Anda di halaman 1dari 49

Dislokasi Sendi

Panggul

Ahmad Iffa Maududy, dr.

Pembimbing :
Prof. Dr. Hermawan N. Rasyid, dr.,
Sp.OT(K)., MT(BME)., Ph.D
PENDAHULUAN
• Definisi
Suatu keadaan dimana terjadi perpindahan
permukaan sentuh caput femoris terhadap
acetabulum.

• Berdasarkan etiologi dibagi menjadi :


1.Dislokasi pinggul kongenital
2.Dislokasi pinggul yang didapat (acquired)
ANATOMI SENDI PINGGUL

• Sendi panggul (sendi acetabulofemoral atau coxae)


 sendi sinovial antara caput femoris dan
acetabulum dari tulang pelvis.
FEMUR PROKSIMAL
• Bagian proksimal dari femur meliputi:
 caput femoris
 collum femoris
 trochanter major dan trochanter minor
LIGAMEN

• Sendi pinggul diperkuat oleh


5 ligamen:
 4 ligamen ekstrakapsular:
a. Ligamen iliofemoral
b. Ligamen pubofemoral
c. Ligamen ischiofemoral
d. Zona orbicularis
 1 ligamen intrakapsular:
a. Ligamentum teres
Zona Orbicularis Ligamentum Teres
PERSARAFAN
Saraf yang mempersarafi ekstremitas bawah
merupakan cabang terminal dari pleksus
lumbosakral, yang meliputi:
 N. femoralis (L2-L4)
 N. obturatorius (L2-L4)
 N. ischiadicus (sciatic nerve) (L4-S3)
 N. gluteus superior (L4-S1)
 N. gluteus inferior (L5-S2)
 N. cutaneus lateralis (L2-L3)
 N. obturatorius internus (L5-S2)
 N. quadratus femoris (L4-S1)
 Cabang dari N. ilioinguinalis (L1) dan
N.genitofemoralis (L1, L2)
PEMBULUH DARAH
• Arteri femoralis
• Arteri gluteus superior dan inferior
• Arteri obturatoria
OTOT
Berdasarkan letaknya di sendi pinggul, otot sendi
pinggul dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Otot regio gluteal (abduktor dan eksorotasi)
2. Kelompok adduktor

OTOT REGIO GLUTEAL


- Otot eksorotasi: - Otot abduktor dan ekstensor:
M. Piriformis M. Gluteus minimus
M. Obturator internus M. Gluteus medius
M. Gemellus superior M. Gluteus maximus
M. Gemellus inferior Tensor fasciae latae
M. Quadratus femoris

KELOMPOK ADDUKTOR
M. adductor brevis
M. adductor longus
M. adductor magnus
M. pectineus
M. gracilis
DISLOKASI PINGGUL TRAUMATIK
Epidemiologi
• Angka kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya angka
kecelakaan lalu lintas.
• Dislokasi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia.
• Dislokasi pinggul posterior  90% dari seluruh kasus dislokasi pinggul
traumatik.
• Dislokasi pinggul anterior 10% dari seluruh kasus dislokasi pinggul
traumatik.

Klasifikasi
Berdasarkan arah dislokasi, dislokasi pinggul dibagi menjadi:
a. Dislokasi posterior
b. Dislokasi anterior
c. Dislokasi pusat (sentral)
Dislokasi Pinggul Traumatik (Lanjutan)

DISLOKASI POSTERIOR

Mekanisme cedera
• Biasanya dislokasi ini terjadi dalam kecelakaan
lalu lintas bila seseorang yang duduk di dalam
mobil terlempar ke depan sehingga lutut terbentur
pada dashboard. Femur terdorong ke atas dan
caput femoris keluar dari acetabulum.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Gambaran Klinis dan


Pemeriksaan Fisik
• Caput femoris dapat berada di posisi yang
tinggi (iliac) atau rendah (ischiatic), tergantung
dari posisi fleksi paha ketika terjadi dislokasi.

• Dislokasi tipe iliac:


• Pinggul fleksi, adduksi, endorotasi.
• Ekstremitas yang terkena tampak memendek.
• Trochanter major dan bokong di daerah yang
mengalami dislokasi terlihat menonjol.
• Lutut ekstremitas yang mengalami dislokasi tampak
menumpang di paha sebelahnya.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Dislokasi tipe ischiatic :


• Panggul fleksi.
• Panggul sangat beradduksi sehingga lutut di
ekstremitas yang mengalami dislokasi
tampak menindih di paha sebelahnya.
• Ekstremitas bawah tampak dalam posisi
endorotasi yang ekstrim.
• Trochanter major dan bokong di daerah yang
mengalami dislokasi terlihat menonjol.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Cedera neurovaskular pada dislokasi panggul posterior dapat


memberikan gambaran sebagai berikut:
• Nyeri di pinggul, bokong, dan tungkai bawah bagian posterior.
• Hilangnya sensasi di tungkai bawah dan kaki.
• Hilangnya kemampuan dorsofleksi (cabang peroneal) atau
plantarfleksi (cabang tibial).
• Hilangnya deep tendon reflex di pergelangan kaki.
• Hematoma lokal.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi posterior menurut Epstein dan Thompson:
• Tipe I : Dislokasi sederhana, dengan atau tanpa
fragmen di dinding posterior acetabulum.
• Tipe II : Dislokasi dengan fragmen besar di dinding
posterior acetabulum.
• Tipe III : Dislokasi dengan kominusi dinding posterior
acetabulum.
• Tipe IV : Dislokasi dengan fraktur dasar (lantai)
acetabulum.
• Tipe V : Dislokasi dengan fraktur caput femoris, yang
diklasifikasikan menurut Pipkin (1957).
Stewart and Milford (1954)—The classification system
of Stewart and Milford is based on the stability of the
hip after reduction and the condition of the femoral
head
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Pemeriksaan Radiologi
• Pada foto anteroposterior (AP), caput femoris terlihat keluar dari
acetabulum. Segmen atap acetabulum atau caput femoris dapat
ditemukan patah dan bergeser.
• CT scan adalah cara terbaik untuk melihat fraktur acetabulum atau
setiap fragmen tulang.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Tata Laksana
• Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah
anestesi umum.
• Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak
terjadinya dislokasi.
• Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi tertutup 
jika gagal sebanyak 2 kali  reduksi terbuka untuk
mencegah kerusakan caput femoris lebih lanjut.
• Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan neurovaskular.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

• Indikasi reduksi tertutup:


 Dislokasi dengan atau tanpa defisit
neurologis jika tidak ada fraktur.
 Dislokasi yang disertai fraktur jika tidak
terdapat defisit neurologis.

• Kontraindikasi reduksi tertutup:


 Dislokasi pinggul terbuka.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Manuver Allis
1. Pasien dibaringkan di lantai dalam
posisi supine.
2. Seorang asisten menekan spina
iliaca anterior superior.
3. Angkat tungkai yang mengalami
dislokasi dan fleksikan sendi pinggul
dan lutut.
4. Rotasikan tungkai ke posisi netral.
5. Buat traksi yang mantap pada
tungkai bawah ke arah atas, angkat
caput femoris ke dalam acetabulum.
6. Setelah traksi ke atas selesai,
letakkan paha ke bawah dalam posisi
ekstensi.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Manuver Stimson
1. Pasien ditempatkan di atas meja
dalam posisi telungkup.
2. Tungkai yang mengalami dislokasi
digantungkan ke bawah dan lutut
difleksikan.
3. Seorang asisten memegang tungkai
yang sehat secara horizontal.
4. Operator memberi tekanan ke bawah
secara mantap pada lutut yang fleksi.
5. Posisi ini tetap dipertahankan hingga
otot-otot relaksasi dan caput femoris
turun ke acetabulum.
6. Kadang-kadang dengan sedikit
mengayunkan paha dapat
mempercepat reduksi.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)
Manuver Bigelow
1. Pasien berbaring dalam posisi supine.
2. Seorang asisten menekan SIAS
3. Operator memegang tungkai yang mengalami
dislokasi pada pergelangan kaki menggunakan
satu tangan.
4. Lengan bawah operator diletakkan di bawah
lutut, lalu lakukan traksi longitudinal sejajar
deformitas.
5. Paha dalam posisi adduksi dan endorotasi, lalu
difleksikan 900. Tindakan ini merelaksasikan
ligamen iliofemoral.
6. Setelah traksi dipertahankan, caput femoris
diungkit ke dalam acetabulum dengan abduksi,
rotasi eksternal, dan ekstensi pinggul.
Setelah reduksi, hindari gerakan fleksi, endorotasi,
dan adduksi, traksi dipertahankan hingga pasien
bebas dari rasa sakit (2 minggu).
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Teknik Whistler
• Pinggul yang mengalami dislokasi
direlokasikan menggunakan lengan
operator untuk mengangkat dan
memanuver tungkai yang
mengalami dislokasi ketika bahu
operator diangkat.
• Tangan operator bertumpu pada
paha kontralateral.
• Seorang asisten atau tangan lain
operator melakukan kontratraksi
pada tibia atau fibula.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Traksi Longitudinal
• Pasien dibaringkan dalam posisi supine, kemudian seorang asisten
melakukan traksi lateral, sementara operator melakukan traksi
longitudinal.

Leg-crossing maneuver
• Kadang-kadang dislokasi dapat direduksi dengan cara membujuk
pasien untuk perlahan-lahan menyilangkan tungkai yang mengalami
dislokasi ke arah tungkai sebelahnya (adduksi) dan kemudian lakukan
traksi lembut ketika asisten memandu caput femoris kembali ke posisi
semula dengan melakukan tekanan di sebelah anterior
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Teknik Fulcrum
• Pasien dibaringkan dalam posisi supine, lalu lutut
operator diletakkan di bawah lutut pasien di sisi yang
mengalami dislokasi. Lutut operator digunakan
sebagai titik tumpu untuk mengungkit caput femoris
agar kembali masuk ke acetabulum.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

• Setelah reduksi  X-Ray untuk memastikan reduksi dan


untuk menyingkirkan fraktur.
• Jika terdapat kecurigaan bahwa fragmen tulang terperangkap
di dalam sendi  CT-scan.
• Reduksi biasanya stabil  pinggul yang telah mengalami
cedera harus diistirahatkan  traksi selama 3 minggu.
• Gerakan dan latihan dimulai segera setelah nyeri mereda.
• Pada akhir minggu ketiga pasien diperbolehkan berjalan
dengan kruk penopang.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Dislokasi yang tidak tereduksi


• Kadang-kadang dislokasi pinggul posterior tanpa fraktur
acetabulum atau caput femoris tidak dapat direduksi dengan
metode reduksi tertutup.

• Pada dislokasi posterior, caput femoris keluar ke arah


posteroinferior dari kapsul dan dapat menembus otot-
otot eksorotasi. Jaringan lunak yang mengelilingi collum
femoris dapat mencegah relokasi dari caput femoris.
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

• Sebagai contoh, labrum acetabulum


dapat terlepas dari tempat
melekatnya, dengan atau tanpa
fragmen tulang.
• Ketika reduksi, labrum mungkin
tertarik masuk ke dalam sendi di
depan caput femoris sehingga
mencegah kembalinya posisi caput
secara konsentris ke dalam
acetabulum.
• Tata laksana: reduksi terbuka
menggunakan posterior approach
(Kocher-Langenbeck)
Dislokasi Posterior (Lanjutan)

Komplikasi
DINI
• Cedera nervus ischiadicus
• Cedera pembuluh darah
• Fraktur corpus femoris

LAMBAT
• Nekrosis avaskular
• Miositis osifikans
• Osteoartritis
DISLOKASI ANTERIOR
Mekanisme Cedera
• Terjadi dalam kecelakaan lalu lintas ketika lutut
terbentur dashboard ketika paha dalam posisi
abduksi.
• Dislokasi pada satu atau bahkan kedua pinggul
dapat terjadi jika seseorang tertimpa benda berat
pada punggungnya saat posisi kaki merentang,
lutut lurus, dan punggung ke depan.
• Caput femoris didorong dengan paksa ke arah
anteroinferior dan berpindah ke foramen
obturatorium atau pubis.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)

Gambaran Klinis dan


Pemeriksaan Fisik
• Kaki berada dalam posisi eksorotasi,
abduksi, dan sedikit fleksi.
• Bila dilihat dari samping, tonjolan
anterior pada caput yang mengalami
dislokasi tampak jelas.
• Kadang-kadang kaki berabduksi
hampir membentuk sudut siku-siku.
• Gerakan pinggul tidak dapat dilakukan.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)

Tanda terjadinya cedera neurovaskular pada


dislokasi pinggul anterior:
• Paresis di ekstremitas bawah.
• Rasa nyeri tumpul di ekstremitas bawah.
• Refleks patella melemah atau hilang.
• Ekstremitas bawah tampak pucat dan
dingin.
• Parestesia di ekstremitas bawah.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)

Pemeriksaan Radiologi
• Pada foto anteroposterior, dislokasi biasanya
jelas, tetapi kadang-kadang caput hampir
berada di depan posisi normalnya sehingga
jika meragukan dapat dilakukan foto lateral.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)

Tata Laksana
• Dislokasi harus direduksi secepat mungkin
di bawah anestesi umum.
• Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12
jam sejak terjadinya dislokasi.
• Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan neurovaskular.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)

• Manuver yang digunakan hampir sama


dengan yang digunakan untuk mereduksi
dislokasi posterior, kecuali bahwa ketika paha
yang berfleksi ditarik ke atas, paha harus
diadduksi.
• Tata laksana berikutnya mirip dengan tata
laksana pada dislokasi posterior.
Dislokasi Anterior (Lanjutan)

Dislokasi Pinggul yang Tidak Tereduksi


• Kegagalan reduksi tertutup ini dapat
disebabkan oleh:
1) Penetrasi caput femoris ke dalam otot
iliopsoas
2) Ekstrusi caput femoris ke dalam lubang
(buttonhole) di kapsul anterior.

• Tata laksana: reduksi terbuka menggunakan


anterolateral approach (Smith-Petersen).
Dislokasi Anterior (Lanjutan)

• Setelah reduksi terbuka  skin traction di tungkai bawah.


Pinggul dalam posisi ekstensi dan ekstremitas sedikit abduksi
selama 3 minggu.
• Beberapa hari setelah reduksi  mulai gerakan aktif + pasif
sendi pinggul.
• Akhir minggu ke-3  jalan menggunakan kruk penopang.
• Minggu ke 14-16  kerja ringan.
• Aktivitas penuh  6-10 bulan setelah operasi.
• Ikuti perkembangan pasien selama 2 tahun, rekam
perkembangan ROM sendi pinggul dan lakukan pemeriksaan
X-ray setiap 4-6 bulan untuk mengetahui ada tidaknya
nekrosis avaskular dari caput femoris.
DISLOKASI SENTRAL (PUSAT)
Mekanisme Cedera
• Dislokasi ini dapat terjadi jika seseorang jatuh
dari ketinggian, terjatuh satu sisi, atau pukulan
pada trochanter major.
• Pukulan ini dapat mendorong caput femoris ke
lantai acetabulum dan menyebabkan fraktur
pelvis.
Dislokasi Sentral (Lanjutan)

Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

• Terdapat luka lecet atau memar pada


paha, namun kaki terletak pada posisi
normal.
• Trochanter dan daerah pinggul terasa
nyeri.
• Gerakan minimal masih dapat dilakukan.
• Pasien harus diperiksa dengan cermat
untuk mencari ada tidaknya cedera pelvis
dan abdomen.
Dislokasi Sentral (Lanjutan)
Pemeriksaan Radiologi
• Pada foto anteroposterior, caput femoris
tampak bergeser ke medial dan lantai
acetabulum mengalami fraktur.
Dislokasi Sentral (Lanjutan)

Klasifikasi Letournel dan Judet


A) Fraktur dinding posterior, B) Fraktur kolumna posterior, C) Fraktur dinding
anterior, D) Fraktur kolumna anterior, E) Fraktur melintang, F) Fraktur kolumna
dan dinding posterior, G) Fraktur melintang dan fraktur dinding posterior,
H)Fraktur berbentuk T, I) Fraktur kolumna anterior dengan fraktur posterior
hemitransverse, J) Fraktur komplit kedua kolumna.
Dislokasi Sentral (Lanjutan)

Tata Laksana
• Reduksi harus diusahakan untuk memulihkan bentuk lazim
pinggul.
• Operator menarik paha dengan kuat dan kemudian
mencoba mengungkit keluar caput dengan mengadduksi
paha, menggunakan bantalan keras sebagai titik tumpu.
• Jika berhasil  traksi longitudinal dipertahankan selama 4-
6 minggu dengan pemeriksaan X-ray untuk memastikan
bahwa caput femoris tetap berada di bawah bagian
acetabulum yang menahan beban.
• Jika gagal  kombinasi traksi longitudinal dan lateral dapat
mereduksi dislokasi selama 2-3 minggu.
Dislokasi Sentral (Lanjutan)

• Indikasi Operasi:
 Fraktur acetabulum dengan pergeseran > 2 mm
di dalam kubah acetabulum.
 Fraktur dinding posterior dengan > 50%
keterlibatan permukaan artikulasi sendi pada
dinding posterior.
 Ketidakstabilan klinis pada fleksi 900.
 Fragmen yang terjebak di dalam acetabulum
setelah reduksi tertutup.

• Beberapa klinisi, operasi dilakukan 2-3 hari setelah


cedera untuk menunggu kondisi pasien agar stabil.
Dislokasi Sentral (Lanjutan)

Komplikasi
DINI
• Cedera viseral
• Syok
• Cedera nervus ischiadicus
• Trombosis vena

LAMBAT
• Kekakuan sendi
• Nekrosis avaskular
• Formasi tulang heterotropik
PROGNOSIS
• Fungsi panggul yang baik masih dapat
kembali asalkan tidak terjadi nekrosis
avaskular atau artritis traumatik dari caput
femoris.
• Reduksi awal telah terbukti sebagai cara
terbaik untuk mencegah nekrosis
avaskular dengan cara mempersingkat
waktu terganggunya sirkulasi caput
femoris.
• Penundaan weight bearing memberikan
dampak yang kecil dalam perkembangan
nekrosis avaskular.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai