Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FORENSIK

Nama : Sufhi Hamdan

BP : 1740312287

1) Kasus dr Ayu Sasiary Prawani, dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendy Siagian tahun 2010

- Analisa Kasus : dr Ayu dkk telah melakukan pelanggaran yaitu :

1. Tidak melakukan persetujuan tindakan kedokteran atau informed consent

A. Etika

Berdasarkan etika, dokter Ayu dkk sudah melanggar hak pasien sesuai dengan

pasal 7c yaitu seorang dokter wajib menghormati hak pasien

Yang termasuk hak pasien :

- Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang

mengobatinya

- Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat

menarik diri dari kontrak terapeutik

Bentuk sanksi pelanggaran etik dapat berupa :

- Teguran atau tuntutan secara lisan dan tulisan

- Penundaan kenaikan gaji atau pangkat

- Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah

- Dicabut izin praktek dokter untuk sementara atau selama-lamanya


B. Hukum

Berdasarkan hokum, dokter Ayu dkk melanggar UU No 29 tahun 2004 tentang

praktek kedokteran :

 Pasal 45

- (1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter

atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan

- (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien

mendapat penjelasan secara lengkap.

- (3) Penjelasan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya

Mencakup :

a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis

b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan

c. Alternative lain dan resikonya

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

 Pasal 52

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapatkan isi rekam medis.


C. Disiplin Medis

Dari sisi disiplin, sesuai dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia,

pelanggaran yang dilakukan oleh dokter Ayu dkk adalah:

- Nomor 8 : tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis , dan memadai (adequate

information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.

- Nomor 9 : melakukan tindakan atau asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari

pasien atau keluarga terdekat, wali, atau pengampunya.

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MKDKI berdasarkan undang-undang no

29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pada pasal 69 ayat (3) adalah:

- Pemberian peringatan tertulis

- Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik; dan/ atau

- Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran

atau kedokteran gigi

2) Kasus dokter Setyaningrum tahun 1979

Analisa Kasus : dr Setyaningrum telah melakukan pelanggaran yaitu :

- Tidak menanyakan riwayat alergi pada pasien

- Tidak melakukan skin test sebelum memberikan streptomicyin

- Tidak melakukan persetujuan tindakan kedokteran atau informed consent secara

lengkap sampai komplikasi yang akan ditimbulkan bila pasien diinjeksikan

streptomicyin
A. Etika

Berdasarkan etika, dokter Ayu dkk sudah melanggar hak pasien sesuai dengan pasal 7c

yaitu seorang dokter wajib menghormati hak pasien

Yang termasuk hak pasien :

- Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang

mengobatinya

- Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat

menarik diri dari kontrak terapeutik

Bentuk sanksi pelanggaran etik dapat berupa :

- Teguran atau tuntutan secara lisan dan tulisan

- Penundaan kenaikan gaji atau pangkat

- Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah

- Dicabut izin praktek dokter untuk sementara atau selama-lamanya

B. Hukum

Dokter setyaningrum dapat dikenakan hukuman yaitu :

Pasal 359 jo. 361 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana: Barang siapa karena

kealpaannya menyebabkan matinya orang lain dihukum penjara selama-lamanya lima

tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun. Menimbang, bahwa pasal 359 KUHP,

unsur-unsurnya adalah:

a. Barang siapa

b. Karena kealpaanya
c. Menyebabkan orang lain mati

Namun setelah kasus ini sampai ke tingkat Mahkamah Agung menyatakan bahwa Dr.

Setyaningrum tidak bersalah karena tindakannya menolong pasiennya.

Pada sidang di Mahkamah Agung dalam penyusunan memorie kasasi paling tidak ada dua hal

yang inti yang merupakan kekeliruan “judex facti” atau pengadilan yang memeriksa perkara

ditingkat pertama maupun banding dan keberatan tersebut dibenarkan oleh Majelis Kasasi

(Mahkamah Agung) yaitu : 1. Judex Facti keliru dalam menentukan kealpaan dalam Pasal 359

KUHP karena menggunakan ukuran seorang ahli dan para meter yang terdapat di Rumah Sakit

Umum Dr. Kariadi, seharusnya menggunakan ukuran ahli pada umumnya apa yang seharusnya

dilakukan oleh seorang dokter yang bertugas di Puskesmas, kalau apa yang seharusnya sudah

dilakukan maka tidak terdapat kealpaan. 2. Memang benar judex facti mempunyai kebebasan

untuk memilih salah satu dari keterangan ahli yang berbeda tetapi seharusnya judex facti

memberi alasan mengapa menggunakan keterangan ahli tersebut dan hal ini tidak dilakukan oleh

judex facti. Dengan dibenarkannya keberatan-keberatan dalam memorie kasasi tersebut,

Mahkamah Agung Republik Indonesia menyatakan Dr. Setyaningrum tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan dan membebaskan terdakwa Dr.

Setyaningrum dari dakwaan penuntut umum.

C. Disiplin :

Dari sisi disiplin, sesuai dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, pelanggaran yang

dilakukan oleh dokter Ayu dkk adalah:

Nomor 8 : tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis , dan memadai (adequate information)

kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.


Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MKDKI berdasarkan undang-undang no 29 tahun

2004 tentang praktik kedokteran pada pasal 69 ayat (3) adalah:

- Pemberian peringatan tertulis

- Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik; dan/ atau

- Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran

atau kedokteran gigi

Anda mungkin juga menyukai