Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH QH MAKANAN BAIK DAN HALAL

KARYA KOMPUTER BIRAYANG


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal dari segi dhahiriyah
dan sumber untuk mendapatkan makanan tersebut apakah melalui cara cara yang halal.
Memakan makanan yang halal dan baik merupakan bukti ketaqwaan kita kepada Allah,
karena memakan makanan halal dan baik merupakan salah satu ibadah.
Allah membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang telah diberikan
Allah di bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan yang haram. Allah
menyeru manusia supaya menikmati makanan makanan yang baik dalam kehidupan mereka
dan menjahui makanan makanan yang tidak baik, karena dunia diciptakan untuk seluruh
manusia. Karunia Allah bagi setiap manusia adalah sama, baik beriman atau tidak beriman.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang makanan yang halal dan baik yang meliputi, hadits
tentang makanan halal dan baik, pengertian makanan halal dan baik, manfaat dari makanan
halal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian makanan halal dan baik?

2. Bagaimana dalil Al Quran dan hadits tentang makanan halal dan baik serta jelaskan isi
kandungannya?
3. Apa manfaat dari makanan halal?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan Halal dan Baik


Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama dari segi hukumnya.
Makanan yang halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan di olah dengan cara yang
benar menurut agama.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan ukurannya untuk
kesehatan. Artinya makanan yang baik adalah yang berguna dan tidak membahayakan bagi
tubuh manusia dilihat dari sudut kesehatan. Maka, makanan yang baik lebih bersifat
kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia yang bersangkutan.

B. Dalil Al Quran Q.S. Al-Baqarah: 168-169; Q.S.Al-Baqarah: 172-173; dan hadis tentang
makanan yang halal dan baik.

168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.

169. Sesungguhnya syaitan itu Hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan
keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baikbaik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.
173. Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah[108]. tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[108] Haram juga menurut ayat Ini daging yang berasal dari sembelihan
yang menyebut nama Allah tetapi disebut pula nama selain Allah.

C. Hadits Tentang Makanan Halal dan Baik


Hadits tentang makanan yang halal dan baik

:
( ) .

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. bersabda; Tidak ada makanan yang
dimakan seseorang yang lebih baik aripada hasil karya tangannya sendiri (hasil
usahanya sendiri). Sesungguhnya Nabi Daud s.a. selalu makan dari hasil karya
tangannya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
D. kandungan Q.S. Al-Baqarah: 168-169; Q.S. Al-Baqarah: 172-173; dan hadis tentang
makanan yang baik dan baik.
1. Q.S. Al-Baqarah ayat 168-169

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar memakan makanan yang
halal dan melarang kita untuk memakan mkanan yang haram. Makanan yang halal
adalah makanan yang dihalalkan oleh Allah SWT atau rasul-Nya, baik yang twrcantum
dalam Al Quran maupun hadis. Makanan yang haram adalah makanan yang diharamkan
oleh Al Quran dan hadis. Makanan yang sehat adalah makanan yang sehat dan
mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh.
2. Q.S. Al-Baqarah ayat 172-173
Ayat ini menganjurkan kaum muslimin yang beriman agar memakan makanan yang halal
lagi baik dan bergizi. Banyak makanan yang telah disediakan Allah SWT di muka bumi
ini, namun bagi umat islam tidak semua jenis makanan boleh dinikmati, melainkan hanya
makanan yang dihalalkan oelh Allah SWT yang sudah pasti mengandung kebaikan dan
3.

kemaslahatan bagi kehidupan manusia


Hadis tentang makanan yang halal dan baik.
Hadis ini menganjurkan untuk bekerja keras dalam mencari rizki yang halal, sebab
kenikmatan sesuatu terletak pada cara mendapatkannya. Jika suatu rizki itu didapatkan
dengan mudah, niscaya ketika memakannya terasa kurang nikmat, sedangkan jika
diperolehnya dengan susah payah dan penuh pengorbanan, maka akan mendatangkan
kenikmatan tersendiri.

E. perilaku orang yang mengamalkan Q.S. Al-Baqarah: 168-169; Q.S. Al-Baqarah: 172173; dan hadis tentang makanan yang halal dan baik.
1. Q.S. Al-Baqarah ayat 168-169
Orang yang mengamalkan isi kandungan ayat tersebut,dalam dirinya terdapat sikap
perilaku terpuji, antara lain:
a. Selalu memilih makanan secara selektif agar mendapatkan makanan dan nimunan yang
halal.
b. Selalu berusaha dengan cara-cara yang halal dalam mendapatkan makanan dan
minuman, sehingga merasa yakin dalam hati bahwa makanan tersebut benar-benar halal.
2. Q.S. Al-Baqarah ayat 172-173

Orang yang mengamalkan isi kandungan ayat tersebut, dalam dirinya terdapat sikap
perilaku terpuji, antara lain:
a. Selalu menjaga diri dari makanan yang diharamkan oleh Allah SWT, sehingga
terhindar dari ancaman dan malapetaka yang diakibatkan oleh makanan haram
tersebut.
b. Selalu bersikap waspada terhadap makanan dan minuman yang belum diketahui
status hukum dan jenisnya.
3. Hadis tentang makanan yang halal dan baik.
Orang yang mengamalkan isi kandungan hadis tersebut, dalam dirinya terdapat
sikap perilaku terpuji, antara lain:

Rajin bekerja dan berusaha.

Tidak bergantung kepadaan belas kasih orang lain.

Mengutamakan pekerjaan yang baik dan halal.


F. Mengidentifikasi makanan yang halal dan baik seperti terkandung dalam Q.S. AlBaqarah: 168-169; Q.S. Al-Baqarah: 172-173 dan hadis tentang makanan yang halal
dan baik.
1. Q.S. Al-Baqarah ayat 168-169
Para ulamA membagi status halal itu kepada dua kategori, yaitu:
a. Halal hukumnya, ialah cara memperoleh makanan atau minuman tersebut sesuai
dengan perintah agama, dan tidak melanggar aturan dan ketentuan yang ditetapkan
syariat islam.
b. Halah jenisnya, ialah jenis makanan tersebut tidak diharamkan oleh Allah dan rasulNya, atau tidak mengandung zat dan atau benda yang diharamkan oleh Allah SWT.
Selain itu, makanan yang halal jguga ada dua,yaitu makanan yang halal lagi
baik (tayiba) dan makanan yang halal tapi tidak baik.
2. Q.S. Al-Baqarah ayat 172-173
Jenis-jenis makanan yang tidak halal (haram) lagi tidak baik bagi manusia,seperti
yang terkandung dalam ayat diatas,yaitu:

a. Bangkai; segal jenis bangkai adalah haram dan tidak boleh dimakan.
b. Darah atau marus; segala jenis darah, baik darahb manusiamaupun binatang adalah
haram.
3. Hadis tentang makanan halal dan baik.
Berdasarkan hadis diatas, ada beberapa makanan dan minuman yang termasuk
kategori halal:
a.

Makanan yang sudah jelas halal hukum dan jenisnya.

b. Makanan yang diperoleh dari hasil usaha yang sah dan halal.
c.

Makanan yang diperoleh dari hasil usaha tangan sendiri.

d. Makanan yang diperoleh dari hasil usahah yang diberkahi oleh Allah SWT.

G. Menerapkan kandungan Q.S. Al-Baqarah: 168-169; Q.S. Al-Baqarah: 172173 dan hadis
tentang makanan yang halal dan baik dalam kehidupan sehari-hari.
1. Q.S. Al-Baqarah ayat 168-169
Untuk dapat menerapkan isi kandungan ayat diatas dalam kehidupan, hendaknya
perhatikan beberapa hal berikut:
a. Tanamkan keimanan yang kuat agar tidak mudah tergoda oleh bujuk rayu setan, yang
b.

selalu membujuk dan merayu agar manusia mengikuti jalannya yang sesat.
Yakinkan dalam hati bahwa makanan yang halal itu menagandung kebaikan bagi
kehidupan manusia.

2. Q.S. Al-Baqarah ayat 172-173


Untuk dapat menerapkan isi kandungan ayat diatas dalam,hendaknya perhatikan
beberapa hal berikut:

a.

Tanamkan keyakinan bahwa memakan makanan halal itu sama dengan ibadah dan

b.

mengandung berkah bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.


Biasakan makan dan minum dengan niat ibadah karena Allah, agar apa yang kita
lakukan senantiasa mendapat berkah darinya.

3. Hadis tentang makanan halal dan baik.


Untuk dapat menerapkan isi kandungan hadis diatas dalam kehidupan, hendaknya
perhatikan beberapa hal berikut:
a.
Buang sifat malas dan manja dalam kehidupan, sebab kemalasan dan kemanjaan
b.

hanya akan mendatangkan kerugian dan penyesalan pada kemudian hari,\.


Tumbuhkan semangat kerja dan berusaha mencari nafkah, agar hidup tidak
bergantung kepada belas kasih orang lain.

H. Manfaat Makanan Halal


Perintah Allah untuk mengkonsumsi makanan yang halal tentu bermanfaat bagi
pelakunya antara lain:
1)

Makanan yang halal dapat menyehatkan badan dan terpeliharanya diri dari sumber rizki.

2)

Menyebabkan amal ibadah diterima Allah

3)

Dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa

4)

Termasuk golongan orang sholeh dan berakhlak mulia.


Kita harus selalu ingat bahwa begitu penting artinya makanan bagi manusia, oleh karena

itu sudah semestinya mereka selektif dalam memilih setiap makanan. Kalau tidak makan
justru dapat mengganggu kesehatan. Tubuh manusia membutuhkan makanan yang sehat /
baik. Makanan dikatakan sehat / baik apalagi memenuhi syarat sebagai berikut:
1)

Makanan harus bersifat higienis yaitu tidak mengandung kuman penyakit

2)

Makanan mudah dicerna oleh alat alat pencernaan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama dari segi hukumnya.
Makanan yang halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan di olah dengan cara yang
benar menurut agama.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan ukurannya untuk
kesehatan. Artinya makanan yang baik adalah yang berguna dan tidak membahayakan bagi
tubuh manusia dilihat dari sudut kesehatan. Maka, makanan yang baik lebih bersifat
kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia yang bersangkutan.
Perintah Allah untuk mengkonsumsi makanan yang halal tentu bermanfaat bagi
pelakunya antara lain:
1)

Makanan yang halal dapat menyehatkan badan dan terpeliharanya diri dari sumber rizki.

2)

Menyebabkan amal ibadah diterima Allah

3)

Dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa

4)

Termasuk golongan orang sholeh dan berakhlak mulia.


Kita harus selalu ingat bahwa begitu penting artinya makanan bagi manusia, oleh karena

itu sudah semestinya mereka selektif dalam memilih setiap makanan. Kalau tidak makan
justru dapat mengganggu kesehatan. Tubuh manusia membutuhkan makanan yang sehat /
baik. Makanan dikatakan sehat / baik apalagi memenuhi syarat sebagai berikut:
1)

Makanan harus bersifat higienis yaitu tidak mengandung kuman penyakit

2)

Makanan mudah dicerna oleh alat alat pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ricky-diah.blogspot.com/2011/04/makalah-makanan-halal-dan-baik.html

Al ghazali, Imam. 1995. Ihya Ulumuddin. Jakarta: Pustaka Amani

Rusyd, Ibnu. 2002. Bidayatul Mujtahid. Jakarta: pustaka Amani

Yahya, Abu Zakariya bin Syarif An-Nawawi. 1997. Riyadhush Shalihin. Surabaya: AlHidayah

MAKALAH MAKANAN HALAL DAN BAIK


19.30 MAKALAH TARBIYAH - PAI No comments

MAKANAN HALAL DAN BAIK


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Hadits
Dosen Pembimbing:
Bisri Mustofa, M.Pd.I
Fakultas Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL ULA
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
Maret 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal dari segi dhahiriyah dan sumber
untuk mendapatkan makanan tersebut apakah melalui cara cara yang halal. Memakan makanan
yang halal dan baik merupakan bukti ketaqwaan kita kepada Allah, karena memakan makanan
halal dan baik merupakan salah satu ibadah.
Allah membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang telah diberikan Allah di bumi
ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan yang haram.
Allah menyeru manusia supaya menikmati makanan makanan yang baik dalam kehidupan
mereka dan menjahui makanan makanan yang tidak baik, karena dunia diciptakan untuk
seluruh manusia. Karunia Allah bagi setiap manusia adalah sama, baik beriman atau tidak
beriman.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang makanan yang halal dan baik yang meliputi, hadits
tentang makanan halal dan baik, pengertian makanan halal dan baik, manfaat dari makanan halal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana hadits tentang makanan halal dan baik?
2. Apa pengertian makanan halal dan baik?
3. Apa manfaat dari makanan halal?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk memahami hadits tentang makanan halal dan baik
2. Untuk memahami pengertian makanan halal dan baik
3. Untuk memahami manfaat dari makanan halal
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hadits Tentang Makanan Halal dan Baik
:


( )

Dari Miqdam r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: Tidak ada makanan yang dimakan
seseorang yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Dawud a.s.
selalu makan dari hasil usahanya sendiri ( HR. Bukhari dan Nasai )
Hadits di atas menerangkan bahwa sebaik baik makanan yang dimakan seseorang adalah hasil
usahanya sendiri, yaitu hasil kerja keras dengan jalan yang baik dan benar.
Kerja keras untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga akan menjaga kehormatan dan
mengangkat derajat seseorang, baik dihadapan Allah maupun sesama manusia. Rosullulah SAW
kepada umatnya selalu menganjurkan untuk bekerja. Sebagaimana Beliau bersabda:

( )
Demi zat jiwaku ada dalam kekuasaannya, sesungguhnya salah seorang dari kalian yang
mengambil tamparnya kemudian mencari kayu bakar dan dibawa di atas punggungnya itu lebih
baik daripada ia mendatangi seseorang kemudian ia meminta kepadanya baik diberi ataupun
ditolak. ( HR. Bukhori )
Allah melarang kita untuk bermalas malasan, tidak mau berusaha dan menggantungkan hidup
kepada orang lain. Melakukan pekerjaan keras untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan
pekerjaan yang mulia disisi Allah SWT. Apalagi pekerjaan yang profesional, akan jauh lebih
terhormat, yang penting hasilnya halal dimakan. Sebab memakan makanan yang halal dan baik
merupakan syarat terkabulnya doa. Sebagaimana sabda Rosullulah SAW:




:


( )
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rosullulsh SAW bersabda, sesungguhnya Allah itu baik,
tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan pada orang
orang mukmin seperti apa yang telah diperintahkan-Nya kepada Rosul, maka Allah berfirman:
Hai para Rosul, makanlah kamu semua dari sesuatu yang baik dan berbuatlah kamu yang baik.
Dan firman Allah yang lain: Hai orang orang yang beriman, makanlah kamu semua dari sebaik
baik apa yang telah Ku-rezekikan kepadamu. Kemudian Nabi SAW menceritakan seseorang
lelaki yang telah jauh perjalanannya dengan rambutnya yang kusut, kotor, penuh debu, yang
menadahkan kedua tangannya seraya berkata ( berdoa ): Wahai tuhanku, sedangkan
makanannya haram minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan barang yang
haram, mana mungkin ia akaaan dikabulkan doanya? ( HR. Muslim )
2. Pengertian Makanan Halal dan Baik
Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama dari segi hukumnya. Makanan yang
halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan di olah dengan cara yang benar menurut
agama.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangjan dengan akal dan ukurannya untuk kesehatan.
Artinya makanan yang baik adalah yang berguna dan tidak membahayakan bagi tubuh manusia
dilihat dari sudut kesehatan. Maka, makanan yang baik lebih bersifat kondisional, tergantung

situasi dan kondisi manusia yang bersangkutan.


Dalil tentang perintah memakan makanan yang baik / halal:

Artinya:
Hai orang orang beriman makanlah diantara rizki yang baik yang kami berikan kepadamu
( QS. Albaqarah: 172 )
Pada dasarnya semua makanan adalah halal untuk dimakan, kecuali dilarang agama karena
berbahaya untuk kesehatan. Sedangkan yang membahayakan dan mengandung mudlarat
( merusak ) dilarang keras oleh agama.
3. Manfaat Makanan Halal
Perintah Allah untuk mengkonsumsi makanan yang halal tentu bermanfaat bagi pelakunya antara
lain:
1) Makanan yang halal dapat menyehatkan badan dan terpeliharanya diri dari sumber rizki.
2) Menyebabkan amal ibadah diterima Allah
3) Dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa
4) Termasuk golongan orang sholeh dan berakhlak mulia.
Kita harus selalu ingat bahwa begitu penting artinya makanan bagi manusia, oleh karena itu
sudah semestinya mereka selektif dalam memilih setiap makanan. Kalau tidak makan justru
dapat mengganggu kesehatan. Tubuh manusia membutuhkan makanan yang sehat / baik.
Makanan dikatakan sehat / baik apalagi memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Makanan harus bersifat higienis yaitu tidak mengandung kuman penyakit
2) Makanan mudah dicerna oleh alat alat pencernaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1) Sebaik baik makanan yang dimakan seseorang adalah hasil usahanya sendiri, yaitu hasil
kerja keras dengan jalan yang baik dan benar. Sebagaimana sabda Nabi:
:

( )
Dari Miqdam r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: Tidak ada makanan yang dimakan
seseorang yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Dawud a.s.
selalu makan dari hasil usahanya sendiri ( HR. Bukhari dan Nasai )
2) Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama dari segi hukumnya. Makanan
yang halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan di olah dengan cara yang benar menurut
agama. Dan makanan yang baik adalah yang berguna dan tidak membahayakan bagi tubuh
manusia dilihat dari sudut kesehatan
3) Manfaat dari makanan halal yaitu:
Makanan yang halal dapat menyehatkan badan

Menyebabkan amal ibadah diterima Allah


Termasuk golongan orang sholeh dan berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Al ghazali, Imam. 1995. Ihya Ulumuddin. Jakarta: Pustaka Amani
Rusyd, Ibnu. 2002. Bidayatul Mujtahid. Jakarta: pustaka Amani
Yahya, Abu Zakariya bin Syarif An-Nawawi. 1997. Riyadhush Shalihin. Surabaya: Al-Hidayah

Makalah Makanan Halal dan Makanan Haram


MAKALAH QURAN HADITS

Download Makalah:
Makanan Halal dan Makanan Haram

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Sebagai seorang muslim yang ingin mendekatkan diri, atau setidaknya berusaha untuk taat
kepada Allah Sang Maha Pencipta, tentulah kita harus menjalankan ibadah kepada Allah, baik itu
yang wajib maupun yang sunnah agar Allah ridho kepada kita. Namun ada hal lain yang tak
boleh kita abaikan dalam usaha memperoleh ridho Allah, yaitu makanan.
Apabila makanan kita terjaga dari makanan yang diharamkan Allah, atau dengan kata lain
kita hanya makan makanan yang dihalalkan Allah, niscaya ridho Allah itu tidak mustahil kita
peroleh jika kita taat kepada-Nya. Tetapi sebaliknya, meskipun kita taat, namun kita makan dari
makanan yang haram yang bukan karena terpaksa, maka akan sia-sialah usaha kita.
Untuk itu dalam makalah ini kami mencoba mengupas masalah makanan yang halal dan
yang haram.

1.2.

Rumusan Masalah

a.

Apa pengertian makanan halal dan makanan haram ?

b.

Bagaimana perintah Allah tentang makanan ?

c.

Apa manfaat makanan halal ?

d.

Dan apa pula mudharat makanan haram ?

1.3.

Tujuan Penulisan
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan makanan yang halal maupun yang haram.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.
a.

Pengertian Makanan Halal dan Makanan Haram


Makanan Yang Dihalalkan Allah SWT.
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan kecuali ada
larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk dimakan. Agama Islam
menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan makanan yang halal dan baik. Makanan
halal maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha yang diridhai Allah. Sedangkan
makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh, atau makanan bergizi.
Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi makanan
tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa mengganggu
kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di hari kiamat dengan
api neraka.
Makanan halal dari segi jenis ada tiga :

1.

Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing, sapi, burung,
ikan.

2.

Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.

3.

Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.


Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :

1.

Halal makanan yang diperoleh dari usaha yang lain seperti bekerja sebagai buruh, petani,
pegawai, tukang, sopir, dll.

2.

Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu halal , tetapi
dibenci Allah seperti pengamen.

3.

Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah, warisan, wasiat,
dll.

4.

Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam peperangan
(ghoniyah).

b.

Makanan yang Diharamkan Allah SWT.


Makanan yang diharamkan agama, yaitu makanan dan minuman yang diharamkan di
dalam Al Quran dan Al Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang melarang, berarti halal.
Haramnya makanan secara garis besar dapat dibagi dua macam :

1.

Haram ini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi, darang, dan bangkai. Haram karena sifat

a)

tersebut, ada tiga :


Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari hewan seperti daging babi,

anjing, ulat, buaya, darah hewan itu, nanah dll.


b) Berupa nabati (tumbuhan), yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari tumbuhan seperti
kecubung, ganja, buah, serta daun beracun. Minuman buah aren, candu, morfin, air tape yang
telah bertuak berasalkan ubi, anggur yang menjadi tuak dan jenis lainnya yang dimakan banyak
kerugiannya.
c)
Benda yang berasal dari perut bumi, apabila dimakan orang tersebut, akan mati atau
2.

membahayakan dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar, bensin, minyak tanah, dan lainnya.
Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama. Haram sababi banyak

macamnya, yaitu :
a) Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti mencuri, korupsi,
menipu, merampok, dll.
b) Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan, menang togel, dll.
c) Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti daging babi, , miras,
kemudian dibelikan makanan dan minuman.
d) Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu menggandakan uang.
e) Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.
2.2.
a.

Ayat Al-Quran Tentang Makanan Halal dan Makanan Haram


Tentang Makanan Halal

1.

Surat Al-Baqarah ayat 57:

oY==surN6n=ttP$yJt9$#$uZ9tRr&$
urN3n=t`yJ9$#3uq=9$#ur((#q=.`
BMt6hs$tBN3oY%y
u($tBur$tRqJn=s`3s9ur(#qR%x.Ng|
Rr&tbqJ=t
Artinya: Dan kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu "manna" dan
"salwa". makanlah dari makanan yang baik-baik yang Telah kami berikan kepadamu; dan
tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri.
2.

Surat An-Nahl ayat 114:

q=3s$JBN6s%yu!#)
$#Wxn=ym$Y7hs(#r6$#ur|MyJR!
tbr7s?($#b)OFZ.n$
Artinya; Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu;
dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu Hanya kepada-Nya saja menyembah.
b.

Tentang Makanan Haram

1.

Surat Al-Baqarah ayat 173:

yJR)tPymN6n=tsptGyJ9$#tP$!$
$#urzNss9urY9$#!
$tBur@d&m/t9!
$#(`yJs$#ux8$t/wur7$tIxszN
O)mn=t4b)!$#qxOm
Artinya: Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
2.

Surat Al-Baqarah ayat 219:

y7tRq=totJy9$#yJ9$#ur(
@%!$yJgNO)72oYtBur$Z=9!
$yJgJO)urt92r&`B$yJgR3tRq=t
our#s$tBtbq)Z@
%uqy9$#39xx.it7!
$#N3s9MtFy$#N6=ys9tbr3xtFs?
y7tRq=totJy9$#yJ
9$#ur(@%!
$yJgNO)72oYtBur$Z=9!
$yJgJO)urt92r&`B$yJgR3tRq=t
our#s$tBtbq)Z@
%uqy9$#39xx.it7!
$#N3s9MtFy$#N6=ys9tbr3xtFs?

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "
yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir,
2.3.

Manfaat Makanan Halal


Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat berguna
bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari makanan minuman yang halal
sangat membawa berkah, barakah bukan berarti jumlahnya banyak, meskipun sedikit, namun
uang itu cukup untuk mencukupi kebutuhan sahari-hari dan juga bergizi tinggi. Bermanfaat bagi
pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Lain halnya dengan hasil dan jenis barang yang
memang haram, meskipun banyak sekali, tapi tidak barokah, maka Allah menyulitkan baginya
rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak hingga habis dalam waktu singkat.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :

a.

Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,

b.

Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,

c.

Mendapat perlindungan dari Allah SWT.

d.

Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

e.

Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,

f.

Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.

2.4.

Mudharat Makanan Haram


Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih banyak
mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak, namun tidak
barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah.
Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari perbuatan
haram itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga yang mencari rezeki haram
tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah bayak dan besar karena takut diketahui dan
mencemarkan nama baiknya dan keluarga sanak familinya.
Ada beberapa mudlarat lainnya, yaitu :

a.

Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak mustajabah
(maqbul).

b.

Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan mengarahkannya kepada
kemaksiatan dengan uang itu.

c.

Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.

d.

Nama baik, kepercayan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.

e.

Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.

f.

Merusak secara jasmani dan rohani kita.


BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan sampai ada dalil
yang melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi

makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa
mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di hari
kiamat dengan api neraka.
Ada banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang makanan halal dan makanan haram,
namun tentu saja tidak dapat kami tampilkan semua, di antaranya sebagaimana yang telah kami
uraian dalam pembahasan di atas.
Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat berguna
bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari makanan minuman yang halal
sangat membawa berkah, barakah meskipun jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman haram,
selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih banyak mudharat (kejelekan) daripada
kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak, namun

tidak barokah atau cepat habis

dibandingkan yang halal dan barokah.


3.2.

Kritik dan Saran


Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun kami berharap makalah ini
tetap dapat memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain itu kami juga berharap pembaca
berkenan memberikan masukan bbaik berupa kritik maupun saran.
DAFTAR PUSTAKA

Thobib Al-Asyhar. 2003. Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani. Jakarat: AlMawadi Prima

Makalah Makanan Halal dan Thoyyibah


MAKANAN HALAL DAN THOYYIBAH
Oleh : Muhammad Sukma Kahar
(makalah ini dibuat dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah
yang diadakan oleh KANWIL Kemenag Prov. Sul-Sel Tahun 2012)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karl (Heinrich) Mark (1818) pernah membuat sebuah teori,segala
persoalan di dunia ini berpusat pada butun (perut). Semua orang ingin
memenuhi

kebutuhan

membuat

dunia

perutnya

sarat

dengan

hingga

tidak

kelaparan.

persaingan,perebutan

Itulah
dan

yang

bahkan

pertumpahan darah di mana-mana sepanjang sejarah.


Lima puluh tahun berikutnya, datang Sighmund freud dengan teori
barunya, Freud menjelaskan bahwa bukan perut yang menjadi pangkal
persoalan hidup ini, tapi faraj (kemaluan). Kesuksesan dan kegagalan
seseorang, cerdas dan tidaknya manusia berpangkal pada satu hal, yaitu
libido. Keinginan jantan kepada betina, atau sebaliknya. Freud menekankan
persoalan dunia bukan pada perut, tapi di bawah perut.
Tujuh abad sebelum Karl Mark dan Sighmund Freud, telah lahir
seorang ulama, filosofi, psikolog, ahli hukum, dan sufi yang sangat
berpengaruh di dunia Islam dan peradabann Barat, yakni Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali Ath-Thusi atau yang lebih
dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali.
Al-Ghazali menyatakan bahwa kedua faktor perut dan faraj itu
memang

menentukan

kehidupan

manusia,

bahkan

teramat

penting,

Andaikata kaum laki-laki tidak berkeinginan terhadap wanita, maka tiada


lagi keturunan manusia. Andai manusia tidak makan, binasalah semua,
katanya.
Al-Ghazali

selanjutnya

mengingatkan

bahwa

manusia

telah

mendapatkan satu karunia berupa akal sehat, yang dengannya dapat


membedakan dan menimbang mana yang baik dan buruk. Akal sehat inilah
yang membedakannya dari dunia binatang. (Hidayatullah 2009. 5)
Allah SWT juga menurunkan agama yang dengannya dijelaskan mana
yang halal dan haram, yang boleh dan yang dilarang. Ada aturan main dan
rambu-rambu.

Ada

hukum

yang

dijadikan

sebagai

pedoman

dalam

menghadapi kehidupan.
Terhadap persoalan perut. Bila dicermati, organ yang satu ini memang
aneh. Kendati berdiameter kecil, tetapi bila kemauannya senantiasa dituruti,
maka seluruh isi dunia ini akan ditelan pula. Bermula dari mencari sepiring

nasi, lalu keinginan menyimpan untuk hari esok, meningkat lagi untuk
persiapan hari tua, bahkan keinginan mewariskan untuk anak keturunan
hingga lapis ke-7!.
Karena tak terbatasnya keinginan perut ini, lebih dari 30 ayat dalam
al-Quran menyebut pentingnya ummat Islam menjaga dan memperhatikan
makanannya. Salah satu diantaranya sebagaimana terdapat pada surah alMaidah ayat 88, Allah SWT berfirman :

dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.
Halal dan baik merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan
dalam pangan yang dikonsumsi, dimana halal merupakan pemenuhan dari
segi syariah dan sedangkan baik dari segi mutu, kesehatan, gizi, dan
organoleptik. Untuk menyediakan makanan yang baik, berbagai sistem dan
peraturan telah distandarkan dan diimplementasikan, seperti GMP (Good
Manufacturing Practices), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), ISO
9001 (Sistem Jaminan Mutu), ISO 22000 (Sistem Jaminan Keamanan Pangan),
serta sanitasi dan higiene. Sedangkan yang menyangkut sistem kehalalan,
perkembangannya baru beberapa tahun terakhir ini.
Mengkonsumsi pangan haram akan memberikan banyak dampak yang
tidak baik bukan hanya menimbulkan penyakit secara fisik melainkan juga
penyakit secara mental/spiritual. Konsumsi pangan tidak halal merupakan
dosa pertama yang dilakukan oleh nenek moyang manusia (Nabi Adam AS)
yang menyebabkannya dikeluarkan dari surga. Selain itu, konsumsi pangan
tidak halal mengakibatkan doa tidak diterima, ibadah ditolak Allah SWT, dan
susah taat serta senang maksiat.
Imam Al-Gazali juga mengungkapkan bahwa memakan harta/sesuatu
yang haram dapat menggelapkan hati. Hal ini karena makanan yang haram
atau

yang

syubhat

itu

akan

mengeraskan

dan

menggelapkan

hati,

mengekang seluruh anggota badan dari berbuat yang baik dan beribadat,
dan senantiasa menjadikannya cinta kepada dunia. (Al-Gazali 2002, 28)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka hal yang akan dibahas
dalam karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Sejauh mana pentingnya mengkonsumsi makanan dan minuman halal dan
thoyib?
2. Jenis Produk Kosmetika dan Obat-obatan apa yang perlu diwaspadai?
3. Pentingkah Sertifikasi Halal ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Diharapkan para pembaca, khususnya yang beragama Islam memiliki
pemahaman yang baik dan benar tentang makanan atau minuman yang
2.

halal dan thoyyib.


Diharapkan para penghulu maupun pegawai Kementerian Agama lainnya
dan ummat Islam pada umumnya dapat memahami dan lebih peduli

terhadap makanan atau minuman yang halal dan thoyyib.


3. Diharapkan penghulu dapat memahami sekaligus memberikan pemahaman
kepada masyarakat luas tentang pentingnya mengkonsumsi makanan yang
bersertifikat halal atau berlabel halal.
D. Manfaat Hasil Penulisan
1. Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi para pembaca khususnya Pegawai Kementerian Agama dan
Ummat Islam pada umumnya..
2. Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi para pembaca
3. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini juga diharapkan dapat menjadi bahan dalam
mengembangkan kompetensi penghulu.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Halal
Halal berasal dari bahasa Arab yaitu halla yang berarti lepas atau
tidak terikat. Dalam kamus fiqih, kata halal dipahami sebagai segala sesuatu
yang boleh dikerjakan atau dimakan. Istilah ini, umumnya berhubungan
dengan

masalah

makanan

dan

minuman.

Lawan dari kata halal adalah haram. Haram berasal dari bahasa Arab yang
bermakna, suatu perkara yang dilarang oleh syara (agama). Mengerjakan
perbuatan

yang

haram

berarti

berdosa

dan

mendapat

pahala

bila

ditinggalkan. Misalnya, memakan bangkai binatang, darah, minum khamr,


memakan barang yang bukan miliknya atau hasil mencuri.
Sementara menurut Dr. Yusuf Qardhawi. Halal adalah sesuatu yang
dengannya

terurailah

buhul

yang

membahayakan,

dan

Allah

memperbolehkan untuk dikerjakan. (Qardhawi 2003, 31)


Dalam kamus Bahasa Indonesia arti halal adalah [a] diizinkan (tidak
dilarang oleh syarak): makanan ini --; (2) a (yg diperoleh atau diperbuat dng)
sah: uang --; (3) ark n izin; ampun: menyembah minta -- akan segala
pengajarannya

(Referensi:

http://kamusbahasaindonesia.org/halal/mirip#ixzz1wzNx9ynG. Diakses pada


tanggal 22 Mei 2012.)
Dari segi bahasa, pengertian halal ialah perkara atau perbuatan yang
dibolehkan, diharuskan, diizinkan atau dibenarkan syariat Islam. Sedangkan
haram

ialah

perkara

atau

perbuatan

yang

diharuskan

atau

tidak

diperbolehkan oleh syariat Islam.


Dalam

Islam,

istilah

halal

biasa

digunakan

terhadap

sesuatu

tindakan, percakapan, perbuatan, dan tingkah laku yang boleh dilakukan


oleh Islam tanpa dikenakan dosa. Adapun haram adalah suatu perkara atau
perbuatan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam agar tidak dilakukan oleh

orang-orang Islam yang mukallaf, dan pelanggaran terhadap perkara


tersebut adalah dikenakan dosa.
Dalam aspek makanan, minuman, obat, kosmetika, dan barang
gunaan halal ialah makanan atau barang gunaan yang harus atau tidak
dilarang untuk dimakan atau digunakan oleh orang-orang Islam. Sedangkan
yang haram ialah makanan atau barang yang tidak diharuskan atau diizinkan
untuk dimakan atau digunakan oleh orang-orang Islam (Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji 2004, 22)
Halal adalah sesuatu yang dibolehkan menurut ajaran Islam dan
haram adalah sesuatu yang dilarang menurut Islam. (Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji 2004, 5)
1. Makanan Yang Dihalalkan Allah SWT
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan
kecuali ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk dimakan.
Agama Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan makanan yang
halal dan baik. Makanan halal maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha
yang diridhai Allah. Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi
tubuh, atau makanan bergizi.
Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi
makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak
halal bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan
haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api neraka.
a.

Makanan halal dari segi jenis ada tiga :

1.

Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing,
sapi, burung, ikan.

2.

Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.

3.

Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.

b. Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :


1.

Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti
bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.

2.

Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu
halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.

3.

Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.

4.

Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).

2. Minuman Yang Dihalalkan


Segala jenis minuman apa saja yang ada di dunia ini halal untuk diminum
kecuali ada larangan yang mengharamkan dari Allah dan Nabi Muhammad SAW.
a.

Minuman halal menurut jenisnya ada tiga, yaitu :

1.
2. Halal minuman yang dihasilkan oleh hewani seperti susu sapi, madu, minyak sawit,
dll.
3.

Halal minuman yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti juice wortel, juice jeruk,
juice anggur, juice tomat, juice avokad, dll.

B. Haram
Haram adalah sesuatu yang Allah melarang untuk dilakukan dengan
larangan yang tegas, setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan
siksaan Allah di Akhirat. Bahkan terkadang ia juga terancam sanksi syariah di dunia
ini. (Qardhawi 2003, 31).
Dalam kamus Bahasa Indonesia pengertian kata haram adalah

[a] (1)

terlarang (oleh agama Islam); tidak halal: -- hukumnya apabila makan bangkai; (2)
suci; terpelihara; terlindung: tanah -- di Mekah itu adalah semulia-mulia tempat di
atas bumi; (3) sama sekali tidak; sungguh-sungguh tidak: selangkah -- aku surut; (4)
terlarang

oleh

undang-undang;

tidak

sah

Referensi:

http://kamusbahasaindonesia.org/ haram#ixzz1wzOnm1iQ diakses pada tanggal 22


Mei 2012.
Makanan yang diharamkan agama, yaitu makanan dan minuman yang
diharamkan di dalam Al Quran dan Al Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang
melarang, berarti halal.
1. Makanan Yang Diharamkan
a.

Haramnya makanan secara garis besar dapat dibagi dua macam :

1. Haram aini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi, darang, dan bangkai.
Haram karena sifat tersebut, ada tiga :
1.1. Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari hewan seperti
daging babi, anjing, ulat, buaya, darah hewan, nanah dll.

1.2. Berupa nabati (tumbuhan), yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari
tumbuhan seperti kecubung, ganja, buah, serta daun beracun. Minuman buah aren,
candu, morfin, air tape yang telah bertuak berasalkan ubi, anggur yang menjadi
tuak dan jenis lainnya yang dimakan banyak kerugiannya.
1.3. Benda yang berasal dari perut bumi, apabila dimakan orang tersebut, akan mati
atau membahayakan dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar, bensin, minyak tanah,
dan lainnya.
b.

Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama. Haram
sababi banyak macamnya, yaitu :

1.

Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti mencuri,
korupsi, menipu, merampok, dll.

2.

Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan, menang
togel, dll.

3.

Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti daging babi, ,
miras, kemudian dibelikan makanan dan minuman.

4. Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu menggandakan uang.
5. Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.
2.

Minuman Yang Diharamkan


Haram adalah sebuah status hukum terhadap suatu aktivitas atau keadaan
suatu benda (misalnya makanan). Aktivitas yang berstatus hukum haram atau
makanan yang dianggap haram adalah dilarang secara keras. Orang yang
melakukan tindakan haram atau makan binatang haram ini akan mendapatkan
konsekuensi

berupa dosa.

http://noerolfebrian.blogspot.com/2010/03/makanan-

halal-dan-haram.html diakses pada tanggal 22 Mei 2012.


Pada prinsipnya segala minuman apa saja halal untuk diminum selama tidak
ada ayat Al Quran dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram, namun masih
dikonsumsi dan dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah membuat penyakit
di badan.
a.
1.

Minuman yang haram secara garis besar, yakni :


Berupa hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi,
darah kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan lainlain.

2.

Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air tape
bertuak dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.

3. Berupa berasal dari perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin, spiritus,
dan lainnya yang membahayakan.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Makanan dan Minuman yang Halal dan Thoyyib.
1. Pentingnya Makanan dan Minuman Halal bagi Muslim
Memakan makanan halal serta menjauhkan diri dari yang haram sangat
penting sekali. Hal ini ditunjukkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam berikut ini:

(
(

)
















Wahai manusia! Sesungguhnya Allah Taala itu baik, tidak menerima kecuali yang
baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa
yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya: Hai rasul-rasul,
makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Muminun:
51)

Dan Ia berfirman, (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, makanlah


di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu. (QS. AlBaqarah: 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut
warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil
berdoa: Ya Rabb, Ya Rabb, sedang makanannya haram, minumannya
haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka
bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!
Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan
bahwa makanan yang dimakan seseorang mempengaruhi diterima dan tidaknya
amal shalih seseorang. Hal ini tentunya cukup membuat kita memberikan
perhatiaan yang serius dan berhati-hati dalam permasalahan ini.

Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah- berkata, Hadits ini menunjukkan


bahwa amal tidak diterima dan tidak suci kecuali dengan memakan makanan
yang halal. Sedangkan memakan makanan yang haram dapat merusak amal
perbuatan dan membuatnya tidak diterima.

(Tengku Azhar), http://an-

nuur.org/2011/10/pengaruh-rizki-halal-dalam-kehidupan-kaum-muslimin/
diakses pada tanggal 22 Mei 2012
Hal

ini

sangat

berbahaya

sekali,

perhatikan

lagi

sabda

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang lain:














Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka
lebih pantas baginya. (HR. At-Tirmidzi)
Bagi umat Islam, mengkonsumsi yang halal dan baik (thayib) merupakan
manivestasi dari ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Hal ini terkait dengan
perintah Allah kepada manusia, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur`an:
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah
dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman
kepada-Nya. (QS. Al-Maidah: 88)
Memakan yang halal dan thayib merupakan perintah dari Allah yang harus
dilaksanakan oleh setiap manusia yang beriman. Bahkan perintah ini disejajarkan
dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai sebuah perintah yang sangat tegas dan
jelas. Perintah ini juga ditegaskan dalam ayat yang lain, seperti: Wahai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan

janganlah

kamu

mengikuti

langkah-langkah

syetan;

karena

sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. AlBaqarah: 168) (Al-Quran dan Terjemahnya 1971, 41)

Memakan yang halal dan thayib akan berbenturan dengan keinginan


syetan yang menghendaki agar manusia terjerumus kepada yang haram.
Oleh karena itu menghindari yang haram merupakan sebuah upaya yang
harus mengalahkan godaan syetan tersebut. Mengkonsumsi makanan halal
dengan dilandasi iman dan taqwa karena semata-mata mengikuti perintah

Allah merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan


kebaikan dunia dan akhirat. Sebaliknya memakan yang haram, apalagi
diikuti dengan sikap membangkang terhadap ketentuan Allah adalah
perbuatan maksiyat yang mendatangkan dosa dan keburukan. Sebenarnya
yang diharamkan atau dilarang memakan (tidak halal) jumlahnya sedikit.
Selebihnya, pada dasarnya apa yang ada di muka bumi ini adalah halal,
kecuali yang dilarang secara tegas dalam Al Quran dan Hadits.
a.

Dampak makanan dan minuman halal terhadap perilaku :

1.

Menjaga keseimbangan jiwa manusia yang hakikatnya suci (fitrah) sebagaimana


dilahirkan di dunia. Dengan mengkonsumsi makanan halal, berati kita konsisten
dengan garis kesepakatan yang pernah terjadi di dalam kandungan ibu kita (alam
arwah) yang berisi persetujuan bahwa Allah adalah Tuhan kita yang mengatur
segala urusan. Perintah untuk selalu menjaga kehalalan makanan seiring dengan
amal shaleh yang akan dilakukan untuk menjaga keseimbangan fitrah manusia
seiring dengan maksud ayat :

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
yang saleh. Sesungguhnya aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S.
Al-Mu;minuun:51) (Al-Quran dan Terjemahnya 1971, 532)
2.

Menumbuhkan sikap juang yang tinggi dalam menegakkan ajaran Allah dan RasulNya di bumi. Bagi orang yang selalu mengusahakan untuk menjaga makanannya
dari hal-hal yang haram berati ia telah berjuang di jalan Allah dengan derajat yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :


Barang siapa yang berusaha atas keluarganya dari barang halalnya, maka ia
seperti orang yang berjuang di jalan Allah. Dan barangsiapa menuntut dunia akan
barang halal dalam penjagaan, maka ia berada di dalam derajat orang-orang yang
syahid (HR. Thabrani dari Abu Hurairah)

3.

Dapat membersihkan hati dan menjaga lisan dari pembicaraan yang tidak perlu.
Makanan halal yang dikonsumsi akan tumbuh dan berkembang menjadi daging

bersamaan dengan meningkatnya kualitas kesalehan-kesalehan, baik lahir maupun


bathin, sebagaimana Sabda Nabi SAW :

Barang siapa yang makan makanan halal empat puluh hari, maka Allah
menerangi hatinya dan Dia alirkan sumber-sumber hikmah dari hatinya atas
lisannya (HR. Abu Nuaim dari Abu Ayub)
4.

Menumbuhkan

kepercayaan

diri

di

hadapan

Allah.

Orang

yang

selalu

mengkonsumsi makanan halal, maka dengan sendirinya akan menambah keyakinan


diri bahwa Allah dekat dengannya yang selalu mendengarkan permintaan doadoanya. (Al-Asyhar 2003, 86)
5. Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
6. Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
7. Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
8. Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
9. Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
10. Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat
(http://noerolfebrian.blogspot.com/2010/03/makanan-halal-dan-haram.html) diakses
pada tanggal 22 Mei 2012

b.

Dampak makanan dan minuman haram terhadap keimanan


Adapun dampak atau pengaruh memakan dan menggunakan harta

haram bagi keimanan pelaku dan amalan lainnya adalah :


1. 5 (lima) dampak langsung
1.1. Tidak diterima Amalan
Rasulullah SAW bersabda, Ketahuilah, bahwa suapan haram jika masuk ke
dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama
1.2.

40 hari (Riwayat At-Thabrani)


Tidak terkabulnya doa
Saad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah,
doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul, Rasulullah menjawab,
Wahai Saad, perbaiki makananmu, maka doamu akan terkabulkan.

(Riwayat At-Thabrani)
1.3. Mengikis keimanan pelakunya

Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum


khamr termasuk
1.4.

seorang mukmin.

(Riwayat Bukhari

Muslim). Jelas,

peminum khamr saat dia minum khamr, maka keimanannya terkikis saat itu.
Mencampakkan pelakunya ke neraka
Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram,

kecuali neraka lebih utama untuknya. (Riwayat At-Tirmidzi)


1.5. Mengeraskan hati
Imam Ahmad Rahimahumullah pernah ditanya, apa yang harus dilakukan
agar hati mudah menerima kebenaran, maka beliau menjawab dengan
memakan makanan halal.
2. 4 (empat) dampak tidak langsung
2.1. Haji dari harta haram tertolak
Rasulullah SAW bersabda, jika seseorang keluar untuk melakukan haji
dengan

nafaqah

haram,

kemudian

ia

mengendarai

tunggangan dan

mengatakan, labbaik, Allahumma labbaik maka, yang berada di langit


menyeru, tidak labbaik dan kau tidak memperoleh kebahagiaan! Bekalmu
haram, kendaraanmu haram dan hajimu mendatangkan dosa dan tidak
2.2.

diterima, (Riwayat At-Tabrani)


Sedekahnya ditolak
Rasulullah SAW bersabda, barang siapa mengumpulkan harta haram,
kemudian menyedekahkannya, maka tidak ada pahala. dan dosa untuknya

(Riwayat Ibnu Huzaimah).


2.3. Shalatnya tidak diterima
Dalam kitab Syabul Iman disebutkan,Barang siapa yang membeli pakaian
dengan harga sepuluh dirham, satu dirham diantaranya uang haram, maka
Allah SWT tidak akan menerima shalatnya selama pakaian itu dikenakan.
(Riwayat Ahmad)
2.4. Silaturrahimnya sia-sia
Rasulullah bersabda, Barang siapa mendapatkan harta dari dosa, lalu
dengannya

ia

bersilaturrahim

(menyambung

persaudaraan)

atau

bersedekah, atau membelanjakan (infaq) di jalan Allah, maka Allah


menghimpun seluruhnya itu, kemudia Dia melemparkannya ke dalam
neraka. Lalu Rasulullah SAW bersabda. sebaik-baik agamamu adalah alwara (berhati-hati) (Riwayat Abu Daud) (Hidayatullah 2009, 19)
2. Pentingnya Makanan Dan Minuman Thayyib

Allah

memberikan

penegasan

terhadap

pentingnya

memakan

makanan yag halal dan thoyyib (bergizi).

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS:2:168)
(Al-Quran dan Terjemahnya 1971, 41)
Maksud Allah menekankan perintah pentingnya memakan makan yang
bergizi disamping halal adalah karena untuk kebaikan manusia itu sendiri.
Makanan bergizi merupakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia untuk memperoleh kualitas kesehatan yang baik. Dan kesehatan
yang baik berati sangat berpengaruh terhadap kualitas akal dan rohaninya.
Untuk dapat menilai suatu makanan thoyyib (bergizi) atau tidak, harus
kita ketahui dulu komposisinya. Bahan makan yang thoyyib bagi ummat
Islam harus terlebih dahulu memenuhi syarat halal. Bagi seorang muslim
tidak ada makanan halal yang baik (thoyyib). Bahan makanan yang menurut
ilmu pengetahuan tergolong baik, belum tentu ternasuk halal bagi orang
muslim, dan juga sebaliknya makanan yang tergolong halal, belum tentu
termasuk baik menurut ilmu pengetahuan,pada kondisi tertentu. Misalnya
otak hewan ternak adalah halal, tetapi tidak baik untuk dikonsumsi oleh
orang yang menderita penyakit jantung, karena mengandung kolesterol
tinggi yang dapat membahayakan jiwa.
Kata Thayyib dalam ayat al-Quran di atas adalah yang baik, dalam arti
yang memiliki manfaat bagi tubuh. Tidak sekedar halal. Sebab, ternyata saat
ini pun terdapat makanan halal akan tetapi ia tidak bagus atau tidak
memberi

manfaat untuk

kesehatan.

Makanan yang bermutu

di sini

dianjurkan agar seseorang itu menjadi kuat tidak lemah. Sehingga lebih
bersemangat dalam beribadah.
Makanya dalam Islam, tidak diperkenankan menggunakan bahanbahan pengawet yang tidak mendukung kesehatan manusia. Sebab itu akan

mengurangi kualitas kesehatan makanan tersebut. (Hasib,


Hidayatullah.Com)
Pilihlah makanan yang bergizi, memiliki mutu kesehatan. Sebab itu
menguatkan tubuh. Jika tubuh kuat, maka kita mampu menunaikan semua
kewajiban dengan sempurna. Tidak sekedar bergizi dan bermutu, akan tetapi
juga halal. Cara mendapatkannya pun harus dengan cara yang halal. Inilah
cara sehat secara Islami. Menyehatkan rohani menguatkan jasmani
B. Waspadai Produk Kosmetika dan Obat-obatan
1. Kosmetik
Kosmetik,
menurut
Peraturan
Menteri

Kesehatan

RI

No.

220/MenKes/Per/X/76, adalah bahan atau campuran bahan yang digosokkan,


dilekatkan,

dituangkan,

dipercikkan

atau

disemprotkan,

dimasukkan,

dipergunakan pada badan manusia dengan maksud untuk membersihkan,


memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk
obat.
Produk kosmetika umumnya dibuat dari bahan/zat aktif dan zat aditif
(bahan tambahan). Bahan suatu produk kosmetika bisa berasal dari
tumbuhan, hewan. Sintetik kimiawi, mikroba, hingga jaringan ataupun organ
tubuh manusia. Namu tidak semua produsen kosmetika mencantumkan
bahan-bahan yang digunakan secara lengkap pada kemasan produk mereka.
Kalaupun lengkap, istilah-istilah yang digunakan juga belum tentu dimengerti
oleh konsumen. (Hidayatullah 2009, 49)
Salah satu contoh kosmetik yang

beredar

di

tengah-tengah

masyarakat yang haram adalah Botox. Cairan botox selama ini dipakai untuk
kecantikan,

yakni

untuk

mengencangkan

dan

meremajakan

kulit,

menghilangkan kerutan-kerutan pada wajah agar terlihat lebih muda. Botox


adalah suatu kompleks neorotoxin yang dimurnikan (Botulinum Toxin Type
A), yakni senyawa steril dari toksin botulinum tipe A yang diproduksi dengan
cara fermentasi Clostridium botulinum strain hall tipe A yang ditumbuhkan
dalam media yang mengandung hidrolisat kasein, glukosa dan yeast extract
(ragi).

Setiap 1 vial botox mengandung 100 unit Neurotoxin dari Clostridium


botulinum tipe A. Sedangkan Clostridium botulinum tipe A mengandung 0,5
mg albunium manusia dan 0,9 mg NaCL steril, yang dikering-vakumkan
dalam vial (wadah steril). Sangat jelas kosmetik Botox tidak dapat
dikategorikan sebagai kosmetik halal (suci), karena mengandung bahan yang
berasal dari manusia. (Hidayatullah 2009, 47)
Menurut data di LPPOM MUI, hingga saat ini baru tiga persen saja dari
total keseluruhan perusahaan kosmetik di Indonesia yang bersertifikat halal.
Menurut data Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi), ada
774 perusahaan kosmetika dan toiletries di Indonesia. Dari jumlah itu, yang
telah tersertifikasi halal oleh LPPOM MUI cuma 23 perusahaan saja. Dengan
kata lain, hampir 97 persen produk kosmetika yang beredar di pasaran tidak
jelas kehalalannya. Itupun belum termasuk dengan jumlah produk kosmetika
impor, produk kosmetika ilegal, dan produk kosmetika palsu dari dalam dan
luar negeri. Artinya, jumlah produk kosmetika yang belum jelas kehalalannya
bisa di atas 97 persen. (Hidayatullah 2009, 48)
Berikut beberapa bahan kosmetik yang perlu diwaspadai :
a. Keratin, berasal dari rambut manusia, sering digunakan pada produk
pewarna rambut.
b. Albumin, berasal dari serum darah manusia. Banyak digunakan untuk
pelarut bahan aktif kosmetik seperti botox.
c. Plasenta, lebih dikenal dengan nama ari-ari. Sumber plasenta bisa berasal
dari manusia dan hewan seperti sapi, kambing, ataupun babi. Khasiat dari
ekstrak plasenta adalah untuk memperbaiki elastisitas kulit, mengurangi
tanda-tanda penuaan (anti aging), mengurangi pigmentasi dan flek-flek
hitam pada wajah, memutihkan dan menghaluskan kulit, serta membuat
kulit tampak segar dan lembut.
d. Hyaluronic Acid (Asam Hialuronat). berfungsi menjaga kesehatan kulit.
Berasal dari cairan mata dan tali janin. Biasa dipakai pada produk whitening
cream (krim pemutih) dan perawatan kulit.
e. Kolagen, berasal dari jaringan kulit hewan (babi, biri-biri, sapi, dan
kambing) bahan ini sering dipakai untuk produk anti aging, lipstik, hand and
body lotion, hingga produk penghalus dan pemutih kulit. Menurut LPPOM

MUI, kolagen terbaik dan sering digunakan pada produk kosmetik saat ini
adalah yang berasal dari babi. (Hidayatullah 2009, 50)
2. Obat-obatan
Berdasarkan temuan LPPOM MUI, sejumlah bahan haram yang
ditemukan dalam obat-obatan yang beredar di masyarakat meliputi bahan
utama dari babi, bahan tambahan dari babi, bahan penolong dari babi,
embrio dan organ manusia, serta penggunaan alkohol.
a. Insulin
Insulin merupakan hormon yang digunakan untuk mengatur gula
tubuh, penderita diabetes memerlukan hormon insulin dari luar guna
mengembalikan kondisi gula tubuhnya kembali normal. Insulin bissa berasal
dari kelenjar mamalia atau mikroorganisme hasil rekayasa genetika. Jika dari
mamalia, insulin yang paling mirip dengan manusia adalah yang berasal dari
babi.
Salah satu produk insulin terkenal yang beredar di pasaran adalah
Mixtard yang diproduksi oleh Novonordisk, ada banyak type Mixtard yang
diproduksi oleh kode produk yang berbeda-beda. Kandungannya ada yang
berasal dari manusia yang diperbanyak dengan tekhnik rekombinasi DNA
dan proses mikroba, ada juga yang berasal dari hewan, yakni babi.
Informasi kehalalan produk ini sangat minim, bahkan dokterpun tidak
mengetahuinya. Dari data yang dirilis oleh International Diabetes Federation
pada tahun 2003 menyebutkan, 70 persen insulin yang beredar berasal dari
manusia, 17 persen berasal dari babi, 8 persen dari sapi, sisanya 5 persen
merupakan campuran antara babi dan sapi.
b. Heparin
Obat ini berfungsi sebagai anti koahulan atau anti penggumpalan pada
darah.

Banyak

digunakan

oleh

penderita

penyakit

jantung

untuk

menghindari penyumbatan pada pembuluh darah.


Hampir semua heparin yang beredar di pasaran diimpor dari luar
negeri, salah satunya merk Lovenox 4000 keluaran Aventis Pharma
Specialities, Perancis yang diimpor oleh PT Aventis Pharma, Jakarta. Lovenox
mengandung heparin sodium dari babi yang dengan tegas tertera pada

kemasannya. Hanya saja, keterangan berbahan babi tersebut dicetak sangat


kecil dan hanya tertera pada kemasan, sehingga ketika kemasannya
dibuang,

maka

dokter

dan

pasien

mengenalinya.
c. Kapsul
Cangkang

kapsul

sebenarnya

yang

hanya

bersangkutan

bahan

tidak

penolong

akan

untuk

membungkus obat, bukan bahan obat. Tapi masalahnya, cangkang ini juga
ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh. Cangkang kapsul terbuat dari
gelatin yang bersumber dari tulang atau kulit hewan. Bisa dari sapi, ikan,
atau babi.
Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) sebenarnya telah
menegaskan, gelatin yang boleh masuk ke Indonesia hanya yang berasal
dari sapi. Pertanyaannya, apakah sapi yang digunakan disembelih secara
Islam atau tidak?.
Selain itu, ada pula obat dan multi vitamin yang diimpor dalam bentuk
kapsul. Lebih tepatnya jenis kapsul lunak (soft Capsule). Kapsul jenis ini
banyak dibuat dari gelatin babi karena lebih bagus dan

murah. Dari

keterangan LPPOM MUI, diantara obat import berkapsul yang beredar di


Indonesia seperti Yunan Baiyao dari Cina, sejumlah produk multi vitamin,
vitamin A dosis tinggi, dan vitamin E.
Untuk lebih lengkapnya tentang pencemaran babi dalam kebutuhan
sehari-hari dapat dilihat pada lampiran makalah ini.
d. Alkohol
Alkohol banyak digunakan untuk melarutkan bahan-bahan aktif
pembuat obat. Obat batuk adalah salah satu obat yang menggunakan
alkohol. Bahan ini dikonotasikan sebagai minuman keras atau khamr.
Sejumlah obat batuk yang bebas dijual di pasaran mengandung alkohol
berkadar diatas 1 persen, diantaranya Vicks Formula 44 (PT. Prafa) 10,5
persen, Benadryl (PT. Pfizer) 5 persen, Woods (PT. Kalbe Farma) 6 persen,
dan OBH Combi (Combiphar) 2 persen. (Hidayatullah 2009, 46)
C. Sertifikasi Halal dan Labelisasi Halal
1. Sertifikasi Halal Sebagai Implementasi Syariat dan Identitas Muslim
Masalah halal dan haram bagi ummat Islam adalah sesuatu yang
sangat penting, yang menjadi bagian dari keimanan dan ketaqwaan. Perintah

untuk mengkonsumsi yang halal dan larangan menggunakan yang haram


sangat jelas dalam tuntunan agama Islam.
Dalam al-Quran surah Al-Baqarah (2) ayat 172, Allah SWT berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kamu menyembah. (Al-Quran dan Terjemahnya 1971, 42)

Selaku ummat muslim, alangkah baiknya jika kita mulai sejak dini
belajar

mengimplementasikan

mengimplementasikan

syariah

itu

syariah.
adalah

Salah
dengan

satu

mulai

sejak

cara
dini

mengkonsumsi makanan atau minuman yang halal yang sesuai dengan


syariat Islam. Lebih spesifik lagi mengkonsumsi makanan atau minuman
yang telah memperoleh sertifikasi halal.
Hal ini dilakukan karena sejak dimulainya era komunukasi-informasi
dan tekhnologi canggih modern yang telah merambah masyarakat kita di
Indonesia, khususnya kaum muslim, barang-barang (makanan, minuman,
obat-obatan dan kosmetik) atau sejumlah produk yang telah diproduksi, baik
import maupun eksport sangat sulit untuk diketahui apakah halal atau
haram. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah serius dan konkrit
untuk mengetahui hal tersebut. Dan hal yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan sertifikat halal atau label halal terhadap setiap produk yang
akan dikonsumsi oleh masyarakat yang beragama Islam secara umum dan
khususnya kita ummat Islam yang mayoritas di Indonesia.
Dengan melakukan sertifikasi halal atau labelisasi halal terhadap
suatu barang atau produk maka akan memberikan informasi kepada
masyarakat akan kehalalan barang yang akan dikonsumsinya sekaligus juga
menghindarkan kaum muslim dari perbuatan dosa. Dan dengan menjauhkan
apa yang dilarang oleh Allah SWT, berarti kita telah mengimplementasikan
bagian dari syariah.
Dengan melihat pentingnya makanan dan minuman yang bersertifikat
halal bagi seorang muslim itu menunjukkan adanya sebuah kepedulian

besar. Masyarakat muslim memiliki hak yang sama untuk mendapatkan


makanan yang halal sebagaimana ia memiliki hak untuk hidup.
Ketegasan hukum Islam dalam mengkonsumsi makanan

halal,

membuat ummat Islam berbeda dengan ummat yang lain. Laranganlarangan dalam Islam itu pada hakikatnya adalah untuk melindungi, bukan
untuk membatasi kebebasan seseorang. Islam adalah agama yang sangat
melindungi ummatnya dari segala macam keburukan termasuk makanan
yang tidak halal. Hal inilah yang membedakan ummat Islam dengan ummat
yang lain. Islam tidaklah sama dengan ummat yang lain karena memiliki
banyak kebaikan dan keindahan dalam syariatnya. Inilah identitas muslim
yang harus dijaga dari berbagai tradisi atau kebiasaan yang merusak.
2. Pentingnya Sertifikasi Halal
Isu Produk halal pada makanan dan minuman yang beredar di
masyarakat bukanlah hal baru dalam upaya pengakomodasian kepentingan
mayoritas masyarakat muslim di Indonesia. Umat Islam sangat berhati-hati
dalam

memilih

dan

membeli

pangan

dan

produk

lainnya

yang

diperdagangkan. Mereka tidak akan membeli barang atau produk lainnya


yang diragukan kehalalannya. Masyarakat hanya mau mengkonsumsi dan
menggunakan produk yang benar-benar halal dengan jaminan tanda
halal/keterangan halal resmi yang diakui Pemerintah. Fenomena yang
demikian pada satu segi menunjukkan adanya tingkat kesadaran terhadap
pelaksanaan keyakinan menurut hukum Islam, dan pada segi yang lain
mendorong timbulnya sensitivitas mereka ketika pangan dan produk lainnya
bersentuhan dengan unsur keharaman atau kehalalannya. (Shofie 2008,
367)
Perkembangan teknologi pangan yang pesat dan komplek serta era
globalisasi, menyebabkan konsep halal perlu dilihat secara multidimensi.
Teknologi pangan telah berkembang sedemikian rupa sehingga hal-hal yang
dulunya mudah diidentifikasi jenis dan asal-usulnya, sekarang tidak
sesederhana itu. Sebab, bahan pangan telah diproses sedemikian rupa
sehingga sifat fisik (bentuk, warna, dan lain-lain), kimia dan bahkan sifat
organoleptiknya juga sudah berubah dari bentuk aslinya.

Dewasa ini dikenal ada pangan generasi I, generasi II, generasi III dan
generasi IV. Satu contoh babi diolah menjadi sate (I), sosis/bakso (II), kulit
babi menjadi gelatin (III), daging dan kulit babi menjadi asam amino (IV).
Gelatin digunakan di farmasi (misal sebagai bahan baku kapsul, enkapsulasi
obat), di pangan (misal permen jelly, emulsifier di es krim, pengenyal sosis),
di kosmetik (misal pelembut kulit, penyembuh luka), dan masih banyak lagi
kegunaannya.
Lemak babi untuk sosis, ditambahkan ke minyak goreng/shortening,
diproses menjadi gliserol/gliserin untuk pelembab dan plastiliser, dan lainlain. Darah babi diproses menjadi sosis, plasma darah, serum darah, tepung
darah, zat besi, dan lain-lain. Juga adanya bahan tambahan makanan,
membuat

formula

makanan

menjadi

semakin

kompleks.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/12/01/27/lyg8f4-urgensisertifikasi-labelisasi-halal-1 diaksses pada tanggal 22 Mei 2012.


3. Sertifikasi Halal dan Labelisasi Halal
Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang
berbeda tetapi

mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal

dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk


mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah
memenuhi ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah
diterbitkannya sertifikat halal

apabila produk yang dimaksudkan telah

memenuhi ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh


lembaga yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya, tujuan akhir
dari

sertifikasi

halal

adalah

adanya

pengakuan

secara

legal

formal

bahwa produk yang dikeluarkan telah memenuhi ketentuan halal. Indonesia


dalam menghadapi perdagangan bebas tingkat regional, internasional dan
global, dikhawatirkan sedang dibanjiri pangan dan produk lainnya yang
mengandung atau terkontaminasi unsur haram. Dalam teknik pemrosesan,
penyimpanan, penanganan, dan pengepakan acapkali digunakan bahan
pengawet yang membahayakan kesehatan atau bahan tambahan yang

mengandung unsur haram yang dilarang dalam agama Islam. (Shofie 2008,
368)
Labelisasi halal merupakan rangkaian persyaratan yang seharusnya
dipenuhi oleh pelaku usaha yang bergerak dibidang pengolahan produk
makanan dan minuman atau diistilahkan secara umum sebagai pangan.
Pangan (makanan dan minuman) yang halal dan baik merupakan syarat
penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya
supaya dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di luar
negeri. Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas penduduknya adalah
muslim. Demi ketentraman dan kenyamanan konsumen pelaku usaha wajib
menampilkan labelisasi halal yang sah dikeluarkan oleh pemerintah melalui
aparat yang berwenang. Dengan menampilkan labelisasi halal pada pangan
yang ditawarkan ke konsumen ini menjadikan peluang pasar yang

baik

sangat terbuka luas dan menjanjikan.


Sertifikasi dan penandaan kehalalan baru menjangkau sebagian kecil
produsen di Indonesia. Data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan bahwa tidak lebih dari 2.000
produk yang telah meminta pencantuman tanda halal. Data dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI) menunjukkan bahwa permohonan sertifikasi halal
selama 11 tahun terakhir tidak lebih 8.000 produk dari 870 produsen di
Indonesia. Dengan

semakin

berkembangnya

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi, bahan pangan diolah melalui berbagai teknik pengolahan dan


metode
sehingga

pengolahan

baru

dengan

menjadi

produk

yang

memanfaatkan
siap

dipasarkan

kemajuan
untuk

teknologi
dikonsumsi

masyarakat di seluruh dunia. Sebagian besar produk industri pangan dan


teknologi

pangan

dunia

tidak

menerapkan

sistem

sertifikasi

halal.source: http://www.rri.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1644:sejumlah-kalangan-dukunglabelisasi-produk-halal&catid=44:index-berita-terbaru
4. Manfaat Sertifikasi Halal bagi Produser :

Bagi konsumen Muslim, kepastian halal dalam bentuk sertifikasi halal


sangat penting. Dengan sertifikasi halal, bathin akan merasa tenang saat
mengkonsumsi atau menggunakan produk tersebut. Sebab. Ada kepastian
dan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu yang tidak
halal dan dibuat melalui proses yang halal pula.
Bahkan sertifikasi halal sesungguhnya memberikan keuntungan bagi
konsumen non-Muslim, tak hanya konsumen Muslim saja, sebab, halal tidak
saja berarti kandungannya halal, namun juga diproses dengan cara yang
beretika, sehat, dan baik.
Lalu apa manfaat atau keuntungan bagi produsen apabila produknya
telah bersertifikasi halal?. Secara singkat, manfaat yaang diperoleh sertifikasi
a.

halal adalah :
Kesempatan untuk meraih pasar pangan halal global tinggi karena
permintaannya terus meningkat.pasar itu diperkirakan 1,8 milliar muslim
yang tersebar di 112 negara, dan jutaan non-Muslim lainnya. Nilai produk
halal

dunia

saat

ini

menembus

angka

634

milliar

USD

dan

kecenderungannya akan terus meningkat.


b. Sertifikasi halal adalah jaminan yang dapat dipercaya untuk mendukung
c.

klaim pangan halal.


100% keuntungan dari market share yang lebih besar tanpa kerugian dari

pasar/klien non Muslim.


d. Meningkatnya markertability produk di pasar/negara Muslim. Bahwa produk
yang telah bersertifikasi halal memiliki keunggulan kompetitif dibanding
e.

dengan perusahaan pangan lainnya.


Investasi berbiaya murah dibandingkan dengan pertumbuhan revenue yang

dapat dicapai.
f. Peningkatan citra produk
g. Logo halal merupakan tiket diterimanya produk oleh komunitas konsumen
5.

halal di seluruh dunia. (Hidayatullah 2009. 70)


Proses Sertifikasi dan Labelisasi Halal
Adapun urutan prosesnya adalah sebagai berikut. Pertama, produsen
mengajukan permohonan ke Badan POM (untuk label halal) atau ke LPOM
MUI (untuk sertifikasi halal), dengan mengisi formulir dan form yang
disediakan serta melengkapi persyaratan antara lain: dokumen spesifikasi

bahan, proses pembuatan bahan, daftar bahan yang digunakan, formula


produk, proses pembuatan produk, SK internal auditor perusahaan, dan SJH
(sistem jaminan halal yang mencakup manual, standar prosedur operasi,
petunjuk kerja dan instruksi kerja halal).
Kedua, audit dokumen oleh BADAN POM/LPPOM-MUI. Ketiga, tim
Badan POM dan atau LPPOM-MUI melakukan audit lapangan (ke pabrik).
Audit lapangan ditekankan pada enam hal, yaitu dokumen pembelian tiga
bulan terakhir, gudang (bahan baku, bahan tambahan, produk akhir),
formula,

proses

produksi-pemasaran

dan

lingkungan

pabrik,

serta

implementasi SJH. Keempat, hasil audit dilaporkan rapat plenoanggota tim


teknis auditor LP-POM MUI.
Kelima, jika memenuhi persyaratan, maka hasilnya dibawa ke Komisi
Fatwa MUI. Keenam, fatwa sertifikat halal resmi dikeluarkan dan memiliki
masa berlaku selama dua tahun. Ketujuh, berdasarkan sertifikat halal dari
MUI tersebut, maka produsen dapat mencantumkan label halal dengan
mengurusnya ke Badan POM.
Sumber
:
http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/fatwa/12/01/27/lyg8pb-urgensi-sertifikasi-labelisasi-halal-2habis
diakses pada tanggal 22 Mei 2012.
D. Tips menghindari Makanan Haram
1. Ketika hendak makan di luar rumah, pastikan tempat makan yang akan kita
datangi dikelola seorang Muslim.
2. Hindari tempat makan yang menyajikan masakan yang secara jelas
diragukan kehalalannya seperti babi. Biasanya ada yang secara terus terang
menu babinya sepert sate babi atau babi panggang. Tulisan itu jelas dan
mudah dibaca. Ada pula yang masih malu-malu menyebutkannya dengan
berbagai kode seperti B1 (anjing), B2 (babi).
3. Hindari pula tempat makan yang menyajikan makalan halal namun ada juga
yang yang haram. Sebab, bila mereka menggunakan peralatan masak yang
sama otomatis makanan yang haram akan bercampur dengan makanan
4.

yang halal.
Jika mau lebih berhati-hati, pastikan rumah makan yang didatangi sudah
mengantongi sertifikaasi halal dari MUI.

5.

Tidak ada salahnya bertanya secara sopan kepada pengelola makanan

6.

untuk memastikan kehalalan sajian di tempat itu.


Jika sedang berada di luar negeri, pastikan bahwa restoran yang kita pilih
dikelola oleh seorang muslim, bisa juga kita ke super market yang ada rak-

rak khusus menjual makanan berlabel halal.


7. Jika hendak membeli suatu produk perhatikan merk dagang dan perusahaan
pembuat (pabrik) yang tercantum di kemasannya atau perhatikan apakah
sudah ada label halalnya atau tidak. (Hidayatullah 2009, 55)

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang asa di dunia ini halal semua
untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat
dalam Al Quran dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap benda
di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada larangan
secara syari.
Dengan mengetahui hukum-hukum makan halal dan makanan yang
haram.Maka dijadikan sebagai landasan dalam menentukan makanan dan minuman
dan cara mandapatkanya sehingga kita dapat ladasan dalam pemilihan makanan
dan minuman pada saat ini dan seterusnya. Juga tak kalah pentingnya cara
mandapatkan makanan tersebut. agar makanan dan minuman yang kita makan
sehari-hari mendapat barokah serta nikmat dari Alloh SWT.
Salah satu contoh logika dan ilmiah, kenapa Islam melarang darah untuk
dimakan. Berdasarkan analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan
yang tinggi dari uric acid (asam urat?), suatu senyawa kimia yang bisa berbahaya
bagi Kesehatan, karena senyawa ini dikeluarkan sebagai kotoran, dan dalam
kenyataannya kita diberitahu bahwa 98% dari uric acid dalam tubuh, dikeluarkan
dari dalam darah oleh Ginjal, dan dibuang keluar tubuh melalui air seni.
Dan

inilah

hikmah

dibalik

prosedur

penyembelihan

hewan

dalam

Islam, seorang penyembelih, selagi menyebut nama dari Yang Maha Kuasa,
membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, sembari membiarkan urat-urat
dan organ-organ lainnya utuh. hal ini di menyebabkan kematian hewan karena
kehabisan darah dari tubuh, bukannya karena cedera pada organ vitalnya, sebab
jika organ-organ, misalnya jantung, hati, atau otak dirusak, hewan tersebut dapat
meninggal seketika dan darahnya akan menggumpal dalam urat-uratnya dan
akhirnya mencemari daging, yang pada mengakibatkan daging hewan akan
tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun.
Dalam ajaran Islam pada prinsipnya makanan yang dikonsumsi harus
halalan thoyyibah. Jadi, makanan tersebut tidak hanya halal dalam arti tidak

mengandung zat/jenis makanan yang diharamkan oleh Allah SWT dan Rasulullah
SAW.
2.

Orang yang sakit sudah selayaknya berusaha semaksimal mungkin untuk


menemukan obatnya, namun demikian, sebagai orang yang patuh terhadap aturan
Allah kita seharusnya mencari obat yang betul-betul bersih dari kotoran dan najis
(haram). Karena obat yang bercampur dengan sesuatu yang diharamkan akan
berpengarus terhadap perkembangan jiwa dan tubuh kita sebagaimana kita
memakan sesuatu yang haram.
Sebagai seorang muslim, kita hendaknya selalu mewaspadai obat-obatan yang
akan kita minum, khususnya menyangkut percampurannya dengan alkohol maupun
komponen babi. Karena aspek kehalalan jauh lebih penting dari hanya sekedar rasa
atau aroma obat yang enak jika dicampur dengan alkohol atau komponen babi.

3.

Disamping jaminan pangan baik, pemberian jaminan halal akan meningkatkan


daya saing produk pangan lokal Indonesia terhadap produk-produk impor yang tidak
mendapatkan sertifikat halal. Hukum halal pangan bagi umat Islam sebetulnya tidak
hanya merupakan doktrin agama saja tetapi terbukti secara ilmiah adalah baik,
sehat dan dapat diterima akal (Scientifically sound), jadi pangan baik dan halal,
bermanfaat dan baik untuk semua umat manusia. Mengkonsumsi makanan halal
merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Halal dan baik secara jasmani dan rohani.
Oleh karena itu mendapatkan pangan halal seharusnya merupakan hak bagi setiap
konsumen Muslim. Halal berarti lepas atau tidak terikat. Makanan yang halal adalah
yang diijinkan untuk dikonsumsi atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan
yang melarangnya. Baik (Thayyib) adalah lezat, baik, sehat dan menentramkan

B. Saran-Saran
1. Persoalan produksi makanan dan minuman halal dan thoyyib harus menjadi
perhatian besar pemerintah Indonesia bahkan seluruh elemen masyarakat,
karena kehalalan suatu produk sudah menjadi hajat dan kebutuhan bagi
ummat Islam di negara kita ini.oleh karena itu Pemerintah maupun pihak
legislatif harus membuat regulasi yang lebih baik tentang produk halal guna
melindungi Ummat Islam di Indonesia.

2.

Khusus di Kab. Sinjai jumlah penghulu hanya berjumlah 2 orang, kedepan


agar ditambah sesuai dengan kebutuhan guna memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat kab. Sinjai.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahnya, 1971
Al-Asyhar, Thobieb, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan
Kesucian Rohani, PT. Al-Mawardi Prima, 2003
Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen
Agama, Petunjuk Tekhnis Pedoman sistem Produksi Halal, Jakarta, 2003
Al-Gazali, Imam, Benang-Benang Tipis antara Halal dan Haram, Putra Pelajar:
Surabaya-Jawa Timur, 2002.
Shofie, Yusuf, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,
Citra Aditya Bakti: Bandung, 2008,
Suara Hidayatullah, Makanan Haram Mengepung Kita. Edisi Khusus, PT.
Lentera Jaya Abadi, 2009.
Qarhawi, Yusuf, Dr, Halal Haram Dalam Islam, Era Intermedia, 2003

Anda mungkin juga menyukai