Panggul
Pembimbing :
Prof. Dr. Hermawan N. Rasyid, dr.,
Sp.OT(K)., MT(BME)., Ph.D
PENDAHULUAN
• Definisi
Suatu keadaan dimana terjadi perpindahan
permukaan sentuh caput femoris terhadap
acetabulum.
KELOMPOK ADDUKTOR
M. adductor brevis
M. adductor longus
M. adductor magnus
M. pectineus
M. gracilis
DISLOKASI PINGGUL TRAUMATIK
Epidemiologi
• Angka kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya angka
kecelakaan lalu lintas.
• Dislokasi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia.
• Dislokasi pinggul posterior 90% dari seluruh kasus dislokasi pinggul
traumatik.
• Dislokasi pinggul anterior 10% dari seluruh kasus dislokasi pinggul
traumatik.
Klasifikasi
Berdasarkan arah dislokasi, dislokasi pinggul dibagi menjadi:
a. Dislokasi posterior
b. Dislokasi anterior
c. Dislokasi pusat (sentral)
Dislokasi Pinggul Traumatik (Lanjutan)
DISLOKASI POSTERIOR
Mekanisme cedera
• Biasanya dislokasi ini terjadi dalam kecelakaan
lalu lintas bila seseorang yang duduk di dalam
mobil terlempar ke depan sehingga lutut terbentur
pada dashboard. Femur terdorong ke atas dan
caput femoris keluar dari acetabulum.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi posterior menurut Epstein dan Thompson:
• Tipe I : Dislokasi sederhana, dengan atau tanpa
fragmen di dinding posterior acetabulum.
• Tipe II : Dislokasi dengan fragmen besar di dinding
posterior acetabulum.
• Tipe III : Dislokasi dengan kominusi dinding posterior
acetabulum.
• Tipe IV : Dislokasi dengan fraktur dasar (lantai)
acetabulum.
• Tipe V : Dislokasi dengan fraktur caput femoris, yang
diklasifikasikan menurut Pipkin (1957).
Stewart and Milford (1954)—The classification system
of Stewart and Milford is based on the stability of the
hip after reduction and the condition of the femoral
head
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Pemeriksaan Radiologi
• Pada foto anteroposterior (AP), caput femoris terlihat keluar dari
acetabulum. Segmen atap acetabulum atau caput femoris dapat
ditemukan patah dan bergeser.
• CT scan adalah cara terbaik untuk melihat fraktur acetabulum atau
setiap fragmen tulang.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Tata Laksana
• Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah
anestesi umum.
• Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak
terjadinya dislokasi.
• Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi tertutup
jika gagal sebanyak 2 kali reduksi terbuka untuk
mencegah kerusakan caput femoris lebih lanjut.
• Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan neurovaskular.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Manuver Allis
1. Pasien dibaringkan di lantai dalam
posisi supine.
2. Seorang asisten menekan spina
iliaca anterior superior.
3. Angkat tungkai yang mengalami
dislokasi dan fleksikan sendi pinggul
dan lutut.
4. Rotasikan tungkai ke posisi netral.
5. Buat traksi yang mantap pada
tungkai bawah ke arah atas, angkat
caput femoris ke dalam acetabulum.
6. Setelah traksi ke atas selesai,
letakkan paha ke bawah dalam posisi
ekstensi.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Manuver Stimson
1. Pasien ditempatkan di atas meja
dalam posisi telungkup.
2. Tungkai yang mengalami dislokasi
digantungkan ke bawah dan lutut
difleksikan.
3. Seorang asisten memegang tungkai
yang sehat secara horizontal.
4. Operator memberi tekanan ke bawah
secara mantap pada lutut yang fleksi.
5. Posisi ini tetap dipertahankan hingga
otot-otot relaksasi dan caput femoris
turun ke acetabulum.
6. Kadang-kadang dengan sedikit
mengayunkan paha dapat
mempercepat reduksi.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Manuver Bigelow
1. Pasien berbaring dalam posisi supine.
2. Seorang asisten menekan SIAS
3. Operator memegang tungkai yang mengalami
dislokasi pada pergelangan kaki menggunakan
satu tangan.
4. Lengan bawah operator diletakkan di bawah
lutut, lalu lakukan traksi longitudinal sejajar
deformitas.
5. Paha dalam posisi adduksi dan endorotasi, lalu
difleksikan 900. Tindakan ini merelaksasikan
ligamen iliofemoral.
6. Setelah traksi dipertahankan, caput femoris
diungkit ke dalam acetabulum dengan abduksi,
rotasi eksternal, dan ekstensi pinggul.
Setelah reduksi, hindari gerakan fleksi, endorotasi,
dan adduksi, traksi dipertahankan hingga pasien
bebas dari rasa sakit (2 minggu).
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Teknik Whistler
• Pinggul yang mengalami dislokasi
direlokasikan menggunakan lengan
operator untuk mengangkat dan
memanuver tungkai yang
mengalami dislokasi ketika bahu
operator diangkat.
• Tangan operator bertumpu pada
paha kontralateral.
• Seorang asisten atau tangan lain
operator melakukan kontratraksi
pada tibia atau fibula.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Traksi Longitudinal
• Pasien dibaringkan dalam posisi supine, kemudian seorang asisten
melakukan traksi lateral, sementara operator melakukan traksi
longitudinal.
Leg-crossing maneuver
• Kadang-kadang dislokasi dapat direduksi dengan cara membujuk
pasien untuk perlahan-lahan menyilangkan tungkai yang mengalami
dislokasi ke arah tungkai sebelahnya (adduksi) dan kemudian lakukan
traksi lembut ketika asisten memandu caput femoris kembali ke posisi
semula dengan melakukan tekanan di sebelah anterior
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Teknik Fulcrum
• Pasien dibaringkan dalam posisi supine, lalu lutut
operator diletakkan di bawah lutut pasien di sisi yang
mengalami dislokasi. Lutut operator digunakan
sebagai titik tumpu untuk mengungkit caput femoris
agar kembali masuk ke acetabulum.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Komplikasi
DINI
• Cedera nervus ischiadicus
• Cedera pembuluh darah
• Fraktur corpus femoris
LAMBAT
• Nekrosis avaskular
• Miositis osifikans
• Osteoartritis
DISLOKASI ANTERIOR
Mekanisme Cedera
• Terjadi dalam kecelakaan lalu lintas ketika lutut
terbentur dashboard ketika paha dalam posisi
abduksi.
• Dislokasi pada satu atau bahkan kedua pinggul
dapat terjadi jika seseorang tertimpa benda berat
pada punggungnya saat posisi kaki merentang,
lutut lurus, dan punggung ke depan.
• Caput femoris didorong dengan paksa ke arah
anteroinferior dan berpindah ke foramen
obturatorium atau pubis.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)
Pemeriksaan Radiologi
• Pada foto anteroposterior, dislokasi biasanya
jelas, tetapi kadang-kadang caput hampir
berada di depan posisi normalnya sehingga
jika meragukan dapat dilakukan foto lateral.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)
Tata Laksana
• Dislokasi harus direduksi secepat mungkin
di bawah anestesi umum.
• Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12
jam sejak terjadinya dislokasi.
• Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan neurovaskular.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)
Tata Laksana
• Reduksi harus diusahakan untuk memulihkan bentuk lazim
pinggul.
• Operator menarik paha dengan kuat dan kemudian
mencoba mengungkit keluar caput dengan mengadduksi
paha, menggunakan bantalan keras sebagai titik tumpu.
• Jika berhasil traksi longitudinal dipertahankan selama 4-
6 minggu dengan pemeriksaan X-ray untuk memastikan
bahwa caput femoris tetap berada di bawah bagian
acetabulum yang menahan beban.
• Jika gagal kombinasi traksi longitudinal dan lateral dapat
mereduksi dislokasi selama 2-3 minggu.
Dislokasi Sentral (Lanjutan)
• Indikasi Operasi:
Fraktur acetabulum dengan pergeseran > 2 mm
di dalam kubah acetabulum.
Fraktur dinding posterior dengan > 50%
keterlibatan permukaan artikulasi sendi pada
dinding posterior.
Ketidakstabilan klinis pada fleksi 900.
Fragmen yang terjebak di dalam acetabulum
setelah reduksi tertutup.
Komplikasi
DINI
• Cedera viseral
• Syok
• Cedera nervus ischiadicus
• Trombosis vena
LAMBAT
• Kekakuan sendi
• Nekrosis avaskular
• Formasi tulang heterotropik
PROGNOSIS
• Fungsi panggul yang baik masih dapat
kembali asalkan tidak terjadi nekrosis
avaskular atau artritis traumatik dari caput
femoris.
• Reduksi awal telah terbukti sebagai cara
terbaik untuk mencegah nekrosis
avaskular dengan cara mempersingkat
waktu terganggunya sirkulasi caput
femoris.
• Penundaan weight bearing memberikan
dampak yang kecil dalam perkembangan
nekrosis avaskular.
TERIMA KASIH