Anda di halaman 1dari 25

Masalah Etik Keperawatan dalam Islam Studi Kasus: Aborsi

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah AKSM I

Kelompok 2

Dhoni Moch Insan Maulana 302018068


Majid Nugraha 302018069
Fikri Nurul Padhli 302018071
Chikal Senjadea 302018072
Indah Fitriyani Sahroni 302018073
Lastri Ayulandari 302018074
Tita Melawati 302018075
Mega Rismayanti 302018076
Imam Nurhakim 302018077

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat yang tiada terhitung
jumlahnya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan ke pada Nabi
Muhammad SAW. Khususnya kepada penyusun serta selalu memberikan hidayah
dan inayahnya sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan penuh rasa
syukur dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penyusun buat ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim I. Dalam penyusunanya pun penyusun
mendapat dukungan dari dosen, teman-teman, referensi buku, dan yang
bersangkutan.
Adapun makalah yang penyusun buat belum sepenuhnya sempurna, sehingga
penyusun dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun sehingga dikemudian hari penyusun dapat membuat makalah
jauh lebih baik dari makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

Bandung, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................3
A. Definisi Aborsi.............................................................................................3
B. Hukum Aborsi menurut Hukum RI dan Islam.......................................3
C. Dampak Aborsi...........................................................................................6
D. Langkah-langkah Perawat Untuk Pendampingan Pasien......................8
BAB III ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN........................................10
A. Kasus..........................................................................................................10
B. Pembahasan...............................................................................................10
BAB IV PENUTUP..............................................................................................19
A. Simpulan....................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata aborsi berasal dari bahasa Inggris yaitu abortion dan bahasa latin abortus.
Secara etimologis berarti, gugur kandungan dan keguguran (M. Ali Hasan, 1998).
Aborasi dalam bahasa arab disebut ijhadh yang berarti menjatuhkan, membuang,
melempar dan menyingkirkan. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia
aborsi adalah: 1). Terpancarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup 2).
Keadaan terhentnya pertumbnuhan yang normal (untuk makhluk hidup) 3). Gugur
(Janin).
Saat ini Aborsi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri,
angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak
sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia.Di sisi lain aborsi
dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindakan pembunuhan,
dikarenakan janin atau bayi yang ada di dalam kandungan seorang ibu berhak
untuk hidup yang wajar, dan di dalam agama manapun juga tidak diperbolehkan
seorang wanita yang sedang hamil menghentikan kehamilannya dengan alasan
apapun. Selain itu banyak juga dijumpai di dalam masyarakat, berita yang
mengungkap kasus aborsi. Berita tersebut memuat kasus aborsi baik yang
tertangkap pelakunya maupun yang hanya mendapatkan janin yang terbuang saja,
antara lain janin yang ditinggal begitu saja setelah selesai diaborsi, dan ada juga
janin yang sengaja ditinggal di depan rumah penduduk atau di depan Yayasan
pengurus bayi.
Aborsi akan memberikan dampak yang serius pada masyarakat yaitu
menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah pendarahan dan infeksi. Aborsi
biasanya dilakukan oleh seorang wanita hamil baik yang telah menikah maupun
belum menikah dengan berbagai alasan. Alasan yang paling utama aborsi adalah
alasan yang non-medis diantaranya tidak ingin memiliki anak Karena khawatir

1
mengganggu karir atau tanggung jawab lain dan tidak ingin melahirkan tanpa
ayah.
Hal ini dikarenakan dalam budaya timur Indonesia, tidak dapat menerima anak
yang lahir d luar nikah. Alasan inilah yang kadang-kadang membuat perempuan

2
2

yang hamil diluar nikah nekat menggugurkan kandungannya. Anak di sisi lain
sebenarnya mempunyai hak untuk hidup dan hal tersebut diatur dalam undang-
undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1 angka 2 yang
menyatakan “Perlindungan anak adalah segala Kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-hak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Aborsi?
2. Bagaimana hukum aborsi dinegara Indonesia dan hukum menurut Islam?
3. Apa saja dampak dari Aborsi?
4. Bagaimana langkah-langkah perawatan pada Aborsi?
5. Bagaimana analisis pada kasus?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Aborsi.
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum aborsi dinegara Indonesia dan hukum
menurut Islam.
3. Untuk mengetahui apa saja dampak dari Aborsi.
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah perawatan pada Aborsi.
5. Untuk mengetahui bagaimana analisis pada kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Aborsi
Aborsi sendiri merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris abortion yang
berarti keguguran atau pengguguran. Dalam istilah lain aborsi merupakan
keluarnya hasil konsepsi (pembuahan) sebelum usia 20 minggu (lima bulan)
dengan berat kurang dari 500gram tanpa mempersoalkan penyebabnya, dan hasil
konsepsi ini tidak memiliki harapan untuk hidup. (Fadlun & Feryanto, 2011)
Sardikin Ginaputra dari Fakultas Kedokteran UI, secara therminologi
mendefinisikan aborsi sebagai pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sedangkan Maryono Reksodipura
dari Fakultas Hukum UI mendefinisikan aborsi dengan pengeluaran hasil konsepsi
dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiyah) (Masyfuk
Zuhdi, 1989).
D. Hukum Aborsi menurut Hukum RI dan Islam
1. Hukum Aborsi dalam Pandangan Islam
Sebagai konsekuensi dari pemahaman ayat dan hadits sebagaimana
dijelaskan di atas, para fuqaha membuat formulasi hukum yang berbeda-beda
mengenai aborsi. Perlu untuk dikemukakan di sini, para fuqaha (klasik)
memberlakukan hukum ini secara umum, yakni mencakup aborsi di dalam dan
di luar perkawinan (kehamilan karena seks di luar nikah). Hanya saja,
perkembangan terakhir menunjukkan adanya formulasi hukum tersendiri bagi
aborsi yang disebabkan oleh hamil di luar nikah dengan alasan-alasan yang
tidak semata-mata bersifat fiqhi, melainkan juga menyertakan alasan-alasan
yang sifatnya moral dan sosial.
Seluruh ulama dari semua madzhab sepakat bahwa aborsi setelah kehamilan
melewati masa 120 hari adalah haram, karena pada saat itu janin telah
bernyawa. Dasar dari hukum ini adalah hadits pertama sebagaimana yang telah
dijelaskan. Karena pada usia tersebut janin telah bernyawa, maka
menggugurkannya sama dengan membunuh manusia (anak) yang secara jelas
diharamkan oleh Allah

3
4

SWT, seperti yang tertera dalam Q.S. al-An’am: 151, Q.S. al-Isra’: 33, dan
sebagainya.
Imam al-Ghazali (1983) dalam kitabnya Ihya ’Ulum al-Din, berpendapat
bahwa aborsi adalah tindakan pidana yang haram tanpa melihat apakah sudah
ada ruh atau belum. Al-Ghazali mengatakan bahwa kehidupan telah dimulai
sejak pertemuan antara air sperma dengan ovum di dalam rahim perempuan.
Jika telah ditiupkan ruh kepada janin, maka itu merupakan tindak pidana yang
sangat keji, setingkat dengan pembunuhan bayi hidup-hidup.
2. Hukum Aborsi dalam Pandangan Hukum Pidana Indonesia
Ada perbedaan antara perbuatan abortus provocatus therapeuticus yang
tidak mengandung sifat kriminal dan perbuatan abortus provocatus criminalis,
yang memiliki sifat kriminal. Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Abortus provocatus criminalis terdapat dalam Pasal 346 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Ialah seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun. Sanksi pidana terhadap wanita yang
menggugurkan kandungannya tercantum pada Pasal 347 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana:
Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Sanksi bagi pelaku pengguguran kandungan seorang wanita dengan
persetujuan wanita yang bersangkutan tercantum pada Pasal 348 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana: 10 Pasal 348
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
5

Dan ketentuan pada Pasal 349 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ialah,
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana
yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 348 dan 349 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana berisi tentang
perbuatan orang atas persetujuan ibu berikut sanksi pidana penjara, apabila
dilakukan oleh profesional di bidangnya, sanksi ditambah dengan
sepertiganya dan ditambahkan sanksi tambahan berupa pencabutan hak
dalam menjalankan pencarian, berarti dilakukan pencabutan Surat Ijin
Praktik (SIP) sehingga yang bersangkutan tidak dapat melakukan praktik,
baik untuk selamanya atau selama kurun waktu tertentu tergantung dari
kategori perbuatan melawan hukum yang dilakukannya.
Jika diamati pasal-pasal tersebut maka akan dapat diketahui bahwa ada 3
(tiga) unsur atau faktor pada kasus pengguguran kandungan yakni:
1. Janin
2. Ibu yang mengandung
3. Orang ketiga yaitu yang terlibat pada pengguran tersebut.
Selain diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, aborsi juga
diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan:
Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimakasud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandunga; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologi bagi korban perkosaan.
6

3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan


setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Untuk melakukan tindakan aborsi mempunyai syarat serta ketentuan yang
diatur dalam Undang - Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan:
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh Menteri
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan e. penyedia layanan
kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
E. Dampak Aborsi
Tindakan aborsi yang dilakukan remaja secara illegal dapat membawa dampak
buruk bagi remaja itu sendiri, baik dari segi jasmani maupun psikologi. Dari segi
jasmani seperti kematian karena pendarahan, kematian karena pembiusan yang
gagal, kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan, rahim
yang robek, kerusakan leher rahim, kanker payudara, kanker indung telur, kanker
leher rahim, kanker hati, kelainan pada plasenta yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya, mandul, infeksi rongga panggul dan infeksi pada lapisan
rahim. Dari segi psikologi terutama pada remaja wanita akan tertindih perasaan
bersalah yang dapat membahayakan jiwanya. Dengan banyaknya dampak buruk
akibat aborsi tidak menjadikan perilaku aborsi berkurang, namun justru
sebaliknya. Tingginya jumlah remaja yang pernah melakukan hubungan seks
ataupun melakukan aborsi bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau
7

pendidikan seks yang diterima remaja sejak dini. Menurut Yayuk dan Abi (2010),
Resiko Aborsi bagi WanitaTelah dijelaskan sebelumnya bahwa Aborsi memiliki
resiko yang tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan seorang wanita bahkan
bisa beresiko fatal berupa kematian. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang
yang melakukan aborsi tidak merasakan apa apa dan langsung boleh pulang. Ini
adalah informasi yang salah dan sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama
mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi, sehingga mereka tanpa berfikir panjang untuk segera melakukan
aborsi tanpa berfikir resikonya. Dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian
Clowes, Ph.d, dijelaskan bahwa pada saat dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yang secara garis besarnya
terdapat dua macam resiko, yaitu:
1. Resiko Kesehatan dan Keselamatan Fisik
Pada saat dan setelah melakukan aborsi, maka wanita ada kemungkinan
besar mengalami resiko kesehatan dan keselamatan terhadap tubuh atau
fisiknya diantaranya berupa:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat,
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal,
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan,
d. Rahim yang sobek (uterine perforation),
e. Kerusakan leher rahim (carvical lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya,
f. Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen pada
wanita),
g. Kanker indung telur (ovarian cancer).
h. Kanker leher rahim (cervical cancer),
i. Kanker hati (Liver cancer),
j. Kelainan pada plasenta atau ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya,
k. Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi,
l. Infeksi rongga panggul,
m. Infeksi pada lapisan rahim.
8

2. Resiko Gangguan Psikologi dan Kejiwaan


Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap mental atau kejiwaan seorang wanita.
Gejala ini di kenal di dunia psikologi sebagai Post abortion syindrome
(sindrom pasca aborsi) atau PAS.
Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After
Abortion yang diterbitkan oleh The Post Abortion Review (1994). Diantara
gejala-gejala kejiwaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan harga diri (82 %),
b. Teriak-teriak- histeris (51 %),
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63 %),
d. Ingin melakukan bunuh diri (28 %),
e. Mulai menggunakan obat-obat terlarang (41 %),
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59 %)
Disamping gejala tersebut di atas, para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi atau dihantui perasaan bersalah yang tidak pernah hilang selama
bertahun-tahun dalam hidupnya.
F. Langkah-langkah Perawat Untuk Pendampingan Pasien
Sebagai seorang perawat muslim kita harus bisa meminimalisir atau bahkan
mencegah aborsi, karena bukan hanya si pelaku aborsi yang mendapatkan dosa
kita juga yang turut membantu aborsi akan mendapat dosa dari allah SWT. Ada
beberapa hal yang bisa di lakukan perawat ketika menghadapi kasus aborsi.
1. Menolak secara baik baik ketika ada perempuan yang meminta kita untuk
menggugurkan kandungannya.
2. Berikan penjelasan bahwa aborsi itu haram, terkecuali ada alasan tertentu
yang mengharusakan di lakukannya aborsi.
3. Jelaskan apa akibat yang akan di tanggung si pelaku aborsi jika ia
bersikukuh untuk melakukan aborsi.
4. Berikan dia konseling bahwa anak adalah titipan sang ilahi, jadi sudah
sepantasnya kita bertanggung jawab atas amanah tersebut.
9

Dan berikut merupakan apa yang bisa kita lakukan sebagai perawat islam
dalam menekan angka aborsi terutama di kalangan remaja
1. Berikan remaja   konseling, dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
yang berkualitas
2. Berikan konseling kepada orangtua bagaimana mereka bisa merespon
masalah remaja.
3. Diadakanya penyuluhan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di
kalangan remaja.
4. Membeberkan pengertian kepada remaja untuk melanjutkan pendidikan,
memaksimalkan potensi, mencegah pernikahan dini dan risiko melahirkan
muda
5. Menanamkan sikap dan sifat religius kepada remaja.
6. Melibatkan para remaja untuk menjadi duta anti aborsi dan pergaulan bebas
agar lebih banyak para remaja yang terangkul dan mencegah mereka jatuh
ke jurang kemaksiatan.
BAB III
ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus
Seorang remaja putri dan putra, masing-masing usia 16 dan 18 tahun, datang
kepada oknum petugas kesehatan yang membuka praktik untuk aborsi.
Diketahui remaja putri tersebut sedang hamil usia 26 minggu, kedua remaja
tersebut sepakat menggugurkan kandungan karena takut semakin hari, perut
remaja putri tersebut semakin besar dan tida siap jika dikeluarkan sekolah atau
diusir oleh orangtuanya. Saat dilakukan tindakan aborsi, remaja putri
mengalami pendarahan dan pingsan, hingga akhirnya dibawa ke RS.
B. Pembahasan
Zina adalah merupakan delik yang terutama melanggar kehormatan golongan
kerabat dan melanggar kepentingan hukum seseorang selaku suami. Kemudian
Hilman Hadikusumah mengatakan bahwa perbuatan zina adalah persetubuhan
antara pria dan wanita diluar ikatan perkawinan yang syah.
Perbuatan zina merupakan salah satu tindak pidana yang dilarang oleh sistem
hukum barat, sistem hukum adat, maupun sistem hukum Islam. Perbuatan zina di
dalam sistem hukum barat telah dirumuskan normanya di dalam pasal 284 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Sistem hukum Islam yang normanya
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang isinya berupa larangan, perintah, dan
anjuran, yang tujuannya adalah untuk kemaslahatan manusia. Allah SWT
mensyariátkan hukum-Nya adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia,
sekaligus untuk menghindari mafsadat, baik di dunia maupun di akhirat.
Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok dapat diwujudkan
dan dipelihara. Kelima unsur pokok itu, menurut al- Syatibi adalah agama, jiwa,
keturunan, akal dan harta, kelima unsur pokok ini di dalam literatur-literatur
hukum Islam dikenal dengan Ushul al-Khamsah. Salah satu dari lima itu adalah
memelihara keturunan yakni disyariátkan untuk menikah dilarang berzina. Zina
termasuk jarimah yang hukumannya adalah hudud, yakni hukuman yang telah
ditentukan oleh Allah SWT di dalam al-Qurán, maupun di dalam al-Hadits.

10
11

Perbuatan zina atau overspel yang tercantum dalam Pasal 284 ayat (1) KUHP
merupakan suatu tindak pidana yang harus dilakukan dengan sengaja. Di dalam
rumusan Pasal 284 KUHP disebutkan bahwa, hanya pria atau wanita yang telah
menikah sajalah yang dapat melakukan zina, sedangkan pria atau wanita yang
tidak menikah itu, menurut rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal
284 ayat (1) angka 2e huruf a dan b KUHP itu hanya dipandang sebagai orang-
orang yang turut melakukan zina yang dilakukan oleh orang-orang yang telah
menikah. Di samping itu bahwa ketentuan pidananya di dalam pasal 284 KUHP
hanya dihukum penjara selama-lamanya 9 (Sembilan) bulan.
Pada dasarnya masalah aborsi (pengguguran kandungan) yang
dikualifikasikansebagai perbuatan kejahatan atau tindak pidana hanya dapat kita
lihat dalam KUHPwalaupun dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan memuat juga sanksi terhadap perbuatan aborsi tersebut. KUHP
mengatur berbagai kejahatan maupun pelanggaran. Salah satu kejahatan yang
diatur didalam KUHP adalah masalah aborsikriminalis. Ketentuan mengenai
aborsi kriminalis dapat dilihat dalam Bab XIV Buku ke-II KUHP tentang
kejahatan terhadap nyawa (khususnya Pasal 346 – 349). Adapun rumusan
selengkapnya pasal-pasal tersebut:
Pasal 299:
1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati dengan sengaja memberitahukan atau ditimbulkan harapan,
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam pidana
penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau
menjadikanperbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika ia
seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya tersebut ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian.
Zina Menurut konsep Islam
Zina adalah setiap hubungan kelamin di luar nikah dan mengancamnya dengan
hukuman, baik pelaku sudah kawin atau belum, dilakukan dengan suka sama suka
atau tidak. Kemudian H.A. Djazuli menjelaskan bahwa zina adalah setiap
12

hubungan seksual yang diharamkan, baik yang dilakukan oleh orang yang telah
berkeluarga maupun yang belum berkeluarga asal ia tergolong orang mukallaf,
meskipun dilakukan dengan rela sama rela.
Kemaksiatan yang merajalela juga membuat peningkatan jumlah aborsi.
Pergaulan dalam Islam selalu menjaga agar laki-laki dan wanita tidak bergaul
lebih jauh, namun pada kenyataannya banyak manusia yang justru semakin
mendekati zina. Padahal Allah telah melarang dan memperingatkan tentang zina
dalam Islam berkali-kali.
ً‫اح َشةً َو َسا َء َسبِيال‬ ِّ ‫َوال تَ ْق َربُوا‬
ِ َ‫الزنَى إِنَّهُ َكانَ ف‬
Artinya:” Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al Israa: 32)
Dalam ayat tersebut mendekati saja tidak boleh apalagi melakukan pasti sangatlah
membahayakan. Dengan adanya larangan pasti juga ada sebuah hukuman jika ada
yang melanggar larangan tersebut. Di dalam al-Qur’an hukuman terhadap pelaku
zina diatur dalam surat an-Nur ayat 2
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫اَل َّزا نِيَةُ َوا ل َّزا نِ ْي فَا جْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ  َّواَل تَأْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َر ْأفَةٌ فِ ْي ِدي ِْن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُوْ نَ بِا‬
َ‫هّٰلل ِ َوا ْليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر ۚ  َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذا بَهُ َما طَٓائِفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬
az-zaaniyatu waz-zaanii fajliduu kulla waahidim min-humaa mi`ata jaldatiw wa
laa ta`khuzkum bihimaa ro`fatung fii diinillaahi ing kungtum tu`minuuna billaahi
wal-yaumil-aakhir, walyasy-had 'azaabahumaa thooo`ifatum minal-mu`miniin
"Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya
seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan
hari Kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sebagian orang-orang yang beriman." (QS. An-Nur 24: Ayat 2)
Rasulullah SAW bersabda: “Tiga (jenis manusia) yang tidak diajak bicara oleh
Allah pada hari kiamat dan tidak pula Allah menyucikan mereka dan tidak
memandang kepada mereka, sedang bagi mereka siksa yang pedih, yaitu: laki-laki
tua yang suka berzina, seorang raja pendusta dan orang miskin yang sombong”
(HR. Muslim)
13

Menurut sebagian imam, seseorang yang membunuh (janin) atau melakukan


aborsi berkewajiban membayar kafarat yaitu dengan memerdekakan budak
(perempuan) yang mukmin, jika tidak mendapatkannya, maka berpuasa selama 2
bulan berturut-turut. Sebab sebagian ulama menyamakan perbuatan ini dengan al-
ma’udatu ash shughra atau bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup.
Sebagaimana firman Allah: “Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya karena dosa apakah dia dibunuh.” (Q.S. At-Takwir: 8-9)
Sebagian orang membolehkan untuk melakukan aborsi dengan ketentuan sebelum
4 bulan atau sebelum ruh ditiupkan. Namun, dengan alasan apapun, aborsi atau
menggugurkan kandungan tetap tidak diperbolehkan dalam Islam. Sebagaimana
firman Allah SWT:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٗ‫ف فِّى ْالقَ ْت ِل ۗ اِنَّه‬ ٰ


ِ ‫ظلُوْ ًما فَقَ ْد َج َع ْلنَا لِـ َولِي ِّٖه س ُْلطنًا فَاَل يُس‬
ْ ‫ْر‬ ِّ ‫س الَّتِ ْي َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِا ْل َحـ‬
ْ ‫ق ۗ  َو َم ْن قُتِ َل َم‬ َ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
‫َكا نَ َم ْنصُوْ رًا‬
wa laa taqtulun-nafsallatii harromallohu illaa bil-haqq, wa mang qutila
mazhluumang fa qod ja'alnaa liwaliyyihii sulthoonang fa laa yusrif fil-qotl,
innahuu kaana mangshuuroo

"Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya),


kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim,
maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah
walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang
yang mendapat pertolongan."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 33)

Manusia adalah ciptaan Allah yang sangat dimuliakan, oleh sebab itu sungguh
merupakan dosa besar dalam Islam jika menghilangkan nyawa mahluk Allah yang
dimuliakan. Sebagaimana firman-Nya:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
14

ِ ‫ت َوفَض َّْل ٰنهُ ْم ع َٰلى َكثِي ٍْر ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ض ْياًل‬ ِ ‫َولَـقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ۤ ْي ٰا َد َم َو َح َم ْل ٰنهُ ْم فِى ْالبَ ِّر َوا ْلبَحْ ِر َو َرزَ ْق ٰنهُ ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب‬

wa laqod karromnaa baniii aadama wa hamalnaahum fil-barri wal-bahri wa


rozaqnaahum minath-thoyyibaati wa fadhdholnaahum 'alaa kasiirim mim man
kholaqnaa tafdhiilaa
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna."(QS. Al-Isra' 17: Ayat 70)

Membunuh merupakan salah satu dosa besar setelah syirik dalam Islam.
Meskipun itu adalah nyawa mahluk kecil sekalipun, membunuh tetap tidak
diperbolehkan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫س‬َ ‫ض فَ َكا َ نَّ َما قَت ََل النَّا‬ ِ ْ‫س اَوْ فَ َسا ٍد فِى ااْل َ ر‬ ٍ ‫ك  ۛ  َكتَ ْبنَا ع َٰلى بَنِ ۤ ْي اِ ْس َرٓا ِء ْي َل اَنَّهٗ َم ْن قَت ََل نَ ْفسًا ِۢۢبِـ َغي ِْر نَ ْف‬
َ ِ‫ِم ْن اَجْ ِل ٰذل‬
َ ِ‫ت ثُ َّم اِ َّن َكثِ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم بَ ْع َـد ٰذل‬
َ ‫ك فِى ااْل‬ ِ ‫س َج ِم ْيعًا ۗ  َولَـقَ ْد َجٓا َء ْتهُ ْم رُ ُسلُنَا بِا ْلبَي ِّٰن‬ َ ‫َج ِم ْيعًا ۗ  َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكا َ نَّ َم ۤا اَحْ يَا النَّا‬
َ‫ْرفُوْ ن‬
ِ ‫ض لَ ُمس‬
ِ ْ‫ر‬
min ajli zaalika katabnaa 'alaa baniii isrooo`iila annahuu mang qotala nafsam
bighoiri nafsin au fasaading fil-ardhi fa ka`annamaa qotalan-naasa jamii'aa, wa
man ahyaahaa fa ka`annamaaa ahyan-naasa jamii'aa, wa laqod jaaa`at-hum
rusulunaa bil-bayyinaati summa inna kasiirom min-hum ba'da zaalika fil-ardhi
lamusrifuun
"Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang
siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau
bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul
Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas
di bumi."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 32)
15

Menurut Rukmin (2002; 10), aborsi atau bisa dikenal dengan Abortus provocatus
berasal dari kata abortus yang artinya gugur kandungan/keguguran”. Pengertian
aborsi atau Abortus Provocatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil
kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain pengeluaran itu
dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia,
baik melalui cara mekanik, obat atau cara lainnya (Kusmaryanto, 2001: 203).
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sebagian besar aborsi dilakukan kalangan
dokter dan tenaga medis lainnya. Aborsi merupakan masalah yang sangat rumit
dan pelik, menyangkut hampir semua sektor kehidupan masyarakat. Namum,
tidak pantas pula jika dokter kemudian mengambil ”jalan pintas” dengan
mengabaikan dan mengingkari moralitas serta etika profesi kedokteran, dan
terutama melanggar hukum dan dalam mengantisipasi masalah aborsi.
Pasal 75 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni:
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2) Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosan
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan konselor yang berkompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Selain itu juga dimuat mengenai syarat dan ketentuan dari
pelaksanaan aborsi dalam Pasal 76 UU No. 36 Tahun 2009 yakni:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
16

b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang


memiliki sertifikat yang ditetapakan oleh mentri
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan d. Dengan izin suami,
kecuali korban perkosaan
d. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
menteri.
Pasal 75 dan 76 UU Kesehatan telah diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan yakni:
”Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dikmaksud dalam Pasl 75 ayat (2)dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000.000 (satu milyar)”.
Pengaturan mengenai abortus provocatus di Indonesia telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
khususnya dalam Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, serta Pasal 349:
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349.
17

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
KUHP telah menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam tindakan aborsi dapat dikenai sanksi pidana. Ada
pertanggungjawaban pidana bagi pelaku-pelakunya. Berdasarkan ketentuan Pasal
346, Pasal 347, Pasal 348, dan Pasal 349 tindakan aborsi secara tegas
dilarang tanpa pengecualian, sehingga tidak ada perlindungan terhadap pelaku
aborsi. Jika KUHP melarang aborsi tanpa pengecualian, maka Undang-
undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan pengecualian
sebagaimana diatur dalam Pasal 75, Pasal 76 dan Pasal 77 sebagai berikut:
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yangdideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;
atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengankonseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten
dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 76
18

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:


a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
19
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Aborsi adalah tindakan menggugurkan, mematikan atau membuang janin
dalam Rahim seorang perempuan. Berdasarkan hukum menggugurkan janin
dengan sengaja dan tanpa sebab atau adanya anjuran medis maka perempuan
tersebut dapat dihukum sesuai dengan hukum tertulis pada Bab XIV Buku ke-
II KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa (khususnya Pasal 346 – 349).
Berdasarkan islam menggugurkan janin sama dengan membunuh yang
bernyama karena janin berhak untuk hidup maka menggugurkannya sama
dengan membunuh manusia (anak) yang secara jelas diharamkan oleh Allah
SWT, seperti yang tertera dalam Q.S. al-An’am: 151, Q.S. al-Isra’: 33. Serta
dengan melakukan aborsi dapat memunculkan dampak yang mempengaruhi
perempuan seperti rusaknya rahim, adanya kecacatan pada bayi selanjutnya,
dan masalah-masalah kesehatan lainnya pada perempuan.
B. Saran
Sebaiknya kita wajib mensyukuri apa yang telah di berikan oleh Allah SWT,
dan bila tidak siap mempunyai anak maka sebaiknya kamu jangan melakukan
hal yang dilarang oleh Agama.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Adami Chazawi. (2004). Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, hlm. 113.
Ayu, S. M., & Kurniawati, T. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja
Putri
Tentang Aborsi Dengan Sikap Remaja Terhadap Aborsi Di Man 2 Kediri
Jawa
Timur. Unnes Journal of Public Health, 6(2), 97-100.
Charisdiono.M. Achadiat. (2007). Dinamika Etika Dan Hukum Kedokteran.
Jakarta: Buku Kedokteran.
Dorland. (2002). Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta: EGC
Fadlun, Feryanto, A. (2011). Asuhan kebidanan patologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi.
Gracia Novena Maridjan, Lex Crimen Vol. VIII/No. 6/Jun/2019 halm. 115-117
Mayyasya, T., Akbar, S. N., & Safitri, J. (2020). PENGUNGKAPAN DIRI
REMAJA PELAKU ABORSI. Kognisia prodi Psikologi FK ULM, 1(2), 124
131.
Saifullah, Jurnal Sosial Humaniora, Vol 4 No.1, Juni 2011 halm. 14-24
Suryono Ekotama dkk. (2001). Abortus provocatus bagi korban perkosaan.
Jakarta:
Andi Offset.
Wiwik Afifah, 2013, Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan
Yang Melakukan Aborsi, Jurnal Ilmu Hukum, Vol-9/No-18/febuari/2013,
hlm 95

Anda mungkin juga menyukai