Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA MAKAN DAN MINUM DENGAN TANGAN KIRI

DALAM PANDANGAN SYARIAH

( AL-ISLAM 1 )

DOSEN PENGAMPU

Dr. Baidarus, MM.,M.Ag

DISUSUN OLEH

Albert Harmoko Laia

( 190701133 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan Makalah Al-Islam 1
yang berjudul “Makan dan Minum Dengan Tangan Kiri”
Di dalam makalah ini saya mengangkat tema tentang Makan dan minum dengan
tangan kiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa etika makan dan minum dengan tangan
kiri sangat berperan dalam kehidupan kita karena etika tersebut tidak diajarkan sesuai
dengan ajaran agama, terutama Islam mencerminkan kepribadian diri dari seseorang.
Hal tersebut juga dijelaskan dalam ajaran agama Islam yaitu yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Hadist. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak, yang telah membantu banyak hal dalam penyusunan makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekeliruan. Oleh karena itu Saya
sangat mengharapkan kritik dan saran. Dengan segala kerendahan hati, semoga
makalah yang saya buat ini dapat memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri,
maupun untuk orang lain.
 

Pekanbaru, 17 Oktober 2019

Albert Harmoko Laia

i
DAFTAR ISI
 
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................... 2
C. TUJUAN................................................................................. …………. 2
D. MANFAAT............................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4


A. HUKUM DAN MINUM DENGAN TANGAN KIRI MENURUT AL-
QURAN, HADIST, DAN ULAMA......................................................... 4
B. JANGAN MENIRU SETAN..................................................................... 6
C. KHAN CUMA MAKRUH........................................................................ 8
D. SOLUSI DARI AYAT AL-QURAN, HADIS, DAN PENDAPAT
ULAMA................................................................................................. 10
E. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI GAGASAN SEHINGGA
PERBAIKAN TERCAPAI…………………………………………. 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11


A. KESIMPULAN…………………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Syariat Islam dalam konteks ini Alquran dan Hadis senantiasa mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia sehari-hari. Dengan memberi petunjuk kepada
hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan mana yang tidak pantas dilakukan. Salah
satu ajarannya adalah etika makan dan minum dengan tangan kiri. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa mengalami
kemajuan sesuai perkembangan zaman serta pola pikir manusia. Jika dicermati
fenomena kesadaran beragama saat ini banyak dijumpai perilaku muslim dan
umat manusia lainnya yang nampaknya menyepelekan amalan-amalan baik yang
sifatnya wajib apalagi yang sunnah, namun berlebihan pada perkara yang mubah.
Era kehidupan modern kini banyak dijumpai pada berbagai perhelatan atau pesta-
pesta yang dilaksanakan di gedung-gedung bahkan di hotel-hotel dalam acara
jamuan makan misalnya, telah menjadi trend pesta berlangsung dengan suasana
makan minum memakai kedua tangan salah satunya tangan kiri. Sementara
syariah telah memberikan petunjuk untuk dipedomani perihal makan, minum.
Rasulullah saw. sendiri telah memberikan contoh taula dan dalam hal etika makan
dan minum untuk kemaslahatan umat manusia. Misalnya, Nabi Muhammad saw.
melarang kaumnya makan dan minum dengan tangan kiri, yang ternyata secara
medis dapat dibuktikan oleh ilmu kedokteran modern yang mengungkapkan
bahwa minum dengan tangan kiri tidaklah baik dimata umum dan menurut ajran
Allah. Dimana ada perintah dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, dari umur bin
Abi Salamah radhiyallahu’anhuma, kompilasi beliau masih kecil pernah makan
dengan kedua tangannya kiri-kanan.kemudian diperingati oleh Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam, “wahai anakku, menyebutlah nama Allah, dan

1
makanlah dengan tangan kananmu, dan juga makanlah yang ada dihadapanmu.”
(HR.Bukhari 5376 & Muslim 2022)

Secara konseptual, semuanya telah diatur oleh Islam dengan sejelas-jelasnya. Dan
di sisi lain, dalam tataran praktis atau aplikatif, Islam memiliki pula tatacara
tertentu yang digunakan untuk mengaplikasikan hukum-hukumnya untuk
memelihara akidah, serta mengemban risalah dakwah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasar latar belakang pemikiran di atas, maka persoalan pokok yang


menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana etika makan
minum dalam pandangan syariat. Dan untuk terarahnya penelitian ini akan
dikemukakan sub-sub permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana solusi dari ayat-ayat Al-Quran, Hadis dan ulama makan dan
minum dengan tangan kiri?
2. Bagaimana langkah langkah implementasi gagasam makan dan minum
dengan tangan kiri sehingga perbaikannya tercapai?

C. TUJUAN

Berdasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas,


maka tulisan ini bertujuan adalah :

a. Untuk mengkaji lebih jauh tentang etika makan dan minum dengan tangan
kiri menurut syariat Islam agar dapat dipedomani sekaligus memperoleh
hikmah atau manfaat disyariatkannya dalam Alquran dan Hadis.

2
b. Untuk mengetahui solusi bilamana manusia lalai mengikuti syariat terkait
dengan etika makan dan minum.

D. MANFAAT

Adapun Manfaat dari penulisan ini antara lain:

a. Dapat menambah dan memperkaya khasanah intelektual sekaligus


pengetahuan bagi umat manusia termasuk masyarakat secara umum terkait
etika makan dan minum dengan tangan kiri menurut syariat Islam, dalam
hal ini sesuai konsep Alquran dan Hadis.
b. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan sekaligus motivasi untuk lebih
memperbaiki diri atau beretika dalam hal makan dan minum dengan
tangan kiri. Meningkatkan kecakapan dan kesadaran dalam
mengaplikasikan etika makan dan minum sesuai dengan syariat Islam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

( GAGASAN )

A. HUKUM MAKAN DAN MINUM DENGAN TANGAN KIRI


MENURUT AL-QURAN, HADIST, DAN ULAMA

Adapun makan dan minum dengan tangan kiri ketika ada udzur, maka
hukumnya boleh. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan:

“makan dan minum dengan tangan kiri ketika ada udzur hukumnya tidak mengapa,
adapun jika tanpa udzur maka haram” 1

Dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah (6/119) juga disebutkan:

“jika ada udzur yang menghalangi seseorang untuk makan atau minum dengan
tangan kanan, semisal karena sakit atau luka atau semisalnya maka tidak makruh
menggunakan tangan kanan”

Dan kami tidak mengetahui adanya khilaf diantara para ulama mengenai hal ini.

Sedangkan makan dan minum dengan tangan kiri tanpa udzur, ada dua pendapat
ulama dalam masalah ini:

1. Pendapat pertama, hukumnya makruh. Ini adalah pendapat Syafi’iyyah dan


Hanabilah.

“Syafi’iyyah dan Hanabilah menegaskan bahwa makruh hukumnya makan


dan minum dengan tangan kiri ketika tidak dalam keadaan darurat” (Al

4
Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 45/294).
Diantara ulama masa kini yang menguatkan pendapat ini adalah Syaikh Shalih
Alu Asy Syaikh dan Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahumallah. Mereka
memaknai dalil-dalil larangan makan dan minum sebagai larangan yang
sifatnya bimbingan yang tidak sampai haram, namun makruh lit tanzih. Hal
ini ditunjukkan dalam sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam :

“wahai bocah, ucaplah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu,


serta ambil makanan yang berada di dekatmu”
dalam hadits ini Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan perkara-
perkara yang hukumnya mustahab bukan wajib menurut mereka2.

2. Pendapat kedua, hukumnya haram. Ini adalah pendapat para ulama


muhaqiqqin seperi Ibnu Hajar Al Asqalani, Ibnul Qayyim, Ibnu ‘Abdil Barr,
Ash Shan’ani, Asy Syaukani dan juga para ulama besar zaman ini seperti
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, dan
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Mereka berdalil dengan hadits
Ibnu Umar radhiallahu’anhuma: “jika seseorang dari kalian makan maka
makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan
tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya”
(HR. Muslim no. 2020).
Dalam hadits ini terdapat dua poin: perintah makan dengan tangan kanan dan
larangan makan dengan tangan kiri.
Juga hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena setan makan dengan
tangan kiri” (HR. Muslim 2019)

5
Pendapat kedua adalah pendapat yang rajih, yang sesuai dengan dalil-dalil yang tegas
memerintahkan makan dengan tangan kanan ditambah lagi dalil-dalil yang tegas
melarang makan dan minum dengan tangan kiri.

Andaikan hanya ada dalil perintah makan dan minum dengan tangan kanan, maka itu
sudah cukup kuat untuk mengharamkannya. Sebagaimana kaidah:

“perintah terhadap sesuatu, merupakan larangan terhadap kebalikannya”

Namun dalam masalah ini tidak hanya ada dalil perintah makan dan minum dengan
tangan kanan, bahkan juga terdapat dalil larangan makan dan minum dengan tangan
kiri. Sehingga lebih tegas lagi keharamannya.

B. JANGAN MENIRU SETAN

Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

“yang makan dengan tangan kiri, kalau ia bukan setan maka ia menyerupai setan”
(Zaadul Ma’ad, 2/369)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan: “makan dan


minum dengan tangan kiri ketika ada udzur hukumnya tidak mengapa, adapun jika
tanpa udzur maka haram. Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarangnya,
beliau bersabda:

‘sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya‘

dan Allah Ta’ala berfirman:

6
“wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah-langkah
setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya ia
menyuruh kepada perbuatan buruk dan kemungkaran” (QS. An Nur: 21)

Kemudian, setan itu senang jika anda makan dengan tangan kiri anda, karena itu
artinya anda telah mengikuti setan dan menyelisihi Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam. Maka ini bukan perkara remeh! Jika anda makan atau minum dengan
tangan kiri, setan sangat bergembira karena perbuatan tersebut. Ia gembira karena
anda telah mencocoki dirinya dan menyelisihi Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Maka ini bukan perkara remeh! Oleh karena itu wajib bagi para penuntut ilmu untuk
melarang orang-orang awam melakukan perbuatan ini.

Banyak orang yang kita dapati ketika makan, mereka minum dengan tangan kiri. Kata
mereka: “nanti gelasnya kotor”. Padahal kebanyakan gelas sekarang terbuat dari
kertas yang hanya sekali pakai saja. Maka jika demikian biarkan saja ia terkena noda
(dari bekas makan). Kemudian, masih memungkinkan anda memegangnya pada
bagian bawahnya diantara telunjuk dan ibu jari, kemudian meminumnya. Lalu
andaikan alternatif-alternatif barusan tidak memungkinkan, maka biarkan saja
gelasnya terkena noda nanti bisa dicuci, ini bukan hal yang musykilah.

Karena selama seseorang itu tahu bahwa melakukan hal tersebut hukumnya haram
dan berdosa jika minum dengan tangan kiri, maka yang haram itu tidak boleh
dilakukan kecuali darurat”3

7
C. KHAN CUMA MAKRUH

Sebagian orang ada yang beralasan “bukankah sebagian ulama hanya memakruhkan,
tidak mengharamkan?”.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: “sebagian ulama memang


berpendapat makruh. Namun, wahai saudaraku, saya nasehatkan anda dan yang
lainnya, ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, janganlah anda
mengatakan ‘bukankah sebagian ulama berpendapat begini dan begitu?‘. Para ulama
berfatwa sesuai pemahaman mereka. Terkadang mereka mengetahui dalilnya, namun
salah dalam memahaminya. Dan terkadang mereka tidak mengetahui dalilnya, dan
terkadang dalil dalam suatu masalah itu khafiy (samar).

Bukankah para sahabat Nabi pernah tidak mengetahui hadits tentang tha’un? Ketika
Umar bin Khathab berangkat menuju Syam, ada yang mengabari beliau bahwa di
Syam sedang ada tha’un (wabah penyakit). Lalu beliau berdiri dan bermusyawarah
dengan para sahabat. Lalu datang juga kaum Muhajirin dan Anshar yang turut
berdiskusi dalam ruangan. Mereka semua ketika itu tidak tahu tenatng hadits tha’un!
Namun walhamdulillah, Allah memberi taufiq kepada mereka untuk kembali dan
tidak melanjutkan perjalanan. Yaitu melalui Abdurrahman bin Auf radhiallahu’anhu
yang meriwayatkan hadits tersebut, yang awalnya ia tidak hadir di rombongan.
Namun kemudian ia datang dan menyampaikan hadits tersebut. Semua sahabat ketika
itu tidak tahu haditsnya, dan padahal ketika itu jumlah mereka terbatas (sedikit).
Maka bagaimana lagi ketika umat sudah tersebar dan ulama juga sudah tersebar?
Maka tidak semestinya kita menentang sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dengan perkataan ‘apa dalam masalah ini ada khilaf?‘ atau ‘bukankah
sebagian ulama berpendapat begini dan begitu?‘. Jika Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda kepada kita:

8
‘janganlah kalian makan dan minum dengan tangan kiri karena setan makan dan
minum dengan tangan kiri‘

maka habis perkara. Jika seorang mukmin disuruh memilih, apakah anda lebih suka
dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ataukah lebih suka dengan
jalannya setan? Apa jawabnya? Tentu akan menjawab, saya lebih suka dengan
tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam”4

Selain itu, andaikan seseorang menguatkan pendapat makruhnya hal ini, maka yang
makruh itu hendaknya dijauhi. Ketika para ulama mengatakan hukumnya makruh,
maka mereka menginginkan orang-orang menjauhi hal tersebut, bukan malah
melakukannya apalagi menjadikannya kebiasaan. Bukankah Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Yang halal itu jelas, yang haram itu jelas. Diantaranya ada yang syubhat, yang
tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa menjauhi yang
syubhat, ia telah menjaga kehormatan dan agamanya. Barangsiapa mendekati yang
syubhat, sebagaimana pengembala di perbatasan. Hampir-hampir saja ia
melewatinya” (HR. Bukhari 52, Muslim 1599)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

“Sesungguhnya setan ikut mengalir dalam darah manusia” (HR. Bukhari 7171,
Muslim 2174)

Al Khathabi menjelaskan hadits ini:

“Dalam hadits ini ada ilmu tentang dianjurkannya setiap manusia untuk menjauhi
setiap hal yang makruh dan berbagai hal yang menyebabkan orang lain punya
sangkaan dan praduga yang tidak tidak. Dan anjuran untuk mencari tindakan yang

9
selamat dari prasangka yang tidak tidak dari orang lain dengan menampakkan
perbuatan yang bebas dari hal hal yang mencurigakan” (Talbis Iblis, 1/33)

D. SOLUSI DARI AYAT AL-QURAN D, HADIS, DAN PENDAPAT


ULAMA

Kita tahu bahwa manusia tidak lepas dari kelalaian Allah Subhanahu Wa
Ta’ala telah mencela di dalam kitab-Nya, dan menggambarkan bahwa lalai adalah
akhlak tercela yang merupakan salah satu akhlak orang-orang kafir dan munafik.
Allah pun memperingatkan tentang kelalaian dengan peringatan yang keras,
sebagaimana Dia berfirman,

“Dan sesungguhnya, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al-
A’raf: 179).

Jadi, solusi yang paling utama adalah kita sebagai umat manusia harus
mengetahui terlebih dahulu hukum jika kita makan dan minum dengan tangan kiri.
Harus dapat selalu mengingat ajaran ajaran yang telah diberikan kepada kita. Selalu
bersyukur dan ingat terhadap Allah SWT.

E. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI GAGASAN SEHINGGA


PERBAIKAN TERCAPAI

10
1. Adanya sosialisasi pemahaman etika makan dan minum dengan tangan
kiri terhadap masyarakat

12
2. Adanya penerapan dengan jelas kepada masyarakat mengenai etika makan
dan minum dengan tangan kiri.
3. Selalu mengingatkan satu sama yang lain jika terdapat saudara kita yang
lalai.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Wajib makan dan minum dengan tangan kanan dan haram hukumnya
makan dan minum dengan tangan kiri. Dan makan dan minum dengan tangan
kiri adalah perbuatan setan. Pendapat yang menyatakan makruh adalah
pendapat yang lemah, namun andaikan seseorang mengambil pendapat ini
maka tetaplah hendaknya ia menjauhinya bukan malah melakukannya.
Semoga bermanfaat, nas-alullah at taufiq was sadaad.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://multazam-einstein.blogspot.com/2013/03/hadis-tentang-etika-
makan-dan-minum.html
https://muslim.or.id/24266-hukum-makan-dan-minum-dengan-tangan-
kiri.html

Jenis – jenis upaya hukum :


1. Upaya Hukum Biasa

Verzet merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah
satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan
Pengadilan Negeri yang diputus Verstek. Prosedur mengajukan verzet dalam
pasal 129 HIR/153 Rbg sebagai berikut :
Dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek itu diberitahukan kepada tergugat
sendiri;
Bila memungkinkan di periksa oleh Majelis Hakim yang sama.
Putusan tersebut menurut hukum boleh dimintakan banding
Pelawan bukan sbg Penggugat tapi tetap Terlawan sehingga yang membuktikan
dulu adalah Terlawan/Penggugat asal.
Banding artinya ialah mohon supaya perkara yang telah diputus oleh
pengadilan tingkat pertama diperiksa ulang oleh Pengadilan yang lebih tinggi
(tingkat banding), karena merasa belum puas dengan keputusan Pengadilan
tingkat pertama. Syarat-syarat dari upaya banding adalah sebagai berikut :
Diajukan oleh pihak-pihak dalam perkara.
Diajukan dalam masa tenggang waktu banding.

12
Putusan tersebut menurut hukum boleh dimintakan banding
Membayar panjar biaya banding, kecuali dalam hal

https://pn-tabanan.go.id/upaya-hukum-perkara-pidana/

https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5a27cbecc0fd8/saatnya-mengingat-
kembali-alat-alat-bukti-dalam-perkara-perdata/

http://hukuum.blogspot.com/2017/04/asas-asas-hukum-acara-perdata.html?m=1

http://hukuum.blogspot.com/2014/02/asas-asashukum-acara-pidana-1.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai