Anda di halaman 1dari 8

DISLOKASI SENDI BAHU

Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anakanak. Penyebab tersering dislokasi sendi bahu ialah trauma dan sebagian besar
dislokasi terjadi ke arah anterior atau kombinasi anterior dan inferior. Sangat jarang
terjadi dislokasi ke arah posterior.
Dislokasi sendi bahu dapat menyebabkan kerusakan saraf, dengan manifestasi klinis
bervariasi dari nyeri sampai parestesi pada daerah lengan. Diagnosis dapat ditegakkan
oleh klinisi dengan anamnesis yang cermat dengan dibantu beberapa pemeriksaan
penunjang. Beberapa metode dapat dilakukan untuk mereduksi kembali dislokasi yang
terjadi dengan atau tanpa pembiusan.

Defenisi
Suatu kondisidimana Caput humerus bergeser keluar batas fossa glenoid.

Etiologi
Penyebab utama dislokasi sendi bahu ialah trauma dengan lengan mengalami rotasi
internal dan abduksi, menyebabkan caput humerus subluksasio ke arah depan.
Subluksasio ke arah posterior terjadi dari terjatuh dengan posisi lengan terulur.
Dislokasi inferior dapat terjadi dari lemahnya tonus otot dengan hemiplegia dan dari
berat lengan menarik humerus ke arah bawah. Dislokasi glenohumeral anterior biasa
2

terjadi pada atlit, khususnya pemain sepak bola.


3

Klasifikasi

1) Dislokasi anterior
2) Dislokasi posterior
3) Dislokasi inferior atau luksasi erekta
4) Dislokasi disertai fraktur
Mekanisme Trauma
1. Dislokasi Sendi Bahu anterior
Merupakan jenis dislokasi yang paling sering terjadi pada sendi mayor. Biasanya
terjadi karena

rotasi eksternal secara paksa dan ekstensi dari bahu. Kaput humerus

kemudian terdorong ke depan, dan sering menyebabkan robekan pada kartilago glenoid
4

labrum dan kapsul dari batas anterior kavum glenoid. Lebih jarang dislokasi ini juga
dapat terjadi pada pasien yang terjatuh dengan bertumpu pada tangan dan sendi bahu

dalam posisi ekstensi. Pada dislokasi ini, kaput humerus mengalami pergeseran ke arah
medial ke glenoid, tepat di bawah prosesus korakoid.

Pada dislokasi berulang kapsul dan labrum sering terlepas dari anterior glenoid. Tetapi
pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta ligamentum glenohumerus
keduanya terlepas atau terentang ke arah anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada
indentasi pada bagian posterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs) yaitu suatu
fraktur kompresi akibat
kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami
6
dislokasi.
2. Dislokasi Sendi Bahu Posterior
Dislokasi tipe ini lebih jarang terjadi. Biasanya karena trauma berkekuatan besar
dengan posisi terjatuh pada bahu anterior atau pada tangan dengan posisi adduksi dan
rotasi internal, karena kejang epileptic (akibat epilepsy atau terkena aliran listrik), atau
intoksikasi alkohol. Dislokasi mungkin disertai dengan fraktur proksimal humerus,
kapsul posterior terlepas dari tulang atau teregang, dan mungkin ada indentasi dari aspek
anterior dari kaput humerus.
Ketika sendi bahu

yang sebelumnya mengalami

dislokasi posterior, mengalami

dislokasi ulang karena cedera lain, dislokasi kedua dan selanjutnya disebut dislokasi
rekuren. Pada kasus dimana pasien dapat mendislokasikan dan mereduksi sendi bahu
sesuai keinginan disebut dislokasi habitual. Hal ini biasanya terjadi karena gangguan
kongenital generalisata pada ligament.
Manifestasi Klinis
Dislokasi
anterior

sendi

bahu

Pasien biasanya datang dengan keluhan utama nyeri. Pasien juga mengeluhkan
seperti sesuatu keluar dari tempatnya sehingga dia tidak dapat menggerakkan tangannya.
Pasien kemudian menggunakan tangan yang lain untuk membantu menyanggahnya.

Pada kejadian akut yang pertama kali pasien dapat menjelaskan dengan baik
mekanisme trauma; adanya ruda paksa pada bahu dalam keadaan abduksi, rotasi
eksternal, dan ekstensi.

Pada pemeriksaan fisik

ditemukan beberapa tanda diantaranya adanya nyeri,

terdapat benjolan pada bagian depan bahu, posisi lengan abduksi-eksorotasi, tepi bahu
tampak menyudut, nyeri tekan, dan adanya gangguan gerak sendi bahu. Ada 2 tanda khas
pada dislokasi sendi bahu anterior ini yaitu sumbu humeru yang tidak menunjuk ke
bahu dan kontur bahu berubah karena daerah dibawah akromion kosong pada palpasi.

Penderita merasakan sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan lengannya dan
lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain dan tidak mampu menggerakkan
lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain dan ia tidak dapat
menyentuh dadanya. Lengan yang cedera tampak lebih panjang dari normal, bahu
terfiksasi sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi ke arah interna. Posisi
badan penderita miring ke arah sisi yang sakit. Pemeriksa terkadang dapat membuat
scapula bergerak pada dadanya namun tidak akan dapat menggerakkan humerus pada
scapula. Jika pasien tidak terlalu banyak menggerakkan bahunya, maka pada kasus ini
kaput humerus yang tergeser dapat diraba di bawah

prosesus

korakoideus.

Fungsi

nervus sirkumflex harus diperiksa karena renta mengalami cedera pada kasus ini.

Dislokasi
Posterior

Sendi

Bahu

Kasus ini jarang terjadi dan sering terabaikan karena pasien terlihat seperti melindungi
ekstrimitasnya.. Biasanya dari anamese didapati riwayat trauma yang hebat pada
bahu, riwayat terkena aliran listrik, atau intoksikasi alkohol.
Dari pemeriksaan fisik terlihat lengan dalam posisi adduksi dan rotasi interna. Pergerakan
rotasi eksternal mengalami tahanan. Pada pasien yang kurus kaput humerus dapat teraba
pada bagian posterior.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto
Polos
Pemeriksaan radiologis harus meliputi sudut anteroposterior dan lateral. Pada
sudut anteroposterior dapat ditentukan bilamana terjadi nterjadi rotasi interna dan
eksterna. Pada rotasi interna dapat dilihat lesi Hill-Sachs pada caput hemurus
posterolateral.
Pada sudut lateraldapat dilihat sublukasasi glenohumeral ataupun dislokasi, dapat
juga unutk melihat bilamana terdapat fraktur.
Pada dislokasi sendi bahu anterior, kaput hemrus berada di bagian depan ataupun
medial dari glenoid. Pada dislokasi posterior terdapat gambaran berupa light bulb
yang diakibatkan rotasi interna dari humerus.
2.

CT-scan arthrografi dulunya biasanya digunakan untuk mengevaluasi pasien

dengna instabilitas glenohumeral dan dislokasi atau dengan riwayat instabilitas


sebelumnya. Akan tetapi, sekarang ini

Ct-scan hanya digunakan apabila terdapat

kontraindikasi pemeriksaan dengan MRI atau jika dicurigai terdapat abnormalitas


glenoid.

3.

MRI dan magnetic Resonanace Arthrografi lebih sensitive dibandingkan

metode lainnya untuk keadaan patplogia pada ligamen, kartilago, cidera bisep
ataupun abnormalitas kapsul. MR artrografi lebih sensitif dibandingkan MRI, dan hal
ini merupakan pemeriksaaan pilihan pada dislokasi sendi bahu, khususnya untuk
kasus instabilitas yang berulang dan lebih bagus untuk mendiagnosa lesi patologis
untuk hal- hal tersebut.

Penatalaksanaan
1.
Penatalaksaan Dislokasi Sendi Bahu
Anterior
Beraneka ragam metode reduksi dilakukan pada pasien dengan dislokasi sendi bahu.
Untuk pasien yang pernah mengalami dislokasi sebelumnya, traksi sederhana pada
lengan biasanya berhasil dengan baik. Biasanya penggunaan sedasi atau

anestesi

general diperlukan.
Dengan metode Stimson, pasien ditelungkupkan dan lengan yang sakit tergantung
disebelah tempat tidur. Seteleah 15 hingga 20 menit bahunya akan tereduksi.

Gambar. Metode Stimson

Dengan metode Hipocrates, penderita dibaringkan dilantai, anggota gerak ditarik


ke atas dan kaput hemerus ditekan dengan kaki agar kembali ke tempatnya.

Gambar. Metode Hipocrates

Dengan metode Kocher, penderita berbaring di tempat tidur dan


pemeriksa berada disamping penderita. Sendi siku dalam posisi fleksi 90 dan
dilakukan traksi sesuai garis humerus, kemudian dilakukan rotasi ke arah lateral
dan lengan diadduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh ke arah garis tengah
dan lengan kemudian dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah
dada. Teknik ini kurang direkomendasikan karena dapat mengakibatkan
cidera pada nervus, pembuluh darah dan pada tulang.

Gambar. Metode
Kocher

Reduksi tanpa pembiusan umum dilakukan dengan teknik menggantung lengan.


Penderita

diberikan

pethidin

atau

diazepam

agar

tercapai

relaksasi

yang

maksimum, kemudian penderita tidur tengkurap dan membiarkan lengan tergantung


dipinggir tempat tidur. Setelah beberapa waktu dapat terjadi reduksi secara spontan.
Penanganan
reposisi

setelah

Lengan diistirahatkan dengan mitella selama 3 minggu pada penderita yang usianya
dibawah

3 tahun (yang lebih sering terjadi rekurensi) dan hanya 1 minggu pada usia lebih 30
tahun (lebih sering terjadi kekakuan). Kemudian dimulai pergerakan ringan namun
kombinasi abduksi dan rotasi lateral sebaiknya dihindari selama 3 minggu. Selama
periode ini, siku dan jari mulai digerakkan setiap hari.
2. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi bahu posterior
Dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan
rotasi eksterna, serta dilakukan imobilisasi selama 3-6 minggu.
3. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi bahu inferior
Dilakukan reduksi tertutup menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksterna.
Lengan diistirahatkan sampai nyeri hilang, namun hindari melakukan abduksi selama 3
minggu setelah terjadi penyembuhan jaringan lunak. Apabila hal ini tidak berhasil dapat
dilakukan reduksi terbuka dengan operasi. Komplikasi
Komplikasi dislokasi anterior
A. Awal
Rotator cuff tear. Biasa mengiringi dislokasi anterior pada orang dewasa.
Pasien mungkin kesulitan mengabduksikan lengannya setelah reduksi; kontraksi
muskulus deltoid yang teraba menyingkirkan kelumpuhan saraf aksilaris.
Kerusakan saraf. Saraf aksilaris paling sering mengalami cedera, pasien
tidak dapat mengkontraksikan otot deltoid dan sedikit kehilangan rasa pada
otot. Ketidakmampuan abduksi harus dibedakan dari robekan rotator cuff.

Kerusakan pembuluh darah. Arteri aksilaris dapat mengalami kerusakan,


khususnya pada orang tua dengan pembuluh darah yang rapuh. Ini bisa terjadi
saat cedera

ataupun

saat

melakukan

reduksi.

Tungkai

harus

selalu

diperiksa ada tidaknya tanda-tanda iskemia sebelum dan sesudah reduksi.


Fraktur-dislokasi. Jika ada hubungan fraktur proksimal humerus, mungkin
diperlukan reduksi terbuka dengan fiksasi internal.

Gambar. Dermatom nervus aksilaris

B. Terlambat
Kaku bahu. Lamanya immobilisasi dapat menyebabkan kekakuan pada sendi
bahu, khususnya pada pasien diatas 40 tahun.
Dislokasi tak tereduksi. Dislokasi sendi bahu terkadang tidak terdiagnosa.
Biasa terjadi pada pasien yang tidak sadar atau terlalu tua. Reduksi tertutup baik
dilakukan sampai 6 minggu setelah cedera; manipulasi yang dilakukan setelah itu
dapat menyebabkan fraktur, robekan pembuluh darah atau saraf.
Dislokasi rekuren. Jika dislokasi anterior merobek kapsul sendi bahu,
perbaikan diikuti reduksi secara spontan maka dislokasi mungkin tidak terjadi,
tetapi bila glenoid lepas atau kapsul tertanggal didepan leher glenoid, rekurensi
lebih sering terjadi.
Komplikasi dislokasi posterior
Dislokasi tak tereduksi. Minimal setengah dari pasien dengan dislokasi posterior
tidak tereduksi ketika pertama kali. Berminggu-minggu sampai berbulan-bulan berlalu
sebelum diagnosis ditegakkan dan lebih dari dua pertiga dislokasi posterior tidak
dikenali awalnya.
Dislokasi rekuren atau subluksasio

Anda mungkin juga menyukai