AGAMA ISLAM
DOSEN PEMBIMBING:
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan pustaka.........................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Perintah islam untuk menjaga diri dan hijabnya terhadap non muhrim....................4
a. Madzhab Hanafi :...............................................................................................6
b. Madzhab Maliki:................................................................................................6
c. Madzhab Syafi’i :...............................................................................................7
d. Madzhab Hanbali:..............................................................................................7
2.2 Fenomena yang ada di tempat pelayanan kesehatan saat ini.....................................8
2.3 Pandangan islam terhadap fenomena dalam dunia kesehatan.................................11
2.4 Kode etik keperawatan dan sifat-sifat yang harus dimiliki tenaga medis...............13
A. Praktek sehari-hari (Fry, 1994);...........................................................................13
B. Ayat yang menyangkut etika keperawatan...............................................................14
BAB.................................................................................................................................21
PENUTUP.......................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................................21
3.2 Saran......................................................................................................................21
Daftar Pustaka..............................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat
umum dimana seluruh kalangan masyarakat akan berinteraksi disana.
Diantaranya seperti Rumah sakit, Puskesmas, Klinik, dan lain-lain.
Rumah sakit (hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan
tenaga ahli kesehatan lainnya.
1
Tidak hanya itu, bahkan kadang dokter atau perawat harus
memegang alat vital dari kliennya untuk berbagai keperluan seperti
pada pemasangan kateter atau operasi pada bagian tersebut yang tidak
jarang bahwa petugas medis yang berlainan jenis kelaminlah yang
melakukan tindakan tersebut.
2
4. Bagaimana kode etik keperawatan dan sifat-sifat yang harus
dimiliki tenaga medis.?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perintah islam untuk menjaga diri dan hijabnya terhadap non
muhrim
Dienul Islam adalah sebuah agama yang mengatur segala seluk
beluk yang ada di kehidupan manusia dan semua ciptaan Allah.
Adapun yang termasuk yang dibahas adalah mengenai hubungan
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Di dalam agama
ini diatur bagaimana hubungan antar seorang wanita dan laki-laki
selayaknya menurut pandangan Islam.
4
hendaklah berjabat tangan itu sebatas ada kebutuhan saja, seperti yang
disebutkan dalam pertanyaan di atas, yaitu dengan kerabat atau
semenda (besan) yang terjadi hubungan yang erat dan akrab diantara
mereka; dan tidak baik hal ini diperluas kepada orang lain, demi
membendung pintu kerusakan, menjauhi syubhat, mengambil sikap
hati-hati, dan meneladani nabi saw.
5
bersama mahramnya”. Tiba-tiba seorang lelaki bangkit berdiri dan
berkata: wahai rasulullah, sesungguhnya isteriku pergi untuk
menunaikan ibadah haji, sedangkan aku terkena kewajiban mengikuti
peperangan ini dan itu. Beliau bersabda: “berangkatlah untuk berhaji
bersama isterimu”. [bukhari, muslim, ibnu majah dan ahmad]
a. Madzhab Hanafi :
1) Haram menyentuh wajah dan dua telapak tangan perempuan
bukan muhrim, sekalipun aman dari syahwat.
b. Madzhab Maliki:
1) Haram berjabat tangan dengan perempuan bukan muhrim.
Ini dinyatakan oleh al-Imam al-Baaji, al-Qadhi Abu Bakar
Ibnul Arabi dan As-Shawi.
6
lelaki sudah tidak memiliki lagi keinginan (hasrat)
kepadanya .” [asy-Syahush Shaghir IV/760].
c. Madzhab Syafi’i :
1) Imam An-Nawawi di dalam beberapa karyanya, as-
Syaribini dan lain-lain ulama as-Syafi’iyyah menyatakan
haram berjabat tangan dengan perempuan bukan muhrim.
d. Madzhab Hanbali:
1) Imam Ahmad ketika ditanya tentang masalah berjabat
tangan dengan perempuan bukan muhrim, beliau menjawab:
“Aku membencinya.”
7
dengan anak kecil (yang belum baligh) dibolehkan dengan
tujuan budi pekerti.
Dari berbagai mazhab para ulama diatas dapat kita lihat ada
persamaan dan perbedaan pandangan dari setiap ulama. Namun
untuk saat ini orang mengira bahwa bila kita tidak berjabat-tangan
dengan yang bukan muhrim berarti kurang sopan atau tidak saling
menghargai, padahal keramahan dan kesopanan yang dimaksud oleh
syari’at Islam bukanlah terletak pada jabatan tangan antara wanita
dan lelaki yang bukan muhrim. Kita sebenar- nya juga tidak perlu
bingung dengan kritikan orang lain (kolot, kurang sopan dll)
mengenai amalan kita, karena kritikan ini tidak ada habis-habisnya,
yang penting sebagai seorang muslim atau muslimah ialah sebaik
mungkin menjalani perintah Allah swt. dan Rasul-Nya dan menjauhi
larangan yang telah digariskan oleh syari’at Islam.
8
para medis diwajibkan secara etis memelihara kehormatan manusia,
baik dalam ruang pemeriksaan, maupun dalam ruang perawatan.
b. Melakukan inspeksi
Inspeksi ini sudah dilakukan sejak pasien memasuki
kamar kerja dokter, cara dia berjalan, normal atau dipapah,
napas sesak, kemudian bentuk badan,emosionalnya,dan lain-
lain
c. Melakukan palpasi
Yaitu meraba tubuh dengan telapak tangan. Untuk ini
perlulah pasien diminta untuk membuka pakaiannya terutama
bagian atas, kalau nanti ternyata diperlukan pemeriksaan yang
lebih lengkap barulah si pasien diminta untuk membuka
celana, gune pemeriksaan dalam, baik melalui vagina maupun
anus (dubur).
d. Melakukan perkusi
Yaitu dengan memukulkan jari tengah kanan diatas jari
tengah tangan kiri yang diletakkan dibagian atas tubuh yang
diperiksa. Pada perkusi akan menimbulkan suara sehingga
9
dapat ditentukan batas konfigurasi jantung, paru-paru dan
sebagainya. Apakah ada cairan di rongga dada atau pada
rongga perut.
e. Melakukan aukultasi
Dengan alat pendengar stetoskop dokter dapat
mendengar bunyi-bunyi udara di dalam paru-paru, baik yang
normal maupun yang tidak normal, bunyi jantung yang normal
dan yang tidak normal, bunyi bising, bunyi gerakan usus dan
sebagainya.
f. Pemeriksaan Pelengkap
Dilakukan dengan alat-alat seperti Reflek hamer dan
Elektro Cardiograf, alat yang untuk mencatataktivitas jantung
yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa abnormal yang tidak
diketahui dengan cara-cara diatas.
g. Pemeriksaan Laboratorium
Permeriksaan darah untuk mengetahui sel-sel darah,
berbagai macam zat-zat dalam darah seperti gula, empedu ,
kolesterol, asam urat, dan sebagainya.
10
2.3 Pandangan islam terhadap fenomena dalam dunia kesehatan
Islam menentukan bahwa setiap manusia harus menghormati
manusia yang lainnya, karena Allah sebagai khalik sendiri
menghormati manusia, sebagai mana di jelaskan Allah dalam surat Al
Isra’ :70.
11
Namun darurat itu bukan sesuatu yang bersifat rutin dan
gampang dilakukan. Umumnya darurat baru dijadikan pilihan
manakala memang kondisinya akan menjadi kritis dan tidak ada
alternatif lain. Itu pun masih diiringi dengan resiko fitnah dan
sebagainya.
Akan lebih baik lagi jika pasien diperiksa oleh dokter sejenis,
pasien perempuan diperiksa oleh dokter perempuan dan pasien laki-
laki diperiksa oleh dokter laki-laki. Karena dalam dunia kedokteran
sendiri banyak cerita-cerita bertebaran di seluruh dunia, di mana
terjadi praktek asusila baik yang tak sejenis hetero seksual, maupun
yang sejenis homoseksual antara dokter dan pasien.
12
Pembolehan dan batasan kebolehanya dalam keadaan darurat
juga banyak disampaikan oleh tokoh madzhab. Ahmad ibn Hanbal,
tokoh utama mazhab hanbali menyatakan boleh bagi dokter/ tabib
laki-laki melihat aurat pasien lain jenis yang bukan mahram khusus
pada bagian tubuh yang menuntut untuk itu termasuk aurat vitalnya,
demikian pula sebaliknya, dokter wanita boleh melihat aurat pasien
laki-laki yang bukan mahramnya dengan alasan tuntutan.
2.4 Kode etik keperawatan dan sifat-sifat yang harus dimiliki tenaga
medis
b. Menghargai pasien
13
tentang kewajiban-kewajiban yang secara sukarela diemban oleh
perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-
keputusan perawat.
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya“ (QS Al-Maidah 5:2)
14
Melihat bagaimana besarnya amal dan pengabdian yang
diberikan oleh dokter atau perawat , maka islam menganjurkan
beberapa sifat-sifat yang harus dipunyai antara lain :
1. Beriman
3. Penyantun
Artinya ikut merasakan penderitaan orang lain dan Karena
itu suka menolong orang lain dalam kesukaran. (Q.S Al-
baqarah : 263)
4. Peramah
Bergaul dengan tidak kaku dan menyenangkan. (Q.S Ali
Imran : 159)
5. Sabar
Tidak lekas emosionil dan lekas marahQ.S Asy syura :43)
6. Tenang
7. Teliti
Berhati-hati, cermat dan rapi
8. Tegas
Terang,nyata, dan tidak ragu-ragu.
15
9. Patuh pada peraturan
Suka menurut perintah
16
Disamping itu menurut Dr. Zuhair Ahmad al- Sibai dan Dr.
Muhammad ‘ali al-Ba dalam karyanya Al-Thabib, Adabu wa antara lain
dikemukan bahawa tenaga kesehatan muslim harus berkeyakinan atas
kehormatan profesi , menjernihkan nafsu,lebih mendalami ilmu yang
dikuasai, menggunaka metode ilmiah dalam berfikir, kasih
sayang,benar dan jujur, rendah hati, bersahaja dan mawas diri.
17
bahwa ilmu pengetahuan iytu dari hari ke hari selalu mengalami
perkembangan. Karena itu, agar setiap tenaga kesehatan tidak
ketinggalan informasi dan ilmu pengetahuan dan lebih mendalami
bidang profesinya, maka dituntut untuk selalu belajar. Dalam
islam sangat ditekankan dalam mengamalkan segala sesuatu agar
dilakukan secara professional dan penuh ketelitian.
Rasa cinta kasih adalah cahaya yang timbul dari hati yang
terdalam, dia akan dapat menyinari orang lain, alam semesta dan
segala sesuatu. Cahaya itu kemudian memantul kepada dirinya
sendirinya dan melimpah kepadanya kejernihan, kerelaan, dan
kemantapan.
18
g. Berendah hati (tawadhu)
i. Mawas diri
19
j. ikhlas, penyantun, ramah, sabar, dan tenang.
20
BAB
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu
hukum. Ada kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi’ (jika kondisi sulit, maka
Islam memberikan kemudahan dan kelonggaran). Bahkan Kaedah lain
menyebutkan: ‘Kondisi darurat menjadikan sesuatu yang haram
menjadi mubah’.
1. Beriman 8. Tegas
7. Teliti
3.2 Saran
Mengingat profesi kita adalah profesi yang menjadi pondasi
dalam kehidupan ini untuk itu mari kita tingkatkan pengetahuan dan
gairah belajar demi keberlangsungan bangsa ini dan meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT agar tidak lepas dari syariat islam dalam
menjalankan tugas kita
21
Daftar Pustaka
Salafytobat, Bersentuhan dengan wanita, bacaan alfatihah,
haji/umrah, gerakan jari shalat (Jakarta, 2008)
22