Anda di halaman 1dari 18

Case Report Session

HIFEMA

Disusun Oleh:

Rizki Dwayana 1210312060


Bunga Julia Fentika Rahmi 1740312259
Aisya Gustiana 1740312301

Preseptor :

dr. Kemala Sayuti, Sp.M (K)


dr. Muhammad Sauqie, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata

depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma

tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur

dengan akuos humor yang jernih.1

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma

tumpul seperti terkena bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain.2 Trauma

tumpul dapat menyebabkan kompresi pada bola mata, disertai peregangan limbus,

dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intra

okuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata.

Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain

arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan

vena-vena badan siliar.3

Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi: hifema traumatika,

hifema akibat inflamasi, hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah,

hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).3 Berdasarkan tampilan

klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) yaitu grade I –grade IV.1

Diagnosis hifema ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,

dan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan USG, laboratoium, dan CT-Scan.

Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifira dan blefarospasme,

penglihatan menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian

bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata

depan. Kadanng-kadang terlihat iridoplegia dan iridolisis.4

2
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur ditempat tidur yang

ditinggikan 30 derajat pada kepala, dan diberikan koagulasi. Terapi

medikamentosa yang dapat diberikan yaitu siklopegik, kortikosteroid, dan

antibiotik. Hifema dapat hilang sempurna namun dapat terjadi pula perdarahan

berulang yang disebut hifema sekunder. Dengan penanganan segera dapat

menghindari terjadinya komplikasi pada hifema. Komplikasi yang dapat terjadi

yaitu glaukoma sekunder dan siderosis bulbi yang jika didiamkan akan

menyebabkan ftisis bulbi dan kebutaan.5

3
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

- Nama : An. MK
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Usia : 8 tahun
- Alamat : Lubuk Alung
- Pekerjaan : Pelajar
- Tanggal Pemeriksaan : 13 Desember 2017

Anamnesa

Keluhan Utama :

Mata kiri merah sejak 2 hari sebelum masuk rumh sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Mata kiri merah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya
mata kiri pasien terkena pukul oleh adiknya.
- Mata kiri pasien terasa nyeri sejka 2 hari yang lalu
- Mata kiri dirasakan semakin kabur, pasien hanya dapat melihat cahaya
- Tidak ada riwayat mata berair
- Tidak ada riwayat memakai kacamata
- Tidak ada riwayat menggunakan obat-obatan tradisional pada mata
- Pasien tidak merasakan nyeri kepala, mual dan muntah

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien sudah dikenal dengan endoftalmitis eksogen OS 3 bulan yang lalu,


dan telah dirawat
- Tidak ada riwayat hipertensi
- Tidak ada riwayat DM

4
Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

Pemeriksaan Umum :

- Kesadaran : Komposmentis Kooperatif


- Keadaan Umum : Sedang
- Keadaan Gizi : Baik
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 90 x/ menit
- Pernafasan : 18 x / menit
- Suhu : 36,5 oC
- Sianosis : Tidak ada
- Edema : Tidak ada
- Anemis : Tidak ada
- Tinggi Badan : 118 cm
- Berat Badan : 22 kg

Kulit : Tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran KGB

Kepala : Normosefal

Rambut : Hitam , tidak mudah rontok

Mata : Status lokalis

Telinga : Dalam batas normal

Hidung : Dalam batas normal

Tenggorok : Dalam batas normal

Gigi dan mulut : Karie(-)

Leher : Tekanan vena jugular 5-2 cmH2O

5
Dada

Paru : SN vesikuler, rhonki -/-. Wheezing -/-

Jantung : Dalam batas normal

Perut : supel, bising usus ada

Punggung : tidak diperiksa

Geitalia : Tidak diperiksa

Anggota gerak : Tidak ditemukan kelainan

Status Oftalmikus 8 Desember 2017

Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/20 1/~ Proyeksi Sentral
Visus dengan koreksi - Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) HIperemis (-)
Konjungtiva fornics Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)

6
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Defek parasentralis (+) ukuran 2
mm, epitelisasi (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Hifema (+)
Anterior ½ COA
Iris Coklat, rugae (+) Coklat
Pupil Bulat, RP (+/+), 3 Bulat, RP (+/+) 3 mm
mm
Lensa Bening Keruh
Korpus vitreus Jernih Sulit dinilai
Fundus
Media Bening Tidak dapat dinilai
Papil N. optikus Bulat,batas tegas, Tidak dapat dinilai
c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), Tidak dapat dinilai
eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Tidak dapat dinilai
Aa/vv retina a:v = 2:3 Tidak dapat dinilai
Tekanan bulbus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas ke segala arah
Gambar

7
Status Oftalmikus 13 Desember 2017

Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/20 1/~ P. Sentral
Visus dengan koreksi - Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) HIperemis (-)
Konjungtiva fornics Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva Injeksi konjungtiva (+)
(-) Injeksi siliar (+)
Injeksi siliar (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Defek parasentralis (+) ukuran 2
mm, epitelisasi (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Hifema (+)
Anterior ½ COA
Iris Coklat, rugae (+) Coklat
Pupil Bulat, RP (+/+), 3 Sulit dinilai
mm
Lensa Bening Keruh

8
Korpus vitreus Jernih Sulit dinilai
Fundus
Media Bening Tidak dapat dinilai
Papil N. optikus Bulat,batas tegas, Tidak dapat dinilai
c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), Tidak dapat dinilai
eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Tidak dapat dinilai
Aa/vv retina a:v = 2:3 Tidak dapat dinilai
Tekanan bulbus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas ke segala arah
Gambar

Hasil Laboratorium :

Hb : 12,6 gr/dl ureum : 29 mg/dl


Leukosit : 6.020 /mm3 kreatinin : 0,4 gr/dl
Trombosit : 319.000 /mm3 SGOT/SGPT : 19/16 mcl
Ht : 36% Na/K/Cl : 140/4,5/105 Mmol/L

Kesan : Hasil dalam batas normal

9
Diagnosis Kerja :

Hifema Traumatika grade II OS + endoftalmitis OS + katarak imatur OS.

Penatalaksanaan :

- Bed rest total


- Elevasi kepala 30-45°
- Levofloxacin ed 6 x 1 OS
- SA ed 3x1 OS
- Posop ed 6x1 OS
Pemeriksaan Anjuran :
- Pemeriksaan USG
Prognosis :

- Quo ad vitam : bonam


- Quo ad functionam : dubia ad malam

10
dr. Fentika Gustia Dwayana
SIP : 2017/1740312301/12
Alamat : Jl Perintis Kemerdekaan no 100
Hari : Senin, Rabu, Jumat
Pukul : 08.00 – 13.00

Padang, 19 Desember 2017

R/ Levofloxacin eye drops fls No. I


S6dd gtt 1 OS

R/ Sulfas Atropin eye drops fls No. I


S3dd gtt 1 OS

R/ Posop ey drops fls No.I


S6dd gtt 1 OS

Pro : Mikel

Umur : 8 tahun

Alamat: Lubuk Alung

11
BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 8 tahun dirawat di

bangsal mata RSUP Dr. M Djamil Padang tanggal 8 Desember 2017 dengan

diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada mata,

serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesa didapatkan keluhan utama mata kiri terlihat berwarna merah

sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya mata kiri pasien terkena

pukulan adiknya, penglihatan mata kiri dirasakan semakin kabur dan pasien hanya

daapt melihat cahaya. Mata kiri juga terasa nyeri pada saat itu, namun sudah tidak

dirasakan saat pasien tiba di rumah sakit. Pasien pernah dirawat di RSUP

M.Djamil 3 bulan yang lalu karena didiagnosis endoftalmitis eksogen okuli

sinistra.

Mata kiri terlihat berwarna merah diakibatkan karena mekanisme trauma

mata yang dialami oleh pasien. Mekanisme trauma yang terjadi pada mata pasien

kemungkinan dikarenakan kontusio karena mata pasien terkena pukulan oleh

tangan adiknya. Mekanisme trauma ini mengakibatkan kompresi anterior bola

mata sehingga menyebabkan perdarahan. Perdarahan umumnya berasal dari

sirkulus arteri mayor dan percabangan pembuluh darah pada badan siliar, juga

dapat bersal dari arteri koroidalis dan vena siliaris. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan adanya hifema yang telah memenuhi setengah dari kamera okuli

anterior. Berdasarkan temuan ini, pasien dapat didiagnosis dengan hifema

traumatika grade III okuli sinistra. Selain itu, juga ditemukan injeksi konjungtiva

12
dan injeksi siliaris pada konjungtiva forniks dan bulbi okuli sinistra yang juga

diakibatkan oleh mekanisme trauma pada mata kiri pasien.2

Pada kornea pasien ditemukan adanya defek prasentralis dengan ukuran ± 2

mm dan terdapat adanya epitelisasi. Defek ini dikarenakan proses penyembuhan

dari penyakit dahulu pasien, yaitu endoftalmitis bakterial eksogen. Endoftalmitis

eksogen merupakan infeksi pada kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior

yang diakibatkan oleh adanya trauma luar seperti benda asing yang menembus

COA dan/atau COP atau tindakan operasi. Endoftalmitis juga dapat melibatkan

retina dan koroid sehingga dapat mengakibatkan gangguan penglihatan permanen

pada pasien. Pasien mengeluhkan penglihatan kabur dan hanya bisa melihat

cahaya (visus 1/~ p sentral) sehingga diduga penyakit endoftalmitis yang dulu

diderita pasien telah mengenai retina. Visus pasien 1/~ p sentral dikarenakan

pasien hanya dapat melihat cahaya saat lampu diarahkan tepat di depan mata kiri

pasien. Visus pasien yang menurun ini lebih disebabkan karena riwayat

endoftalmitis yang dialami pasien, bukan disebabkan karena hifema. Karena pada

hifema tanpa komplikasi visus pasien akan kembali seperti semula. 2,4

Keluhan mata kabur dapat juga diakibatkan oleh hifema pada mata pasien,

karena darah mengubah warna COA yang seharusnya bening sehingga dapat

mengganggu perambatan dan pembuasan cahaya pada mata kiri pasien.

Pemeriksaan funduskopi sulit dinilai dikarenakan COA yang tidak bening. 3

Pasien mengeluhkan nyeri mata kiri 2 hari yang lalu. Hal ini dikarenakan

mekanisme trauma yang mengenai sel-sel saraf nyeri pada mata kiri pasien. 4

Pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan labor seperti PT, APTT, hitung

platelet, fungsi ginjal dan fungsi hepar untuk memastikan apakah pasien

13
mengalami gangguan pembekuan darah. Dari pemeriksaan laboratorium pasien

didapatkan nilai hitung platelet (319.000/mm3), ureum darah (29 mg/dl), kreatinin

(0,4 mg/dl), SGOT (19 mcl), dan SGPT (6 mcl). Pemeriksaan labor tersebut

menunjukan nilai dalam batas normal sehingga dapat disimpilkan bahwa pasien

tidak memiliki gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan morfologi darah dan

elektroforesis Hb diindikasikan untuk pasien dicurigai menderita kelainan darah

seperti anemia sel sabit. 3

Pemeriksaan funduskopi tidak bisa dinilai karena COA berisi darah.

Pemeriksaan penunjang selanjutnya yang dianjurkan, yaitu Slit Lamp

Biomicroscopy bertujuan untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal

contact, aqueous flare, dan synechia posterior. Pemeriksaan USG ditujukan untuk

mengetahui adanya kekeruhan pada segmen posterior bola mata, dan dapat

diketahui tingkat kepadatan kekeruhannya. Pemeriksaan USG dilakukan pada

keadaan dimana oftalmoskopi tidak dapat dilakukan oleh adanya kekeruhan

kornea, bilik mata depan, lensa, karena berbagai sebab atau perdarahan di dalam

bilik mata depan (hifema penuh). Pada kasus ini pemeriksaan USG juga berguna

untuk memastikan diagnosa endoftalmitis. 2,4

Pasien juga dianjurkan untuk pemeriksan glaukoma karena hifema dapat

menyebabkan glaukoma sekunder. Pemeriksaan genioskopi dan tes provokasi

tidak boleh dilakukan pada pasien karena dapat memperparah hifema.

Pemeriksaan deteksi glaukoma yang dianjurkan, yaitu Optical Coherence

Tomography (OCT). 2

Tujuan utama tatalaksana pasien adalah menurunkan kejadian perdarahan

ulang (rebleeding), membersihkan hifema, mencegah dan mengobati lesi terkait.

14
Pasien hifema memiliki risiko untuk perdarahan berulang terutama pada hari ke 2-

5 pasca terjadinya hfema. Pasien dirawat di bangsal RSUP M.Djamil dengan

kepala dielevasikan 30-45̊. Tirah baring bertujuan untuk meminimalkan

perdarahan ulang (rebleeding) dan diharapkan darah di dalam COA dapat disrerap

kembali. Pasien tidak diperbolehkan melakukan aktivitas berat karena dapat

memperberat perdarahan yang terjadi pada mata pasien. Tujuan pasien rawat inap,

yaitu: memudahkan follow up pasien, memudahkan terapi medikamentosa,

memudahkan pengawasan pasien untuk tirah baring, pemeriksaan komplikasi dini

lebih mudah. 2,3

Pemberian aspirin dan obat pereda nyeri golongan OAINS lainnya tidak

dianjurkan kerena dapat meningkatkan resiko perdarahan ulang akibat pengaruh

efek antiplatelet. Obat anti nyeri nyeri yang dapat diberikan, yaitu acetaminofen.

Pada pasien ini tidak diberikan obat pereda nyeri karena tidak memiliki keluhan

tersebut. 2

Pemberian siklopegik topikal bertujuan untuk memudahkan evaluasi

segmen posterior mata, membuat mata lebih relaksasi, dan mencegah sinekia.

Obat yang diberikan pada psien yaitu sulfat atropin eye drop 3 kali 1 tetes.

Kortikosteroid topikal bermanfaat untuk mengontrol inflamasi COA, mencegah

sinekia, dan mencegah perdarahan ulang. Obat kortikosteroid yang diberikan

kepada pasien, yaitu prednison eye drop diberikan tiap 15 menit. Antibiotik dapat

diberikian untuk mencegah infeksi sekunder maupun mengobati infeksi yang telah

muncul. Antibiotik yang diberikan kepada pasien yaitu levofloksasin eye drop 6

kali sehari sebanyak 1 tetes. 2,3

15
Pada layanan primer semua pasien yang ditegakkan dengan diagnosis

hifema, harus langsung dirujuk ke dokter spesialis untuk tatalaksana lebih lanjut.

Yang dapat dilakukan oleh dokter umum saat di layanan primer adalah

mempersiapkan rujukan dengan mempersiapkan pasien untuk bed rest total dan

kepala di elevasikan 30-45 derajat, diberikan siklopegik jika tersedia di layanan

primer, dan langsung dirujuk. 4

Prognosis hifema bergantung pada jumlah darah dalam bilik mata depan.

Bila darah sedikit di dalam bilik mata maka darah ini akan hilang dan jernih

dengan sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata

depan, maka prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. 2

Keberhasilan penyembuhan hifema tergantung dari tiga hal, yaitu: jumlah

kerusakan lain akibat hifema pada struktur mata apakah terjadi hifema sekunder

dan apakah terjadi komplikasi akibat hifema seperti glaukoma, bercak darah pada

kornea dan atrofi optikus. Keberhasilan penyembuhan terjadi hampir 80 % pada

hifema derajat 1, sementara pada hifema derajat 4 angka kesembuhan mencapai

35%.3

Komplikasi tersering yang paling muncul pada pasien, yaitu perdarahan

ulang (58%). Perdarahan ulang dihubungkan dengan hifema yang luas, pasien usia

muda, ras kulit hitam atau hispanik, pasien yang meminum aspirin dan hifema

yang muncul >24 jam. Glaukoma dapat terjadi pada mata pasien dikarenakan

peningkatan tekanan intra okular akibat rusaknya jalur normal trabekula meswork

oleh obstruksi sel darah merah, fibrin, platelet, dan degradasi sel. 2

16
Resep Jika TIO tinggi

dr. Fentika Gustia Dwayana


SIP : 2017/1740312301/12
Alamat : Jl Perintis Kemerdekaan no 100
Hari : Senin, Rabu, Jumat
Pukul : 08.00 – 13.00

Padang, 19 desember 2017

R/ Timolol Maleat eye drops 0,5% fls No.I

S2dd gtt 2 OS

R/ Pilocarpin eye drops 2% fls No. I

S4dd gtt 1 OS

Pro : Mikel

Umur : 8 tahun

Alamat :Lubuk Alung

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sheppard, John D. Hyphema.


http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overviewdiakses pada
tanggal 17 Desember 2017. 2011.
2. Vaughan and Asbury. Hifema dalam Oftalmologi Umum. EGC : Jakarta.
2012. Pp 377-378.
3. Kuhn F, Pieramici DJ. Ocular Trauma : Principles and Practice. Pp 375,
243, 2011.
4. Ilyas S dan Yulianti SR. Trauma Mata dalam: Ilmu penyakit mata (ed. 4,
cet. III). Balai Penerbit FKUI : Jakarta, 2013. Pp 264-265.
5. Skuta GL , Cantor LB, Weiss SW. American Academy of Ophtalmology:
External Disease and kornea. Pp.389-390, 2011.

18

Anda mungkin juga menyukai