Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRAKTEK IBADAH

“MAKANAN DAN MINUMAN PENYEMBELIHAN”

DOSEN PENGAMPU:

DRS. H. M. YUSUF ABDULLAH MA

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD JUNAIDI

SEMESTER V

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKSIYAH

PERGURUAN TINGGI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAMIYAH MAHMUDIYAH

TANJUNG PURA LANGKAT

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin... puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yamg
telah membentangkan jalan keselamatan buat insan dan menerangi mereka dengan pelita
yang terang benderang. Shalawat dan Salam atas Nabi Muhammad SAW yang membawa
petunjuk buat kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Demikian pula, ucapan
keselamatan atas keluarga, sahabat dan pengikut beliau sampai hari kiamat.

Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan , kami menyadari bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kami sangat berterima kasih apabila ada
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………....

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan Dan Minuman .....................................................................

B. Makanan Haram Dalam Islam …………………………………………………..

C. Minuman Haram Dalam Islam ………………………………………………….

D. Tata Cara Penyembelihan Hewan ………………………………………………

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai seorang muslim yang ingin mendekatkan diri, atau berusaha untuk taat kepada Allah
Sang Maha Pencipta, tentulah kita harus menjalankan ibadah kepada Allah, baik itu yang
wajib maupun yang sunnah agar Allah ridho kepada kita. Namun ada hal lain yang tak boleh
kita abaikan dalam usaha memperoleh ridho Allah, yaitu makanan dan minuman.

Dalam Islam halal dan haram telah ditentukan dengan jelas, banyak sekali ayat AlQur'an dan
Al-Hadis yang membahas hal tersebut. Dengan demikian, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang halal merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam.

Apabila makanan dan minuman kita terjaga dari yang diharamkan Allah, atau dengan kata
lain kita hanya makan atau mengkonsumsi yang dihalalkan Allah, niscaya ridho Allah itu
tidak mustahil kita peroleh jika kita taat kepada-Nya. Tetapi sebaliknya, meskipun kita taat,
namun kita makan dan minum dari yang haram yang bukan karena udah, maka akan sia-
sialah usaha kita. Untuk itu, makalah ini disusun untuk mengupas tentang makanan dan
minuman yang halal dan yang haram dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan Dan Minuman

1) Pengertian Makanan
Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu melalui mulut, sedangkan makanan
ialah segala sesuatu yang boleh dimakan. Dalam bahasa arab makanan berasal dari kata al-
tha’am dan jamaknya Al-Atimah yang artinya makan makanan. Sedangkan dalam ensiklopedi
hukum Islam makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan oleh manusia atau sesuatu
yang menghilangkan lapar.
Sedangkan pengertian makanan menurut istilah adalah apa saja yang dimakan oleh manusia
dan disantap, baik berupa barang pangan, maupun yang lainnya. Penggunaan kata tha'am
dalam al-Qur'an bersifat umum, yakni setiap yang dapat dimakan, baik makanan itu
berasal dari darat dan laut, maupun makanan yang belum diketahui hakikatnya. Dengan
demikian kata al-tha'am makanan, adalah menunjukan arti semua jenis yang biasa dicicipi
(makanan dan minuman). Makanan menurut al-Qur'an, ada yang halal dan ada yang haram.
Makanan merupakan sumber protein yang berguna bagai manusia, yang berasal dari hewan
disebut protein hewani dan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut protein nabati.
Semuanya merupakan karunia Allah kepada manusia. Oleh karena itu Islam tidak melarang
manusia baik laki-laki maupun wanita untuk menikmati kehidupan dunia, seperti makanan
dan minuman, sesuai dengan firman Allah Swt dalam Surah al 'Araf ayat 31: Artinya :
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang
yang berlebihan”.

2) Pengertian Minuman
Minum secara etimologi berarti meneguk barang cair dengan mulut, sedangkan minuman
adalah segala sesuatu yang boleh di minum. Dalam bahasa arab minuman berasal dari kata al-
asyribah dan jamaknya al-syarb yang artinya minum minuman. Sedangkan dalam ensiklopedi
hukum islam diartikan dengan jenis air atau zat cair yang bisa diminum.
Secara terminologi, kata syarab berarti sesuatu yang diminum, baik berupa air biasa, maupun
air yang sudah melalui proses pengolahan, yang sudah berubah warna dan rasanya. Dalam al-
Qur'an kata syarab digunakan dengan makna yang sama, baik dalam konteks minuman dunia,
maupun minuman akhirat. Dalam kedua konteks ini dipahami, bahwa pada dasarnya maksud
syarab atau minuman, adalah makna lafzhi, yaitu benarbenar minuman.
Dari uraian tentang pengertian makanan dan minuman, dapat disimpulkan, bahwa di antara
makanan dan minuman baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, maupun dari hewan sudah
ada ketetapan hukumnya, yaitu ada yang dihalalkan dan ada yang diharamkan. Istilah
makanan yang dihalalkan atau diharamkan, sering digunakan dalam al-Qur'an dalam
pengertian umum, meliputi makanan dan minuman.
B. Makanan Haram Dalam Islam

Islam bukan hanya mengatur ibadah akan tetapi juga merupakan agama yang sesuai dengan
akal manusia. Hal ini sesuai dengan beberapa ketentuan dalam islam yang dapat dibuktikan
dengan penelitian maupun akal pikiran manusia seperti hukum halal dan haramnya makanan
maupun minuman.

Allah SWT menghalalkan makanan dan minuman yang bermanfaat bagi manusia dan
sebaliknya Allah mengharamkan makanan dan minuman yang membahayakan bagi manusia.
Makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang dapat berpengaruh bagi jiwa seseorang
dan mengganggu ibadah karena makanan dan minuman haram adalah salah satu perangkap
setan untuk menjauhkan manusia dari Allah SWT.

Sebenarnya hukum asal makanan baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, adalah
halal berdasarkan firman Allah SWT berikut :

‫ُق ْ ُْل َْم ْن َ َح َّر َ َم ِز یَن ِةزیَن َة َّ ِ اَّل ِِتي أَْخ ََر َج ِلِعَب اِِد ِهَ َو الَّط یَِّبِاِت َِمَن الِّر ِْز ِق ۚ ُق ْ ُْل َِھَي ِ ِلَّل ِذَیَن آَم ُن ُو ا ِِفي اْلَح َیاِة الُّد ْن ََی ا‬

‫َخ اِلَص َة خِالَ صًة یََْو َم اْلِقَی اَِمِةۗ َك َٰذ َِلَك نَُفُِّص ُل اآْل َیِاِت ِلقٍَْو ٍم َی ْع لَُم َو َن‬

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari


Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik ?
Katakanlah, “Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus
(untuk mereka saja) pada hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk
orang-orang yang mengetahui. ” (QS. Al-Araf ayat 32)

Begitu juga yang dinyatakan oleh ulama imam Syafii berikut : “Hukum asal makanan dan
minuman adalah halal, kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dalam Al-Qur’anNya atau
melalui lisan Rasulullah Karena apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan
pengharaman (dari) Allah.”

Adapun beberapa sebab suatu makanan dan minuman menjadi haram menurut Syekh Abu
Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim dalam kitabnya Shahih Fiqih Sunnah menyebutkan bahwa
makanan dan minuman menjadi haram karena salah satu dari lima sebab berikut :

 Membawa mudharat pada badan dan akal.


 Memabukkan. Merusak akal, dan menghilangkan kesadaran (seperti khamar dan
narkoba).
 Najis atau mengandung najis.
 Menjijikkan menurut pandangan orang kebanyakkan yang masih lurus fitrahnya.
 Tidak diberi izin oleh syariat karena makanan atau minuman tersebut milik orang lain.
Artinya haram mengkonsumsinya tanpa seizin pemiliknya.
1) Jenis Makanan Haram

Salah satu kaidah yang masyhur dalam urusan makanan adalah bahwa segala sesuatu
hukumnya halal, kecuali yang disebutkan pengharamannya dalam al-Qur’an dan hadis
Nabi. Oleh karena itu di sini akan disebutkan jenis-jenis makanan yang haram sebagaimana
telah disebutkan dalam al-Qur’an dan al-hadis.

a. Bangkai
Yaitu hewan yang mati tanpa melalui proses penyembelihan yang syar’i. Dalil pengharaman
bangkai adalah firman Allah dalam surah Al-An’am ayat 145 :

Artinya: Katakanlah : “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang
mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau
hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. (QS. Al-An’am : 145) Termasuk kategori
bangkai adalah setiap hewan yang mati secara tidak wajar, tanpa disembelih secara syar’i,
yakni :

 Al-Munkhaniqah, yaitu hewan yang mati karena tercekik


 Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena dipukul
 Al-Mutaraddiyah, yaitu hewan yang mati karena terjatuh dari tempat yang tinggi An-
Nathihah, yaitu hewan yang ditanduk oleh hewan lain lalu mati Hewan yang
dimangsa atau diterkam oleh binatang buas.

Jika suatu hewan mati karena salah satu dari kelima sebab diatas, maka haram memakannya.
Kecuali jika masih hidup dan sempat disembelih, maka ia menjadi halal. Dalil larangan untuk
hewan yang mengalami kelima kondisi diatas dijelaskan dalam surah Al-Maidah ayat 3 :

‫ُحِّر َْم ْت َع لَْیُُك ُم اْلَم ْیتَةاْ لَ مْ یَتُةَ َو الَّد ُ َّم ُ َو َلُْح ُم اْلِخ نِزِیِر ََو َم ا ُأِ ُِھَّل ِلغ َِْیِر َّ ِ ِِبِھ َو اْلُم ْنَخ نَِقَةواْ لُ مْ نَ خِنَقُة َو اْلَم ْو قُو ذََةواْ لَ م‬
‫ْوُقوَذُة َو اْلُم تََر ِد َّیَةواْ لُ مَت َ رِ ّد َیُةَ َو الَّن ِط یَحِةطیَ حُة ََو َم ا‬
ۗ ‫أَََك َل الَّس ُب ُ ُُع إَِّل اَ َم ا ذَّكَ ْیُت ْ ُْم ََو َم ا ذَُِبَح َع ََلى الُّن ُِصِب َو َأَن تَْس تَْقُِسُم وا ِباأْل َْز ِاَل ِم ۚ ٰذ َِلُْك ْم ِفٌْس ٌق‬

Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.. (QS. Al-Maidah : 3)

Ayat tersebut sekaligus menjadi dalil keharaman jenis makanan yang akan disebutkan
selanjutnya. Dan adapun faidah-faidah dari penjelasannya yaitu :

Faidah (1) Termasuk bangkai adalah bagian tubuh yang terpotong dari hewan yang masih
hidup. Maksudnya hewan tersebut tidak disembelih. Tapi hanya dipotong bagian tubuh
tertentu saja, paha misalnya. Maka bagian tubuh yang dipotong itu termasuk bangkai dan
tidak halal dimakan. Hal ini berdasakan sabda Nabi yang mengatakan bahwa, “Ma Quthi’a
minal bahimati wa hiya hayyah fa huwa maytatun, Bagian tubuh yang terpotong dari hewan
yag masih hidup termasuk bangkai”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Faidah (2) Ada dua bangkai yang dikecualikan (tidak haram), yakni ikan (hewan laut) dan
belalang. Dasarnya adalah perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Telah dihalalkan
untuk kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macam bangkai adalah
ikan dan belalang, . .”(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad).

Lalu bagaimana jika kita menemukan ikan atau hewan laut lainnya yang terapung di atas
permukaan air ?, Apakah halal dikonsumsi atau tidak ?, Dalam masalah ini ada dua pendapat
ulama. Namun yang paling rajih (kuat) adalah pendapat yang mengatakan kehalalannya.
Kecuali jika terbukti secara medis bahwa ikan yang terapung itu sudah rusak dan
membahayakan kesehatan atau mengeluarkan bau busuk, maka menghindari dan
meninggalkannya lebih utama. Karena hal itu lebih selaras dengan kaidah syari’ah yang
mengaramkan setiap makanan yang buruk dan menjijikkan.

b. Darah yang Mengalir


Tidak halal mengkonsumsi darah yang dialirkan atau ditumpahkan. Hal ini berdasarkan
firman Allah pada Surah Al-Maidah ayat 3 dan Al-An’am ayat 146 :

ۚ..… ُ ‫ُحِّر َْم ْت َع لَْیُُك ُم اْلَم ْیتَةاْ لَ مْ یَتُةَ َو الَّد ُ َّم‬

Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, ... “ (QS. Al-Maidah ayat 3).

‫ُقُل َّ َّل ا أَِج دَأِ جُد ِِفيَ َم ا أُوَِح َي إَِلَّي َُم َح َّرً ًم ا َع َٰل ٰى َطاٍِع ٍم َیْطَعُم ھَی ْ طَع ُ مُھ إَِّل ا َأَن َیُك َو َن َم ْیتََةمْ یَتًة َأْ َْو َدً ًَما َّ َّم‬
. . . .‫ْسفًُو ًحا‬

Artinya : “. . . . kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir . . . .”

(QS. Al-An’am :146)


Adapun darah yang sedikit semisal yang tersisa pada daging sembelihan, maka hal itu
dimaafkan. Selain itu dikecualikan pula hati dan limpa, sebagaimana dalam atsar Ibnu Umar
yang diriwayatkan Ibnu Majah dan Ahmad diatas, “Telah dihalalkan untuk kita dua macam
bangkai dan dua macam darah. . . . Dan adapun dua macam darah adalah hati dan limpa.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad).

c. Daging Babi

Berdasarkan firman Allah SWT. Dalam Surah Al-Maidah ayat 3 dan Surah Al-An’am ayat
146 :

ۚ.……… ‫ُحِّر َْم ْت َع لَْیُُك ُم اْلَم ْیتَةاْ لَ مْ یَتُةَ َو الَّد ُ َّم ُ َو َلُْح ُم اْلِخ نِزِیِر‬
Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, ...” (QS. Al-
Maidah : 3)
‫َٰل‬
‫ُقُل َّ َّل ا أَِج دَأِ جُد ِِفيَ َم ا أُوَِح َي إَِلَّي َُم َح َّرً ًم ا َع ٰى َطاٍِع ٍم َیْطَعُم ھَی ْ طَع ُ مُھ إَِّل ا َأَن َُیُك َو َن َم ْیتََةمْ یَتًة َأْ َْو َدً ًَما َّ َّم ْسفًُو ًحا َأْ َْو َلَْح َم‬
.ۚ… ‫ِخ نِزٍیٍر‬

Artinya : “. . .kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir, daging babi, . . .”
(QS. Al-An’am : 146).
Penyebutan daging mencakup seluruh bagian tubuhnya, baik daging, lemak, tulang, rambut,
dan sebagainya. “Tidak ada perselisihan diantara ulama tentang haramnya babi : dagingnya,
lemaknya, dan seluruh bagian tubuhnya”, demikian penegasan Penulis kitab Shahih Fiqih
Sunnah. Ini termasuk dalam kaidah “dzikrul ba’dh yuradu bihil kull”,
Menyebutkan sebahagian, tapi yang dimaksud adalah keseluruhan. Jadi hanya disebutkan
daging, yang dimaksud seluruh bagian tubuh babi. Karena biasanya yang dimakan dari hewan
adalah dagingnya.

d. Hewan yang Disembelih Tanpa Menyebut Nama Allah atau Menyebut Selain Nama Allah

Dasar pengharamannya adalah dalam Surah Al-Maidah ayat 3 dan Surah Al-An’am ayat
121 :

ۚ..… ‫ُحِّر َْم ْت َع َلْیُُك ُم اْلَم ْیتَةاْ لَ مْ یَتُةَ َو الَّد ُ َّم ُ َو َلُْح ُم اْلِخ نِز ِیِر ََو َم ا ُأِ ُِھَّل ِلَغِْیِر َّ ِ ِِبِھ‬

Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah,. . . .” (QS. Al-Maidah : 3)

‫ََو اَل تَأُْك ُلُو اِ ِمَّم ا َْلْم یُْذ َِك ِر اُْس ُم َّ ِ َع َلِْیِھ َو ِِإَّن ھُھ َلِفٌْس ٌق‬

Artinya : “Dan janganlah kamu memakan -hewan-hewan- yang tidak disebut nama Allah saat
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan semacam itu termasuk kefasikan”. (QS. Al-
An’am : 121).

Oleh karena itu, tidak dihalalkan mengkonsumsi sembelihan orang kafir, orang musyrik, atau
orang majusi. Sebab sembelihan mereka tidak sah karena tidak menyebut nama Allah.
Adapun sembelihan Ahli Kitab boleh dimakan, selama tidak diketahui bahwa mereka
menyembelih dengan menyebut nama selain Allah. “Dan makanan (sembelihan) Ahli Kitab
halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka”.(QS. Al-Maidah : 5).
Bagaimana dengan daging dan makanan olahan dari daging yang diimpor dari negeri non
Muslim ?, Ada tiga kemungkinan yaitu :

 Jika yang diimpor dari negeri non muslim berupa daging-daging hewan laut, maka halal
dimakan. Karena hewan laut boleh dimakan tanpa disembelih, baik ditangkap oleh
Muslim maupun non Muslim.
 Apabila yang diimpor adalah unggas dan daging hewan darat yang halal dimakan, seperti
ayam, bebek, sapi, kambing, kelinci, dan sebagainya, maka dilihat negara asalnya. Jika
berasal dari negeri yang mayoritas penduduknya menganut paham atheis, beragama
majusi, penyembah berhala (kaum pagan), maka daging-daging dari negeri tersebut tidak
halal.
Adapun jika berasal dari negeri-negeri yang penduduknya mayoritas penganut Yahudi dan
Nasrani (Ahli Kitab), dihalalkan dengan dua syarat : Pertama, Disembelih secara syar’i
(sembelihan ahli kitab halal dimakan), Kedua, Tidak diketahui, mereka menyebut selain
nama Allah ketika menyembelihnya.

Akan tetapi sebagian negara eksportir yang biasa mengekspor ke negeri Muslim melibatkan
ummat Islam dalam proses penyembelihan dan disembelih secara syar’i.
Oleh karena itu jika ada pengakuan (yang telah dicek kebenarannya) dari negara pengekspor,
bahwa hewan tersebut disembelih secara syariat, halal memakannya. Tetapi jika terbukti, dari
berbagai temuan dan fakta yang ada, negara-negara tersebut tidak menyembelihnya menurut
syari’at Islam, tidak halal dimakan. Adapun sekadar label halal atau tulisan “disembelih
menurut syari’at Islam” yang tertempel pada kemasan daging tersebut, maka tidak dapat
dijadikan standar.

 Keju impor yang berasal dari negeri ahli kitab yang memproduksi keju dari lemak hewan
yang halal dikonsumsi, maka boleh bagi kaum Muslimin memakannya. Tetapi jika
mereka memproduksi keju dari lemak hewan yang haram dimakan seperti Babi, maka
keju dari negeri tersebut haram dikonsumsi.

e. Hewan Yang Disembelih Untuk Berhala


Dasar pengharamannya adalah firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 3 :

‫ُحِّر َْم ْت َع َلْیُُك ُم اْلَم ْیتَةاْ لَ مْ یَتُة ……… ََو َم ا ذَُِبَح َع ََلى الُّن ُِصِب‬

Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, . . . Dan (diharamkan pula) yang


disembelih untuk berhala”. (QS. Al-Maidah : 3).

Ini mencakup semua binatang yang disembelih untuk kuburan, sesajen yang dilabuhkan ke
laut, tumbal proyek pembangunan jembatan atau jalan, tugu peringatan yang disembah
sebagai tanda dan simbol bagi sesembahan selain Allah, atau sebagai perantara kepada Allah.
Hewan yang disembelih untuk berhala haram dikonsumsi meskipun disembelih dengan
menyebut nama Allah. Jika tidak menyebut nama Allah saat menyembelihnya (misalnya
menyebut nama berhala yang akan dituju), maka lebih haram lagi. Karena menggabungkan
dua sebab keharaman sekaligus. Sembelihan atas nama selain Allah dan untuk selain Allah.

C. Minuman Haram Dalam Islam

Pada dasarnya semua minuman yang dikonsumsi manusia adalah halal namun dapat menjadi
haram hukumnya disebabkan oleh kondisi tertentu. Minuman haram adalah minuman yang
dilarang diminum oleh umat islam karena mudharatnya lebih besar dari manfaatnya.
Minuman yang diharamkan dalam islam dapat dikarenakan sifatnya maupun dzatnya.
Seseorang yang minum minumam haram tentunya berdosa dan dapat menyebabkan berbagai
masalah.

Minuman tersebut haram dikarenakan beberapa sebab diantaranya adalah :

 Dikonsumsi secara berlebihan dan Allah SWt tidak menyukai hal-hal yang melampaui
batas.
 Memabukkan dan dapat menghilangkan akal atau kesadaran seseorang.
 Termasuk zat najis atau kotoran yang diharamkan.
 Merupakan hak orang lain yang tidak boleh diminum sembarangan tanpa izin orang yang
memilikinya.
 Menjijikkan dan tidak sepantasnya dikonsumsi oleh manusia.
 Mambahayakan kesehatan maupun nyawa manusia jika dikonsumsi

1) Jenis Minuman Haram

Berikut ini adalah minuman-minuman yang diharamkan dalam islam :

a) Minuman yang berasal dari darah


Darah adalah salah satu jenis makanan atau minuman yang diharamkan untuk diminum.
Seperti halnya beberapa orang yang gemar minum darah binatang seperti ular dan sebagainya
dengan alasan kesehatan atau untuk menyembuhkan suatu penyakit. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam ayat berikut ini :

‫ُقْ ُْل َ اَل أَِج دَأِ جُد ِِفيَ َم ا أُوَِح َي إَِلَّي َُم َح َّرً ًم ا َع َٰل ٰى َطاٍِع ٍم َیْطعَُمھَی ْ طَع ُ مُھ إَِّل ا َأْ َْن َیُك َو َن َم ْیتََةمْ یَتًة َأْ َْو َدً ًَما َم ْسفًُو ًح ا َأْ َْو‬

‫َلَْح َم ِخ ْنِزٍیٍر َفِإَِّن ھُھ ِر ٌْج ٌس َأْ َْو ِفْس ًًقا ُأِ ُِھَّل ِلَغِْیِر َّ ِ ِِبِھۚ َفَِم ِن اُْض ُطَّر َغ َْیَر َباغَباٍغ ََو اَل َعٍاٍد َف إَِّن َ َر َّب َ َك َغفٌُو ٌر َر ِح ٌیٌم‬

Artinya : Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang
mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau
hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barang siapa terpaksa bukan karena
menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, tuhanmu maha pengampun,
maha penyayang. (QS. Al-An’am : 145).

b) Minuman keras atau khamar


Minuman keras yang dimaksud dalam jenis minuman ini adalah minuman yang mengandung
alkohol dan diharamkan dalam islam segala minuman yang memabukkan. Sebagaimana yang
disebutkan dalam hadis Nabi :

Artinya : “Semua yang memabukkan adalah khamar dan semua khamar adalah haram.”
(HR. Muslim)

c) Minuman yang diminum dalam bejana emas


Umat islam dilarang meminum minuman yang diletakkan dalam bejana emas karena ini
adalah satu bentuk hal yang berlebih-lebihan dan perilaku orang kafir sehingga Allah tidak
menyukai hal tersebut. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini : Artinya :
“Janganlah kalian minum dengan bejana yang terbuat dari emas dan perak dan
jangan pula kalian makan dengan piring yang terbuat dari keduanya. Karena barangbarang
tersebut adalah untuk mereka (orang-orang kafir) ketika di dunia.” (HR Bukhari)

d) Minuman yang membahayakan diri


Minuman yang membahayakan diri adalah minuman yang dicampur racun atau zat yang
dapat membahayakan nyawa misalnya saat seseorang meminum racun dan mencoba
menyakiti dirinya sendiri atau melakukan usaha untuk bunuh diri sementara perbuatan
tersebut dikutuk Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam hadits berikut ini : “Tidak boleh
melakukan perbuatan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain”.
e) Minuman yang diambil dari orang lain tanpa izin
Minuman yang diperoleh dari mencuri atau menipu atau minuman yang dibeli dengan harta
yang tidak halal seperti harta korupsi atau riba adalah haram diminum meskipun minuman
tersebut dzat asalnya adalah halal. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an berikut ini :
“Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian
dengan jalan yang batil (tidak benar). . .” (QS. An-Nisa : 29)
f) Minuman yang mengandung zat yang diharamkan
Yang dimaksud dengan minuman yang mengandung zat yang diharamkan seperti darah, air
liur anjing dan sebagainya misalnya saja minuman kesehatan atau jamu yang dicampur
dengan darah binatang atau minuman yang dicampur dengan alkohol.

g) Minuman yang tercampur najis


Najis adalah kotoran dan minuman yang mengandung najis haram hukumnya untuk
dikonsumsi oleh umat islam. Semua hal yang najis haram hukumnya seperti darah dan
bangkai namun segala yang haram belum tentu najis misalnya ganja atau obat-obatan
terlarang.

h) Minuman dengan efek psikotropika


Minuman dengan zat psikotropika atau minuman yang dicampur dengan obat bius dan
lainnya, haram hukumnya untuk dikonsumsi karena dapat menghilangkan akal dan kesadaran
dan efeknya sama seperti minuman keras yang menyebabkan kecanduan.

i) Minuman yang dianggap memiliki kekuatan


Minuman yang dianggap memiliki kekuatan misalnya minuman yang telah diberi jampijampi
atau mantra dari seseorang yang dianggap orang pintar atau paranormal. Minuman tersebut
haram hukumnya karena termasuk dalam perbuatan syirik dan mempercayai hal-hal yang
sifatnya musyrik meskipun minuman tersebut ditujukan untuk menyembuhkan suatu
penyakit.
Demikian penjelasan mengenai minuman haram dalam islam dan sebab-sebab
diharamkannya. Allah SWT telah menghalalkan makanan dan minuman yang memberik
manfaat bagi manusia terutama umat islam untuk itulah kita sebagai umat islam sepantasnya
menjaga diri kita dari makanan dan minuman yang haram.

D. Tata Cara Penyembelihan Hewan


Sembelihan menurut istilah limu Fikih disebut dzakaat yang berarti baİk atau suci.
Penyembelihan hewan yang sesuai dengan ketentuanketentuan syara’ akan menjadikan
binatang yang disembelih itü baik dan suci sehingga halal dimakan. Jika binatang-binatang
yang secara syarl i boleh dikonsumsi dengan cara disembelih, tetapi tidak dilakukan
penyembelihan atau dilakukan penyembelihan yang tidak sesuai dengan ketentuan İslam,
kedudukannya berubah menjadi bangkai yang menjadikannya berubah statusnya menjadİ
haram ddikonsumsi.

Menyembelih binatang secara benar, diatur oleh İslam sebagai berikut:

1. Kriteria hewan yang akan disembelih


Hewan yang dagingnya boleh dikonsumsi manusia dengan cara dişembelih haruslah
memenuhi syarat:

a) Hewan yang dikategorikan boleh dikonsumsi dan bukan yang diharamkan dalam
hükum fikih misalnya sapi, kerbau, kambing, ayam, itik, angsa, kelinci
b) Hewan dalam keadaan hidup (bukan bangkai yang telah mati)
c) Hewan dapat dikuasai untuk disembelih (tidak [iar atau sulit dikuasai)
Khusus binatang dari jenis ikan dan belalang, halal dikonsumsi tanpa harus menyembelihnya
terlebih dahulu.

2. Orang yang menyembelih


Orang yang melakukan penyembelihan hewan disyaratkan:

a) Beragama İslam
b) Berakal (tidak hilang ingatan atau gila)
c) Laki-laki atau perempuan, sudah dewasa atau masih anak-anak
d) Tidak murtad. (Orang murtad yakni orang yang meninggalkan agama İslam baik
belum pernah memasuki atau setelah memasuki İslam, penyembelihannya tidak halal
yang berarti hasil sembelihannya haram dimakan atau tidak diperkenankan
dikonsumsi. Penyembelihan orang kafir kitabi (Nasrani dan Yahudi) yang mengikuti
syariat Nabi Musa dan Nabi Isa dianggap halal. Sedang penyembelihan pemeluk
agama-agama lain selain İslam di Indonesia, dianggap tidak halal dan tidak
diperkenankan dikonsumsi karena diasumsikan lebih dekat maşuk kategori ‘murtad
daripada ‘kafir kitabi’).

3. Alat yang digunakan menyembelih


Alat yang dipergunakan untuk menyembelih/memotong hewan disyaratkan yang tajam baik
dari jenis besi, kuningan, tembaga, kayu, bambu, plastik, maupun lainnya. Tidak
diperkenankan menggunakan gigi, kuku atau tulang. Penyembelihan binatang secara mekanik
dengan pemingsanan (dengan catatan tidak sampai meninggal yang berarti telah berubah
menjadi bangkai), diperbolehkan berdasarkan keputusan
Komisi Fatwa MUI tanggal 24 Syawal 1396 H/ 18 Oktober 1976.14

Rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim:

“ Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk melakukan kebaikan dalam semua tindakan. Jika
kanxu membunuh, baikkanlah pembunuhan itu. Dan apabila kamu menyembelih (hewan),
maka baikkanlah penyembelihan itu. Hendaklah kamu mengasah parangnya dan
memperlakukan dengan baik keadaan sembelihannya”

4. Bagian tubuh binatang yang disembelih

a) Bagian tubuh hewan yang disembelih adalah leher, boleh pada bagian atas, tengah,
atau bawah, dengan cara memutus jalan makanan (disebut hulqum) dan jalan nafas
(disebut mari’), lebih baik [agi jika dua urat nadi di samping leher yang disebut
wadajain juga putus.
b) Leher hewan boleh putus sama sekali, boleh juga tidak
c) Posisi orang yang menyembelih bebas, boleh sambil berdiri, jongkok, atau duduk.
Tidak ada keharusan menghadap ke arah tertentu, boleh ke timur, ke barat, selatan,
utara dan seterusnya
d) Beberapa keutamaan menyembelih adalah menghadapkan hewan yang akan
disembelih ke arah kiblat (terutama bagi hewan korban), meniatkan penyembelihan
hewan semata-mata karena Allah dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara’, dan
membiarkan hewan yang disembelih itu sampai benar-benar mati baru dibersihkan

5. Bacaan doa saat menyembelih


Pada saat melakukan penyembelihan, orang yang menyembelih disyaratkan membaca atau
menyebut nama Allah. Nama Allah yang dibaca pada umumnya adalah
basmalah:’BismilIaahirrahmaanirrahiim’,

Departemen Agama RI (C). Himpunan Fatwa Majelis Iliama Indonesia. Oakarta: Bagian
Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji , 2003), p. 329

Bisa juga bacaan pendek misalnya ‘Allahu Akbar’, atau ‘Allah’ saja, dan Iain-Iain. Hal ini
mengacu pada Al-Qu€an Surat Al-An! Am ayat 118:

“Makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya,
jika kamu beriman kepada ayat-ayat Allah” 16

Menurut madzhab Al Hanafiyah, Ahmad bin Hambal, Al-Tsaury dan Hasan bin Shalih,
penyembelihan tanpa menyebut nama Allah dapat menyebabkan binatang tersebut “harand’
dikonsumsi, berdasarkan firman Allah: Surat Al-An’am ayat 121:

“Janganlah kamu memakan binatang-binatang Yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan seperti itu adalah suatu kefasikan”17

Binatang yang pada saat disembelih Oleh orang muslim yang tidak menyebut asma Allah
baik disengaja atau tidak, diperselisihkan ulama, dikategorikan tetap halal atau menjadi
haram. Pendapat moderat misalnya Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Tawus, Asy-Syafi’i,
memberikan solusi bahwa hewan yang pada saat disembelih belum disebut nama Allah,
boleh dikonsumsi dengan dibacakan asma Allah misalnya ‘Basmalah’ pada saat memakannya
(memberi ruh tauhid pada makanan), berdasarkan hadis:
Dari Aisyah bahwa sahabat-sahabat Rasulullah berkata:”Sesungguhnya suatu kaum datang
kepada kami membawa daging yang kami tidak mengetahui apakah waktu menyembelihnya
mereka menyebut nama Allah atau tidak. Apakah kami boleh memakannya atau tidak?’
Rasulullah menjawab:’Sebudah nanu Allah dan makanlah” (HR AI-Bukhari, An-Nas’ i, dan
Ibnu Majah).18

Sedang hewan yang ketika disembelih dibacakan nama selain nama Allah misalnya ‘atas
nama Berhala’, hewan Yang asalnya netral dalam arti boleh dikonsumsi, berubah statusnya
menjadi haram dan tidak boleh dikonsumsi, disebabkan pada saat disembelih dibacakan/
diatasnamakan selain Allah. Ini merupakan perbuatan memasukkan ruh non-tauhid pada
hewan yang bisa berimbas pada manusia jika mengkonsumsi baik secara langsung maupun
tidak langsung, yakni berupa aura fasiq, syirik, atau murtad, berdasarkan Surat Al-Maidah
ayat 3 dan Surat Al-An’am ayat 145:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang atas
nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, Yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala” .

”Katakanlah: Tiadalah aku mendapatkan dalam sesuatu yang diwahyukan kepadaku


diharamkan bagi pemakan yang akan memakannya, kecuali bangkai atau darah, atau daging
babi; karena sungguh ia sangatlah kotor. Atau hewanyang keluar dari halal menjadi haram
(fasiq) yaitu yang disembelih menyebut dengan keras nama selain Allah. Barang siapa dalam
keadaan yang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sungguh
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” .

Jika penyembelihan dilakukan secara serentak beberapa binatang sekaligus dengan


menggunakan mesin potong, maka pembacaan nama Allah oleh si penyembelih cukup sekali
saja untuk semua, tidak harus satu-persatu. Yang dianjurkan adalah pada saat hewan
disembelih sekaligus diisikan ruh tauhid dengan membaca nama Allah misalnya bacaan
‘Basmalah’ (bismillahimrhmaanirrahiim), ‘takbir’ (Allahu Akbar), ‘tahliľ (Ina ilaaha illallah)
dan sebagainya.

Secara kronologis, penyembelihan dilakukan:

a) Dimulai dengan memegangi atau meletakkan sedemikian rupa hewan sembelihan


sehingga betul-betul terkuasai dan memudahkan memotongnya, diusahakan dalam
posisi menghadap ke arah kiblat khususnya bagi hewan korban
b) Meyakinkan leher hewan
c) Membaca nama Allah
d) Lalu mulai memotong leher dengan benda tajam hingga mernutus jalan nafas dan
jalan makan, diutamakan juga memutus urat nadi, leher hewan boleh putus sama
sekali, boleh juga tidak
e) Menunggu hewan benar-benar mati baru dilakukan pembersihan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam bahasa arab makanan berasal dari kata al-tha’am dan jamaknya Al-Atimah yang
artinya makan makanan. Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam makanan ialah segala
sesuatu yang boleh dimakan oleh manusia atau sesuatu yang menghilangkan lapar. Dalam
bahasa arab minuman berasal dari kata al-asyribah dan jamaknya al-syarb yang artinya
minum minuman. Sedangkan dalam ensiklopedi hukum islam diartikan dengan jenis air atau
zat cair yang bisa diminum.

Hukum Islam melalui al-Qur’an dan hadis telah menetapkan beberapa jenis makanan dan
minuman yang haram dikonsumsi umat Islam, antara lain bangkai, darah, babi, binatang yang
disembelih dengan menyebut nama selain Allah, serta khamar dan semua jenis minuman
yang memabukkan. Sedangkan makanan dan minuman yang tidak disebutkan sebagai
makanan dan minuman haram dalam al-Qur’an dan hadis, dan tidak menjijikkan atau
membahayakan kesehatan (jiwa) manusia maka bisa dikategorikan sebagai makanan dan
minuman yang halal.
Khusus dari makanan dari jenis hewan yang boleh di konsumsi, disyariat kan disembelih
untuk mencapai kehalalannya mengandung makna membunuh sifat sifat hewaniah yang
dibawa hewan tersebut yang tidak layak bagi manusia, dan penyebutan nama allah pada saat
menyembelih terkandung makna mengukuhkan sifat sifat allah yang agung pada kepribadian
manusia.

Saran
Diharapkan perkembangan ilmu yang pesat di zaman modern ini tidak luput dari nilainilai
agama dan agama dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu selanjutnya.
Tanpa adanya bimbingan terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu dan teknologi tidak
semakin menyejahterakan manusia, tetapi justru merusak bahkan menghancurkan kehidupan
mereka.

DAFTARPUSTAKA

Arsyam, M., & Alwi, A. M. (2020). MANAJEMEN HIDUP DALAM PERSPEKTIF AL -


QUR’AN. [10/1 15.20]
Yanggo, Huzaemah Tahido. "Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Hukum Islam."
TAHKIM 9.2 (2017).

Arsyam, M. (2020). Manajemen pendidikan islam. [10/1 15.19]


Zulaekah, S., & Kusumawati, Y. (2005). Halal dan haram makanan dalam islam.

Makmur, Z., Arsyam, M., & Alwi, A. M. S. (2020). Strategi Komunikasi Pembelajaran Di
Rumah Dalam Lingkungan Keluarga Masa Pandemi. KOMUNIDA : Media Komunikasi dan
Dakwah, 10(02), 231-241.

Al-Qaradhawi, Yusuf, and Mohd Hafiz bin Daud. Halal dan haram dalam Islam. PTS
Publishing House Sdn. Bhd., 2016.

Ahmad, H., & Arsyam, M. (2020). ETIKA PERDAGANGAN DALAM ISLAM.

Arsyam, M. (2021). BAHAN AJAR ADMINISTRASI PENDIDIKAN. [10/1 15.20]

Lbid., p. 505

Departemen Agama RI, Al-Qu”an, p. 207.

Ibid., p. 208.

Departemen Agama RI, Ilmu Fiqh...., p. 509.

Vol. 2006: 145-157

Anda mungkin juga menyukai