Anda di halaman 1dari 16

Diagnosis banding

1. Dislokasi glenohumeral anterior


Definisi
dislokasi sendi bahu adalah lepasnya hubungan sendi pada bahu yang sering disebabkan
oleh suatu cedera akut karena dipaksa berabduksi, berotasi eksterna, dan ekstensi diluar
kemampuan dari kaput humerus yang dipertahankan pada sendi glenoid yang dangkal oleh
labrum glenoid, ligamentum glenohumerus, ligamentum korakohumerus, kanopi arkus
korakoakromial dan otot di sekeliling
Epidemiologi
paling sering terkilir: 96 % kasus
insidensi 17 per 100.000 per populasi
Dislokasi anterior : 96 %
dislokasi posterior : 2-4 %
dislokasi inferior : 0,5 %
Dislokasi superior : 0,5 %
Pria 21-30 tahun : 71,88 %
wanita 61-80 tahun : 48,3 %
karena jatuh : 58,8 %
Klasifikasi dislokasi glenohumeral
A. Dislokasi anterior
Sering terjadi pada usia muda, antara lain pada atlet akibat kecelakaan olahraga.
Dislokasi terjadi karena adanya kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna
dan ekstensi sendi bahu.
B. Dislokasi inferior
dislokasi ini jarang terjadi, kaput humerus terperangkap dibawah kavitas glenoid
sehingga legan terkunci pada posisi abduksi, yang dikenal dengan nama luksasio rekta.
C. Dislokasi posterior
Dislokasi ini jarang ditemukan dan terjadi akibat trauma pada bahu bagian depan ketika
dalam posisi adduksi dan rotasi interna atau karena serangan epilepsi.

Etiologi

A. Dislokasi anterior, disebabkan oleh adanya trauma dengan mekanisme aduksi, ekstensi
dan rotasi eksternal, seperti pada pemain voli dan serangan epilepsi
B. Dislokasi posterior, biasanya disebabkan rotasi innterna dan aduksi yang berat. Kondisi
ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami kejang.
C. Dislokasi inferior, merupakan kondisi bahu yang serius biasanya terjadi pada kecelakaan
bermotor.

Mekanisme

Dislokasi anterior terjadi karena ada kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna
dan ekstensi bahu. Kaput humerus terdorong ke depan, sehingga menyebabkan avulsi
simpai sendi dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidale bagian anterior. Penderita
merasa bahunya keluar dari sendi dan tidak mampu menggerakkan lengannya sehingga
lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelahnya. Posisi badan penderita miring ke arah
sisi sakit. Ada 2 tanda khas yaitu:
A. humerus tidak dapat menunjuk ke bahu
B. kontur bahu berubah karena daerah di bawah akromion kosong.

Pada pemeriksaan fisik, terlihat daerah deltoid menjadi rata mirip bentuk segiempat karena
kaput humerus bergeser ke anteromedial dan berada di suborakoid atau subglenoid.

Manifestasi klinis

Keluhan utama adalah nyeri pada bahu dan tidak bisa menggerakkan bahu.
Look:
Tdak bisa menggerakkan bahu, adanya penonjolan akromion, bahu menjadir rata,
penonjolan kepala humerus, lengan abduksi, dan rotasi eksterna, pasien mencegah
pergerakan rotasi interna, fleksi siku, lengan bawah dibantu lengan normal.
Feel:
kepala humerus teraba, periksa adanya gangguan fungsi sensorik dan motorik dari
muskuloskutaneus dan saraf radial
move:
ketidakmampuan menggerakkan bahu secara adduksi dan rotasi interna

Tata Laksana

A. Reposisi segera dengan cara gravitasi menurut Stimson. Yaitu cara yang cukup mudah
dan tidak memerlukan anastesi. Pennderita diminta tidur telungkup dan ekstremitas
yang sakit dibiarkan menggantung di tepi meja lalu diikatkan beban 2 kg pada
pergelangan tangannya. Pada saat otot bahu dalam keadaann relaksasi, diharapkan
reposisi akibat berat lengan yang bergantung tersebut.
B. Bila dalam 10-15 menit belum terjaid reposisi spontan, diperlukan reposisi dengan cara
Hippocrates dalam anastesi umum. lengan penderita ditarik ke arah distal punggung
dengan sedikit abduksi, sementara kaki operator berada di ketiak pasien untuk
mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan posterior. Setelah reposisi bahu
dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan penyangga ke dada selama paling sedikit
3 minggu.

Diagnostik

Pada pemeriksaan rontgen AP akan memperlihatkan bayangan yang tumpang-tindih antara


kaput humerus dan fossa glenoid, kaput biasanya terletak di bawah dan media terhadap
mangkuk sendi. Foto lateral yang diarahkan pada daun skapula akan memperlihatkan kaput
humerus keluar dari mangkuk sendi. Kontur bahu akan berubah dan gerakan sendi sangat
terbatas.

Prognosis

2. Dislokasi sternoklavikulariss
Definisi
Mekanisme
Dislokasi ini bisa terjadi apabila terjadi trauma langsung yang mendorong klavikula ke dorsal
menyebabkan dislokasi posterior atau retrosternal atau terjaid tumbukan pada bahu depan
sehingga klavikula bagian medial terdorong ke depan dan sendi sternoklavikularis terlepas
ke arah anterior.
Etiologi
Tatalaksana
Dengan konservatif reposisi dan imobilisasi biasanya berhasil, bila gagal perlu dilakukan
operasi. Yang penting adalah latihan otot supaya tidak hipotrofik dan latihan gerakan untuk
mencegah kekakua bahu.
3. Dislokasi akromioclavikula
definisi
Dilokasi acromioclavikular joint adalah dislokasi yang terjadi pada sendi antara ujung distal
clavicula dengan acromion. Dilokasi Acromioclavicula joint dapat terjadi karena adanya
ruptur ligamen acromioclavicular dan ligamen coracoclavicular.

Epidemiologi
Dislokasi acromioclavikular kebanyakan terjadi pada usia 15-50 tahun karena aktivitas
olahraga dan kecelakaan lalu lintas. Dislokasi AC joint kebanyakan terjadi pada usia 15-40
tahun karena aktivitas olahraga dan kecelkaan lalu lintas. Cedera ini umumnya terjadi pada
laki-laki muda dibanding wanita dengan perbandingan 5:1 – 10:1. Dislokasi AC mewakili
sekitar 40% dari cedera bahu pada atlit. Cedera ini sering terjadi pada aktivitas olahraga
seperti hoki, rugby, sepak bola, bulat dan lacrosse.

Etiologi
dislokasi acromioclavikular terjadi karena adanya strain pada ligamen AC yang disebabkan
oleh trauma langsung, tidak langsung, trauma berulang, serta karna faktor patologi. ketika
seorang jatuh dengan bahu bayian anterior, maka akan ada gaya yang mendorong bsebgain
besar kasus dislokasi AC terjadi karena truma langsung, yakni terjatuh terjatuh tepat pada
bahu dimana lengan dalam posisi ekstensi. AC joint beresiko mengalami ceder karena
posisinya dibawah subkutan dan tidak banyak otot yang melindungi atau melekat padanya.
ahu tersebut ke arah posterior sementara clavicula tetap berada di posisi anatominya,
sehingga menyebabkan ligamen AC tertarik da terjadi ruptur.

Mekanisme
kekuatan sendi akromioklavikularis terutama ditopang oleh simpai sendi dan ligamentum
korakoklavikular. Katika seorang jatuh dengan shoulder bagian anterior maka akan ada gaya
yang mendorong shoulder tersebut ke arah posterior sementara clavicula tetap berada di
posisi anatominya, sehingga menyebabkan ligamen AC ditarik dan terjadi ruptur. Mekanisme
yang paling umum untuk dislokasi AC adalah benturan langsung pada bagian AC dnegan
lengan adduksi. Dislokasi sendi akromioklavikular tanpa robeknya ligamentum
korakoklavikular biasanya tidak menyebabkan silokasi fragmen distal ke kranial dan dapat
ditangani dengan konservatif dengan mitela serta latihan otot bahu.

Cedera
acromioclacicular joint
paling sering
diklasifikasikan
menggunakan sistem
6 tipe yang
dijelaskan oleh
Rockwood
(1998), tiga yang
merupakan modifikasi
sebelumnya sistem
klasifikasi 3 tipe yang
dijelaskan oleh Allman
(1967) dan dua dari
Tossy (1963) yang
memperhitungkan
tidak hanya
acromioclavicular joint
itu sendiri, tetapi
juga ligamen
coracoclavicular,
m.Deltoid dan
m.Trapezius serta arah
dislokasi
dari clavicula
sehubungan dengan
acromion. Pada
dasarnya tipe
IV, V, dan VI adalah
varian dari tipe III.
Adapun penjelasan
dari keenam tipe
tersebut sebagai
berikut:
Cedera
acromioclacicular joint
paling sering
diklasifikasikan
menggunakan sistem
6 tipe yang
dijelaskan oleh
Rockwood
(1998), tiga yang
merupakan modifikasi
sebelumnya sistem
klasifikasi 3 tipe yang
dijelaskan oleh Allman
(1967) dan dua dari
Tossy (1963) yang
memperhitungkan
tidak hanya
acromioclavicular joint
itu sendiri, tetapi
juga ligamen
coracoclavicular,
m.Deltoid dan
m.Trapezius serta arah
dislokasi
dari clavicula
sehubungan dengan
acromion. Pada
dasarnya tipe
IV, V, dan VI adalah
varian dari tipe III.
Adapun penjelasan
dari keenam tipe
tersebut sebagai
berikut:
Diagnostik medis

Ditegakkan olehh dokter dengan berbagai pemeriksaan termasuk di dalamnya pemeriksaann


penunjang yag berupa foto rontgen.

Manifestasi klinis
pasien mengalami nyeri di atas sendi AC. Terjadi pembengkakan memar dan klavikula
menonjol secara jelas, edema, ekimosis, nyeri di daerah AC joint, deformitas pada injuri yang
parah.

Prognosis

jika ditangani secara cepat oleh tim rehabilitasi medis terutama fisioterapi maka keadaan ini
akan memperoleh hasil yang optimal dalam waktu yang singkat, maka dikatakan
prognosisnya baik. Sebaliknya, bila kasus ini tidak ditangani dengan secara dini maka dapat
menimbulkan kecacatan maka dikatakan prognosisnya buruk.

telah kehilangan
dukungan suspensorium
dan turun ke bawah (O
Levy, 2013).
Mekanisme yang
paling umum untuk
dislokasi
acromioclavicular
adalah benturan
langsung pada bagian
acromion dengan lengan
adduksi.
3. Prognosis
Tingkat kesembuhan
pada kasus dislokasi
acromioclavicular ini
baik jika ditangani
dengan benar.
Tatalaksana

A. Dislokasi akromioklavikula tanpa robeknya ligamentum korakoklavikularis biasanya tidak


menyebabkan dislokasi fragmen distal ke kranial dan dapat ditangani secara konservatif
dengan mitela serta latihan otot bahu.
B. Jika terjadi robekann ligamentum korakoklavikularis, dilakukan pembedahan untuk
reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna yang kokoh. Latihan untuk mencegah
terjadinya kekakuan bahu tetap harus dilakukan pascabedah.
C. Infra red (IR)
Tujuannya untuk meningkatakan metabolisme tubuh, pengaruh terhadap jaringan otot,
mengurangi nyeri, indikasi dan kontra indikasi.
D. Terapi latihan
Dengan teknik shoulder wheel. Shoulder wheel adalah suatu alat berbentuk kursi roda
yang ditempelkan di dinding pada os/poros roda yang kira-kira setinggi bahu. Pegangan
diletakkan di sudut kanan pada salah satu jeruji roda. Shoulder wheel mempunyai baut
atau screw yang berfungsi untuk mengatur besarnya tahanan yang ada pada alat.
Shoulder wheel digunakan untuk meningkatkan LGS secara aktif dengan gerakan yang
kompleks. Tahanan yang dihasilkan saat latihan dengan shoulder wheel diperoleh
dengan cara mengencangkan atau mengendorkan baut pada poros shoulder wheel.
Pada posisi awal, roda pada shoulder wheel bisa berputar bebas tanpa tahanan dan
tahanan bisa ditambah dengan memutar baut pengencang poros roda ke kanan. Dengan
adanya tahanan, maka shoulder wheel juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kekuatan otot sekitar bahu
E. . Latihan Passive Movement
Gerakan passive movement ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Relaxed passive movement Ini adalah gerakan yang terjadi oleh kekuatan dari luar
tanpa diikuti kerja otot dari bagian tubuh itu sendiri Dosis lalihan 2 x 8 hitungan tiap
gerakan
b. forced passive movement Adalah gerakan yang terjadi oleh karena kekuatan dari
luar tanpa diikuti kerja otot tubuh itu sendiri tetapi pada akhirnya gerakan diberikan
penekanan. Gerakan ini bertujuan: (1) mengurangi pembentukan perlengketan
jaringan lunak, (2) menjaga elastisitas jaringan, (3) mengurangi kontraktur, (4)
mengurangi nyeri.

4. Syndrome rotator cuff


Definisi
Kondisi cedera pada salah satu atau semua bagian ligamen di sendi putar bahu.
Epidemiologi
Prevalensi rotator cuff syndrome (RCS) dan patologinya yang terkait memengaruhi jutaan
pasien dalam skala global.  Nyeri bahu menyumbang sekitar 4,5 juta kunjungan kantor dan
sekitar $ 3 miliar dalam biaya perawatan kesehatan di Amerika Serikat saja.  RCS menimpa
populasi pasien dengan cara yang tergantung pada usia, dari 5% hingga 10% pasien yang
lebih muda dari 20 tahun hingga lebih dari 60% pada pasien di atas usia 80 tahun. Secara
keseluruhan, nyeri bahu kronis pada populasi dewasa memiliki tingkat prevalensi seumur
hidup 67%.  SIS dianggap sebagai penyebab paling umum dari nyeri bahu akut dan
kronis. Literatur mendukung insiden yang sama dari RCS dan air mata RC ketika
membandingkan populasi pria dan wanita. 

Etiologi

Rotator cuff (RC) tendonitis / tendinosis  : kondisi tendinopathic akut atau kronis yang
dihasilkan dari lingkungan yang rentan untuk RC sekunder menjadi kekuatan eksentrik
berulang dan predisposisi faktor risiko anatomi / mekanik. Cedera akut dan penggunaan
berlebihan yang kronis dapat menyebabkan daerah manset melemah secara fokal.

Pelampiasan bahu : istilah klinis yang sering digunakan secara tidak spesifik untuk
menggambarkan pasien yang mengalami nyeri / gejala dengan aktivitas di atas kepala.

Pelampiasan internal : umum terjadi pada atlet pelempar overhead seperti pelempar bisbol
dan pelempar lembing. Pelampiasan terjadi pada sisi belakang / lateral artikular manset
karena berbatasan dengan tepi glenoid dan labrum posterior / superior ketika bahu dalam
penculikan maksimum dan rotasi eksternal (yaitu, fase "melempar terlambat" melempar)

Pelampiasan eksternal : istilah yang digunakan secara sinonim dengan SIS. External
impingement (EI) mencakup etiologi dari sumber tekan eksternal (yaitu akromion) yang
mengarah ke bursitis subakromial dan cedera sisi bursal ke RC.

Menifestasi klinis

A. Rotator cuff tendonitis


nyeri bahu secara umum, atau nyeri yang memburuk apabila melakukan aktivitas di atas
kepala atau pada malam hari.
B. Syndroma rotator cuff impingement
Nyeri kronis yang semakin memburuk apabila melakukan aktivitas di atas kepala atau
pada malam hari
C. Kerobekan rotator cuff
Nyeri dan lemas

Patofisiologi
Teori tekan ekstrinsik SIS mendukung faktor-faktor penghasut yang menyebabkan
SIS bersifat anatomis dan / atau mekanis. Struktur-struktur ini menghasilkan
peningkatan tekanan dan kontak patologis, yang mengarah pada manset yang rentan
dan tendinopatik. Mekanisme ekstrinsik meliputi:
 SIS
 Pelampiasan internal
Teori intrinsik SIS mengutip kecenderungan untuk manset yang melemah yang
merosot seiring waktu. Umur, dominasi tangan, perubahan vaskular, dan kekuatan
eksentrik yang berulang-ulang menyebabkan manset melemah seiring dengan waktu,
membahayakan stabilitas dinamis bahu. Akibatnya, kepala humerus bermigrasi secara
proksimal dan menurunkan interval akromiohumeral, menyebabkan kecenderungan
manset untuk cedera dan degenerasi lebih lanjut. Mekanisme intrinsik meliputi:
 Tendon vascularity (zona kritis anterior tendon supraspinatus)
 Biologi tendon
 Sifat mekanik tendon
 Morfologi tendon
 Predisposisi genetik
Diagnostik
Pencitraan yang direkomendasikan termasuk gambar anteroposterior sejati (AP) dari
sendi glenohumeral (yaitu, tampilan "Grashey"). Gambar AP yang sebenarnya diambil
dengan pasien diputar antara 30 dan 45 derajat mengimbangi kaset di bidang
koronal. Atau, sinar dapat diputar sementara pasien tetap netral di bidang koronal. Jarak
antara akromion dan kepala humerus (yaitu, interval akromiohumeral) dapat
dihitung. Interval normal adalah antara 7 dan 14 mm, dan interval ini menurun pada kasus
artritis degeneratif lanjut dan RCA.
Pencitraan radiografi lainnya termasuk tampilan miring kemiringan 30 mederajat yang
dapat dilakukan untuk memvisualisasikan adanya taji akromial. Selain itu, pandangan
"scapular Y" atau "outlet supraspinatus" digunakan untuk menentukan morfologi
akromial.
Tatalaksana

Mengikuti SAD / acromioplasty (tanpa RCR), pasien dijaga dalam sling selama 1 hingga
2 minggu dengan parameter rehabilitasi ROM pasif dini. Dokter harus mengenali risiko
kelebihan imobilisasi sling, terutama ketika protokol perbaikan jaringan lunak tidak harus
dihormati.
Awalnya, pasien diinstruksikan untuk menghindari angkat berat dan latihan untuk
memfasilitasi penyembuhan jaringan lunak. Perangkat cryotherapy sering diterapkan
untuk 10 sampai 14 hari pertama pasca operasi. Terapi fisik sering dimulai pasca operasi
setelah sling dihentikan.
ROM aktif penuh harus dicapai maksimal 3 hingga 6 minggu. Jika berlaku, kembalilah ke
ketrampilan khusus olahraga pada 6 hingga 8 minggu sebagai toleransi.
Teori Kompresif Ekstrinsik
Secara historis, teori populer untuk etiologi RCS menyebutkan faktor kompresi ekstrinsik
sebagai sumber utama untuk timbulnya siklus patofisiologis. Faktor ekstrinsik terdiri dari
entitas anatomi yang menyebabkan cedera langsung pada manset. Secara historis,
Watson-Jones menggambarkan abutment patologis akromion lateral pada RC selama
abduksi bahu pertengahan-busur.  Selain memacu anterior, ligamentum koracoakromial
(CAL) dapat menjadi kalsifikasi pada SIS kronis dan dapat menjadi sumber kompresi
ekstrinsik lain pada manset. Secara umum, teori degeneratif intrinsik mengutip bahwa
degenerasi cuff pada akhirnya membahayakan stabilitas keseluruhan sendi glenohumeral.
Dengan stabilitas dinamis yang dikompromikan, kepala humerus bermigrasi secara
superior, dan ukuran ruang subakromial berkurang. Dengan demikian, manset menjadi
rentan terhadap gaya tekan ekstrinsik sekunder yang akhirnya mengarah pada degenerasi
dan robek manset
Perubahan vaskular
Beberapa penelitian telah mengidentifikasi daerah hipovaskularitas pada tendon RC yang
dapat menyebabkan degenerasi atrisi pada manset. Lohr et al. awalnya menunjukkan
daerah distal tendon SS pada sisi artikular yang kekurangan pasokan pembuluh darah
dalam penelitian kadaver. Rudzki et al. mendemonstrasikan cara yang tergantung pada
usia untuk meningkatkan derajat hipovaskularitas di daerah tendensi ini juga. Namun,
kontroversi yang diusulkan oleh penelitian lain mendukung bahwa daerah atrisi
berkembang sekunder dari mekanisme pelampiasan sebelumnya. Selanjutnya,
menyebabkan kerusakan pembuluh darah, iskemia berikutnya, apoptosis tenosit dan
tendinopati kasar, dan kerusakan manset attritional.
Usia, jenis kelamin, dan genetik
Secara histologis, perubahan RC terkait usia mencakup disorientasi serat kolagen dan
degenerasi myxoid. Literatur mendukung peningkatan frekuensi kelainan RC dengan
bertambahnya usia. Frekuensi kelainan RC meningkat dari 5% menjadi 10% pada pasien
yang lebih muda dari 20 tahun hingga 30% menjadi 35% pada mereka yang berusia
dekade keenam dan ketujuh dan mencapai 60% hingga 65% pada pasien di atas Usia 80
tahun.
Kekuatan tarik
Sebuah studi oleh Budoff et al. mengusulkan bahwa mode utama kegagalan manset
terjadi sebagai akibat dari ketegangan eksentrik berulang kali dipaksakan pada RC. RCS
juga dapat dilihat dalam kaitannya dengan ketidakstabilan glenohumeral, PTT dan
kelelahan RC dari waktu ke waktu (terutama dengan penggunaan berlebihan di atas
kepala), dan kontraktur kapsul posterior. Bursa subakromial berdegenerasi dan akhirnya
kehilangan potensi perlindungan fisiologisnya bagi cuff. Sebagai konsekuensi dari proses
degeneratif, bursa berfungsi sebagai sumber kompresi mekanis lainnya.
Olahraga dan pekerjaan
Berbagai faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi pasien untuk mengembangkan RCS
dari waktu ke waktu. Faktor-faktor risiko mekanik pekerjaan mencakup posisi pekerja
manual yang membutuhkan pengangkatan berat yang signifikan, persyaratan kerja
overhead konstan, dan aktivitas kerja yang berulang secara umum. Miranda et al.
melaporkan sebuah studi tindak lanjut selama 20 tahun terhadap sekelompok pekerja di
Finlandia yang menunjukkan efek sinergis dari berbagai faktor risiko mekanis pekerjaan
dalam pengembangan RCS dan / atau nyeri bahu. Faktor-faktor penting termasuk
persyaratan tenaga kerja, postur bahu selama pekerjaan aktual, dan persyaratan aktivitas
overhead. Seperti disinggung sebelumnya, aktivitas overhead dalam olahraga seperti
melempar juga mempengaruhi pasien untuk pengembangan RCS.
Merokok
Berbagai studi dalam literatur telah mendukung hubungan dosis dan ketergantungan
waktu antara merokok dan air mata RC. Sebuah studi 2010 menyelidiki 586 subjek
dengan nyeri bahu unilateral, mencatat hampir dua pertiga dari subkelompok sobek RC
memiliki riwayat saat ini atau riwayat merokok. Penelitian lain menunjukkan adanya
korelasi antara merokok dan degenerasi RC, robekan manset simptomatik, dan bahkan
peningkatan ukuran robekan manset saat ini.
Komorbiditas medis
Berbagai kondisi medis memainkan peran potensial dalam pengembangan dan
eksaserbasi RCS. Sindrom metabolik dan diagnosis yang terkait (yaitu, dislipidemia,
hipertensi, hiperglikemia, dan obesitas perut) telah diketahui terkait dengan patologi RC.
Kondisi medis individual dari sindrom metabolik itu sendiri, selain gangguan tiroid,
diabetes, dan artritis inflamasi, dianggap sebagai faktor risiko tambahan untuk RCS.
Prognosis

Mayoritas pasien dengan rotator cuff syndrome (RCS) tanpa FTT membaik dengan
manajemen nonoperatif. AAOS CPG terbaru menggembar-gemborkan nilai rekomendasi
"sedang" untuk pengobatan awal NSAID dan / atau program latihan berdasarkan beberapa
studi tingkat II dalam literatur.
Pada 2013, kelompok bahu MOON memberikan wawasan tentang manajemen dan hasil
atraumatic, FTT dari RC. Dalam kohort yang terdiri dari hampir 500 pasien, pengobatan
nonoperatif menghasilkan 75% melaporkan hasil positif yang dilaporkan pasien pada
follow-up 2 tahun. Selain itu, pasien yang memilih untuk menjalani operasi (25%)
biasanya memutuskan untuk melakukannya antara 6- dan 12-minggu setelah timbulnya
gejala awal.
5. Syndrom impigiment

Definisi
Shoulder impingement syndrome (SIS) adalah sindrom yang ditandai gejala utama nyeri
bahu disebabkan oleh menyempitnya celah subakromion, sehingga menyebabkan inflamasi
struktur setempat, seperti bursa subakromion, tendon biseps, dan kelompok otot rotator
cuff (paling sering mengenai tendon supraspinatus)

Epidemiologi

Sebuah studi cross-sectional yang representatif telah menunjukkan bahwa sekitar 30% dari
populasi Finlandia di atas usia 30 menderita sakit bahu sesekali atau persisten dalam satu
bulan. Studi lain menunjukkan bahwa 16% populasi menderita nyeri bahu dalam satu bulan.

Insiden puncak adalah selama dekade keenam kehidupan. Diagnosis klinis yang paling umum
adalah cacat rotator cuff (85%) dan / atau sindrom pelampiasan (74%). Prevalensi cacat
rotator cuff meningkat dengan bertambahnya usia. Hingga 30% orang di atas usia 70
memiliki cacat total, tetapi 75% dari kasus tersebut tidak menunjukkan gejala.

Etiologi

Sindrom pelampiasan subakromial memiliki bentuk primer dan sekunder. Pelampiasan


primer disebabkan oleh perubahan struktural yang secara mekanis mempersempit ruang
subakromial; ini termasuk penyempitan tulang pada sisi kranial (pelampiasan outlet),
malposisi tulang setelah fraktur tuberkel yang lebih besar, atau peningkatan volume jaringan
lunak subakromial - karena, misalnya, untuk bursitis subakromial atau tendinitis kalsifikasi -
pada sisi kaudal (pelampiasan non-outlet). Pelampiasan sekunder hasil dari gangguan
fungsional pemusatan kepala humerus, seperti ketidakseimbangan otot, yang mengarah ke
perpindahan abnormal dari pusat rotasi di ketinggian dan dengan demikian untuk jebakan
jaringan lunak.

Sindrom pelampiasan subakromial lanjut dikaitkan dengan cacat rotator cuff. Hubungan


antara dua entitas ini adalah masalah yang kontroversial. Kerusakan rotator cuff disebabkan
oleh kelainan intratendinous (intrinsik) dan faktor ekstratendinous (ekstrinsik). Teori
kompresi ekstrinsik mendalilkan kerusakan tekanan akibat kontak patologis atap bahu
dengan tendon supraspinatus (SSP) pada sindrom pelampiasan subakromial. Sebaliknya,
teori kompresi intrinsik mendalilkan proses degeneratif dalam tendon SSP itu sendiri, yang
mengarah ke cacat. Kerusakan rotator cuff dapat menyebabkan penyempitan ruang
subakromial dan berkembangnya sindrom pelampiasan subakromial. Sekarang diperkirakan
bahwa kedua mekanisme patologis ini aktif, dan keduanya saling menguatkan.

Perkembangan pelampiasan outlet mungkin disukai oleh rasi bintang tulang tertentu dari
bahu, misalnya akromion bengkok. Penyebab lainnya yang mungkin termasuk taji tulang
acromion, osteofit sendi acromioclavicular (AC), atau os acromiale.

Faktor risiko lebih lanjut adalah cakupan yang berlebihan dari sendi bahu oleh akromion,
yang dapat dinilai secara kuantitatif dengan sudut bahu kritis (CSA) atau indeks
akromiohumeral (AI). Merokok merupakan predisposisi dari sindrom pelampiasan
subakromial serta kerusakan intrinsik rotator cuff.

Patofisiologi

Pemeriksaan menyeluruh pada leher dan bahu adalah penting untuk mendiagnosis SIS
dengan benar. Pengujian kekuatan ekstremitas atas serta rentang leher dan bahu gerak
harus dinilai dengan hati-hati. Di SIS, aktif dan rentang gerak bahu pasif biasanya normal. Itu
otot manset rotator paling baik diisolasi dengan 3 terpisah manuver. Untuk mengisolasi
subscapularis, pasien menempatkan tangan mereka di belakang dan berusaha untuk
mendorong tangan penguji, sebuah manuver yang disebut pengangkatan uji. Selanjutnya,
dengan lengan di samping dan siku tertekuk, pemeriksa menolak pasien dalam eksternal
rota- bahu. Selanjutnya, untuk mengisolasi supraspinatus, yang mungkin menyakitkan
dengan SIS, pasien menculik lengan ke 90 °, maju melentur ke 30 °, dan masing-masing
berputar secara internal humerus sehingga ibu jari menunjuk ke lantai. SEBUAH gaya ke
bawah kemudian diterapkan ke lengan sebagai pasien menolak. Dua teknik pemeriksaan
yang provokatif sangat sensitif tetapi tidak terlalu spesifik untuk mendiagnosis SIS. Tanda
Neer menimbulkan rasa sakit dengan el bahu pasif maksimal evasi dan rotasi internal
sementara skapula distabilkan.1 Tanda Hawkins adalah nyeri dengan elemen maju pasif
hingga 90 ° dan rotasi internal maksimum. 2 Tes ini memiliki nilai prediksi negatif lebih besar
dari 90% ketika dikombinasikan. Kelemahan rotator cuff yang ditandai dengan positif tanda-
tanda pelampiasan menandakan manset pecah total. Tes pelampiasan Neer melibatkan
menyuntikkan subakro- ruang dengan 10 mL anestesi lokal dan mengamati perbaikan rasa
sakit dengan tes provokatif ini.

Manifestasi klinis

Pasien yang terkena dampak umumnya berusia di atas 40 dan menderita nyeri yang
menetap tanpa diketahui trauma sebelumnya. Penyebabnya mungkin stres yang berlebihan
pada sendi bahu atau cedera yang tampaknya sepele. Pasien melaporkan rasa sakit saat
mengangkat lengan antara 70 ° dan 120 ° ("busur nyeri"), pada gerakan paksa di atas kepala,
dan ketika berbaring di sisi yang sakit .

Diagnostik

Pengambilan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik menyeluruh adalah dasar penilaian
diagnostik.Sensitivitas diagnostik pemeriksaan fisik adalah 90% . Studi pencitraan (awalnya,
foto rontgen) sangat diperlukan untuk diagnosis banding dan untuk menyingkirkan tendinitis
kalsifikasi atau perubahan artritis. Jika pasien memiliki keterbatasan fungsional terbatas atau
nyeri persisten selama 6 minggu atau lebih meskipun analgesia dan terapi fisik yang biasanya
memadai, studi pencitraan lebih lanjut dan rujukan ke spesialis direkomendasikan

 riwayat dan pemeriksaan fisik

Pasien harus ditanyai tentang sifat, durasi, dan dinamika rasa sakit dan tentang trauma yang
terjadi (mungkin trauma sepele) atau stres, serta tentang penggunaan analgesik. Pasien
sering melaporkan peningkatan dan depresi lengan yang menyakitkan antara 70 ° dan 120 °,
rasa sakit pada gerakan paksa di atas kepala, dan rasa sakit ketika berbaring di bahu yang
terkena. Pemeriksaan fisik terdiri dari inspeksi, palpasi, dan uji gerak pasif dan aktif pada
bahu, dengan perhatian pada dyskinesia skapular dan hiperlaksitas atau ketidakstabilan
sendi glenohumeral. Kekuatan diuji dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Pada
sindrom pelampiasan subakromial, kelemahan terutama mempengaruhi abduksi atau rotasi
eksternal. Pengujian meliputi rentang gerak aktif dan

 Ultrasonografi

Entitas terkait pelepasan seperti bursitis dan perubahan atau ruptur tendon divisualisasikan
dalam bidang tomografi standar dengan transduser linier 5-12 MHz. Bursitis ditandai secara
ultrasonografi dengan efusi anechoic dan dinding bursa yang menebal; perubahan tendon
awal menampilkan echogenicity tinggi dan penebalan, terutama tendon SSP.

 Sinar-X biasa

Rangkaian bahu x-ray konvensional terdiri dari tampilan AP (anteroposterior) yang


sebenarnya, tampilan Y (outlet), dan tampilan transaxillary. Ketiga pandangan ini
memungkinkan tampilan struktur tulang sehingga dokter dapat menilai keadaan lengkung
koraco-akromial, sendi akromioklavikular, pemusatan kepala humerus, tuberkulum yang
lebih besar, perubahan artritis, dan varian anatomi normal.

Prognosis

Ketika manajemen konservatif gagal untuk meringankan gejala tom terkait dengan SIS atau
ruptur manset lengkap terlihat di MRI, intervensi operasi mungkin diperlukan. Secara
historis, buka acromioplasty anterior dengan reseksi coracoacro- ligamentum ibu dan bursa
subakromial mencapai sangat baik pereda nyeri. Hari ini, dekompresi subakromial
artroskopik dengan pelepasan ligamentum korakoakromial dan reseksi bursa subakromial
telah terbukti mencapai hasil yang serupa. tidak melanggar penyisipan deltoid yang
diperlukan. penting dalam prosedur terbuka. Arthroscopy bahu juga memungkinkan evaluasi
sendi glenohumeral dan integritas dari rotator cuff. Kondisi patologis glenohumeral
Meskipun gejala pelampiasan mungkin timbul berikut trauma, rasa sakit lebih biasanya
berkembang secara diam-diam selama a periode minggu hingga bulan. Rasa sakit biasanya
terlokalisasi akromion anterolateral dan sering terpancar ke lateral mid-humerus. Pasien
biasanya mengeluh sakit pada malam, diperburuk dengan berbaring di bahu yang terlibat,
atau tidur dengan lengan di atas kepala. Aktivitas normal sehari-hari seperti menyisir rambut
seseorang atau menggapai ke dalam lemari menjadi menyakitkan, dan kehilangan kekuatan
secara umum dapat dicatat. Timbulnya nyeri dan kelemahan bahu setelah jatuh individu
yang berusia lebih dari 40 tahun harus menyampaikan keprihatinan untuk sobekan rotator
cuff.

Anda mungkin juga menyukai