Anda di halaman 1dari 10

Klasifikasi Luka bakar, Dermatitis seboroik, Stevens Johnson syndrome (SJS),

Scabies

1. Klasifikasi luka bakar


Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan derajat
luka bakarnya, dan harus objektif. Patokan yang masih dipakai dan diterima luas
adalah mengikuti Rules of Nines dari Wallace. Luka bakar yang terjadi pada daerah
muka dan leher jauh lebih berbahaya daripada luka bakar di tungkai bawah, kita mesti
sangat waspada terhadap timbulnya obstruksi jalan napas.

(gambar 1. Perhitungan derajat luka bakar)


Seorang tenaga medis profesional harus terlatih dalam menentukan derajat
dan menangani suatu luka bakar. Ada pedoman yang biasa digunakan untuk
memperkirakan luas daerah yang terbakar yang disebut dengan Hukum Sembilan
(rule of nine), yaitu membagi daerah tubuh dengan persentase Sembilan (9%) per
daerah tubuh. Secara singkat, penjelasan Hukum Sembilan (Rules of nines)
adalah sebagai berikut:
a. Kepala (Nilai Total = 9%), terdiri dari: bagian depan = 4,5% dan bagian
belakang = 4,5%
b. Tubuh (Nilai Total = 36%), terdiri dari: dada dan perut = 18% serta
punggung = 18%
c. Lengan (Nilai Total = 18%), terdiri dari: lengan atas depan-belakang = 9%
dan lengan bawah depan-belakang = 9%
d. Kaki (Nilai Total =36%), terdiri dari: tungkai atas depan-belakang = 18%
dan tungkai bawah depan-belakang =18%
e. Alat kelamin (Nilai Total =1%)
Cara lain yang dapat digunakan untuk menghitung luas luka bakar adalah
membandingkan antara luka bakar yang dialami dengan telapak tangan korban.
Telapak tangan korban dianggap memiliki luas sebesar 1% dari luas permukaan
tubuh. Perlu diingat bahwa penghitungan luas luka bakar dihitung juga berdasarkan
masing-masing derajat luka bakar.
Berdasarkan penyebab Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara lain:
1) Luka bakar karena api
2) Luka bakar karena air panas
3) Luka bakar karena bahan kimia
4) Luka bakar karena listrik dan petir
5) Luka bakar karena radiasi Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan
a. Luka bakar derajat I
1) Kerusakan terbatas pada bagian superficial epidermis
2) Kulit kering, hiperemik, berupa eritem
3) Tidak di jumpai bulla
4) Nyeri karena ujung-ujung sarat sensorik teriritasi
5) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
b. Luka bakar derajat II
1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
2) Di jumpai bulla
3) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
4) Dasar luka berwarna merah pucat, sering terletak lebih tinggi di atas
kulit normal
5) Di bedakan atas 2 ( dua):
Derajat II dangkal (superfisial)
a) Kerusakan mengenai bagian superficial ari dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh
c) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari
Derajat II dalam
a) Kerusakan mengenai hamper seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh
c) Penyembuhan terjadi lebih lama , tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
satu bulan
c. Luka Bakar Derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringet, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan
3) Tidak dijumpai bulla
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
6) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilanng sensasi ,oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian
7) Penyembuhan terjadi karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari
dasar luka
Luas Luka Bakar
Walaupun hanya perkiraan saja, aturan sembilan, tetap merupakan petunjuk
yang baik dalam merupakan petunjuk yang baik dalam penilaian luasnya luka bakar:
kepala, 7 persen, dan leher, 2 persen, sehingga total 9 persen; setiap ekstremitas atas,
9 persen; badan bagian anterior, 2 x 9 atau 18 persen; badan bagian posterior, 13
persen, dan bokong, 5 persen, sehingga total 18 persen; setiap ekstremitas bawah, 2 x
9 atau 18 persen; dan genitalia, 1 persen
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam pemukaan tubuh relatif, yang pada
umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar antara luas permukaan kepala dengan
luas ekstremitas bawah dibandingkan dengan orang dewasa. Kepala wilayah luasnya
adalah 19 persen pada waktu lahir (10 persen lebih besar dari orang dewasa); Hal ini
terjadi akibat bencana pada luas ekstremitas bawah, yang masing-masing sebesar 13
persen. Dengan usia usia setiap tahun sampai usia 10 tahun, kawasan kepala
dikurangi 1 persen dan dalam jumlah yang sama di tambah pada ekstremitas bawah.
Setelah usia 10 tahun, di gunakan proporsi dewasa. Luas luka bakar yang mungkin
bersifat letal pada 50 persen dari mereka yang cedera (LA50) adalah 60 persen pada
populasi dewasa muda, 50 persen pada anak-anak, dan 35 persen pada orang tua
(lebih dari 40 tahun
Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka
bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III dan IV. Pada luka bakar derajat
1 (superficial burn), kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit. Kulit akan tampak
kemerahan, tidak ada bulla, sedikit oedem dan nyeri, dan tidak akan menimbulkan
jaringan parut setelah sembuh. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn) mengenai
sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian dermis.
Pada kulit akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri berat. Pada luka bakar derajat 3
(full thickness burn), kerusakan terjadi pada semua lapisan kulit dan ada nekrosis.
Lesi tampak putih dan kulit kehilangan sensasi rasa, dan akan menimbulkan jaringan
parut setelah luka sembuh. Luka bakar derajat 4 disebut charring injury. Pada luka
bakar ini kulit tampak hitam seperti arang karena terbakarnya jaringan. Terjadi
kerusakan seluruh kulit dan jaringan subkutan begitu juga pada tulang akan gosong.
Beratnya luka bakar berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang terkena dan
dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Disebut ringan jika
terdapat luka bakar derajat I seluas 20% atau derajat III seluas >10% atau mengenai
wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan
tinggi (>1000V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan
lunak/gangguan jalan nafas.
2. Klasifikasi dermatitis seboroik
a. Pada bayi
Penyakit ini terjadi pada bayi didominasi pada bulan-bulan pertama kehidupan
sebagai penyakit inflamasi yang terutama mempengaruhi rambut dan kulit kepala
dengan lipatan intertriginosa berminyak yang disertai sisik dan kerak. Daerah
lainnya seperti wajah, dada, dan leher juga dapat terpengaruh. Pada bayi dapat terjadi
dari usia minggu pertama kelahiran hingga 3 bulan, dan kelainan berhubungan
dengan waktu neonatus memproduksi sebum yang selanjutnya akan mengalami
regresi hingga pubertas.

gambar 2. (dermatitis seboroik pada bayi)


1) Pada kepala (kulit kepala daerah frontal dan parietal) khas disebut
cradle crap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada
dasar kemerahan dan kurang / tidak gatal
2) Pada lokasi lain seperti lipatan belakang telinga, pinna telinga, dan
leher, lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup
dengan skuama yang berminyak, kurang / tidak gatal.
Tempat predileksi adalah kulit kepala bagian vertex MDVI Vol. 43 No. 4
Tahun 2016; 153 - 159 155 (cradle cap) berupa plak eritematosa disertai skuama
kuning kecoklatan yang lekat dan menyebar ke seluruh bagian kulit kepala. Selain itu,
juga terdapat krusta. Lesi dapat ditemukan di wajah, leher dan menyebar ke
punggung serta ektremitas, berupa plak inflamasi di daerah intertrigo, yaitu aksila dan
lipat paha. Lesi juga bisa didapatkan di area popok. Diagnosis banding perlu
dipikirkan pada bayi dengan gejala dermatitis seboroik yang luas, harus dibedakan
misalnya dengan dermatitis, atopik, antara lain dengan melakukan pemeriksaan
penunjang misalnya immunoglobulin E total
b. Pada orang dewasa
Pada orang dewasa DS bersifat kronis dan residif, terjadi ada usia 30-60 dengan
puncak di usia 40 tahunan. Pada kulit kepala umumnya tingkat keparahan DS
sedang, skuama sedikit, kering, warna putih dan mudah lepas. Pada gejala yang lebih
berat terdapat plak berasal dari skuama kering yang tebal kekuningan.6 Lesi dapat
terlihat juga di wajah secara simetris yaitu di alis, dahi, kelopak mata atas, plika
nasolabialis dan cuping hidung. Tempat lain yang sering terkena pada regio
retroaurikularis, kanal auditori eksternal, aurikula dan conchae bowl. Gejala yang
ditemukan berupa eritema dan gatal disertai rasa terbakar dan gatal ringan terutama di
kulit kepala. Folikulitis pitirosporum juga dapat ditemukan di daerah seboroik.
Biasanya dimulai saat remaja sebagai akibat respons aktivitas androgen yang
meningkatkan produktivitas kelenjar sebasea.1 DS pada orang dewasa mengalami
periode remisi dan eksaserbasasi. Pencetus kekambuhan DS umumnya akibat stres
emosional, letih, depresi, perubahan suhu, higiene pribadi, pajanan matahari,
perubahan pola makan, infeksi, obat dan berada di ruangan dingin cukup lama.
(gambar 3. Dermatitis seboroik pada orang dewasa)
Dermatitis seboroik yang menyerang saluran telinga luar mirip
otomikiosis dan otitis eksterna. Pada otomikosis akan terlihat elemen jamur
pada sediaan langsung. Otitis eksterna menyebabkan tanda-tanda radang,
jika kaut terdapat pus.
1) Diffrensial diagnosis dari penyakit ini beragam di setiap tempatnya.
2) Kepala : dandruff, psoriasis, dermatitis atopic, impetigo
3) Saluran telinga : psoriasis atau dermatitis kontak, irritant atau alergi
Wajah : rosacea, dermatitis kontak, psoriasis, impetigo
4) Dada dan punggung : pityriasis versicolor, pityriasis rosea, psoriasis
5) Kelopak mata : dermatitis atopic, psoriasis, demodex folliculorum
(demodicosis) Daerah intertriginosa : psoriasis dan candidiasis
3. Klasifikasi Stevens Johnson syndrome (SJS)
a. Sindrom Steven Johnson : Surface area of epidermal detachment
dibandingkan dengan detached dermis yaitu sebanyak >10%
b. Sindrom steven Johnson dan TEN : Surface area of epidermal
detachment dibandingkan dengan detached dermis yaitu sebanyak
<10-30%
c. TEN : Surface area of epidermal detachment dibandingkan dengan
detached dermis yaitu sebanyak >30%
(gambar 4. Stevens Johnson syndrome)
4. Klasifikasi Scabies
Berikut macam bentuk-bentuk penyakit scabies yang terjadi pada manusia:
a. Skabies pada orang bersih (Scabies in the clean) Tipe ini sering ditemukan
bersamaan dengan penyakit menular lain. Ditandai dengan gejala minimal
dan sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya menghilang akibat mandi
secara teratur.
b. Skabies pada bayi dan anak kecil Gambaran klinis tidak khas, terowongan
sulit ditemukan namun vesikel lebih banyak, dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki.
c. Skabies noduler (Nodular Scabies) Lesi berupa nodul coklat kemerahan
yang gatal pada daerah tertutup. Nodul dapat bertahan beberapa bulan
hingga beberapa tahun walaupun telah diberikan obat anti skabies.
d. Skabies in cognito Skabies akibat pengobatan dengan menggunakan
kostikosteroid topikal atau sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat
memperbaiki gejala klinik (rasa gatal) tapi penyakitnya tetap ada dan tetap
menular
e. Skabies yang ditularkan oleh hewan (Animal transmited scabies) Gejala
ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat
pada tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila menjauhi hewan
tersebut dan mandi yang bersih.
f. Skabies krustosa (crustes scabies / scabies keratorik) Tipe ini jarang
terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi keterlambatan diagnosis
maka kondisi ini akan sangat menular.
g. Skabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden) Penderita penyakit kronis
dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
h. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain Apabila ada
skabies di daerah genital perlu dicari kemungkinan penyakit menular
seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan atau gonore dan
pemeriksaan serologi untuk sifilis.
i. Skabies dan Aquired Immuodeficiency Syndrome (AIDS) Ditemukan
skabies atipik dan pneumonia pada seorang penderita.
j. Skabies dishidrosiform Jenis ini di tandai oleh lesi ber upa kelompok
vesikel dan pustula pada tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu
sembuh dengan obat antiskabies (Emier, 2007).

(gambar 5. Scabies)
Dapus klasifikasi :
Ratna sintia dewi, yulia (2017). “jurnal luka bakar: konsep umum dan investigasi
berbasis klinis luka antemortem dan postmortem” fakultas kedokteran universitas
udayana
Widaty, Sandra dan aninda marina (2016). “pilihan pengobatan jangka panjang pada
dermatitis seboroik” departemen ilmu kesehatan kulit dan kelamin FK Universitas
indonesia / RSUPN dr. ciptomangunkusumo, Jakarta. Vol. 43 No. 4 153-159
Fitriani, Julia dan fajri alratisda (2019). “jurnal stevens Johnson syndrome” program
studi profesi dokter , fakultas kedokteran universitas malikussaleh, aceh. Vol 5. No.1
(Mei 2019)
Mutiara, hanna dan firza syailindra (2016). “jurnal scabies” bagian parasitologi FK
universitas lampung dan mahasiswa FK universitas lampung. Vol.5 No. 2 (April
2016)

Anda mungkin juga menyukai