ANALISIS JURNAL
A. JUDUL JURNAL
Family psychoeducation for major depression: randomised controlled trial ( pendidikan
kesehatan jiwa bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan
depresi berat)
B. TUJUAN PENELITIAN
Untuk menguji psikoedukasi keluarga dalam pemeliharaan pengobatan pasien depresi dan
untuk mengetahui pengaruh emosi keluarga yang diekspresikan (EE) pada efektivitas
pengobatan pasien depresi berat.
C. METODE PENELTIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomised controlled trial
atau uji acak terkontrol. Sebuah percobaan acak terkontrol (RCT) adalah jenis percobaan
ilmiah/bentuk uji klinis yang paling umum digunakan dalam pengujian keselamatan (atau
lebih spesifik, informasi tentang efek samping perawatan ) dan keberhasilan atau efektivitas
dari kesehatan pelayanan (seperti obat-obatan atau perawatan ) atau kesehatan teknologi
(seperti obat-obatan , peralatan medis atau pembedahan ). Hal yang membedakan RCT
adalah bahwa subjek studi telah menjalani penilaian kelayakan sebelum dilakukan
rekrutmen. Biasanya sampel yang ada dibagi menjadi dua dengan perlakukan yang berbeda
yaitu sampel yang satu menjalani perlakukan yang sebenarnya sedangkan kelompok yang
lainnya hanya sebagai control saja.
2. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian, yaitu a set (or collection) of all
elements possessing one or more attributes interests. Jadi setiap anggota populasi harus
mempunyai karakteristik tertentu yang sama yang akan diteliti. Populasi dalam penelitan ini
adalah semua pasien yang mengalami depresi berat yang menjalani pengobatan Departemen
Psikiatri, fakultas kedokteran universitas Kochi dan Rumah Sakit Doujin Jepang yang
berjumlah 103 pasien.
3. Sampel
Sampel adalah sebagian (cuplikan) dari populasi yang masih mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi dan mampu mewakili keseluruhan populasi
penelitian. Sampel dipergunakan ketika jumlah seluruh anggota populasi terlalu banyak
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap populasi secara
keseluruhan, misalnya populasi penelitian adalah masyarakat pada suatu kota tertentu.
Sampel juga digunakan ketika jumlah populasi secara keseluruhan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami
depresi berat yang menjalani pengobatan Departemen Psikiatri, fakultas kedokteran
universitas Kochi dan Rumah Sakit Doujin Jepang yang telah memenuhi criteria inklusi dan
ekslusi yang ditentukan oleh peneliti. Adapun criteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini
adalah ;
a. Criteria inklusi
- Pasien yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
- Pasien dengan usia 18-85 tahun.
- Diagnosis penyakit depresi berat menurut DSM-IV.21 ( menunjukan gejala-gejala mood
depresi hampir sepanjang hari, hilang minat dan rasa senang secara nyata dalam aktivitas
normal, berat badan menurun atau bertambah, insomnia atau hipersomnia, agitasi atau
retardasi psikomotor, kelelahan atau tidak punya tenaga, rasa tidak berharga atau perasaan
bersalah berlebihan, sulit berkonsentrasi, pikiran berulang tentang kematian, percobaan/ide
bunuh diri.
- Pasien yang menjalani terapi berkelanjutan dengan antidepresan selama penelitian
- Pasien tidak lagi menjalani terapi electroconvulsive (ECT), atau direncanakan untuk
menjalani ECT.
- Pasien yang hidup dengan keluarga selama 3 bulan atau lebih sebelum berpartisipasi
dalam penelitian ini dan yang diharapkan untuk hidup dengan keluarga selama periode
investigasi.
- Pasien memiliki setidaknya satu anggota keluarga hidup dengan pasien yang bersedia
untuk wawancara keluarga (orang tua relatif 18 tahun atau lebih yang pernah kontak dengan
pasien untuk waktu yang lama dianggap sebagai anggota keluarga utamanya).
b. Criteria eksklusi
- Pasien yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian denga berbagai alasan
- Usia pasien kurang dari 18 tahun dan lebih dari 85 tahun
- Tidak terdiagnosis depresi berat menurut DSM-IV.21
- Pasien yang diduga menderita penyakit organik dan telah diperiksa dengan MRI
4. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan psychoeducation pada keluarga kelompok yang diteliti ditemukan
bahwa waktu untuk kambuh cenderung lebih lama di bandingkan kelompok control
( kelompok yang keluarganya tidak mendapat psycoeducation). yang dihitung secara statistik
menggunakan Kaplan-Meier survival analisis, P = 0,002. Tingkat kekambuhan sampai
dengan 9-bulan follow-up adalah 8% dan 50% masing-masing (rasio risiko 0,17, 95% CI
0,04-0,66; jumlah yang diperlukan untuk mengobati 2,4, 95% CI 1,6-4,9).
PEMBAHASAN
A. Kesahihan Metode Penelitian
1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
dengan desain cohort dimana keluarga pasien telah di berikan intervensi terlebih dahulu dan
kemudian kondisi klien di follow up selma sembilan bulan kedepan. Penelitian cohort sering
disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei yang paling baik dalam mengkaji
hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan
dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek,
yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan. Kelebihan dalam studi kohort ini
adalah
a. Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti
b. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko dan penyakit.
c. Dapat memberi keterangan yang lebih lengkap mengenai faktor risiko yang dialami oleh
indvidu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.
d. Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall atau memori.
e. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan study eksperimental.
f. Dapat dipakai langsung untuk menghitung insidens rate dari penyakit dan risiko relatif
dari faktor risiko yang sedang diteliti.
g. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli epidemiologi.
h. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi kohort
memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang semakin
meningkat.
Pada orang dewasa, depresi lebih sulit dikenali karena gejala seperti kecapekan,
kehilangan minat, gangguan tidur, gangguan nafsu seksual- sering dikira karena disebabkan
oleh penyakit lain. Gejala depresi pada orang dewasa sering tidak terlalu jelas. Mereka hanya
merasa kurang memuaskan hidupnya, bosan, merasa dirinya tidak berharga atau tidak ada
harapan lagi. Mereka juga biasanya hanya ingin tinggal dirumah dari pada harus
bersosialisasi keluar atau mengerjakan sesuatu yang baru. Bila sampai ada keinginan untuk
bunuh diri, maka itu merupakan salah satu tanda serius dari depresi yang tidak boleh
dipandang enteng. Pada orang dengan depresi, laki laki dewasa tua mempunyai rsiko tertinggi
untuk bunuh diri.
Ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab atau factor resiko terkena depresi,
yaitu antara lain:
1. Kesepian atau keterasingan (loneliness)
2. Pengalaman hidup yang menekan (stressful) akhir akhir ini
3. Kurangnya dukungan sosial
4. Riwayat penyakit depresi pada keluarga
5. Perbedaan biologis (neurotransmitter atau hormonal)
6. Adanya masalah keluarga atau masalah perkawinan
7. Masalah keuangan
8. Adanya trauma atau pelecehan pada masa kanak kanak
9. Menganggur atau tidak punya pekerjaan
10. Penyalah gunaan obat atau narkotika
11. Pola pikir yang negatif.
Dari beberapa faktor diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab depresi adalah sebagaian
besar dari faktor eksternal termasuk ekonomi dan sosial lingkungan. Penelitian yang telah di
bahas sebelumnya merupakan suatu gambaran bahwa pasien yang sedang menjalani maupun
telah menjalani pengobatan kejiwaan memerlukan dukungan sosial yang kuat, yang dapat
membuat mereka nyaman. Salah satunya adalah dari dukungan keluarga
Keluarga membutuhkan dukungan penuh dari tenaga kesehatan dalam segi pemberian
pengetahuan kejiwaan, bagaimana mereka harus memperlakukan pasien dengan depresi
berat. Jika pasien tersebut masih menjalani terapi di rumah sakit jiwa, maka ada beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh perawat untuk melakukan terapi pada pasien tersebut yaitu
1. Mencegah agar tidak kambuh.
Proses pemulihan dari depresi berat kadang tidak berjalan lurus. Untuk itu, setiap
penderita depresi harus melakukan upaya upaya pencegahan agar dirinya tidak jatuh lagi
kedalam depresi. Hal hal yang perlu dilakukan untuk mencegah agar tidak kambuh adalah:
a. Mempelajari seluk beluk penyakit depresi, seperti gejala, berbagai cara pengobatan dan
pemulihan depresi.
b. Perawat memonitor perubahan suasana hati dan mengenal tanda tanda awal terjadinya
depresi. Depresi biasanya tidak terjadi mendadak, ada suatu proses, sehingga bila tanda tanda
awal tersebut diketahui, maka tindakan pencegahan untuk menghindari dari depresi bisa
dilakukan. Tanda tanda bahaya (warning sign) depresi misalnya: perubahan pola tidur,
perubahan perasaan seperti merasa tidak berharga, perubahan pola makan, dan lain lain.
c. Perlu pula mengajari hal hal yang dapat memicu depresi, seperti kurang tidur, ada
tenggat waktu (deadline) pekerjaan yang mendesak, bertengkar dengan atasan atau saudara
dekat, dan lain lain. Hal hal yang dapat memicu depresi sebisa mungkin dihindari.
d. Mempelajari hal hal yang bila dilakukan akan membuat perasaan menjadi baik, seperti
curhat dengan keluarga/ teman dekat, melukis atau menulis, main music, jalan kaki pagi, dll.
Bila ada tanda awal akan kambuh, maka perlu dilakukan kegiatan yang bisa menghindarkan
dari kambuhnya depresi dengan melakukan kegiatan kegiatan yang bisa membuat suasana
hati kembali menjadi baik.
e. Bila kondisi semakin memburuk segera hubungi dokter yang merawat agar tidak perlu
terkena depresi lagi.