Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN
Dislokasi panggul lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu atau siku. Mekanisme
terjadinya dislokasi yaitu saat kaput yang terletak di belakang asetabulum, kemudian
segera berpindah ke dorsum illium. Biasanya juga mengalami cedera serius misalnya
trauma benturan depan mobil akibat tabrakan mobil frontal. Penderita mungkin
mengalami syok berat dan tidak dapat berdiri. Tungkainya terletak dalam posisi tinggi
yang sesuai dengan paha difleksikan, dan dirotasikan ke interna. Tungkai pada sisi
yang cedera lebih pendek daripada sisi yang normal. Lututnya bersandar pada paha
yang berlawanan dan trokantor mayor dan pantat menonjol secara abnormal.

B. DEFENISI
Dislokasi hip joint adalah suatu kejadian/peristiwa menyakitkan di mana komponen
peluru/bola/caput humeri tulang paha keluar dari tempatnya/acetabulum. Sehingga
penderita mengalami rasa nyeri, karena caput humeri bergerak/bekerja bukan pada
tempatnya lagi.

C. EPIDEMIOLOGI
Ras bukan merupakan faktor risiko untuk dislokasi hip. Dislokasi Hip lebih sering
terjadi pada laki-laki muda dari pada orang yang karena cedera yang berhubungan
dengan perilaku berisiko. Hip dislokasi akibat cedera traumatik lebih umum pada
mereka yang lebih muda dari 35 tahun dibandingkan orang tua. Hip dislokasi akibat
jatuh lebih umum pada mereka dari 65 tahun lebih tua.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Seperti halnya korban trauma besar, penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
sangat penting primer. Selama survei sekunder, pemeriksaan dari korset panggul dan
pinggul adalah wajib. Pemeriksaan harus terdiri dari inspeksi, palpasi, aktif / pasif
rentang gerak, dan pemeriksaan neurovaskular.

1. Inspeksi : Dalam prakteknya, ini penampilan dapat diubah dengan adanya dislokasi
atau fraktur-kelainan tulang lainnya
- Posterior : hip tertekuk, terputar ke dalam , dan adduksi.
- Anterior : hip tertekuk minimal, terputar ke luar dan abduksi

2. Palpasi: Meraba panggul dan ekstremitas bawah untuk cacat tulang-langkah kotor
atau off. Dalam sebuah dislokasi hip anterior, kadang-kadang pada femoralis teraba
hematoma. Hal ini menunjukkan cedera vaskular.

Range of motion: Pasien dengan dislokasi hip memiliki jangkauan sangat terbatas
gerak. Mengevaluasi apa pasien dapat dilakukan dengan nyaman. Jangan paksa
melakukan berbagai gerakan pada pasien yang tidak bisa mentolerir manipulasi
normal,. Rentang nyeri gerak hampir tidak termasuk dislokasi hip.

Pemeriksaan Neurovaskular: Tanda-tanda cedera nervus ischiadicus meliputi:


- Hilangnya sensasi di kaki belakang dan kaki
- Kehilangan dorsoflexion (cabang peroneal) atau plantarflexion (cabang tibial)
- Kehilangan refleks tendon dalam (DTRs) di pergelangan kaki

Tanda-tanda cedera saraf femoralis adalah sebagai berikut:


- Hilangnya sensasi atas paha
- Kelemahan dari paha depan
- Kehilangan DTRs di lutut

Tanda-tanda cedera vaskuler meliputi:


- Hematoma
- Loss of pulses
- Muka pucat

Dislokasi Panggul

Tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul:


o Kaki pendek dibandingkan dengan kaki yang tidak mengalami dislokasi
o Kaput femur dapat diraba pada panggul
o Setiap usaha menggerakkan pinggul akan mendatangkan rasa nyeri

E. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota bawah yaitu tulang
sakrum dan koksigeus bersendi antara satu dengan yang lainnya.

Pada simfasis pubis pelvis terbagi atas 2 bagian :


1. Pelvis mayor atau rongga panggul besar.
2. Pelvis minor atau rongga panggul kecil
Di antara ke 2 rongga tersebut dibatasi oleh garis tepi atau linea terminalis.

Sendi - sendi pelvis antara lain : sendi sakro iliaka adalah sendi antara ilium yang
disebut aurikuler dan kedua sisi sakrum, gerakan ini sangat sedikit karena ligamennya
sangat kuat menyatukan permukaan sendi sehingga membatasi gerakan ke seluruh
jurusan.

F. PATOFISIOLOGI
Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan
oleh abdukasi, ekstensi dan ekstra traumatik yang berlebihan. Contohnya posisi
melempar bola berlebihan. Caput humeri biasanya bergeser ke anterior dan inferior
melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul.

Faktor yang sering menyebabkan resiko dislocation hip joint adalah:


Pelvis yang mempunyai peluru/bola/caput yang kecil dengan diameter 22 mm, dan
peluru/bola/caput yang memiliki leher/collum yang tebal.

G. KLASIFIKASI
Dislokasi panggul ada 3 macam, yaitu dislokasi panggul posterior, dislokasi panggul
anterior, dan dislokasi panggul central.

Dislokasi Panggul Posterior


Dislokasi posterior hip joint biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis
longitudinal pada femur saat femur dalam keadaan fleksi 900 dan sedikit adduksi.

Pemeriksaan pada penderita dislokasi posterior hip joint akan menunjukkan tanda
yang abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit
fleksi, internal rotasi dan adduksi. Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur
terkunci pada bagian posterior asetabulum. Salah satu bagian pemeriksaan adalah
memeriksa kemampuan sensorik dan motorik extremitas bawah dari bagian bawah
hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena kurangnya kepekaan saraf pada
panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang tidak lazim pada kasus dislokasi
hip joint.

- Gejala klinis
Pemeriksaan pada penderita dislokasi panggul posterior akan menunjukkan tanda yang
abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi,
internal rotasi dan adduksi. Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur
terkunci pada bagian posterior asetabulum.
Dislokasi Panggul Posterior
Mekanisme trauma pada dislokasi posterior karena kaput femur dipaksa keluar ke
belakang asetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur
dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi. Trauma biasanya tejadi
karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan fleksi dan
menabrak dengan keras yang berada di bagian depan lutut. Kelainan ini juga dapat
juga terjadi sewaktu mengendarai motor. 50% dislokasi disertai fraktur pada pinggir
asetabulum dengan fragmen kecil atau besar.

Terdapat klasifikasi menurut Thompson Epstein (1973) yang penting untuk rencana
pengobatan:
Tipe I : dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil.
Tipe II : dislokasi dengan fragmen tulang yang besar pada bagian posterior
asetabulum.
Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif.
Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum.
Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur.

Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah dilakukan : kaki pendek, adduksi, rotasi
internal dan sedikit fleksi. Tetapi kalau salah satu tulang panjang mengalami fraktur,
biasanya femur, cedera panggul dengan mudah dapat terlewat. Pedoman yang terbaik
adalah memotret pelvis dengan sinar X pada tiap kasus cedera yang berat, dan pada
fraktur femur, pemeriksaan sinar X harus mencakup panggul. Tungkai bawah harus
diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera saraf ischiadikus.
Pada foto anteroposterior kaput femoris terlihat di luar mangkuknya dan di atas
asetabulum. Segmen atap asetabular atau kaput femoris mungkin telah patah dan
bergeser; foto oblik berguna untuk menunjukkan ukuran fragmen itu. Kalau fraktur
ditemukan, fragmen tulang yang lain (yang mungkin perlu dibuang) harus dicurigai. CT
scan adalah cara terbaik untuk menunjukkan fraktur asetabulum atau setiap fragmen
tulang.
Keadaan dislokasi panggul merupakan tindakan darurat karena reposisi yang
dilaksanakan segera mungkin dapat mencegah nekrosis avaskuler kaput femur. Makin
lambat reposisi dilaksanakan makin tinggi kejadian nekrosis avaskuler. Reposisi
tertutup dilakukan dengan pembiusan umum menurut beberapa cara : metode
Bigelow, metode Stimson, dan metode Allis. Metode Allis merupakan metode yang
lebih mudah.

- Pemeriksaan
Salah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa kemampuan sensorik dan motorik
extremitas bawah dari bagian bawah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi,
karena kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah
yang tidak lazim pada kasus dislokasi panggul. Pemeriksaan penunjang dengan
pembuatan X - ray foto, umumnya dengan proyeksi AP.

X-Ray Foto Dislokasi Panggul Posterior

- Penatalaksanaan
Terapi untuk mengembalikan keadaan ini ada dua cara :
1. Metode Allis : penderita dalam posisi terlentang di lantai, pembantu menahan
panggul dan menekannya. Ahli bedah melakukan fleksi pada lutut sebesar 900 dan
tungkai diadduksi ringan dan rotasi medial. Lengan bawah ditempatkan dibawah lutut
dan dilakukan traksi vertikal dan kaput femur diangkat dari bagian posterior
asetabulum. Panggul dan lutut diekstensikan secara hati-hati. Syarat terpenting dalam
melakukan reposisi adalah sesegera mungkin dan dilakukan dengan pembiusan umum
disertai relaksasi yang cukup. Pada tipe II setelah reposisi maka fragmen yang besar
difiksasi dengan screw secara operasi. Pada tipe III biasanya dilakukan reduksi
tertutup dan apabila ada fragmen yang terjebak dalam asetabulum dikeluarkan
melalui tindakan operasi. Tipe IV dan V juga dilakukan reduksi secara tertutup dan
apabila bagian fragmen yang lepas tidak tereposisi maka harus direposisi dengan
operasi. Pasca reposisi dilakukan traksi kulit selama 4-6 minggu, setelah itu tidak
menginjakkan kaki dengan jalan mempergunakan tongkat selama 3 bulan.

2. The Bigelow Maneuver : Tempatkan penderita di lantai (telentang). Amati


(dislokasi) secara cermat dan suruh seorang asisten mendorongnya ke anterosuperior
pada SIAS. Fleksikan lutut penderita dan panggulnya, dan rotasikan tungkainya pada
posisi netral. Tarik tungkainya ke atas secara terus-menerus dengan lembut. Saat
masih dilakukan traksi (penarikan) sesuai arah femur, rendahkan tungkainya ke lantai.
Reduksi biasanya jelas dirasakan tetapi perlu didukung dengan sinar-X. Jika metode
tersebut gagal mereduksi dislokasi, minta asisten meneruskan penekanan secara kuat
pada SIAS. Dengan lutut sebagian difleksikan, tarik tungkai sesuai dengan deformitas.
Fleksikan panggul perlahan hingga 90o dan rotasikan secara lembut ke internal dan
eksternal untuk melepaskan kaput dari struktur-struktur yang menahannya.
Kembalikan kaput pada tempatnya dengan rotasi interna dan eksterna lebih lanjut,
atau rotasi eksterna dan ekstensi. Bila masih terpengaruh anestesi, periksa lutut,
apakah terdapat ruptur ligamentum cruciatum posterior.

The Bigelow Manouver

Segera setelah penderita dianestesi, tempatkan ia dengan wajah menghadap ke meja,


sehingga paha yang cedera terkatung ke bawah dengan lututnya pada 90o dan kakinya
bersandar pada lutut anda. Suruh seorang asisten memegang paha yang normal secara
horizontal, agar pelvis tidak menjadi miring. Tekan terus menerus ke arah bawah
pada lutut yang difleksikan hingga otot-ototnya berelaksas dan kaput femoris dapat
masuk ke asetabulum. Jika perlu goyangkan lututnya.
Jika metode ini gagal, rujuk untuk dilakukan reduksi terbuka.
Uji stabilitas, saat penderita masih diberi anestesi, fleksikan panggulnya sampai 90o
dan lakukan pemeriksaan apakah kaput femoris mudah keluar dari asetabulum dari
arah posterior ataukah tetap pada tempatnya. Jika dapat tergelincir dengan mudah,
diduga ada fraktur pada tepi posterior asetabulum.

Setelah dilakukan reduksi diperlukan perawatan lebih lanjut, dengan:


1. Jika reduksi stabil, pelaksanaan bergantung pada pergerakannya, apakah
menimbulkan sakit atau tidak. Jika tidak menimbulkan rasa sakit, maka tidak
diperlukan traksi, karena itu lakukan pergerakan aktif di tempat tdur dan setelah 10
hari penderita diberi tongkat ketiak dengan menahan beban berat parsial. Jika
pergerakan menimbulkan nyeri, lakukan traksi ekstensi hingga nyeri hilang, lalu
berdirikan dengan tongkat ketiak, dilanjutkan dengan menahan beban berat parsial
sampai penuh.
2. Jika reduksi tidak stabil, sehingga kaput femur keluar dari asetabulum, maka
lakukan pemeriksaan sinar-X. Jika hasilnya menunjukkan satu potongan tulang besar
patah dari pinggir asetabulum, maka rujuk untuk perbaikan. Sebaliknya, lakukan
traksi ekstensi dengan pen tibia. Jika reduksi dapat dikontrol, lanjutkan untuk
menggunakan sekurang-kurangnya 6 minggu.

- Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dislokasi panggul posterior, yaitu :
1. Lesi N. Ischiadicus
2. Nekrosis avaskuler terjadi 1 -2 tahun pasca trauma
3. Artrosis degeneratif

Komplikasi dapat berupa komplikasi dini yaitu kerusakan nervus skiatik, kerusakan
pada kaput femur, kerusakan pada pembuluh darah, dan fraktur diafisis femur.
Komplikasi lanjut dapat berupa nekrosis avaskuler, miositis osifikans, osteoartritis.

Dislokasi Panggul Anterior


Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan
kaput femur di depan asetabulum. Pemeriksaan dislokasi anterior, kaki dibaringkan
eksorotasi dan seringkali agak fleksi. Dalam posisi adduksi tapi tidak dalam posisi
menyilang. Penderita tidak dapat bergerak fleksi secara aktif ketika dalam keadaan
dislokasi. Kaput femur jelas berada di depan triangle femur.

- Gejala klinis dan Pemeriksaan


Pemeriksaan dislokasi panggul anterior, kaki dibaringkan eksorotasi dan seringkali
agak fleksi. Dalam posisi adduksi tapi tidak dalam posisi menyilang. Penderita tidak
dapat bergerak fleksi secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi. Kaput femur jelas
berada di depan triangle femur.

- Penatalaksanaan
Terapi dilakukan dengan membaringkan penderita di lantai, dan lakukan anestasi
seperti pada penanganan dislokasi panggul posterior. Dengan melakukan pengamatan
secara cermat, suruh seorang asisten menarik pelvisnya dengan kuat sepanjang
manuver pada SIAS. Pegang tungkai penderita dan bengkokkan panggul dan lutut
sampai 90o. Rotasikan tungkainya ke posisi netral. Hal ini akan mengubah dislokasi
panggul anterior menjadi posterior. Tarik tungkai penderita terus menerus ke atas
agar dapat mengangkat kaput femur ke dalam asetabulum.

Jika panggul tidak dapat direduksi, turukan tungkainya ke lantai ketika sedang
mempertahankan reduksi. Jika panggul masih tidak dapat direduksi, maka gunakan
traksi sesuai dengan arah deformitas (fleksi dan adduksi). Saat mempertahankan
traksi, angkat tungkainya pada posisi vertikal agar dapat membawa kaput femur pada
tepi anterior asetabulum. Sekarang, dengan masih mempertahankan traksi, rotasikan
tungkai ke internal dan turunkan pahanya menjadi posisi yang diekstensikan. Jika
panggul masih tidak dapat direduksikan, suruh seorang asisten terus memegang pelvis
dengan kuat. Suruh asisten kedua berdiri di depannya dan menarik dengan kuat sesuai
dengan arah femur. Abduksikan panggul yang normal dan letakkan tumit anda tanpa
sepatu pada tempat kaput femur yang anda pikirkan. Kemudian tekan ke arah
posterolateral hingga kaput masuk ke dalam socket dengan bunyi debam. Jika gagal,
rujuk untuk dilakukan reduksi terbuka. Setelah dilakukan reduksi diperlukan
perawatan lebih lanjut, pertahankan penderita di tempat tidur hingga ia dapat
mengontrol panggulnya kembali. Kemudian biarkan ia berdiri dan menahan beban
berat. Amati kaput femur terhadap nekrosis aseptik, sama seperti dislokasi panggul
posterior.

Dislokasi Panggul Central / Obturator


Dislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi obturator disebabkan karena
gerakan abduksi yang berlebih (hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang
disebabkan karena trokantor mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk
mengungkit kaput femur keluar dari asetabulum.

- Gejala Klinis dan pemeriksaan


Panggul akan sangat terlihat dalam posisi abduksi dan tidak dapat dibawa ke posisi
normal tanpa penyesuaian dari pelvis. Kelainan saraf sangat jarang terlihat pada kasus
seperti ini.

- Penatalaksanaan
Terapi pada dislokasi obturator, yang terjadi akibat sobeknya capsul inferior, adalah
sangat memungkinkan untuk mengubah dislokasi ini menjadi dislokasi panggul anterior
maupun posterior, dan kemudian dapat direduksi dengan cara yang tepat.
Bagaimanapun juga traksi abduksi pada tungkai dengan traksi yang berlawanan
dengan pelvis sangat diperlukan. Berikan tekanan kuat, lalu letakkan pada sisi medial
kaput femur dengan melakukan sedikit gerakan internal dan eksternal rotasi.
Adduksikan ke posisi normal. Selama kaput femur yang mengalami dislokasi tidak
bergerak ke arah yang dapat mengganggu suplay darah, penderita dapat mulai
berjalan dengan tongkat ketiak tanpa beban pada tungkainya setelah beristirahat di
tempat tidur selama beberapa hari. Penderita harus berjalan dengan tongkat ketiak
selama 6 minggu dan melakukan pemeriksaan dengan sinar-X dengan interval 2 sampai
3 bulan untuk tahun pertama dan 6 bulan untuk tahun kedua. Kemungkinan terjadi
avascular necrosis sangat kecil karena arah dislokasi ini.

Dislokasi Hip Bawaan


Beberapa anak lahir dengan masalah yang disebut dislokasi pinggul bawaan pinggul
(displasia). Kondisi ini biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir. Sebagian besar
waktu, hal itu mempengaruhi hip kiri dalam kelahiran anak pertama, perempuan, dan
bayi yang lahir dalam posisi sungsang.
Dislokasi Hip Kongenital

- Anatomi
Dalam dislokasi pinggul, bola pada bagian atas tulang paha (femoralis kepala) tidak
duduk aman di soket (acetabulum) dari sendi pinggul. Sekitarnya ligamen juga dapat
lepas dan meregang. Bola dapat lepas dalam soket atau benar-benar luar itu.

- Penyebab
Penyebab masalah ini masih belum diketahui.

- Gejala
Pada dislokasi bawaan, tanda awal mungkin "mengklik" suara saat kaki bayi yang baru
lahir didorong terpisah. Jika kondisi itu terus terdeteksi pada tahap bayi, akhirnya
kaki yang terkena akan tampak lebih pendek dari yang lain, kulit di lipatan paha akan
muncul tidak merata, dan anak akan memiliki fleksibilitas lebih pada sisi yang
terkena. Ketika ia mulai berjalan, ia mungkin akan lemas, berjalan kaki, atau
"goyangan" seperti bebek.

- Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan bila terdapat gambaran :
1. Asimetri lipatan paha
2. Uji Ortolaini, Barlow dan Galeazzi positif
3. Asetabuler indeks 400 atau lebih besar
4. Disposisi lateral caput femoris pada radiogram
5. Limitasi yang menetap pada gerakan sendi panggul dengan atau tanpa gambaran
radiologic yang abnormal
6. Kombinasi dari hal-hal yang disebutkan diatas

- Pengobatan
Pada dislokasi sendi panggul bawaan diperlukan penanganan yang lebih dini dan untuk
itu diagnosis penyakit ini harus sedini mungkin, sehingga pemeriksaan ortopedi yang
lengkap dap teliti pada bayi baru lahir perlu dilakukan.
Pengobatan umumnya hanya dengan memasang bidai untuk mempertahankan sendi
panggul pada posisinya.

Sebanyak 80-90% sendi panggul pada bayi baru lahir tidak stabil sampai usia 3 bulan
dan biasanya dalam jangka waktu 23 minggu panggul akan menjadi stabil secara
spontan. Bila sendi panggul tetap tidak stabil setelah jangka waktu tersebut,
sebaiknya dilakukan pengawasan yang lebih lanjut. Dislokasi panggul pada penderita
3-18 bulan, dapat dicoba reduksi tertutup dan tindakan operasi dipertimbangkan bila
reduksi ini tidak berhasil. Bila penderita berusia 18 bulan sampai 5 tahun maka
kelainan telah bersifat irreversible sehingga tindakan operasi merupakan satu-satunya
alternative pengobatan untuk mengoreksi kelainan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad Chairuddin, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi ketiga, Jakarta:
PT.Yarsif Watampone (Anggota IKAPI).
2. Wim de Jong, Syamsuhidajat, R. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. Penerbit
Buku Kedoktern EGC. Jakarta
3. www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai