Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita,
sehingga kita selalu dalam keadaan sehat wal 'afiyat. Sesungguhnya hanya kepada
Allah lah kita memohon ampunan dan pertolongan. Sholawat serta salam tak lupa
tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang diutus oleh
Allah ke bumi untuk meluruskan manusia. Membawa kita dari kejahiliyahan
menuju cahaya Islam. Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Zamzami, M.Pd selaku dosen mata kuliah Agama Islam, yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. Teman kelompok empat, serta
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam makalah ini ada banyak
terdapat kesalahan. Penulis juga mohon kritik dan saran apabila dalam makalah
ini terdapat banyak kekurangan.
Wabillahit taufiq wal hidayah, war ridho wal inayah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Makanan Halal .............................................................. 3
B. Ciri-ciri Makanan dan Minuman Halal ......................................... 4
C. Syarat Makanan yang Halal ............................................................ 5
D. Jenis-jenis Makanan Halal .............................................................. 5
E. Manfaat Makanan dan Minuman Halal .......................................... 8
F. Dalil Naqli Tentang Makanan dan Minuman Halal ....................... 9
G. Pengertian Makanan Haram ........................................................... 10
H. Kriteria Makanan atau Binatang yang Diharamkan dalam Islam ... 10
I. Jenis-jenis Makanan Haram ............................................................ 11
J. Dampak Negatif Mengkomsumsi Makanan Haram ....................... 22
K. Mudharat Makanan dan Minuman Haram ...................................... 23
L. Menerapkan ketentuan makanan halal dan haram .......................... 24

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 25
B. Kritik dan Saran ............................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal dari segi
dhahiriyah dan dari sumber untuk mendapatkan makanan tersebut apakah juga
melalui cara-cara yang halal. Memakan makanan yang halal dan baik merupakan
bukti ketaqwaan kita kepada Allah, karena memakan makanan halal dan baik
merupakan salah satu ibadah.
Allah membolehkan seluruh manusia memakan makanan yang telah
diberikan Allah di bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan
yang haram. Allah menyeru manusia supaya menikmati makanan-makanan yang
baik dalam kehidupan mereka dan menjauhi makanan-makanan yang tidak baik,
karena dunia diciptakan untuk seluruh manusia. Karunia Allah bagi setiap
manusia adalah sama, baik beriman atau tidak beriman.
Kehidupan manusia tak pernah berpisah dengan lingkungan
sekitarnya. Allah SWT menciptakan berbagai makhluk hidup, diantaranya
manusia, hewan, dan tumbuhan. Makhluk hidup tersebut merupakan satu kesatuan
dalam hubungan sosial antar makhluk hidup. Manusia membutuhkan bahan yang
dapat ia olah menjadi makanan yang dapat membuat dia tidak letih dalam
menjalankan aktivitas kehidupannya atau dapat dikatakan manusia membutuhkan
hewan dan tumbuhan sebagai bahan untuk membuat olahan agar ia dapat makan
dan dapat menambah energi tubuhnya yang akan habis. Sama halnya dengan
hewan dan tumbuhan yang juga membutuhkan manusia.
Allah SWT menciptakan makhluk hidup untuk tetap bertasbih dan
bersujud kepada-Nya, apakah itu manusia, hewan, maupun tumbuhan. Semuanya
tetap harus mematuhi perintah dari Tuhan-nya dan menjauhi segala larangannya.
Terkhususnya bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia perlu
menghindari setiap perbuatan/sikap dan sifat yang berdampak negatif, termasuk
diantaranya tidak memakan makanan yang telah dilarang dalam agama. Maka dari
itu, manusia harus selalu mengingat hal-hal yang dilarang dalam agamanya dan
berusaha untuk menghindarinya.

1
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat ditarik rumusan masalahnya, diantaranya :
a) Apakah pengertian Halal dan Haram ?
b) Hadist atau Qur’an Surah apa yang menerangkan tentang halal dan
haram?
c) Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan halal ?
d) Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan haram ?
e) Dalil apa yang menerangkan makanan halal dan makanan haram?
f) Apa saja manfaat mengkomsumsi makanan halal ?
g) Apa dampak negatif dari mengkomsumsi makanan haram ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni :
a) Mengetahui pengertian dari halal dan haram.
b) Mengetahui dalil (hadist atau Qur’an Surah) yang menerangkan tentang
halal dan haram.
c) Mengetahui jenis-jenis makanan halal.
d) Mengetahui jenis-jenis makanan haram.
e) Mengetahui dalil yang menerangkan mengenai makanan halal dan haram.
f) Mengetahui manfaat mengkomsumsi makanan halal.
g) Mengetahui dampak negatif mengkomumsi makanan haram.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan Halal


Hal ini di jelaskan dalam surah Ali 'Imran ayat 93 berikut ini :
Artinya : "Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan
yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat
diturunkan [212]. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang
diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia
jika kamu orang-orang yang benar ." (Q.S. Ali 'Imran 3:93).
Halal (Arab: ‫'حالل‬ḥalāl; 'diperbolehkan ) adalah segala objek atau kegiatan
yang diizinkan untuk digunakan atau dilaksanakan, dalam agama Islam. Istilah ini
dalam kosakata sehari-hari lebih sering digunakan untuk menunjukkan makanan
dan minuman yang diizinkan untuk dikonsumsi menurut Islam, menurut jenis
makanan dan cara memperolehnya. Pada prinsipnya semua makanan dan
minuman yang ada di dunia ini halal semua untuk dimakan dan diminum kecuali
ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al Qur’an dan yang terdapat
dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Selain itu, tiap benda di permukaan bumi
menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada larangan secara syar’i.
Pasangan halal adalah thayyib yang berarti 'baik'. Suatu makanan dan
minuman tidak hanya halal, tetapi harus thayyib; apakah layak dikonsumsi atau
tidak, atau bermanfaatkah bagi kesehatan. Lawan halal adalah haram. Halal
sebagai salah satu dari lima hukum, yaitu : fardhu (wajib), mustahab
(disarankan), halal (diperbolehkan), makruh (dibenci), haram (dilarang).
Sertifikasi kehalalan produk-produk pangan dan minuman di Indonesia ditangani
oleh Majelis Ulama Indonesia.
Jadi, Makanan yang halal adalah makanan yang diizinkan oleh Allah
untuk dimakan. Sedangkan minuman yang halal adalah semua jenis minuman
yang terbuat dari bahan-bahan yang dihalalkan walaupun bahan dasarnya adalah
air seperti kopi, teh, es juice dan lain-lain.

3
B. Ciri-ciri Makanan dan Minuman Halal
Untuk mengetahui halal haramnya jenis barang (dzat) tersebut dan layak
atau tidaknya dikonsumsi, kita bisa mengetahui ciri-ciri makanan atau minuman
tersebut, antara lain :
1) Penjelasan dalam Al qur’an dan hadist
2) Bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia
3) Tidak merusak badan, akal, maupun pikiran
4) Tidak kotor, najis, dan tidak menjijikkan
5) Bergizi dan tidak mengandung racun yang bisa menyebabkan penyakit
6) Tidak di satukan dan tidak tercampuri dengan barang yang haram
7) Tidak memabukkan
8) Diperoleh dengan cara yang halal

Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa kita disuruh memakan makanan dan


minum minuman yang halal dan baik. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an
Surat Al Baqarah ayat 168.

ِ ‫ش ْي َط‬
ُ‫ان‬ ُِ ‫لا َط ِِّيباا َوالَتَتَّبِع ْوا خط َوا‬
َّ ‫ت ال‬ ُ َ‫ض َحل‬
ُ ِ ‫يَاَيُّ َهاالنَّاسُ كل ْوا ِم َّما فِى اْالَ ْر‬
ُ ﴾١٦٨﴿ ‫ْن البقرة‬ ُِ ‫اِ َّنه َلك ُْم عَدوُ ُّم ِبي‬
Artinya: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat dibumi dan jangan kamu megikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan
itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah/2:168)

Dari dua ayat di atas maka jelaslah bahwa makanan yang dimakan oleh
seorang Muslim hendaknya memenuhi 2 syarat, yaitu:
1. Halal, artinya diperbolehkan untuk dimakan dan tidak dilarang oleh hukum
syara’.
2. Baik, artinya makanan itu bergizi dan bermanfaat untuk kesehatan.

Minuman yang halal pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 bagian:


1. Semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan
manusia, baik membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa, maupun aqidah.

4
2. Air atau cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya pernah
memabukkan seperti arak yang berubah menjadi cuka.
3. Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang terkena
najis.
4. Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang
tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

C. Syarat Makanan yang Halal


1. Suci, bukan najis atau yang terkena najis, firman Allah maksudnya:
Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan nama selain
Allah". (Surah Al Baqarah : 173).
2. Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak langsung
Artinya: "Dan janganlah kamu menjerumuskan diri kamu kedalam
kebinasaan". (Surah Al Baqarah:195).
3. Tidak memabukkan, sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : "Setiap
yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram".
(Sahih Muslim).
4. Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari'at jika
makanan itu berupa daging hewan.

D. Jenis-jenis Makanan Halal


Makanan yang dihalalkan dalam Islam sangat banyak sekali, berbagai
macam makanan mulai dari yang dihasilkan dari tumbuhan ataupun dari hasil
ternak (hewan). Dalam Al Qur’an telah dijelaskan oleh Allah SWT, dalam Surat
Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut :

ِ ‫ش ْي َط‬
ُ‫ان‬ ُِ ‫لا َط ِِّيباا َوالَتَتَّبِع ْوا خط َوا‬
َّ ‫ت ال‬ ُ َ‫ض َحل‬ُ ِ ‫يَاَيُّ َهاالنَّاسُ كل ْوا ِم َّما فِى اْالَ ْر‬
﴾١٦٨﴿ ‫ْن البقرة‬ ُِ ‫اِ َّنه َلك ُْم عَدوُ ُّم ِبي‬
Artinya: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat dibumi dan jangan kamu megikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan
itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah/2:168).

5
Dari itu Allah SWT juga berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat
172, yang artinya : “Hai orang - orang yang beriman, makanlah di antara rezeki
yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah”.

Berikut ini adalah pembagian jenis – jenis makanan halal, antara lain :
1. Makanan halal dari segi jenis ada tiga, yaitu :
a) Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut seperti kelinci, ayam,
kambing, sapi, burung, ikan.
b) Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran, dan
lain-lain.
c) Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.

2. Makanan halal dari segi usaha yang diperolehnya, yaitu :


a) Halal makanan yang diperoleh dari usaha yang lain seperti bekerja
sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
b) Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun
pekerjaan itu halal tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
c) Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran,
walimah, warisan, wasiat, dll.
d) Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).

Selain itu, pada pembahasan ini makanan yang dihalalkan dalam Islam
meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Halal secara zatnya
Makanan yang dimakan tidak mengandung zat yang dapat membuat haram
makanan. Adapun kemungkinan suatu makanan menjadi haram karena
memberi Mudharat bagi manusia seperti racun, barang-barang menjijikkan, dan
sebagainya.

6
2. Halal cara prosesnya
Makanan yang halal tetapi bila diproses dengan cara yang tidak halal, maka
menjadi haram. Memproses secara tidak halal itu bila dilakukan :
a) Penyembelihan hewan yang tidak dilakukan oleh seorang muslim, dengan
tidak menyebut atas nama Allah dan menggunakan pisau yang tajam.
b) Penyembelihan hewan yang jelas-jelas diperuntukkan atau dipersembahkan
kepada berhala (sesaji).
c) Karena darah itu diharamkan, maka dalam penyembelihan, darah hewan
yang disembelih harus keluar secara tuntas, urat nadi lehar atau saluran
nafasnya harus putus, dan harus dilakukan secara santun, menggunakan
pisau yang tajam.
d) Daging hewan yang halal tercemar oleh zat haram atau tidak halal
menjadi tidak halal. Pengertian tercemar disini bisa melalui tercampurnya
dengan bahan tidak halal, berupa bahan baku, bumbu atau bahan penolong
lainnya. Bisa juga karena tidak terpisahnya tempat dan alat yang digunakan
memproses bahan tidak halal.
e) Adapun ikan baik yang hidup di air tawar maupun yang hidup di air laut
semuanya halal, walaupun tanpa disembelih, termasuk semua jenis hewan
yang hidup di dalam air.

3. Halal cara memperolehnya


Seorang muslim yang taat sangat memperhatikan makanan yang
dikonsumsinya. Islam memberikan tuntunan agar orang Islam hanya makan dan
minum yang halal dan thoyyib, artinya makanan yang sehat secara spiritual dan
higienis.
Mengkonsumsi makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal
berarti tidak halal secara spiritual akan sangat berpengaruh negatif terhadap
kehidupan spiritual seseorang. Darah yang mengalir dalam tubuhnya menjadi
sangar, sulit memperoleh ketenangan, hidupnya menjadi beringas, tidak pernah
mengenal puas, tidak pernah tahu bersyukur, ibadah dan doanya sulit diterima
oleh Tuhan.

7
E. Manfaat Makanan Dan Minuman Halal
Makanan dan minuman yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta
bergizi tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.
Apabila makanan dan minuman yang didapatkan dari hasil yang halal tentu sangat
berguna untuk diri kita dan keluarga kita.
Hasil dari makanan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah
bukan berarti jumlahnya banyak, meskipun sedikit, namun uang itu cukup untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga bergizi tinggi. Bermanfaat bagi
pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Lain halnya dengan hasil dan jenis
barang yang memang haram, meskipun banyak sekali, tapi tidak barokah, maka
Allah menyulitkan baginya rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak hingga
habis dalam waktu singkat.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
1) Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
2) Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
3) Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
4) Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
5) Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
6) Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.
7) Manusia dapat bertahan hidup di dunia sampai batas yang di tentukan
Allah SWT.
8) Manusia dapat mencapai ridha Allah SWT dalam hidup karena dapat
memilih jenis makanan maupun minuman yang baik sesuai petunjuk Allah
SWT.
9) Manusia dapat memiliki akhlak karimah karena makanan dan minuman
yang halal memengaruhi watak dan perangai manusia menjadi sabar,
tenang, dan qanaah.
10) Manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak
mengkomsumsi makanan dan minuman yang haram. Makanan dan
minuman yang haram akan mempengaruhi sikap mental menjadi tidak
terpuji seperti mudah marah, kasar ucapan, maupun perbuatannya.

8
F. Dalil Naqli tentang Makanan dan Minuman Halal
1. “… Barang yang di halalkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah halal, dan
barang yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah haram. Dan
sesuatu yang tidak dilarang-Nya, maka barang itu termasuk yang diafkan-
Nya, sebagai kemudahan bagi kamu.” [(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Fiqih sunnah oleh Sulaiman Ar Rasyid].

2. Surat Al Maidah Ayat 88 yaitu:


Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah berikan rezekinya kepadamu bertaqwalah pada Allah yang
kamu beriman pada-Nya.”(QS. Al Maidah : 88).

3. Surat An Nahl Ayat 10 yaitu:


Artinya:“Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagian menjadi minuman dan sebagainya (menyuburkan) tumbuh-
tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu.” (QS.An Nahl :10)

4. Surat Al Maidah Ayat 90 yaitu :

ُ‫ش‬
َّ ‫ع َم ُِل ال‬ ُْ ‫صابُ َو ْاْل َ ْز َالمُ ِرجْ سُ ِم‬
َ ‫ن‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَُ َءا َمنوا ِإنَّ َما ا ْل َخ ْمرُ َوا ْل َم ْيسِرُ َو ْاْلَ ْن‬
َُ‫ان َفاجْ ت َ ِنبوهُ لَعَ َّلك ُْم ت ْف ِلحون‬
ُِ ‫ْي َط‬
Artinya: “Hai orang-orang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi,(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS.Al Maidah : 90)

5. “Sesungguhnya Sa’ad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW agar


didoakan kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka beliau
bersabda kepadanya : “Perbaiki makanan, niscaya diterima doa-doamu.”
(HR. Tabrani)

9
6. Surat An Nahl Ayat 114 yaitu:

﴾١١٤﴿ُ٠٠٠‫فكلواُمماُرزقكمُهللاُحلالُطيبا‬
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah
diberikan Allah kepadamu…”(QS. An Nahl :114)

G. Pengertian Makanan Haram


Haram artinya dilarang, jadi makanan yang haram adalah makanan yang
dilarang oleh syara’ untuk dimakan. Setiap makanan yang dilarang oleh syara’
pasti ada bahayanya dan meninggalkan yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya
dan mendapat pahala.
Allah SWT telah memerintahkan manusia supaya mengkonsumsi makanan
dan minuman yang baik. Sebaliknya manusia diharuskan menjauhi makanan dan
minuman yang haram. Makanan yang haram adalah makanan yang dilarang
dikonsumsi menurut syariat Islam, Sedangkan minuman yang haram adalah
minuman yang tidak boleh diminum oleh orang Islam karena adanya dalil yang
jelas. Firman Allah dalam surat al A’raf ayat 157, yang artinya : “...dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk ...” ( QS. Al A’raf / 7 : 157 )

H. Kriteria Makanan atau Binatang yang Diharamkan dalam Islam


Di dalam Syariat islam, makanan atau binatang yang haram dikonsumsi
ada 2 jenis yaitu:
1. Haram Lidzatihi (makanan yang haram karena zatnya)
Maksudnya hukum asal makanan itu sendiri memang sudah diharamkan
oleh Allah SWT dan Rosul-Nya yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan Hadits.
Misalnya : darah, daging babi, minuman keras, semua binatang buas yang
bertaring, yang dengan taringnya ia memangsa dan menyerang musuhnya, dan
lain sebagainya.

10
2. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal)
Maksudnya yaitu hukum asal makanan itu sendiri adalah halal akan tetapi
berubah menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan
makanan tersebut.

I. Jenis-jenis Makanan Haram


Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis :
1. Ada yang diharamkan karena dzatnya
Maksudnya asal dari makanan tersebut memang sudah haram. Berikut
adalah beberapa contoh makanan yang diharamkan karena dzatnya beserta
penjelasannya ;
a. Bangkai
Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i
dan juga bukan hasil perburuan. Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya:

َ ُ‫ير َولَحْ مُ َوالدَّمُ ا ْل َم ْيتَة‬


ُْ‫علَيْكمُ ح ِ ِّر َمت‬ َُّ ‫َوا ْلمت َ َر ِ ِّد َيةُ َوا ْل َم ْوقوذَةُ َوا ْلم ْن َخ ِنقَةُ ِب ُِه‬
ُِ ‫ّللاِ ِل َغي ُِْر أ ِه َُّل َو َما ا ْل ِخ ْن ِز‬
ُ‫سبعُ أ َ َك َُل َو َما َوالنَّ ِطي َحة‬
َّ ‫ذَ َّكيْت ُْم إِ َّال َما ال‬
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya”. (QS. Al-Ma`idah: 3)

Dan juga dalam firmannya :

َ‫سمُ ي ْذك َُِر لَ ُْم ِم َّما تَأْكلوا َو ُال‬ َُِّ ‫ع َل ْي ُِه‬


ْ ‫ّللا ا‬ ْ ‫لَ ِف‬
َ ُ‫سقُ َو ِإنَّه‬
Artinya: “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut
nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan”. (QS. Al-An’am: 121)
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas :
a) Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.
b) Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.

11
c) Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang
tinggi.
d) An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
e) Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
f) Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.
g) Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.
h) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan
membaca basmalah.
i) Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya. Hal ini
berdasarkan hadits Abu Waqid secara marfu’:

َُ ‫ َو ِه‬،‫َم ْيتَةُ فَه َُو َحيَّة‬


‫ي ا ْلبَ ِه ْي َم ُِة ِمنَُ ق ِط َُع َما‬
Artinya : “Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu)
masih hidup, maka potongan itu adalah bangkai”. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-
Tirmidzy dan dishohihkan olehnya)

Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:


1) Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa
semua hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok.
2) Belalang
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar secara marfu’:

ُ‫ان لَنَا أ ِح َّل‬ ِ ‫ان َفأ َ َّما َو َد َم‬


ُِ َ ‫ َم ْيتَت‬،‫ان‬ ُِ َ‫ا ْل َم ْيتَت‬: ُ‫س َمك‬ َ ‫ان َوأ َ َّما‬
َّ ‫وا ْل َج َرادُ َفال‬, ُِ ‫ال َّد َم‬: ُ‫َوال ِ ِّط َحالُ َفا ْل َك ِبد‬
Artinya : “Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun
kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan adapun kedua darah itu
adalah hati dan limfa”.(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
3) Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan kecuali An-Nasa`iy, bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda:

ُ‫ْن ذَكَاة‬
ُِ ‫أ ِِّم ُِه ذَكَاةُ ا ْل َجنِي‬

12
Artinya : “Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya”.

Maksudnya, jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang
ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa harus disembelih ulang.
[Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Ath'imah wal Masyrubat
point pertama]
Hikmah diharamkannya makan bangkai :
1. Fitrah yang sehat mengatakan bangkai itu kotor. Akal yg normal
mengatakan makan bangkai merendahkan derajat manusia.
2. Binatang yang mati dengan sendirinya, kemungkinan besar karena
umurnya yang sudah tua/kecelakaan/ makan tumbuhan yang beracun/
musibah lainnya.
3. Jika ia mati karena sakit maka orang yang memakannya akan dihadapkan
penyakit yang menular melalui 2 jalur, yaitu :
a. Perpindahan bakteri secara langsung karena tidak dipanaskan dengan
baik;
b. Lemak yg mengandung bakteri yang tidak mungkin dapat
membunuhnya dengan dipanaskan.

b. Darah
Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah
Al-An’am ayat 145:
ُ‫سفو احا َد اما أ َ ْو‬
ْ ‫َم‬
Artinya : “Atau darah yang mengalir”.

Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits


Ibnu ‘Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah yang berada
dalam urat-urat setelah penyembelihan.
Selain itu, adapun hikmah diharamkannya makan darah ialah ;
a) Darah dianggap kotor dan berbahaya oleh fitrah manusia
b) Jika binatang itu sakit, biasanya bakteri - bakteri itu akan berkembang biak
di dalam darah. Darah sebagai perantara yang memindahkan bakteri dari

13
satu organ ke organ lainnya. Sehingga Islam mewajibkan menyembelih
untuk mengeluarkan darah binatang tersebut setelah disembelih.

c. Daging babi
Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang
diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya
termasuk lemaknya.
Adapun hikmah diharamkannya daging babi ialah ;
Karena adanya 5 faktor medis & ilmiah yaitu :
1) Mengandung berbagai jenis cacing pita yang sangat berbahaya bagi
tubuh.
a) Penyakit trichinosisi trichinella spiralis
b) Penyakit cacing pita (Pig Tape Warm)
2) Daging babi lebih banyak memungkinkan untuk memindahkan segala
jenis bakteri.
Komisi Sains WHO di Denmark menyatakan, dari hasil penelitiannya
bahwa babi lebih berselera makan makanan kotor & membawa bakteri.
Hanya 60% daging babi di Denmark yang steril sedangkan 40% lainnya
mengandung bakteri yang berbahaya. Jika Denmark yang terkenal
sebagai negera terbersih di dunia saja seperti itu, bagaimana dengan
negara – negara lainnya di dunia yang terbelakang.
3) Minyak babi sulit dicerna dan kemungkinan bertambah untuk terserang
penyakit pada pencernaan, lever /saraf.
4) Babi berfungsi sebagai pembawa/penyimpan bakteri ketika influensa
mewabah.

d. Khamr
Allah SWT berfirman:

ُ‫ع َم‬ ُْ ‫صابُ َو ْاْل َ ْز َالمُ ِرجْ سُ ِم‬


َ ‫ن‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَُ َءا َمنوا إِنَّ َما ا ْل َخ ْمرُ َوا ْل َم ْيسِرُ َو ْاْلَ ْن‬
َُ‫ان َفاجْ ت َ ِنبوهُ لَ َعلَّك ُْم ت ْف ِلحون‬
ُِ ‫ش ْي َط‬
َّ ‫ُِل ال‬

14
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Ma`idah: 90)

Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma
secara marfu’:

ُ‫ َوك ُُّل َخ ْمرُ َح َرام‬،‫س ِكرُ َح َرام‬


ْ ‫ك ُُّل م‬
Artinya : “Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah
haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa
menyebabkan hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan
macamnya.
Adapun hikmah diharamkannya khimar ialah ;
a) Khamr mempengaruhi stadium paling tinggi pada otak (kehendak,
keseimbangan jiwa, dan perilaku di masyarakat) sampai pada stadium di
bawahnya (akal dan pikiran, ingatan dan pengendali perasaan).
b) Berdasarkan penelitian banyak sekali malapetaka yang disebabkan
khamr/segala yang memabukkan antara lain : penyakit gila, penyakit
syaraf, bunuh diri/ membunuh orang lain, mengeluh sakit syaraf,
pencernaan, usus, mengakibatkan kebangkrutan, kehilangan semua
miliknya.
c) Dengan kadar 1 % saja, alkohol akan menyebabkan denyut jantung
bertambah 10 x dalam 1 menit, mempercepat daya kerja saraf dalam
limpa.
d) Jika 1 % alkohol dituangkan pada setetes air kemudian diteteskan di atas
darah maka sel darah merah berubah menjadi kuning dan fungsi darah
putih akan berkurang. Artinya jika tubuh manusia ada kadar alkohol, maka
fungsi darah menyerap oksigen berkurang, maka sel - sel tubuh manusia
seakan tercekik dan saraf pun menjadi lemah, daya tahan tubuh berkurang
untuk melawan berbagai penyakit dan bakteri.

15
e) Minum khamr mengakibatkan kekurangan sejumlah vitamin terutama
vitamin B dan C sehingga akan berefek munculnya penyakit sariawan,
beri-beri, dan gusi bernanah. Kondisi penderita biasanya lelah, tangan
bergetar, lisan teras berat, lemah saraf, dan kepekaan kulit tidak normal.

e. Semua hewan buas yang bertaring


Sahabat Abu Tsa’labah Al-Khusyany radhiallahu ‘anhu berkata:

ِّ ِ ‫ِي نَابُ ِمنَُ ال‬


ُِ َ‫سب‬
‫اع‬ ُْ ‫أَنَُّ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم نَ َهى ع‬
ُْ ‫َن ك ُِِّل ذ‬
Artinya : “Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang dari (mengkonsumsi) semua
hewan buas yang bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

Dan dalam riwayat Muslim darinya dengan lafazh, “Semua hewan buas
yang bertaring maka memakannya adalah haram”. Yang diinginkan di sini adalah
semua hewan buas yang bertaring dan menggunakan taringnya untuk menghadapi
dan memangsa manusia dan hewan lainnya.
Musang (arab: tsa’lab) termasuk halal, karena walaupun bertaring hanya
saja dia tidak mempertakuti dan memangsa manusia atau hewan lainnya dengan
taringnya dan dia juga termasuk dari hewan yang baik (arab: thoyyib). Ini
merupakan madzhab Malikiyah, Asy-Syafi’iyah, dan salah satu dari dua riwayat
dari Imam Ahmad. [Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni' (3/528), dan Asy-
Syarhul Kabir (11/67)]

f. Semua burung yang memiliki cakar


Yang diinginkan dengannya adalah semua burung yang memiliki cakar
yang kuat yang dia memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur
ulama dari kalangan Imam Empat (kecuali, Imam Malik) dan selainnya
menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas -radhiallahu
‘anhuma :

ُ‫ِي َم ْخ َلبُ ِمنَُ ال َّطي ِْر‬ ِّ ِ ‫ِي َنابُ ِمنَُ ال‬


ُْ ‫ َوك ُُّل ذ‬،ِ‫س َباع‬ ُْ ‫نَ َهى ع‬
ُْ ‫َن ك ُِِّل ذ‬

16
Artinya : “Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang
bertaring dan semua burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim) [Al-Majmu'
(9/22), Al-Muqni' (3/526,527), dan Takmilah Fathil Qodir (9/499)]

g. Jallalah
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain, baik
berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda,
angsa (yang memakan feses), ayam (pemakan feses), dan sebagian gagak. Lihat
Nailul Author (8/128).
Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad (dalam
satu riwayat) dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi’iyah, mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma beliau berkata:

‫َن أ َ ْك ُِل ا ْل َجلَّلَ ُِة َوأَ ْلبَانِ َها‬


ُْ ‫نَ َهى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ع‬
Artinya : “Rasulullah SAW melarang dari memakan al-jallalah dan dari
meminum susunya”. {HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`iy (3787)}

Beberapa masalah yang berkaitan dengan jallalah:


a) Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam kategori jallalah
yang diharamkan, akan tetapi yang diharamkan hanyalah hewan yang
kebanyakan makanannya adalah feses dan jarang memakan selainnya.
Dikecualikan juga semua hewan air pemakan feses, karena telah berlalu
bahwa semua hewan air adalah halal dimakan. Lihat Hasyiyatul Al-
Muqni’ (3/529).
b) Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih
dari feses maka tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja mereka
berselisih pendapat mengenai berapa lamanya dia dibiarkan, dan yang
benarnya dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau kepada
sangkaan besar. Lihat Al-Majmu’ (9/28). [Al-Muqni' (3/527,529),
Mughniyul Muhtaj (4/304), dan Takmilah Fathil Qodir (9/499-500)]

h. Keledai jinak (bukan yang liar)

17
Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian
riwayat darinya. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda:

ُ‫فَ ِإنَّ َها ِرجْ س‬, ‫َن لح ْو ُِم ِِا ْلحم ُِر ْاْل َ ْه ِليَّ ُِة‬
ُْ ‫إِنَُّ هللا ورسوله يَ ْن َهيَاك ُْم ع‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan
daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary
dan Muslim)
Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir radhiallahu ‘anhu berkata:

ُ ِ ْ‫أَ َك ْلنَا َز َمنَُ َخ ْي َبرُ ا َ ْل َخ ْي َُل َوحم َُر ا ْل َوح‬


ُ‫ َونَهَا َنا النبي صلى هللا عليه وسلم ع َِن‬، ‫ش‬
ُْ ‫ار ْاْل َ ْه ِل‬
‫ي‬ ُِ ‫ا ْل ِح َم‬

Artinya : “Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi
SAW melarang kami dari keledai jinak”. (HR. Muslim)

Inilah pendapat yang paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu ‘Abdil Barr
menyatakan, “Tidak ada perselisihan di kalangan ulama zaman ini tentang
pengharamannya”. Lihat Al-Mughny beserta Asy-Syarhul Kabir (11/65). [Al-
Bada`i' (5/37), Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni' (3/525), dan Al-Bidayah
(1/344].

i. Kuda
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr radhiallahu
‘anhuma:

ُ‫ع ْه ُِد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فَأ َ َك ْلنَاه‬
َ ‫علَى‬ ‫نَ َح ْرنَا فَ َر ا‬
َ ‫سا‬
Artinya : “Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah SAW lalu kamipun
memakannya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi SAW. Ini
adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-Hanabilah,

18
salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan pendapat
Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah. Dan ini yang
dikuatkan oleh Imam Ath-Thohawy sebagaimana dalam Fathul Bary (9/650) dan
Imam Ibnu Rusyd dalam Al-Bidayah (1/3440). [Mughniyul Muhtaj (4/291-291),
Al-Muqni' beserta hasyiyahnya (3/528), Al-Bada`i' (5/18), dan Asy-Syarhus
Shoghir (2/185)]

j. Baghol
Dia adalah hewan hasil peranakan antara kuda dan keledai. Jabir
radhiallahu ‘anhuma berkata:
–ُِ‫َح َّر َُم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم – يَ ْعنِي يَ ْو َُم َخ ْيبَر‬
ُ‫ َولح ْو َُم ا ْل ِب َغا ِل‬،‫سيَّ ِة‬ ِ ْ ‫لح ْو َُم ا ْلحم ُِر‬
ِ ‫اْل ْن‬

Artinya : “Rasulullah SAW mengharamkan -yakni saat perang Khaibar- daging


keledai jinak dan daging baghol. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzy)

Dan ini (haram) adalah hukum untuk semua hewan hasil peranakan antara
hewan yang halal dimakan dengan yang haram dimakan. [Al-Majmu' (9/27), Ays-
Syarhul Kabir (11/75), dan Majmu' Al-Fatawa (35/208)].

k. Anjing
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang
bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi SAW
beliau bersabda:

َ ‫إِنَُّ هللا إِذَا َح َّر َُم‬


‫ش ْيئاا َح َّر َُم ث َ َمنَ ُه‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan
mengharamkan harganya [12]”.

Dan telah tsabit dalam hadits Abu Mas’ud Al-Anshory riwayat Al-Bukhary
dan Muslim dan juga dari hadits Jabir riwayat Muslim akan haramnya
memperjualbelikan anjing. [Al-Luqothot point ke-12]

19
Selain itu, Anjing termasuk hewan na’jis. Barang siapa yang terkena jilatan
anjing maka harus dibersihkan. Sebagaimana sabda Nabi :

ِ ‫س ْب َعُ َم َّراتُُإِحْ دَاهنَّ ُبِاالت ُّ َرا‬


)‫بُُُُ(رواهُالبخارى‬ ِ ‫اءُأ َ َحدِك ْمُ َف ْليَ ْغ‬
َ ُ‫س ْله‬ َ َ‫إِذ‬
ِ ‫اُولَ َغُاْل َك ْلب‬
ِ ‫ُفىُإِ َن‬
Artinya : “Jika anjing menjilat bejana seseorang diantara kalian hendaklah
dicuci 7 x, satu di antaranya dengan tanah.”

Sabda Nabi yg artinya:


“Barang siapa yang memelihara anjing bukan untuk menjaga gembala /berburu
maka amalnya akan dikurangi setiap hari satu qirath (4/6 dinar).” (HR. Bukhari)

l. Kucing baik yang jinak maupun yang liar


Jumhur ulama menyatakan haramnya memakan kucing karena dia
termasuk hewan yang bertaring dan memangsa dengan taringnya. Pendapat ini
yang dikuatkan oleh Syaikh Al-Fauzan. Dan juga telah warid dalam hadits Jabir
riwayat Imam Muslim akan larangan meperjualbelikan kucing, sehingga hal ini
menunjukkan haramnya. [Al-Majmu' (9/8) dan Hasyiyah Ibni 'Abidin (5/194)]

m. Monyet
Ini merupakan madzhab Syafi’iyah dan merupakan pendapat dari ‘Atho`,
‘Ikrimah, Mujahid, Makhul, dan Al-Hasan. Imam Ibnu Hazm menyatakan, “Dan
monyet adalah haram, karena Allah Ta’ala telah merubah sekelompok manusia
yang bermaksiat (Yahudi) menjadi babi dan monyet sebagai hukuman atas
mereka. Dan setiap orang yang masih mempunyai panca indra yang bersih
tentunya bisa memastikan bahwa Allah Ta’ala tidaklah merubah bentuk (suatu
kaum) sebagai hukuman (kepada mereka) menjadi bentuk yang baik dari hewan,
maka jelaslah bahwa monyet tidak termasuk ke dalam hewan-hewan yang baik
sehingga secara otomatis dia tergolong hewan yang khobits (jelek)” [13]. [Al-
Luqothot point ke-13]

20
n. Gajah
Madzhab jumhur ulama menyatakan bahwa dia termasuk ke dalam
kategori hewan buas yang bertaring. Dan inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu
‘Abdil Barr, Al-Qurthuby, Ibnu Qudamah, dan Imam An-Nawawy
rahimahumullah. [Al-Luqothot point ke-14]

2. Diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya.


Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi haram
karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut. Berikut ini
adalah beberapa contohnya ;
a) Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dzalim, seperti
mencuri, korupsi, menipu, merampok, dll.
b) Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan,
menang togel, dll.
c) Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti daging
babi, , miras, kemudian dibelikan makanan dan minuman.
d) Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu menggandakan
uang.
e) Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.

3. Haram karena tidak disembelih atau penyembelihannya salah.


Adapun hukum makan daging yang tidak diketahui apakah disembelih
dengan menyebut nama allah atau tidak, yaitu ;
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari yang bersumber dari ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anhu :

ُ‫ع َل ْي ِه‬
َ ُِ‫ُّللا‬
َّ ‫سم‬ْ ‫ُ ِإنَّ ُقَ ْو اماُيَأْتونَاُبِاللَّحْ ِم َُالُنَد ِْريُأَذ ُِك َرُا‬:ُ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ُو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ُ‫ىُّللا‬ َ ُِ‫أَنَّ ُقَ ْو اماُقَالواُ ِللنَّ ِب ِّي‬
ُ‫ع ْن َهاُراويةُالحديث‬ َ ُ‫ُّللا‬
َّ ‫ُر ِض َي‬ َ َ‫ُقَا َلتْ ُعَائِشَة‬.ُ‫ُوكلوه‬ َ ‫علَ ْي ِهُأ َ ْنت ْم‬ َ ُ:َُ‫ُفَ َقال‬،ُ‫أ َ ْم َُال‬: ُ‫َوكَانوا‬
َ ُ‫س ُّموا‬
ُ‫عهْدُ ِبا ْلك ْف ِر‬
َ ُ‫َحدِيثِي‬

“Bahwasanya ada suatu kaum yang berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam sesungguhnya ada satu kelompok manusia yang datang kepada
kami dengan membawa daging, kami tidak tahu apakah disembelih atas nama

21
Allah ataukah tidak ? Maka beliau menjawab : “Sebutlah nama Allah oleh kamu
atasnya dan makanlah”. Aisyah menjawab, “Mereka pada saat itu masih baru
meninggalkan kekufuran” [Riwayat Imam Al-Bukhari, Hadits no. 2057]

Maksud dari hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhariy dari ‘Aisyah r.a.
ialah, Nabi Muhammad SAW memberikan jalan keluar, jika tidak mengerti
apakah ketika menyembelihnya telah membaca basmalah atau tidak; jika
demikian maka ketika memakannya diharuskan membaca basmalah (Bismillahir-
Rahmanir-Rahim), agar menjadi halal. Tetapi apabila tetap ragu-ragu, maka
sebaiknya ditinggalkan saja, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Hasan bin Sinan:

“Tinggalkanlah apa yang meragukan kamu, ambillah apa yang tidak meragukan
kamu.” [Ditakhrijkan oleh al-Bukhariy, Kitab al-Buyu', II: 3].

Maka dapat disimpulkan bahwa :

a) Makanlah apa yang dihalalkan Allah, tetapi janganlah berlebih-lebihan.


b) Tinggalkanlah apa yang diharamkan Allah SWT.
c) Tinggalkanlah segala musytabihat (tidak jelas halal dan haramnya) untuk
membersihkan agama dan kehormatan diri.
d) Jika dalam keadaan darurat, diperbolehkan makan yang diharamkan Allah
asal tidak karena menginginkannya dan tidak melampaui batas.
e) Jika tidak mengetahui apakah ketika disembelih dibacakan basmalah atau
tidak, maka wajib membaca basmalah sebelum memakannya. Jika tetap
ragu-ragu tentang kehalalannya, lebih baik ditinggalkan.

J. Dampak Negatif Mengkomsumsi Makanan Haram


1. Merusak jiwa
2. Berbahaya dan merusak hak orang lain
3. Memubazirkan dan membahayakan kesehatan
4. Menimbulkan permusuhan dan kebencian
5. Menghalangi mengingat Allah SWT

22
K. Mudharat Makanan dan Minuman Haram
Berikut ini adalah beberapa contoh makanan dan minuman yang
mengandung mudharat (kejelekan) ;
1) Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung
lebih banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram
meskipun banyak, namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang
halal dan barokah.
2) Makanan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari
perbuatan haram itu. Sehingga teman, kerabat ikut terkena getahnya. Dan
juga yang mencari rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam
jumlah banyak dan besar karena takut diketahui dan mencemarkan nama
baiknya dan keluarga sanak familinya.
3) Tidak diterimanya amal ibadah oleh Allah SWT
Ibnu Abbas berkata bahwa Sa’ad bin Abi Waqash berkata kepada Nabi
Muhammad SAW, “ Ya Rasulullah, doakanlah aku agar menjadi orang yang
dikabulkan doa-doanya oleh Allah”. Apa jawaban Rasulullah, “Wahai Sa’ad
perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan
menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Dan demi jiwaku yang ada di
tangan-Nya sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram
ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan
seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka
neraka lebih layak untuknya" (HR. At-Thabrani)
4) Tidak terkabulnya doa-doa
Rasulullah bersabda, “Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh rambutnya
kusut, mukanya berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan
mengatakan, “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku! Padahal makanannya haram
dan mulutnya disuapkan dengan yang haram maka bagaimanakah akan
diterimanya doa itu?" (HR Muslim)
5) Mengikis keimanan pelakunya
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum
khamr termasuk seorang mukmin" (HR Bukhari dan Muslim)

23
6) Mencampakkan pelakunya ke neraka
Rasulullah bersabda, “Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram kecuali
neraka lebih utama untuknya" (HR. At Tirmidzi)
7) Mengeraskan hati, apabila seseorang begitu sulit menerima kebenaran bisa
jadi yang bersangakutan adalah pelanggan makanan atau minuman haram.
Imam Ahmad ra pernah ditanya, "apa yang harus dilakukan agar hati mudah
menerima kesabaran, maka beliau menjawab, “dengan mekakan makanan
halal” (Thabaqat Al Hanabilah 1/219).
At Tustari, seorang musafir juga mengatakan, "barangsiapa ingin disingkap
tanda-tanda orang yang jujur (shiddiqun), hendaknya tidak makan, kecuali
yang halal dan mengamalkan sunnah” (Risalah Al-Mustarsyidin : hal 216)
8) Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan
mengarahkannya kepada kemaksiatan dengan uang itu.
9) Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
10) Nama baik, kepercayaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
11) Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.

L. Menerapkan Ketentuan Makanan dan Minuman Halal dan Haram


Banyaknya makanan dan minuman, belum tentu membawa nikmat.
Namun, sedikit tapi barokah karena halal, itu jauh lebih baik. Dan menjadi
penyelamat keluarga dan sanak saudara dari hasil haram bila dibagikan.
Kita sebagai muslim seharusnya makan dan minum yang halal, karena kita
selalu beribadah kepada Allah. Bila kita mengacuhkan aturannya, bukan tidak
mungkin Allah memutuskan pintu rahmat, barokah, dan doanya tidak mustajabah
(terkabul).
Sikap kita terhadap makanan dan minuman haram :
1. Hendaknya tidak makan dan minum yang hasil maksiat ataupun haram
2. Sebaiknya makan dan minum halal secukupnya.
3. Menghindari makanan dan minuman yang membahayakan tubuh.
4. Menghindari menghalalkan segala cara untuk mendapatkan makanan dan
minuman.
5. Menghindari perbuatan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rezeki.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan
sampai ada dalil yang melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu
baik untuk tubuh, dan boleh jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan.
Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging
yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api neraka.
Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang makanan halal dan
makanan haram, namun tentu saja tidak dapat kami tampilkan semua, diantaranya
sebagaimana yang telah kami uraian dalam pembahasan di atas.
Makanan yang halallan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu
sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani. Hasil dari
makanan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah meskipun
jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga
mengandung lebih banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil
haram meskipun banyak, namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan
yang halal dan barokah.

B. Kritik dan Saran


Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun kami
berharap makalah ini tetap dapat memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain
itu kami juga berharap pembaca berkenan memberikan masukan baik berupa
kritik maupun saran.

25
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ath’imah wa Ahkamis Shoyd wadz Dzaba`ih, karya Syaikh Al-Fauzan,


cet. I th. 1408 H/1988 M, penerbit: Maktabah Al-Ma’arif Ar-Riyadh.
Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Ath’imah wal Masyrubat,
karya Muhammad bin Hamd Al-Hamud An-Najdy makanan halal.
Al-Majmu’, Imam An-Nawawy, Cet. Terakhir, th. 1415 H/1995 M,
penerbut: Dar Ihya`ut Turots Al-Araby.
Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd Al-Maliky, cet. X, th. 1408 H/1988 M,
penerbit: Darul Kutubil ‘Ilmiyah.
Thobib Al-Asyhar. 2003. Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan
Jasmani dan Rohani. Jakarta: Al-Mawadi Prima.
Noorsetyanugroho,Uncategorized.December 2, 2011
http://agusyazin.blogspot.co.id/2013/10/
http://firdauzzuel.blogspot.co.id/2012/05/
http://lhuluannisa.blogspot.co.id/2012/10/
http://ukhuwahislah.blogspot.co.id/2013/06/
http://www.tintaguru.com/2011/06/

26

Anda mungkin juga menyukai