Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH.

HUKUM BEBERAPA MAKANAN YANG HALAL DAN SELAINNYA


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fiqh II

Dosen Pengampu;
AB. KARIM AMRULLAH, S.Pd.I, M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :

NUR HALIJAH

SEMESTER IV B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
TAHUN AKADEMIK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunianya kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Hukum
Beberapa Makanan Yang Halal Dan Selainnya ” ini dengan baik, meskipun dalam
penulisannya masih banyak kekurangan.
Dan juga saya berterima kasih kepada dosen pengampu matakuliah “Fiqh II” yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai salah satu syarat dalam aktivitas
perkulihan matakuliah Fiqh II . Tugas pembuatan makalah ini merupakan suatu
hal yang penting bagi saya, yaitu sebagai salah satu hasil karya saya sendiri
sebagai mahasiswa. Makalah yang berjudul “Hukum Beberapa Makanan Yang
Halal Dan Selainnya” ini saya buat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fiqh II

dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain untuk menambah
wawasan mengenai Ilmu Pendidikan Islam di lingkungan masyarakat.

Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang
kurang berkenan dan saya mohon kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
                                                                                                     
                                                                               Kuala Tungkal, Juni 2020

                                                                                       Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Makanan Halal....................................................................2
B. Dasar Hukum Makanan Halal...............................................................4
C. Makanan Haram ...................................................................................7
D. Pembagian Hukum makanan Haram ....................................................8

BAB IV PENUTUP

A.  Kesimpulan..............................................................................................14
B. saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk memilih makanan yang
halal serta menjauhi makanan haram. Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah ra
berkata : Rasulullah SAW bersabda: ” Sesungguhnya Allah baik tidak menerima
kecuali hal-hal yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada
orang-orang mu’min sebagaimana yang diperintahkan kepada para rasul, Allah
berfirman: “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”
Dan firman-Nya yang lain: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu” Kemudian beliau
mencontohkan seorang laki-laki, dia telah menempuh perjalanan jauh, rambutnya
kusut serta berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit: Yaa Rabbi !
Yaa Rabbi ! Sedangkan ia memakan makanan yang haram, dan pakaiannya yang
ia pakai dari harta yang haram, dan ia meminum dari minuman yang haram, dan
dibesarkan dari hal-hal yang haram, bagaimana mungkin akan diterima do’anya”.
(HR Muslim no. 1015).
Dijaman sekarang banyak yang menyebut era teknologi.Manusia semakin
mudah dalam menggapai keinginan-keinginan dengan bantuan
teknologi,khususnya teknologi telekomunikasi,industri,pertanian dan ekonomi.
Dengan kemajuan di berbagai bidang maka berpangaruh juga kepada pola pikir
masyarakat.Misalkan masalah makan dan minuman, banyak manusia atau orang
yang makan dan minum mengikuti tren. Dan sering kali kita lalai tentang halal
atau haram makanan yang kita makan. Makanan budaya luar yang masuk ke
Indonesia banyak sekali, contoh:Pizza hut, Hot Dog, Steak,bir,dan minuman
beralkohol lainya.
Melihat  masalah yang terjadi di atas kami selaku penulis makalah akan
memberikan rambu-rambu dan penjelasan tantang makanan dan minuman yang
yang haram berdasarkan dalil-dalil Al Qur’an dan Al Hadist.Sehingga kita sebagai
umat Islam tidak salah makan makanan yang justru makanan itu tergolong
makanan yang haram. Semoga dengan makalah ini kita bisa membedakan
makanan yang halal dan yang haram.

B. Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian Makanan Halal?
2.    Apa saja Dasar Hukum Makanan Halal?
3.    Apa saja kriteria Makanan Haram?
4.    Apa saja akibat Pembagian Hukum makanan Haram ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Fiqh
II dan juga untuk lebih mengetahui tentang pengertian Makanan Halal,
mengetahui jenis Dasar Hukum Makanan Halal mengetahui makanan yang haram
dan juga mengetahui Pembagian Hukum makanan Haram.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan Halal


Pengertian halal menurut bahasa Arab yang asal katanya berasal dari
h}alla yah}illu h}allan wa h{ala>lan yang berarti dihalalkan atau diizinkan dan

dibolehkan.1 Secara etimologi makanan adalah memasukkan sesuatu melalui

mulut.2 Dalam bahasa Arab makanan berasal dari kata at-t}a’a>m (‫ )اﻟﻄﻌﺎم‬dan

jamaknya al-atimah (‫ )اﻷطﻤﺔ‬yang artinya makan-makanan.3 Sedangkan dalam


ensiklopedi hukum Islam yaitu segala sesuatu yang dimakan oleh manusia,

sesuatu yang menghilangkan lapar.4 Halal berasal dari bahasa Arab (‫ )اﻟﺤﻼل‬yang
artinya membebaskan, memecahkan, membubarkan dan membolehkan.
Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam yaitu: segala sesuatu yang
menyebabkan seseorang tidak dihukum jika menggunakannya, atau sesuatu yang
boleh dikerjakan menurut syara’.
Sedangkan menurut buku petunjuk teknis sistem produksi halal yang
diterbitkan oleh DEPAG menyebutkan bahwa ; makanan adalah: barang yang
dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia, serta bahan yang
digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Sedangkan halal adalah:
sesuatu yang boleh menurut ajaran Islam.5
Jadi pada intinya makanan halal adalah: maka nan yang baik yang
dibolehkan memakannya menurut ajaran Islam , yaitu sesuai dalam al-Qur’an dan
1
H. Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al
- Qur’an (Jakarta: tp, 1973), hlm. 101.
2
Proyek Perguruan Tinggi Agama /IAIN di Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam, Ilmu Fiqih (Jakarta: tp, 1982), hlm. 525.
3
Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus Indonesia Arab (Surabaya: Pustaka Progressif,
1999), hlm. 201.
4
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1996),
hlm. 506.
5
Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal direktorat Jenderal bimbingan
masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk teknis pedoman sistem produksi halal ,
Departemen Agama RI, (Jakarta: tp 2003), hlm. 3.
al-Hadis. Sedangkan pengertian makanan yang baik yaitu segala makanan yang
dapat membawa kesehatan bagi tubuh, dapat menimbulkan nafsu makan dan
tidak ada larangan dalam al-Qur’an maupun hadis. Tetapi dalam hal yang lain
diperlukan keterangan yang lebih jelas berdasarkan ijma’ dan qiyas (ra’yi/ijtihad)
terhadap sesuatu nash yang sifatnya umum yang harus digali oleh ulama agar
kemudian tidak menimbulkan hukum yang syubhat (menimbulkan keraguraguan).
Dan para ulama telah ijma’ tentang halalnya binatang -binatang ternak seperti
unta, sapi, dan kambing serta diharamkannya segala sesuatu yang bisa
menimbulkan bahaya baik dalam bentuk keracunan, timbulnya penyakit atau
adanya efek samping (side-effect). Dengan demikian sebagia ulama’ memberikan
keterangan tentang hukum-hukum makanan dan minuman.6
B. Dasar Hukum Makanan Halal

Prinsip pertama yang ditetapkan Islam, pada asalnya : segala sesuatu yang
diciptakan Allah itu halal. tidak ada yang haram, kecuali jika ada nash (dalil) tang
sahih (yang tidak cacat periwayatannya) dan sahih (jelas maknanya) yang
mengharamkannya.7 Sebagaimana dalam sebuah kaidah fikih :

Pada asalnya, segala sesuatu itu mubah (boleh) sebelum ada dalil yang
mengharamkannya.8
Para ulama, dalam menetapkan prinsip bahwa segala sesuatu asal
hukumnya boleh, merujuk pada beberapa ayat dalam QS. al-Baqarah/2: 29:

‫ﺟﻤﯿﻌﺎ اﻻرض ﻣﺎﻓﻰ ﻟﻜﻢ ﺧﻠﻖ اﻟﺬي ھﻮ‬

Artinya : Dialah yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu di bumi.9

Dari sinilah maka wilayah keharaman dalam sysriat Islam sesungguhnya


sangatlah sempit, sebaliknya wilayah kehalalan terbentang sangat luas, jadi
6
Hussein Bahresy, Pedoman Fiqh Islam (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), hlm 303.
7
Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam (Solo: Era Intermedia, 2003), hlm. 36
8
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Cet.1; Semarang: Dina Utama, 1994), hlm.127
9
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (jakarta: pustaka al-Hanan, 2009),
hlm. 5.
selama segala sesuatubelum ada nash yang mengharamkan atau menghalalkannya,
akan kembali pada hukum asalnya, yaitu boleh yang berada di wilayah kemaafan
Tuhan.
Dalam hal makanan, ada yang berasal dari binatang dan ada pula yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Ada binatang darat dan ada pula b inatang laut.
Ada binatang suci yang boleh dimakan dan ada pula binatang najis dan keji yang
terlarang memakannya. Demikian juga makanan yang berasal dari bahan-bahan
tumbuhan. untuk seterusnya marilah mempelajari keterangan dari al-Qur’an dan
hadis yang menyatakan makanan dan minuman yang halal dan yang haram dan
kesimpulan hukum yang diambil dari pada keduanya.10
Kepedulian Allah swt sangat besar terhadap soal makanan dan aktifitas
makan untuk makhluknya. Hal ini tercermin dari firmannya dalam al-Qur’an
mengenai kata t}a’a>m yang berarti ”makanan” yang terulang sebanyak 48 kali
dalam berbagai bentuknya. Ditambah pula dengan kata akala yang berarti
”makan”sebagai kata kerja yang tertulis sebanyak 109 kali dalam berbagai
derivasinya, termasuk perintah ”makan lah” sebanyak 27 kali. Sedangkan kegiatan
yang berhubungan dengan makan yaitu ”minum” yang dalam bahasa al- Qur’an
disebut syariba terulang sebanyak 39 kali.11
Betapa pentingnya makanan untuk kehidupan manusia, maka Allah swt
mengatur bahwa aktifitas makan selalu diikuti dengan rasa nikmat dan puas,
sehingga manusia sering lupa bahwa makan itu bertujuan untuk kelangsungan
hidup dan bukan sebaliknya hidup untuk makan.
Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh -
tumbuhan sayur-sayuran, buah-buahan dan hewan adalah halal kecuali yang
beracun dan membahayakan nyawa manusia.12
Dasar hukum al-Qur’an tentang makanan halal diantaranya yaitu : QS. al-
Mai’dah/5: 88:
10
H.M.K. Bakri, Hukum Pidana Dalam Islam (Solo: Ramadhani, th), hlm. 143.
11
Tiench Tirta Winata, Makanan dalam Perspektif al -Qur’an dan Ilmu Gizi (Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2006), hlm.1.
12
Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal
( Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), hlm. 7.
َ ُ‫ي َأنتُم بِِۦه ُم ۡؤ ِمن‬
٨٨ ‫ون‬ ْ ُ‫وا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم ٱهَّلل ُ َح ٰلَاٗل طَيِّبٗ ۚا َوٱتَّق‬
ٓ ‫وا ٱهَّلل َ ٱلَّ ِذ‬ ْ ُ‫َو ُكل‬
Artinya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah direzkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepadaNya.). 13

Ayat-ayat di atas bukan saja menyatakan bahwa mengkonsumsi yang


halal hukumnya wajib karena merupakan perintah agama, tetapi
menunjukkan juga hal tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan dari
rasa syukur dan keimanan kepada Allah. Sebaliknya, mengkonsumsi yang
tidak halal dipan dang sebagai mengikuti ajaran setan.
Sebenarnya Dalam al-Qur’an makanan yang di haramkan pada
pokoknya hanya ada empat yaitu dalam Q.S. al-Baqarah/2: 173.

‫ ِر ٱهَّلل ۖ ِ فَ َم ِن‬Š‫ َّل بِِۦه لِ َغ ۡي‬Š‫ٓا ُأ ِه‬ŠŠ‫ير َو َم‬ ۡ ۡ


ِ Š‫ةَ َوٱل َّد َم َولَ ۡح َم ٱل ِخ‬Šَ‫ َّر َم َعلَ ۡي ُك ُم ٱل َم ۡيت‬Š‫ا َح‬ŠŠ‫ِإنَّ َم‬
ِ ‫نز‬
١٧٣ ‫َّحي ٌم‬ ِ ‫ور ر‬ ٞ ُ‫اغ َواَل َع ٖاد فَٓاَل ِإ ۡث َم َعلَ ۡي ۚ ِه ِإ َّن ٱهَّلل َ َغف‬ ُ ۡ
ٖ َ‫ٱضط َّر َغ ۡي َر ب‬
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya, tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. 14

Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa makanan yang diharamkan di


antaranya :
1. bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati dengan
tidak disembelih; termasuk di dalamnya hewan yang mati tercekik, dipukul,
jatuh, ditanduk dan diterkam oleh hewan buas, kecuali yang sempat
menyembelihnya, hanya bangkai ikan dan belalang saja yang boleh dimakan.
2. Darah, sering pula diistilahkan dengan darah yang mengalir, maksudnya adalah
darah yang keluar pada waktu penyembelihan (mengalir) sedangkan darah
yang tersisa setelah penyembelihan yang ada pada daging setelah dibersihkan
dibolehkan. Dua macam darah yang dibolehkan yaitu jantung dan limpa.

13
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 122.
14
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya , hlm. 26.
3. Babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik darahnya,
dagingnya, maupun tulangnya.
4. Binatang yang ketika disembelih menyebut selain nama Allah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat -syarat produk pangan halal
menurut syariat Islam adalah :
a. Halal dzatnya
b. Halal cara memperolehnya
c. Halal dalam memprosesnya
d. Halal dalam penyimpanannya
e. Halal dalam pengangkutannya
f. Halal dalam penyajiannya.15
C. Pengertian Makanan Haram
Haram (al-haram) merupakan sesuatu yang dilarang mengerjakannya.
Haram adalah salah satu bentuk hukum taklifi. Menurut ulama ushul fikih,
terdapat dua definisi haram, yaitu dari segi batasan dan esensinya serta dari segi
bentuk dan sifatnya. Dari segi batasan dan esensinya, Imam al-Ghazali
merumuskan haram dengan“sesuatu yang dituntut Syari’at untuk ditinggalkan
melalui tuntutan secara pasti dan mengikat”. Dari segi bentuk dan sifatnya,
Imam al-Baidawi merumuskan haram dengan “sesuatu perbuatan yang
pelakunya dicela”.16

D. Pembagian Hukum Makanan Haram

Adapun pembagian hukum haram dibagi menjadi dua yaitu haram li z|ātihi
dan haram li ghairihi. Apabila keharaman terkait dengan esensi perbuatan
haram itu sendiri, maka disebut dengan haram li z|ātihi. Dan apabila terkait

15
Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Tanya Jawab Seputar Poduki Halal (Jakarta: tp,
2003), hlm. 17.
16
Abdul Aziz dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta; PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
t.thn), hlm 523.
dengan sesuatu yang diluar esensi yang diharamkan, tetapi berbentuk
kemafsadatan, maka disebut haram li ghairihi.17
a. Haram li Z|ātihi
Yaitu suatu keharaman yang langsung dan sejak semula ditentukan Al-
Qur’an dan hadits bahwa hal itu haram. Misalnya, memakan bangkai, babi,
berjudi,meminum minuman keras, berzina, membunuh dan memakan harta
anak yatim. Keharaman dalam contoh ini adalah keharaman pada zat (esensi)
pekerjaan itu sendiri. Berkenaan dengan makanan yang haram secara esensial
sudah ditetapkan oleh Allah swt. secara tegas di dalam al-Qur’an.
Yaitu sebagaimana terdapat dalam ayat-ayat berikut ini :
ۡ ‫ ِر ٱهَّلل ۖ ِ فَ َم ِن‬Š‫ير َو َمٓا ُأ ِه َّل بِِۦه لِغ َۡي‬
‫ َر‬Š‫طُ َّر غ َۡي‬Š‫ٱض‬ ۡ ۡ
ِ ‫ِإنَّ َما َح َّر َم َعلَ ۡي ُك ُم ٱل َم ۡيتَةَ َوٱل َّد َم َولَ ۡح َم ٱل ِخ‬
ِ ‫نز‬
١٧٣ ‫ور َّر ِحي ٌم‬ ٞ ُ‫اغ َواَل ع َٖاد فَٓاَل ِإ ۡث َم َعلَ ۡي ۚ ِه ِإ َّن ٱهَّلل َ َغف‬
ٖ َ‫ب‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,darah,
daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(Q.S. al-Baqarah/2 : 173)18

‫س ِّم ۡن َع َم ِل ٱل َّش ۡي ٰطَ ِن‬


ٞ ‫نصابُ َوٱَأۡل ۡز ٰلَ ُم ِر ۡج‬
َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإنَّ َما ۡٱلخَمۡ ُر َو ۡٱل َم ۡي ِس ُر َوٱَأۡل‬
٩٠ َ‫ٱجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬ ۡ َ‫ف‬
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib denganpanah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Makajauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. al-Mā’idah/5 : 90)19
Dari ayat-ayat di atas, maka dapat diketahui bahwa makanan
makananyang termasuk dalam kategori haram li z|ātihi, adalah bangkai,
darah, daging babi, binatang yang disembelih atas nama selain Allah, dan
khamr (minuman yang memabukkan).
b. Haram li Ghairihi
Yaitu sesuatu yang pada mulanya disyari’atkan, tetapi dibarengi oleh

17
Ibid., hlm 524.
18
Lathif Awaludin, Ummul Mukminin, (Jakarta: Wali, 2014), hlm. 21.
19
Ibid, hlm. 123.
sesuatu yang bersifat mudarat bagi manusia, maka keharamannya adalah
disebabkan adanya mudarat tersebut. Misalnya melaksanakan shalat dengan
pakaian hasil ghashab (meminjam barang orang lain tanpa izin), melakukan
transaksi jual beli ketika suara adzan untuk shalat Jum’at telah
dikumandangkan, berpuasa di Hari Raya ‘Idul Fitri, dan lain-lain. Dengan
demikian, pada dasarnya perbuatan yang dilakukan itu diwajibkan,
disunnatkan atau dibolehkan, tetapi karena dibarengi dengan sesuatu yang
bersifat mudarat pandangan syari’at, maka perbuatan itu menjadi haram.
Sedangkan makanan-makanan yang termasuk dalam kategori haram li
ghairihi ini, antara lain misalnya makanan yang pada dasarnya halal secara
esensi tetapi menjadi haram karena diperoleh dengan cara yang dilarang
olehAllah, seperti : hasil riba, harta anak yatim yang diambil dengan cara
batil, hasil pencurian atau korupsi, hasil ambil paksa (rampas), hasil suap
(risywah), hasil judi, hasil prostitusi, dan lain sebagainya.
Makanan yang diharamkan dalam Al-Qur’an diantaranya:
a) Darah
Darah adalah cairan pekat yang mengalir dalam pembuluh-pembuluh dan
urat-urat nadi dalam tubuh manusia. Darah sudah sangat umum dikonsumsi
di Indonesia, padahal darah merupakan limbah yang seharusnya dibuang.
Darah Al-Qur’an terdapat lima ayat yang melarang mengkonsumsi darah,
salah satunya dalam QS.Al-Baqarah/2:173.
Melihat banyaknya ayat yang mengharamkan darah, terdapat hikmah
tersembunyi dibalik diharamkannya darah untuk dikonsumsi. Di antara
hikmah tersebut salah satunya ialah karena darah merupakan medium paling
efektif untuk berkembang biak kuman-kuman. Oleh karena itu darah
menjadi alat efektif untuk menularnya penyakit. Tidak hanya itu, tetapi juga
racun-racun berbahaya juga keluarnya dari darah.20
Darah juga banyak mengandung uric acid (asam urat) berkadar tinggi.,
tingginya kadar asam urat dalam darah dapat menyebabkan penyakit
20
Ahmad Zain An Najah, Makanan Haram Dan Asam Urat (Tabloid Bekam, Edisi 14),
(Bekasi: Tabloid Bekam Group, 2012), hlm 2.
peradangan sendi kronis. Asam urat ini sangat berbahaya bagi tubuh, karena
asam urat merupakan sisa dari metabolisme tubuh yang tidak sempurna,
sehingga terjadi penumpukan purin yang berasal dari makanan.21
b) Bangkai
ۖ ۡ‫ ّل لَّهُم‬ٞ ŠŠ‫ا ُم ُكمۡ ِح‬ŠŠ‫ ّل لَّ ُكمۡ َوطَ َع‬ٞ ŠŠ‫ب ِح‬ َ َ‫وا ۡٱل ِك ٰت‬ŠŠ
ْ ُ‫ا ُم ٱلَّ ِذينَ ُأوت‬ŠŠ‫ت َوطَ َع‬ ُ ۖ َ‫ َّل لَ ُك ُم ٱلطَّيِّ ٰب‬ŠŠ‫و َم ُأ ِح‬ŠŠ
ۡ َ‫ۡٱلي‬
‫ب ِمن قَ ۡبلِ ُكمۡ ِإ َذٓا‬ َ َ‫وا ۡٱل ِك ٰت‬ŠŠŠŠ
ْ ُ‫ت ِمنَ ٱلَّ ِذينَ ُأوت‬ ُ َ‫ ٰن‬ŠŠŠŠ‫ص‬ ِ َ‫ؤ ِم ٰن‬ŠŠŠŠ
َ ‫ت َو ۡٱل ُم ۡح‬ ۡ ‫ت ِمنَ ۡٱل ُم‬ ُ َ‫ ٰن‬ŠŠŠŠ‫ص‬َ ‫َو ۡٱل ُم ۡح‬
‫ٱِإۡل ي ٰ َم ِن‬ŠŠِ‫َان َو َمن يَ ۡكفُ ۡر ب‬ ٖۗ ‫ي َأ ۡخد‬ ٓ ‫صنِينَ غ َۡي َر ُم ٰ َسفِ ِحينَ َواَل ُمتَّ ِخ ِذ‬ ِ ‫ُورهُ َّن ُم ۡح‬ َ ‫َءات َۡيتُ ُموهُ َّن ُأج‬
٥ َ‫فَقَ ۡد َحبِطَ َع َملُهۥُ َوهُ َو فِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ِمنَ ۡٱل ٰخَ ِس ِرين‬
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan
(QS. Al-Ma>idah/5 :5)22
Bangkai merupakan binatang yang mati dengan tidak melalui
penyembilihan secara syar’i, seperti binatang yang mati karena tercekik,
jatuh dari tempat yang tinggi , terkena benturan keras , tetabrak, dan lain-
lain, yang semuanya membuat darah membeku di dalam tubuh dan
menggumpal dalam urat-uratnya, sehingga dagingnya tercemar oleh
asam urat yang dapat mencemari tubuh. Di samping itu bangkai juga
mengandung racun yang dikeluarkan dari tubuhnya, sehingga tubuhnya
membusuk. Berbeda dengan binatang yang disembelih secara syar’i,
maka setelah disebut nama Allah hewan tersebut urat nadi bagian
lehernya dipotongnya , dan seluruh darahnya keluar dan hewan tersebut
mati karena kehabisan darah, sehingga dagingnya segar sertta tidak
terkena zat-zat yang beracun.23
Penelitian di Jerman yang dilakukan oleh Wilhelm Schulze dan Hazim
di School of Veterinary Medicine, Hannover University menemukan
bahwa cara menyembelih yang diajarkan Islam dengan pisau tajam
21
Ibid.,hlm 2.
22
Lathif Awaludin, Ummul Mukminin, (Jakarta: Wali, 2014), hlm. 107.
23
Ahmad Zain An Najah, Makanan Haram Dan Asam Urat (Tabloid Bekam, Edisi 14),
(Bekasi: Tabloid Bekam Group, 2012), hlm 2.
ternyata jauh lebih baik dan lebih manusiawi dibanding dengan car-cara
lain, bahkan yang paling modern pun, seperti cara bolt stunning (alat
yang menembus tengkorak hingga otak) ternyata menyebabkan rasa sakit
teramat luar biasa pada binatang. Penyembilihan tersebut menggunakan
alat EEG (untuk mendeteksi detak jantung). Tiga detik setelah
penyembelihan tidak ada perubahan pada grafik EEG, ini menunjukka
bahwa tidak ada rasa sakit sama sekali ketika binatang disembelih, 3
detik kedua pada grafik EEG menunjukkan tidak sadar diri, ini karena
darah yang keluar dari tubuh binatang tersebut sangat banyak.
Setelah itu grafik EEG menunjukkan angka nol level, yaitu bahwa
binatng tersebut tidak merasakan sakit ketika disembelih. Dalam hasil
penelitian menunjukkan bahwa penyakit asam urat dipengaruhi oleh
kualitas daging. Ketika disembelih ternyata jantung binatang masih
berdetak , tubuh mengejang mengeluarkan darah secara maksimal, tapi
otak sudah tidak tercampur dengan darah yang mengandung asam urat
tingkat tinggi.24
Sementara sistem bolt stunning yang menghentikan detak jantung
binatang ketika otak masih merasakan sakit yang luar biasa , ditambah
dengan tidak kejangnya tubuh , sehingga darah masih tersumbat dalam
tubuh, dengan racun-racun berbahaya. Kemudian penyembelihan secara
syar’i dilakukan pada leher saja, sehingga yang rusak hanya pada bagian
leher, dan tidak merembet ke organ lain. Berbeda dengan binatang yang
mati dengan cara lain seperti terbentur atau terkena pukulan, yang
menyebabkan salah satu organ tubuhnya rusak sehingga pembuluh darah
akan membeku dalam organ tersebut. Dan tentunya mengandung asam
urat yang akan meracuni daging begitu cepat.25
c) Daging babi
‫ ِر ٱهَّلل ِ ِب ِۖۦه فَ َم ِن‬Š‫ َّل لِ َغ ۡي‬Š‫ٓا ُأ ِه‬ŠŠ‫ير َو َم‬ ۡ ۡ
ِ Š‫ةَ َوٱل َّد َم َولَ ۡح َم ٱل ِخ‬Šَ‫ َّر َم َعلَ ۡي ُك ُم ٱل َم ۡيت‬Š‫ا َح‬ŠŠ‫ِإنَّ َم‬
ِ ‫نز‬
24
Ibid., hlm 2.
25
Ibid., hlm 2.
ٞ ُ‫اغ َواَل َع ٖاد فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغف‬
١١٥ ‫يم‬ٞ ‫ور َّر ِح‬ ُ ۡ
ٖ َ‫ٱضط َّر َغ ۡي َر ب‬
Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan)
bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut
nama selain Allah; tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan
tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An-Nah}l/16 : 115)26
Dalam buku M. Quraish Shihab, babi merupakan binatang kotor yang
senang hidup di lingkungan yang kotor. Ia makan yang serba kotor, walau
itu adalah bangkai. Bahkan terkadang binatang yang menjadi mangsanya
dibiarkan membusuk dan memakannya setelahnya. Tiidak itu saja bahkan
babi juga memakan kotorannya sendiri. Babi mempunyai kaki yang pendek,
berkulit tebal dengan bentuk tubuh bagaikan tong. Babi tidak dipelihara
oleh bangsa Arab dandipandang juga sebagai binatang yang kotor oleh
bangsa- bangsa Phoenicia, Etiopia, dan Mesir. Bagi orang yahudi babi
dilarang untuk dimakan. dalam bukunya ini M. Quraish Shihab mengutip
pendapat E. A Widner menulis dalam Good Health bahwa:27
“ daging babi adalah salah satu bahan makanan yang banyak dimakan, tetapi
dia sangat berbahaya. Tuhan tidak melarang orang Yahudi untuk memakan
daging babi semata-mata untuk memperlihatkan kekuasaan- Nya, tetapi
karena daging babi bukan satu bahan makanan yang baik dimakan
manusia.”
Salah satu penemuan terbaru yang terungkap setelah maraknya rekayasa
genetika , adalah ditemukannya virus- virus yang terdapat pada babi yang
dapat mengakibatkan penyakit yang dapat membawa kematian pada
manusia, karena virus-virus tersebut tidak dapat dibunuh melalui cara
pembakaran atau bahkan dimasak sekalipun. Dalam babi juga terdapat virus
yang dinamai oleh ilmuan Trichine, yang menurut Ensiklopedi La Rose
yang terbit di perancis, virus ini bila masuk ke dalam tubuh manusia ia akan
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain hingga ke jantung manusia,
krongkongan dan matanya, dan virus tersebut dapat bertahan selama

26
Lathif Awaludin, Ummul Mukminin, (Jakarta: Wali, 2014), hlm. 280.
27
M. Quraish Shihab, Dia diman-mana “tangan” tuhan di balik setiap fenomena,(Jakarta:
Penerbit Lentera Hati), hlm 264.
bertahun-tahun dalam badan manusia.28
Dalam penelitian yang melarang mengkonsumsi daging babi karena lebih
banyak kerugiannya daripada manfaatnya, terdapat hikmah yang besar
dalam setiap ketepan Allah termasuk melarang mengkonsumsi darah,
bangkai dan juga babi. Ketetapan tersebut memberikan manfaatnya baik
untuk orang Islam maupun Non-Islam. Dalam QS. Al-Baqarah/2: 173
makanan yang haram jelas tersebutkan di dalam nya , namun Allah
memberikan keringan, jika dalam keadaan terdesak atau terpaksa tidak ada
yang dimakan kecuali ketiga makanan tersebut, maka tidak apa-apa asalkan
hanya sekedarnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian halal menurut bahasa Arab yang asal katanya berasal dari
h}alla yah}illu h}allan wa h{ala>lan yang berarti dihalalkan atau diizinkan dan
dibolehkan. Secara etimologi makanan adalah memasukkan sesuatu melalui
mulut. Dalam bahasa Arab makanan berasal dari kata at-t}a’a>m (‫ )اﻟﻄﻌﺎم‬dan
jamaknya al-atimah (‫ )اﻷطﻤﺔ‬yang artinya makan-makanan. Sedangkan dalam
ensiklopedi hukum Islam yaitu segala sesuatu yang dimakan oleh manusia,
sesuatu yang menghilangkan lapar. Halal berasal dari bahasa Arab (‫ )اﻟﺤﻼل‬yang
artinya membebaskan, memecahkan, membubarkan dan membolehkan.
Haram (al-haram) merupakan sesuatu yang dilarang mengerjakannya. Haram
adalah salah satu bentuk hukum taklifi. Menurut ulama ushul fikih, terdapat dua definisi
haram, yaitu dari segi batasan dan esensinya serta dari segi bentuk dan sifatnya. Dari segi
batasan dan esensinya, Imam al-Ghazali merumuskan haram dengan“sesuatu yang
dituntut Syari’at untuk ditinggalkan melalui tuntutan secara pasti dan mengikat”

28
Ibid.,hlm 265.
Adapun pembagian hukum haram dibagi menjadi dua yaitu haram li z|
ātihi dan haram li ghairihi. Apabila keharaman terkait dengan esensi
perbuatan haram itu sendiri, maka disebut dengan haram li z|ātihi. Dan apabila
terkait dengan sesuatu yang diluar esensi yang diharamkan, tetapi berbentuk
kemafsadatan, maka disebut haram li ghairihi.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan, kami pun tak luput dari
kesalahan. Semoga yang kita peajari ini dapat bermanfaat dengan harapan bisa
menambah pengetahuan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk menjadi koreksi kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (jakarta: pustaka al-Hanan,


2009)
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Cet.1; Semarang: Dina Utama, 1994)
Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus Indonesia Arab (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1999)
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve,
1996)
Ahmad Zain An Najah, Makanan Haram Dan Asam Urat (Tabloid Bekam, Edisi
14), (Bekasi: Tabloid Bekam Group, 2012)
Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman
Sistem Produksi Halal ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2003)
H. Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah al - Qur’an (Jakarta: tp, 1973).
Hussein Bahresy, Pedoman Fiqh Islam (Surabaya: al-Ikhlas, 1981)
H.M.K. Bakri, Hukum Pidana Dalam Islam (Solo: Ramadhani, th)
Lathif Awaludin, Ummul Mukminin, (Jakarta: Wali, 2014)
M. Quraish Shihab, Dia diman-mana “tangan” tuhan di balik setiap fenomena,
(Jakarta: Penerbit Lentera Hati)
Proyek Perguruan Tinggi Agama /IAIN di Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih (Jakarta: tp, 1982)
Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal direktorat Jenderal bimbingan
masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk teknis pedoman
sistem produksi halal , Departemen Agama RI, (Jakarta: tp 2003)
Tiench Tirta Winata, Makanan dalam Perspektif al -Qur’an dan Ilmu Gizi
(Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006)
Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam (Solo: Era Intermedia, 2003)

Anda mungkin juga menyukai