Anda di halaman 1dari 16

Luka Bakar (Combustio)

A. Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).1

B. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1) Luka bakar suhu tinggi (thermal burn) : gas, cairan, bahan padat. Luka bakar (thermal
burn) biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ketubuh (flash), kobaran
api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya
(logam panas,dan lain-lain).1
2) Luka bakar bahan kimia (chemical burn) disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga.1
3) Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn). Listrik menyebabkan kerusakan yang
dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian
tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal.
Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun grown.1
4) Luka bakar radiasi (radiasi injury) disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang
terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.1

C. Klasifikasi1
Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman luka:
1) Luka bakar derajat I memiliki kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial,
kulit kering hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10
hari.
2) Luka bakar derajat II memiliki kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan
sebagai lapisan dermis,berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.Dijumpai
pula,pembentukan scar,dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar
luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Pembagian luka bakar derajat II yaitu :
 Derajat II dangkal (Superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut,kelenjar keringat,kelenjar sebasea
masih utuh.
 Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera,dan luka bakar pada
mulanya tampak seperti luka bakar derajat I danmungkin terdiagnosa sebagai
derajat II superficial setelah 12-24 jam.
 Ketika bula dihilangkan,luka tampak berwarna merah muda dan basah.
 Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
 Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang
dari 3 minggu.
 Derajat II dalam (deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut,kelenjar keringat,kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
 Juga dijumpai bula,akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah
dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan alirandarah yang sedikit
atau tidak ada sama sekali,daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan
masih ada beberapa aliran darah ).
 Jika infeksi dicegah,luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu.
3) Luka bakar derajat III (full thickness burn) yaitu kerusakan meliputi seluruh tebal
dermis dermis dan lapisan lebih dalam,tidak dijumpai bula,apendises kulit rusak, kulit
yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar.Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal
sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontandari dasar luka.

4) Luka bakar derajat IV yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang dengan
adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami
kerusakan,tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan
pucat,terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar,terjadi koagulasi protein pada
epidemis dan dermis yang dikenal scar,tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori
karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian.
penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa
luka.

D. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik.Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan
bermakna,kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan
temperatur.Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi panas.Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler
keluar dari lumen pembuluh darah,dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma
dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir
menyelutruh,penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi
hipovolemik.Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit,timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok.
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem.Awalmula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya
kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler,peningkatan
ekstrafasasi cairan (H2O,elektrolit dan protein),sehingga mengakibatkan tekanan onkotik
dan tekanan cairan intraseluler menurun,apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya
gangguan perfusi jaringan.Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ
penting seperti :otak,kardiovaskuler,hepar,traktus gastrointestinaldan neurologiyang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi system.

E. Proses Penyembuhan Luka1

Berdasarkan klasifikasi, lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:


akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu
2–3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda
untuk sembuh dalam jangka lebih dari4–6 minggu. Pada dasarnya proses penyembuhan
luka sama untuk setiap cedera jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria
sembuhnya luka pada tipa cedera jaringan luka baik luka ulseratif kronik, seperti
dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar,
atau luka akibat tindakan bedah.

Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase


respon inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi.
Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudatberkurang, jaringan
luka semakin membaik.Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui proses
peradangan yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan,
panas, nyeri dan kerusakan fungi. Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase,
yaitu:

a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi pembuluh darah besar di
daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan
jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka.Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis dan mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelialsel berpindah
dari luka ke tepi. Selepitelmembantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Suplai darah yang
meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan
pada proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama
sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerahinterstitial.
Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih
kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan
sel debris melalui proses yangdisebut fagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan
ujung epitel diakhirpembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting
bagi proses penyembuhan. Respon segera setelah terjadi injuri akan terjadi
pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah.Karakteristik fase ini
adalah tumor, rubor, dolor, calor,functio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika
tidak terjadi infeksi.

b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4atau 5sampai hari ke–
21.Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Fibroblas (menghubungkan
sel-sel jaringan) yang berpindah kedaerah luka mulai 24 jam pertama setelah
terjadi luka. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang
disebut proteoglikankira-kira 5 harisetelah terjadi luka. Kolagen adalah
substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah
kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil
kemungkinan luka terbuka.Kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi luka,
meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang
diperlukan bagi penyembuhan.

c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun. Fibroblasterus
mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam struktur
yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih.Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang
merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang
berlebih dan regresi vaskularitas luka. Terbentuknya kolagen yang baru yang
mengubahbentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan.Terbentuk jaringan
parut 50–80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya.Kemudian terdapat
pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan
yang mengalami perbaikan.

F. Gejala Klinis2

Gejala klinis yang didapatkan pada pasien luka bakar antara lain :

1. Keracunan karbon Monoksida (CO) : Ditandai dengan kekurangan oksigen dalam


darah, lemas binggung, mual, muntah, koma bahkan meninggal.
2. Distress pernafasan : Ditandai dengan sesak, dan tidak mampuan menangani sekresi.
3. CederaPulmonal : Ditandai dengan pernafasan cepat atau sulit, krakles, stridor,dan
batuk.
4. Gangguan hematologik : Tanda yang ditemukan adalah kenaikan hematokrit,
penurunan (SD P, leukosit meningkat, penurunan trombosit.
5. Gangguan elektrolit : Tanda yang ditemukan adalah penurunan kalium, kenaikan
natrium dan klorida, serta kenaikan BUN.
6. Gangguan ginjal : Tanda yang ditemukan adalah peningkatan keluaran urine dan
miogloninurina. .
7. Gangguan metabolik : Tanda yang ditemukan adalah hipermetabolisme dan
kehilangan berat badan.

G. Gambaran Klinis

Gambaran klinis luka bakar dapat dikelompokkan menjadi trauma primer dan
sekunder, dengan adanya kerusakan langsung yang disebabkan oleh luka bakar dan
morbiditas yang akan muncul mengikuti trauma awal. Pada daerah sekitar luka, akan
ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau perubahan sensasi. Efek sistemik
yang ditemukan pada luka bakar berat seperti syok hipovolemik, hipotermi, perubahan uji
metabolik dan darah.3
Syok hipovolemik dapat terlihat pada pasien dengan luas luka bakar lebih dari 25%
LPTT. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh darah yang
berlangsung secara kontinyu setidaknya dalam 36 jam pertama setelah trauma luka bakar.
Berbagai protein termasuk albumin keluar menuju ruang interstitial dengan menarik
cairan, sehingga menyebabkan edema dan dehidrasi. Selain itu, tubuh juga telah
kehilangan cairan melalui area luka, sehingga untuk mengkompensasinya, pembuluh
darah perifer dan visera berkonstriksi yang pada akhirnya akan menyebabkan
hipoperfusi. Pada fase awal, curah jantung menurun akibat melemahnya kontraktilitas
miokardium, meningkatnya afterload dan berkurangnya volume plasma. Tumour necrosis
factor-α yang dilepaskan sebagai respon inflamasi juga berperan dalam penurunan
kontraktilitas miokardium.3
Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat, hal ini disebabkan
akibat evaporasi cairan pada kulit karena suhu tinggi luka bakar dan syok hipovolemik.
Uji kimia darah menunjukkan tingginya kalium (akibat kerusakan pada sel) dan
rendahnya kalsium (akibat hipoalbuminemia). Setelah 48 jam setelah trauma luka, pasien
dengan luka bakar berat akan menjadi hipermetabolik (laju metabolik dapat meningkat
hingga 3 kali lipat). Suhu basal tubuh akan meningkat mencapai 38,5°C akibat adanya
respon inflamasi sistemik terhadap luka bakar. Respon imun pasien juga akan menurun
karena adanya down regulation pada reseptor sehingga meningkatkan resiko infeksi dan
juga hilangnya barier utama pertahanan tubuh yaitu kulit.3
Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber yaitu antara lain, sumber
luka itu sendiri, jaringan sekitar, penggantian pembalut luka ataupun donor kulit. Setelah
terjadinya luka, respon inflamasi akan memicu dikeluarkannya berbagai mediator seperti
bradikinin dan histamin yang mampu memberi sinyal rasa nyeri. 4 Hiperalgesia primer
terjadi sebagai respon terhadap nyeri pada lokasi luka, sedangkan hiperalgesia sekunder
terjadi beberapa menit kemudian yang diakibatkan adanya transmisi saraf dari kulit
sekitarnya yang tidak rusak. Pasien dengan luka bakar derajat I atau derajat II superfisial
biasanya akan berespon baik terhadap pengobatan dan sembuh dalam waktu 2 minggu,
luka bakar tersebut tampak berwarna merah muda atau merah, nyeri dan memiliki suplai
darah yang baik.3

H. Penegakkan Diagnosis5

Semua luka bakar didiagnosa berdasarkan temuan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan laboratorium. Khusus untuk luka bakar dengan trauma inhalasi adalah
terdapat gejala seperti sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna
gelap (Jelaga) . Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar
terdapat 3 atau lebih dari keadaan berikut :

1. Riwayat terjebak dalam rumah atau ruangan terbakar.


2. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
3. Penurunan kesadaran.
4. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya
5. Wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)
6. Gejala distress napas atau takipnea
7. Sesak atau tidak ada suara.
Pada pasien luka bakar juga dilakukan pemeriksaan penunjang :

1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah.


2. Urinalisis.
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit.
4. Analisis gas darah.
5. Radiologi jika ada indikasi ARDS .
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS.
Pemeriksaan tambahan khusus untuk luka bakar inhalasi merupakan:

1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)


Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45% (berat) ,bahkan setelah 3 jam dari
kejadian, kadar COHb pada batas 20-25% . Bila kadar COHb lebih dari 15% setelah
3 jam kejadian menunjukkan adanya bukti kuat terjadi trauma inhalasi.
2. Gas Darah
PaO2 yang rendah (kurang dari KPa pada konsentrasi oksigen 50%. FIO = 0.5
% mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal,tetapi
dapat meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks
Biasanya normal pada fase awal.
4. Bronkoskopi Fiberoptik
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik-bintik
pendarahandan ulserasi.
5. Tes Fungsi Paru

I. Pencegahan

Pencegahan luka bakar adalah dengan mencegah kondisi yang dapat menyebabkan
luka bakar. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah luka bakar adalah:

1. Jangan lupa mematikan kompor setelah memakainya.


2. Gunakan pelindung tangan saat memasak.
3. Hindari merokok di dalam rumah atau gedung.
4. Jangan lupa mematikan alat setrika ketika sudah selesai menggunakannya.
5. Siapkan alat pemadam api ringan (APAR) di rumah.
Anak-anak dapat mengalami luka bakar serius karena kelalaian orang tua atau pengasuh.
Berikut ini adalah langkah pencegahan agar anak tidak mengalami luka bakar.

1. Usahakan untuk menyetrika di atas meja yang cukup tinggi dan jauh dari jangkauan
anak kecil. Jangan lupa untuk segera mematikan setrika setelah memakainya.
2. Jauhkan minuman panas dari anak kecil.
3. Ajari anak untuk tidak bermain di dapur karena banyak peralatan atau bahan yang
bisa menimbulkan luka bakar.
4. Simpan korek api atau peralatan yang dapat menghasilkan api jauh dari jangkauan
dan penglihatan anak-anak.
5. Ajari anak untuk tidak dekat-dekat dengan knalpot kendaraan yang panas atau
kendaraan yang baru dipakai.
6. Periksa suhu air yang akan dipakai untuk mandi bayi. Gunakan siku tangan untuk
memeriksa kehangatan air.
7. Gunakan penutup atau pelindung stop kontak pada tempat-tempat yang mudah
dijangkau oleh anak-anak.

J. Penatalaksanaan6,7,8,9,10
a. Penanganan prahospital
Perhatian utama di lokasi kecelakaan adalah menghentikan proses
pembakaran.Pembakaran dan pakaian yang membara harus dipadamkan. Kemudian
seperti dengan semua pasien trauma, perhatian utama selama penilaian awal adalah
pemeliharaan fungsi kardiopulmonari.Patensi jalan nafas dan kecukupan ventilasi
harus dijaga dan pemberian oksigen tambahan yang diperlukan. Jika tidak adanya
trauma mekanik yangterkait atau kebutuhan untuk resusitasi kardiopulmonari,
penempatan kanula intravena tidak diperlukan jika transportasi ke fasilitas
pengobatan dapat dicapai dalam waktu kurang dari 45 menit.
Penerapan es atau air dingin membasahi akan menghilangkan rasa sakit pada
daerah luka bakar derajat dua. Jika terapi dingin dimulai dalam waktu 10 menit dari
pembakaran, kandungan jaringan panas juga berkurang, dan kedalaman kecederaan
ternak dapat berkurang. Jika terapi dingin digunakan, perawatan harus diambil
perhatian untuk menghindari hipotermia. Air dingin atau es hanya boleh digunakan
pada pasien dengan luka bakar kurang dari 10% dari permukaan tubuh dan pada
waktu hanya untuk memproduksi analgesia. Setelah es atau air dingin rendam
dialihkan, pasien harus ditutup dengan kain lembaran bersih dan selimut untuk
melestarikan panas tubuh dan meminimalkan kontaminasi luka bakar selama
transportasi ke rumah sakit .
Pada pemeriksaan yang akan dilakukan penderita diwajibkan memakai sarung
tangan yang steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar
dapat pula mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen
dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung &
spine.Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita
terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang
dapatmenimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan
penyakit-penyakit yang pernah di alami sebelumnya. Luka bakar diperiksa apakah
terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan. Luka bakar ditentukan luas
luka bakar dengan menggunakan Rule of Nine. Kemudian kedalaman luka bakar
ditentukan dengan derajat kedalaman luka bakar.

b. Penanganan intrahospital
Perawatan ada luka bakar dimulai dari tempat kejadian. Pasien harus
dipisahkan dari sumber kebakaran.Pemeriksaan awal fisik pada pasien yang terbakar
harus focus pada penilaian jalan nafas, evaluasi status hemodinamik, menentukan
luas bagian yang terbakar dan menilai dalamnya luka. Penilaian langsung dari jalan
nafas selalu menjadi prioritas utama. Terdapat penilaian primer dan sekunder pada
pasien luka bakar, yaitu :
A. Penilaian Primer
1) Penanganan Airway dengan kontrol cervical
 Menstabilisasi leher untuk kecurigaan fraktur cervical
 Penting untuk mempertahankan jalan nafas yang paten. Meniginspeksi jalan
nafas apakah ada benda asing atau edema. Jika pasien tidak dapat
menanggapi perintah lisan, buka jalan nafas dengan chin lift and jaw thrust.
 Menjaga pergerakan cervical agar kepala tidak hiperfleksi dan hiperekstensi.
 Memberi Guedel jika terjadi hambatah jalan nafas. Pertimbangkan
mengenai intubasi segera.

2) Pernapasan dan ekspansi


 Memberikan oksigen 100%.
 Melihat pergerakkan dada dan memastikan ekspansi dada adekuat.
 Mempalpasi apakah adanya krepitasi atau fraktur rusuk.
 Mengauskultasi suara pernafasan.
 Memberikan ventilasi dari nasal ataupun sungkup ataupun intubasi bila
perlu.
 Monitor laju pernafasan , perhatikan apabila laju < 10 atau 20 per menit.
 Memasankan pulse oximeter.
 Mempertimbangkan keberadaan keracunan karbon monoksida.

3) Sirkulaisi (Circulation) dengan kontrol perdarahan


 Mengikspesksi apakah ada perdarahan dan hentikan dengan tekanan
langsung.
 Monitor dan Mencatat denyut nadi , kuat /lemah dan iramanya.
 Melakukan Capillary blanching test , normalnya kembali dalam 2 detik .
 Monitor sirkulasi perifer apakah ada luka bakar sirkumferensial. Pertama-
tama mengangkat tungkai untuk mengurangi edema dan membantu aliran
darah.

4) Kecacatan: Status Neurologis

Memeriksa derajat kesadaran:

A -Alert

V - Response to vocal stimuli

P -Responds to painful stimuli

U- Unresponsive

 Memeriksa respons murid terhadap cahaya untuk perubahan dan ukuran.


 Memperhatikan pakah ada penggantian kesaddaran, hypoxiadasi,
intoxiaderni, obat - obatan dan pengaruh analgesik.
5) Paparan dengan kontrol Lingkungan
 Melepas semua pakaian dan perhiasan.
 Menjaga agar pasien tetap hangat.
 Hipotermnia dapat memberikan efek yang buruk terhadap pasien, Penting
untuk melindungi pasien tetap, terutama kompilasi pertama pada periodle
pendingin.
6) Resusitasi Cairan (Fluid Resuscitation)
 Resusitasi cairan di perlukan oleh pasien yang mengalami luka bakar
>10% untuk anak-anak dan >15-% untuk dewasa.
 Estimasi daerah yang terkena luka bakar menggunakan rumus Rules Of
Nines.
 Menginsersi 2 buah IV line pada daerah yang tidak terkena luka bakar.
 Menemukanbadan pasien.
 Memberikan resusitasi cairan dengan rumus Modificed Parkland
Formula dan menyesuaikannya dengan urin output.
 Jika urin output 0,5 mL/kg/jam naikkan cairan IV 1/3 dari total cairan.
Jika urin output > 1 mL/kg/jam pada orang dewasa atau > 2 mL/kg/jam
pada anak-anak , kurangi cairan IV 1/3 dari total cairan.

B. Penilaian Sekunder

1) Telah menyelseikan penilaian primer dan penilaian awal trauma.

2) Melakukan evaluasi head to toe

3) Memeriksa apakah ada trauma lain selain luka bakar yang terlihat.

4) Memakai papan atau penyangga sebelum mermindahkan pasien

5) Memeriksa sejarah medis yang terdahulu , obat-obatan, alergi dan mekanisme


cedera.
6) Melindungi luka dari lingkungan dengan aplikasi dressing bersih (clean
dressing).

7) Menentukan perlunya transportasi menghubungi fasilitas penerima untuk


instruksi selanjutnya.

Resuisitasi Cairan intravena

Resuisitasi Cairan intravena Yang adekuat harus dilakukan , akses intravena yang
adekuat harus ada,terutama Pada bagian ekstreinitas Yang tidak terkena luka
bakar.Tujuan utama dari cairan resistansi adalah untuk menjaga dan mengembalikan
perfusi jaringan tanpa menyebabkan edema kehilangan cairan terbesar pada 4 jam pertama
terjadinya luka dan akumulasi maksium edema adalah 24 jam pertama setelah terjadinya
luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstrakuler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar dan sel-sel tubuh. Pemberian
cairan paling sering dilakukan dengan Ringer Laktat untuk 48 jam setelah mengalami luka
bakar. Urin output yang adekuat adalah 05 sampai 1,5mL/kg/jam.

Perawatan Luka Bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka, Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segerah sembuh dari rasa sakit yang minimal.

Setelah luka dibersihkan dan dilakukan debriment, luka ditutup , Penutupan ini
memiliki beberapa fungsi yaitu dengan penutup lukal akan melindungi luka dari
kerusakan epitel dan memulihkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua , luka
harus benar - benar tertutup untuk mencegah evaporasi agar pasien tidak hipotermi.
Ketiga, mencegah luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien dapat merasa
nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit .

Pilihan penutup luka sesuai dengan derajat luka bakar :


Luka bakar derajat l, merupakan luka ringan dengan sedikit ikatan barier, kulit
seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk
menghilangkan rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID
(Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.

Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap, pertanial - tama luka
diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi
dengan perban elastik. Pilihan lain luka lapat ditut dengan penutup luka sementara yaarig
dibuat dari bahan alarni (Xenograft (pig skin)) atau Allograft (homograft, cadaver skin)
atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra).Luka derajat II (dalam) dan derajat
luka III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting )

Antimikroba

Dengan terjadinya luka bakar mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit


sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman
sudah mencapai 10^5 organisme jaringan , kuman tersebut dapat menembus ke dalam
jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan
infeksi sistemik yang dapat mengakibatkan kematian . Pemberian antimikroba ini dapat di
lakukan secara topikal dan sistemik. Pemberian topikal dapat dalam bentuk salep atau
cairan merendam . Contoh : salep ( silver sulfadiazine , mafenide acetate , silver nitrate ,
povidone-iodoine , bacitracin , neomcyn , polymiyxin B , nystatin , muciropin , mubo .

Analgetik

Pasien akan merasakan nyeri terutama saat mengganti balut, prosedur operasi, atau
saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan
NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur
yang dianggap sangat sakit seperti saat mengganti balut. Dapat juga digunakan obat
psikotropik sepeti anxiolitik, obat penenang, dan antidepresan. Penggumaan
benzodiazepin bersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek
dari opioid.

Daftar Pustaka
1. http://digilib.unila.ac.id/2418/10/BAB%20II.pdf
2. American College of Surgeon Committe of Trauma,2004.Advanced Trauma Life
Support Seventh Edition. Indonesia : Ikabarret-Nerin , JP & Herndon, DN. Principles
and Practise of Burn Surgery. New York : Marcel Dekker, 2005.
3. Rudall N & Green A. 2010. Burns clinical features and prognosis. Clinical
Pharmacist. 2: 245-8
4. Richardson P & Mustard L. 2009. The management of pain in the burns unit. Burns.
35:921-36
5. Bongard.F.S, Sue. D.Y, Vintch J.R.E. in Current Diagnosis and Treatment : Critical
care 3rd Edition .2008. McGraw-Hill: Lange.
6. Bongard.F.S, Sue. D.Y, Vintch J.R.E. in Current Diagnosis and Treatment : Critical care 3rd
Edition .2008. McGraw-Hill: Lange
7. Hettiaratchy.S, Dziewulski. ABC OF BURNS.BMJ.2004 ;329:504-6.
8. Barret,PJ.Intitial Management and Resucuation. Principle and Pratice of Burn Surgery. New
York : Marcel Deccker;2005.
9. Igneri , P & Gratto , J. FACH Burn Care Manual. Fletcher Allen Halt Care & The university
of Vermont.2008.
10. Prelack, K., Dylewski, M.,& Sheridan, RL. Review Practical Guidelines for Nutritional
Management of Burn Injury and Recorvery . Burns 33. 2007.

Anda mungkin juga menyukai