KASUS TRAUMA
DISUSUN OLEH :
HANIK PURNOMOWATI
NIM. 180070300111037
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
DISLOKASI SENDI PANGGUL
1. Definisi
Kata dislokasi merupakan gabungan dari kata dis dan lokasi yang berarti kedudukan
yang salah. Dislokasi sendi adalah keadaan dimana terjadi pergeseran total permukaan
tulang yang membentuk persendian. Dislokasi sendi merupakan keadaan gawat darurat
di bidang ortopedi yang memerlukan penanganan segera.
Dislokasi adalah keadaan di mana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi panggul adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan permukaan
caput femoris terhadap acetabulum. Dislokasi terjadi ketika caput femoris keluar dari
acetabulum. Kondisi ini dapat kongenital atau didapat (acquired). Dari kedua dislokasi
ini, dislokasi yang paling sering ditemukan adalah dislokasi panggul yang didapat akibat
trauma (dislokasi panggul traumatika). Dislokasi panggul traumatika ini dapat terjadi
pada semua kelompok usia dan angka kejadiannya meningkat seiring dengan
meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas dan dislokasi panggul ini merupakan suatu
kegawatdaruratan ortopedi yang membutuhkan tatalaksana segera.
2. Epidemiologi
Dengan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas, dislokasi panggul traumatik
makin sering ditemukan. Dislokasi panggul ini dapat terjadi pada semua kelompok usia.
Dislokasi panggul posterior merupakan dislokasi yang paling sering terjadi. Dislokasi
panggul posterior terjadi sebanyak 90% dari kasus, sedangkan dislokasi panggul
anterior terjadi sebanyak 10% dari seluruh kasus dislokasi panggul traumatik.
3. Etiologi
a. Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley,
pemain basket dan pemain sepak bola sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-
jari secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
b. Trauma
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
c. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
d. Patologis
Terjadi ‘tear’ ligament dan capsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.
4. Klasifikasi
Berdasarkan arah dislokasi, dislokasi panggul dibagi menjadi 3, yaitu dislokasi
posterior, dislokasi anterior, dan dislokasi pusat (central).
a. Dislokasi Posterior
1) Mekanisme Cedera
Caput femoris keluar dari acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan
pada diaphisis femur dimana sendi panggul dalam posisi flexi atau semiflexi.
Trauma biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang
dalam keadaan flexi dan menabrak dengan keras benda yang ada di depan lutut.
Mekanisme khas untuk dislokasi posterior adalah perlambatan dimana lutut
penderita mengenai dashboard dengan menekuk lutut dan panggul. Dislokasi
posterior sendi panggul biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis
longitudinal pada femur saat femur dalam keadaan flexi 90 derajat dan sedikit
adduksi.
Jika salah satu tulang panjang mengalami fraktur (biasanya femur), dislokasi
panggul seringkali tidak terdiagnosis. Pedoman yang baik adalah dengan
pemeriksaan pelvis dengan pemeriksaan radiologis. Tungkai bawah juga harus
diperiksa untuk mencari apakah terjadi cedera syaraf ischiadicus.
Cedera neurovaskular pada dislokasi panggul posterior dapat memberikan
gambaran sebagai berikut:
Nyeri di panggul, bokong, dan tungkai bawah bagian posterior
Hilangnya sensasi di tungkai bawah dan kaki
Hilangnya kemampuan dorsoflexi (cabang peroneal) atau plantarflexi
(cabang tibial)
Hilangnya deep tendon reflex di pergelangan kaki
Hematoma lokal
3) Klasifikasi
Epstein dan Thompson menganjurkan suatu klasifikasi yang dapat membantu
perencanaan tatalaksana. Klasifikasi ini dibuat sebelum ditemukannya CT-scan.
Berikut ini adalah klasifikasi dislokasi panggul posterior menurut Epstein dan
Thompson:
b. Dislokasi Anterior
Dislokasi anterior jarang terjadi jika dibandingkan dengan dislokasi posterior.
Dislokasi ini terjadi sebanyak 10-12 % dari keseluruhan kejadian dislokasi panggul
traumatik. Penyebab yang lazim adalah kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan
penerbangan. Caput femoris didorong dengan paksa ke arah anteroinferior dan
berpindah ke foramen obturatorium atau pubis.
1. Mekanisme Cedera
Dislokasi ini dapat terjadi dalam kecelakaan lalu lintas ketika lutut terbentur
dashboard ketika paha dalam posisi abduksi. Dislokasi pada satu atau bahkan
kedua panggul dapat terjadi jika seseorang tertimpa benda berat pada punggungnya
saat posisi kaki merentang, lutut lurus dan punggung ke depan.
Caput femoris didorong dengan paksa ke arah anteroinferior acetabuli dan
berpindah ke foramen obturatorium atau pubis.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Dengan cara pemeriksaan Sinar–X ( pemeriksaan X-Rays )
Pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih
antarakaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah danmedial
terhadap terhadap mangkuk sendi.
b. Pemeriksaan radiologi
Tampak tulang lepas dari sendi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menilai apakah ada infeksi dengan peningkatan leukosit.
d. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.
e. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan,
pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
8. Penatalaksanaan
a) Tatalaksana Dislokasi Posterior
Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum. Reduksi harus
dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislokasi. Pada sebagian besar kasus
dilakukan reduksi tertutup, namun jika reduksi tertutup gagal sebanyak 2 kali maka
harus dilakukan reduksi terbuka untuk mencegah kerusakan caput femoris lebih lanjut.
Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurovaskular.
Indikasi reduksi tertutup:
- Dislokasi dengan atau tanpa defisit neurologis jika tidak ada fraktur
- Dislokasi yang disertai fraktur jika tidak terdapat defisit neurologis
Kontraindikasi reduksi tertutup:
- Dislokasi panggul terbuka
Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi dislokasi
panggul posterior sederhana.
Manuver Allis
Manuver Allis
Manuver stimson
Setelah reduksi, panggul diistirahatkan dengan pemasangan skin traction selama tiga
minggu. Beberapa hari setelah reduksi, gerakan aktif dan pasif sendi panggul dapat
dimulai. Pada akhir minggu ketiga, pasien diperbolehkan jalan menggunakan kruk
penopang tanpa bertumpu pada sisi yang mengalami dislokasi. Selama periode ini dapat
dilakukan latihan aktif terkontrol untuk mengembalikan fungsi sendi dan perkembangan
tonus dan kekuatan otot. Kerja ringan dapat dilanjutkan pada minggu ke 14-16 dan
aktivitas penuh dapat dilakukan 6-10 bulan setelah cedera.
Ikuti perkembangan pasien selama minimal 2 tahun, setiap pemeriksaan rekam
perkembangan range of motion dari sendi panggul dan lakukan pemeriksaan X-ray setiap
4-6 bulan untuk mengetahui ada tidaknya nekrosis avaskular dari caput femoris.
Indikasi Operasi
1) Fraktur acetabulum dengan pergeseran > 2 mm di dalam kubah acetabulum
2) Fraktur dinding posterior dengan > 50% keterlibatan permukaan artikulasi sendi pada
dinding posterior
3) Ketidakstabilan klinis pada flexi 900
4) Fragmen yang terjebak di dalam acetabulum setelah reduksi tertutup
Beberapa penulis menganjurkan operasi dilakukan 2-3 hari setelah cedera untuk
menunggu kondisi pasien agar stabil. Idealnya reduksi terbuka dan fiksasi internal
fraktur acetabulum seharusnya dilakukan dalam 5-7 hari setelah cedera. Reduksi
anatomis akan menjadi lebih sulit setelah melewati waktu tersebut karena pembentukan
hematoma, kontraktur jaringan lunak, dan pembentukan callus awal.
Skeletal Traction
9. Komplikasi
b. Komplikasi Dislokasi Posterior
1) Dini
a. Cedera nervus ischiadicus
Saraf ini kadang-kadang mengalami cedera, namun biasanya membaik lagi. Jika
setelah mereduksi dislokasi, lesi nervus ischiadicus dan fraktur acetabulum yang
tidak tereduksi terdiagnosis, maka nervus harus dieksplorasi dan fragmennya
dikoreksi ke tempat asalnya (disekrupkan pada posisinya). Penyembuhan sering
membutuhkan waktu beberapa bulan, dan sementara itu tungkai harus dihindarkan
dari cedera dan pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki terkulai (foot
drop).
2) Lambat
a. Nekrosis avaskular
Persediaan darah pada caput femoris sangat terganggu sekurang-kurangnya
pada 10% dislokasi panggul traumatik. Jika reduksi ditunda lebih dari beberapa jam,
angkanya meningkat menjadi 40%. Nekrosis avaskular terlihat pada pemeriksaan X-
Ray sebagai peningkatan kepadatan caput femoris, tetapi perubahan ini tidak
ditemukan sekurang-kurangnya selama 6 minggu, dan kadang-kadang jauh lebih
lama (sampai 2 tahun), tergantung pada kecepatan perbaikan tulang. Jika caput
femoris menunjukkan tanda-tanda fragmentasi, mungkin diperlukan operasi. Jika
terdapat segmen nekrotik yang kecil, osteotomi penjajaran tulang (realigment)
merupakan metode terpilih. Sebaliknya, pada pasien yang lebih muda, pilihannya
adalah antara penggantian caput femoris dengan prostesis bipolar atau artrodesis
panggul. Pada pasien berusia di atas 50 tahun, penggantian panggul keseluruhan
adalah pilihan yang lebih baik.
b. Myositis Ossificans
Komplikasi ini jarang terjadi, mungkin berhubungan dengan beratnya cedera.
Karena sulit diramalkan, komplikasi ini sulit di cegah. Gerakan tidak boleh dipaksa
dan pada cedera yang berat, masa istirahat dan pembebanan mungkin perlu di
perpanjang.