkan bagi kamu dua bangkai dan dua macam darah yaitu bangkai ikan
dan bangkai belalang, hati dan limpa. (HR. Ahmad, Ibnu majah dan Daruquthni )

‫اؤه الحل ميتته‬


Artinya :” Laut itu suci airnya dan halal bangkainya “(HR. Imam Malik – dalam Al
Muwattho’ )

Sejauh mana orang yang dalam keadaan terpaksa boleh makan bangkai ?
            Jumhur berpendapat tidak boleh makan sampai kenyang. Karena kebolehan itu hanya
terpaksa. Mak harus diukur menurut keperluannya saja. Firman Allah “ sedang ia
tidak mengingkarinya dan tidak melampaui batas “. ( Qs. 2 : 173 ) disini jumhur
menafsirkan  “ ghaira ‘adin “ sebagai “tidak menginginkan makan bangkai tanpa
didesak oleh keadaan’ dan “ wala ‘adin “ tidak melampaui batas keadaan dharurat”.

2. Darah

Darah dalam bentuk beku yang kerap kali disebut dengan saren, dideh, atau marus
tersebut banyak dijual secara bebas di pasaran. Bagi sebagian orang, darah tersebut
dianggap mampu menambah tenaga. Padahal, dalam Agama Islam darah tersebut
merupakan najis atau hal yang diharamkan. Analisis ilmiah menjelaskan bahwa
kandungan asam urat dan zat besi dalam darah yang tinggi secara langsung dapat
membahayakan tubuh. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit mematikan seperti
hemokromatosis.

3. Babi

Selain itu, makanan haram berikutnya adalah babi. Pengharaman babi bukanlah hanya
terletak pada dagingnya saja, melainkan juga termasuk rambut, kulit, tulang, dan seluruh
anggota tubuh yang lainnya. Babi diharamkan lantaran kandungan banyaknya cacing pita
yang terdapat di dalamnya yakni berupa taenia solium, trichinella sprialis, fasciolopsis
buski, dan clonorchis sinesis.

Bahkan penelitian oleh Chambridge University menunjukkan, terdapat jenis


cacing Strongyloides ransomi, Ascaris suum, Macracanthorhyncus hirudinaceus dan
Globocephalus urosubulatus pada babi di Papua.
4. Minuman Keras

Alkohol merupakan salah satu bahan yang terdapat di dalam minuman keras. Meskipun
dalam jumlah yang sedikit, namun alkohol diklaim dapat mempengaruhi kinerja sistem
saraf di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan hilangnya fungsi indra. Selain itu,
alkohol pun juga dapat memicu berbagai jenis penyakit mematikan lainnya.

5. Hewan yang Disembelih Tidak Sesuai dengan Syariat Islam

Secara ilmiah, hewan yang tidak disembelih sesuai dengan cara yang benar akan mudah
mengalami stres. Akibatnya, terjadilah peningkatan kadar katekolamin dan kreatinin
kinase yang dapat menyebabkan penumpukan asam laktat pada daging.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama dari segi
hukumnya. Makanan yang halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan
di olah dengan cara yang benar menurut agama. 
 Bahwa makanan halal adalah makanan – makanan yang dihalalkan oleh Allah
dan juga didapat dari rizki / usaha yang baik dan halal pula.
 Allah memerintahkan orang mukmin agar memakan makanan halal dan
bersyukur kepada Allah. Adapun makanan yang diharamkanNya adalah
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih selain menyebut
selain asma Allah.
 Diharamkan memakan Bangkai (kecuali hewan air/laut dan belalang), darah,
daging babi dan hewan yang disembilih dengan menyebut nama selain Allah
swt.
Apabila dalam keadaan terpaksa diperbolehkan memakannya dengan ketentuan
tidak dalam keadaan dan tujuan maksiat, tidak berlebihan dan mereka tidak
menginginkannya, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
DAFTAR PUSTAKA

Al ghazali, Imam. 1995. Ihya’ Ulumuddin. Jakarta: Pustaka Amani


Rusyd, Ibnu. 2002. Bidayatul Mujtahid. Jakarta: pustaka Amani
Yahya, Abu Zakariya bin Syarif An-Nawawi. 1997. Riyadhush Shalihin. Surabaya:AL
Hidayah 

Anda mungkin juga menyukai