Anda di halaman 1dari 20

* KONSEP LUKA BAKAR DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
Kulit merupakan ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Luas kulit pada
manusia rata-rata ± 2 meter², dengan berat 10 kg dengan lemaknya atau 4 kg tanpa lemak.
Kulit terbagi atas 2 lapisan utama, yaitu epidermis (kulit ari) sebagai lapisan luar dan dermis
(korium, kutis, kulit jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis.

Kulit berfungsi sebagai :


* Melindungi organ-organ dalam tubuh dari gangguan dan rangsangan dari luar
* Melindungi dari benda asing
* Sebagai tempat evaporasi atau penguapan
* Menjaga suhu tubuh
* Menyimpan lemak
* Menghasilkan vitamin D alami
* Menjadi indera peraba

*ANATOMI FISIOLOGI
KULIT
Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap
trauma suhu / termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan
luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak
sebagian dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan
konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua
sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa
membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas.

Luka bakar adalah kerusakan atau hilangnya jaringan yang


disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh
(flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh
benda panas (kontak panas), akibat aliran listrik, akibat bahan-bahan
kimia, serta sengatan matahari (sunburn).

*DEFINISI LUKA BAKAR


1. Termal : kontak dengan api, cairan panas atau
objek panas lainnya
2. Kimia : kontak jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat
3. Elektrik : panas yang digerakkan dari energi listrik
4. Radiasi : terpapar dengan sumber radioaktif

*ETIOLOGI LUKA
BAKAR
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada
penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam
tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh
akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan
cairan dari intravaskuler ke ekstra vaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh
kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema
menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani.
Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR
(Rate Filtrasi Glomerulus) akan menurun sehingga haluaran urine meningkat. Jika resitasi
cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila
resitasi cairan adekuat, maka cairan interstisial dapat ditarik kembali ke intravaskuler
sehingga terjadi fase diuresis.

*PATOFISIOLOGI
Derajat Luka
*KLASIFIKASI LUKA
a. Derajat I
* Kerusakan hanya sebatas bagian superfisial atau permukaan yaitu epidermis, perlekatan
antara epidermis-dermis baik
BAKAR
* Kulit kering, hipereremik memberikan efloresensi berupa eritema
* Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritasi
* Penyembuhan : spontan dalam 5-7 hari
* Ex : luka bakar akibat serangan matahari atau sunburn
b. Derajat II (Partial Thickness Burn)
* Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian superfisial dermis
* Respon yang timbul : reaksi inflamasi akut disertasi dengan eksudasi
* Nyeri karena ujung-ujung syaraf teriritasi
1) Derajat IIA (Superficial Partial Thickness Burn)
* Kerusakan mengenai epidermis dan sebagian (⅓) dermis
* Terjadi epidermolisis yang diikuti terbentuknya bula atau lepuh
2) Derajat IIB
* Kerusakan mengenai hampir seluruh (⅔) dermis
* Apendises kulit (integumen) seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea
sebagian utuh
* Kerap dijumpai eskar tipis dipermukaan
c. Derajat III (Full Thickness Burn)
* Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis-dermis) serta lapisan lebih dalam
* Apendises kulit (integumen) seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea
mengalami kerusakan
* Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena terbentuk eskar
Berdasarkan berat ringannya luka bakar
a. Luka bakar berat (major burn)
* Derajat II-III > 20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas usia 50 tahun
* Derajat II-III 25% pada kelompok usia selain yang disebutkan diatas
* Pada bagian muka, telinga, tangan, kaki dan perineum
* Adanya cidera inhalasi
* Yang diakibatkan oleh listrik tegangan tinggi
* Disertai trauma lainnya serta pasien dengan resiko tinggi
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
* Luas luka 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10%
* Luas 10-20% pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10%
* Luka bakar dengan derajat III < 10% pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum
c. Luka bakar ringan (minor burn)
* Luas < 15% pada dewasa
* Luas < 10% pada anak dan usia lanjut
* Luas < 2 % pada segala usia, yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
Berdasarkan kedalamannya
a.Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas
b.Zona statis
Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai
kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas
kapiler dan respon inflamasi lokal. Berlangsung 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin akan berakhir dengan nekrosis jaringan
c.Zona hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.
Rumus 9 atau rule of nine
1. Luka Bakar Derajat I
*MANIFESTASI KLINIS
Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial) /
epidermal burn. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak
dijumpai bula, dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi.
Pada hari keempat paska paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep
antibiotik dan pelembabb kulit dapat diberikan dan tidak memerlukan
pembalutan.
2. Luka Derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan
terasa nyeri akibat iritasi ujung-ujung saraf sensoris.
a. Luka Bakar Derajat II Dangkal / Superficial Paratial Thickness
Pada luka bakar derajat II dangkal, kerusakan jaringan
meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak
kemerahan, edema, dan terasa lebih nyeri dari pada luka bakar
derajat I. Luka sangat sensitif dan akan lebih pucat jika terkena
tekanan. Masih dapat ditemukan folikel rambut, kelenjar keringat,
dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam
10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama
dengan sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep
antibiotik perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara
(xenograf, allograft atau dengan bahan sintesis) dapat diberikan
sebagai pengganti pembalutan.
b. Luka Bakar Derajat II / Deep Partial Thickneess
Pada luka bakar derajat II, kerusakan jaringan terjadi pada hampir seluruh
dermis. Bila sering ditemukan dengan dasar luka eritema yang basah.
Permukaan luka bercak merah dan sebagaian putik karena variasi
vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal.
Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan
jaringan perut. Selain pembalutan dapat juga diberikan penutup luka sementara
(xenograft, allograft atau dengan bahan sintesis).
3.Luka Bakar Derajat III
Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga jaringan
subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak dijumpai bula, kulit
yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering (nekrotik).
Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan dermis. Luka
tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi spontan. Perlu dilakukan eksisi
dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II dalam dan luka bakar
derajat III. Eksisi awal mempercepat penutup durasi penyembuhan, mencegah
infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi sepsis, dan
secara kosmetik lebih baik.
1.Penatalaksanaan Medis

a. Debridemen
* Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan memisahkan diri secara spontan dari
jaringan di bawahnya.
* Debridemen mekanis, yaitu dengan penggunaan gunting dan forcep untuk memisahkan,
mengangkat jaringan yang mati.
* Dengan tindakan bedah, yaitu dengan eksisi primer seluruh tebal kulit atau dengan
mengusap kulit yang terbakar secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih veabel.
b.Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelasasi spontan tidak memungkinkan terjadi :
* Autograft ; dari kulit penderita sendiri.
* Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup / atau baru saja meninggal (balutan
biologis).
* Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan biologis).

*PENATALAKSANAAN
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan luka umum
* Pembersihan luka
* Terapi antibiotik lokal
* Ganti balut
* Perawatan luka tertutup / tidak tertutup
b. Resusitasi Cairan
Pada luka bakar mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan
ekstrapasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interstisial
mengakibatkan terjadinya hipovolemik intravaskuler oleh edema intrastisial.
Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi kebagian
distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ. Pedoman
dan rumus untuk pengganti cairan luka menurut Evans
* BB (Kg) x % luka bakar x 1 cc NaCL
* BB (Kg) x % luka bakar x 1 cc Larutan koloid Cc glukosa 5%
c. Nutrisi yang cukup
Dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, dapat mempercepat
proses penyembuhan luka bakar, karena protein berperan penting dalam pembentukkan
sel-sel jaringan tubuh yang rusak, contohnya seperti : ikan dan telur.
1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial ( luka
bakar pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada
toraks hipoksia dari gagal napas restriktif) ( cegah dengan
eskaratomi segera).
2. Awal
a. Infeksi ( waspadai steptococcus ) obati infeksi yang timbul
( 10% organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.
b. Ulkus akibat stres ( ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,
broker H2 atau inhibitor pompa proton profilaksis)
c. Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati
dengan insulin, dekstrosa.

*KOMPLIKASI
*ASUHAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas Pasien
b. Alasan Masuk :
Klien masuk IGD rumah sakit dengan keluhan luka bakar pada tangan kiri akibat tersengat aliran listrik, luka bakar sekitar 13% termasuk
luka bakar derajat I. Penanganan pertama diberikan cairan NaCl yang dibasahi dengan kassa steril. Keadaan umum klien lemah, jalan nafas
klien tidak terganggu
c. Primary Survey
Airway : Jalan nafas paten tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing Pernafasan klien 20x/menit dan tidak ada suara tambahan
Circulation : Perdarahan tidak ada dan suhu tubuh 36,9 derajat celcius
Disability : Keadaan umum lemah dan tingkat kesadaran compos mentis
d. Secondary Survey
* Kepala : Rambut berwarna hitam, Rambut klien bersih, Kepala tidak ada pembengkakan
* Mata : Simetris kiri kanan, Pupil isokhor, Konjungtiva tidak anemis, Refleks pupil terhadap cahaya (+)
* Hidung : Simetris kiri kanan, Penciuman tidak terganggu, Tidak ada kelainan, Mukosa hidung tidak meradang
* Mulut : Tonsil tidak meradang, Mukosa bibir kering, Tidak ada massa
* Leher : Tidak ada pembengkakan, Tidak ada kelainan
* Thorak
* I : Ictus kordis tidak terlihat
* P : Ictus kordis tidak teraba
* P : Nyeri tekan tidak ada
* A : irama reguler
* Abdomen
* I : tidak ada kelainan
* P : tidak ada bising usus
* P : nyeri tekan tidak ada
* A : bising usu 14 kali
* Ekstremitas : Tangan kiri klien ada luka bakar, Tangan kiri klien memerah, Tangan kiri klien meradang dan terasa nyeri
* Neurologis : Keadaan umu klien lemah, Tangan kiri klien terasa nyeri, Tangan kiri klien memerah

e. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik, klien mengatakan tangan kiri klien terasa nyeri dan perih. Klien
mengatakan skala nyeri sedang, klien mengatakan tangan kiri nya memerah. Hasil observasi menunjukkan bahwa tangan
kiri klien tampak memerah dan klien tampak meringis sambil memegang tangan yang terkena sengatan listrik, tangan kiri
terdapat luka bakar dengan skala nyeri 4.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak atau belum pernah mengalami luka bakar, klien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya,
dan klien mnegatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan.
Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan kalau keluarga nya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM dan Hipertensi.

f. Data Fokus
* DS : Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik, Klien mengatakan tangan kirinya terasa nyeri dan perih, Klien mengatakan skala
nyeri 4 atau sedang, Klien mengatakan tangan kiri nya memerah
* DO : Klien tampakmeringis sambil memegang tangan yang terkena sengatan listrik, Tangan kiri terdapat luka bakar, Tangan kiri
klien tampak memerah, Skala nyeri 4, Persentasi luka bakar sekitar 19%, Suhu tubuh 36,9 derajat celcius, Nadi 80x/menit, Pernafasan
20x/menit, Tekanan darah 120/80 mmHg, Tb : 160 Bb : 55 kg
* ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1 Ds : Luka bakar Nyeri akut
- Klien mengatakan tangan kiri nya terasa nyeri dan perih
Do :
- Klien tampak meringis sambil memegang tangan yang terkena sengatan listrik.
- Skala nyeri 4
- Persentasi luka bakar sekitar 19%
- Td : 120/80 mmHg
- Suhu 36,9 derajat celcius
- Pernafasan 20x/menit
- Nadi 80x/menit

2 Ds : Luka bakar Resiko


- Klien mengatakan infeksi
tangan kiri nya memerah dan terasa nyeri
Do :
- Tangan kiri klien tampak memerah
- Skala nyeri 4
- Persentasi luka bakar sekitar 19%
- Td : 120/80 mmHg
- Suhu 36,9 derajat celcius
- Pernafasan 20x/menit
- Nadi 80x/menit

3. Ds : . Luka bakar Ganggu


- Do : Klien mengatakan tangan kiri nya memerah dan terasa nyeri an
Do : integrita
- Tangan kiri klien tampak memerah s kulit
*Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
*Resiko infeksi b.dpeningkatan
paparan organisme patogen lingkungan
*Gangguan integritas kulit b.d faktor
elektris (tersengat listrik)

*DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa
* INTERVENSI
Tujuan Intervensi

1. Nyeri akut (D. 0077) Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I.08238) :
keperawatan diharapkan : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
  Tingkat Nyeri (L.08066) kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri
3. Gelisah menurun 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untk mengurangi
rasa nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik

2. Resiko infeksi (D.0.142) Setelah dilakukan tindakan PECEGAHAN INFEKSI (I. 14539):
keperawatan diharapkan : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Tingkat Infeksi (L. 14137) sistemik
- Kemerahan menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area luka
- Nyeri menurun 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang
- Bengkak menurun bersiko tinggi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu.

3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN LUKA BAKAR (I. 14565) :
(D. 0129) keperawatan diharapkan : 1. Identifikasi penyebab luka bakar
Integritas kulit dan jaringan 2. Monitor kondisi luka bakar
(L.14125) : 3. Gunakan teknik
- Nyeri menurun aseptik selama merawat luka
- Kemerahan menurun 4. Bersihkan luka dengan cairan steril
(NaCl, cairan antiseptik)
5. Kolabolasi pemberian antibiotik , jika perlu
* IMPLEMENTASI

No Diagnosa keperawatan Implementasi


1 Nyeri akut MANAJEMEN NYERI (I.08238) :
. 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengdentifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untk mengurangi rasa nyeri
5. Berkolaborasi pemberian analgetik

2 Resiko infeksi PECEGAHAN INFEKSI (I. 14539) :


. 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Memberikan perawatan kulit pada area luka
3. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien yang bersiko tinggi
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Berkolaborasi pemberian imunisasi jika perlu

3. Gangguan integritas kulit PERAWATAN LUKA BAKAR (I. 14565) :


1. Mengdentifikasi penyebab luka bakar
2. Memonitor kondisi luka bakar
3. Menggunakan teknik aseptik selama merawat luka
4. Membersihkan luka dengan cairan steril
*TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai