HIFEMA
Disusun Oleh:
Preseptor :
1
BAB I
PENDAHULUAN
depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul seperti terkena bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain.2 Trauma
tumpul dapat menyebabkan kompresi pada bola mata, disertai peregangan limbus,
dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intra
okuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata.
Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain
arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan
hifema akibat inflamasi, hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah,
klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) yaitu grade I –grade IV.1
penglihatan menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian
bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata
2
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur ditempat tidur yang
antibiotik. Hifema dapat hilang sempurna namun dapat terjadi pula perdarahan
yaitu glaukoma sekunder dan siderosis bulbi yang jika didiamkan akan
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
- Nama : An. MK
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Usia : 8 tahun
- Alamat : Lubuk Alung
- Pekerjaan : Pelajar
- Tanggal Pemeriksaan : 13 Desember 2017
Anamnesa
Keluhan Utama :
- Mata kiri merah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya
mata kiri pasien terkena pukul oleh adiknya.
- Mata kiri pasien terasa nyeri sejka 2 hari yang lalu
- Mata kiri dirasakan semakin kabur, pasien hanya dapat melihat cahaya
- Tidak ada riwayat mata berair
- Tidak ada riwayat memakai kacamata
- Tidak ada riwayat menggunakan obat-obatan tradisional pada mata
- Pasien tidak merasakan nyeri kepala, mual dan muntah
4
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
Pemeriksaan Umum :
Kepala : Normosefal
5
Dada
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/20 1/~ Proyeksi Sentral
Visus dengan koreksi - Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) HIperemis (-)
Konjungtiva fornics Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
6
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Defek parasentralis (+) ukuran 2
mm, epitelisasi (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Hifema (+)
Anterior ½ COA
Iris Coklat, rugae (+) Coklat
Pupil Bulat, RP (+/+), 3 Bulat, RP (+/+) 3 mm
mm
Lensa Bening Keruh
Korpus vitreus Jernih Sulit dinilai
Fundus
Media Bening Tidak dapat dinilai
Papil N. optikus Bulat,batas tegas, Tidak dapat dinilai
c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), Tidak dapat dinilai
eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Tidak dapat dinilai
Aa/vv retina a:v = 2:3 Tidak dapat dinilai
Tekanan bulbus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas ke segala arah
Gambar
7
Status Oftalmikus 13 Desember 2017
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/20 1/~ P. Sentral
Visus dengan koreksi - Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) HIperemis (-)
Konjungtiva fornics Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva Injeksi konjungtiva (+)
(-) Injeksi siliar (+)
Injeksi siliar (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Defek parasentralis (+) ukuran 2
mm, epitelisasi (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Hifema (+)
Anterior ½ COA
Iris Coklat, rugae (+) Coklat
Pupil Bulat, RP (+/+), 3 Sulit dinilai
mm
Lensa Bening Keruh
8
Korpus vitreus Jernih Sulit dinilai
Fundus
Media Bening Tidak dapat dinilai
Papil N. optikus Bulat,batas tegas, Tidak dapat dinilai
c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), Tidak dapat dinilai
eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Tidak dapat dinilai
Aa/vv retina a:v = 2:3 Tidak dapat dinilai
Tekanan bulbus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas ke segala arah
Gambar
Hasil Laboratorium :
9
Diagnosis Kerja :
Penatalaksanaan :
10
dr. Fentika Gustia Dwayana
SIP : 2017/1740312301/12
Alamat : Jl Perintis Kemerdekaan no 100
Hari : Senin, Rabu, Jumat
Pukul : 08.00 – 13.00
Pro : Mikel
Umur : 8 tahun
11
BAB III
DISKUSI
bangsal mata RSUP Dr. M Djamil Padang tanggal 8 Desember 2017 dengan
Dari anamnesa didapatkan keluhan utama mata kiri terlihat berwarna merah
sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya mata kiri pasien terkena
pukulan adiknya, penglihatan mata kiri dirasakan semakin kabur dan pasien hanya
daapt melihat cahaya. Mata kiri juga terasa nyeri pada saat itu, namun sudah tidak
dirasakan saat pasien tiba di rumah sakit. Pasien pernah dirawat di RSUP
sinistra.
mata yang dialami oleh pasien. Mekanisme trauma yang terjadi pada mata pasien
sirkulus arteri mayor dan percabangan pembuluh darah pada badan siliar, juga
dapat bersal dari arteri koroidalis dan vena siliaris. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya hifema yang telah memenuhi setengah dari kamera okuli
traumatika grade III okuli sinistra. Selain itu, juga ditemukan injeksi konjungtiva
12
dan injeksi siliaris pada konjungtiva forniks dan bulbi okuli sinistra yang juga
eksogen merupakan infeksi pada kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior
yang diakibatkan oleh adanya trauma luar seperti benda asing yang menembus
COA dan/atau COP atau tindakan operasi. Endoftalmitis juga dapat melibatkan
pada pasien. Pasien mengeluhkan penglihatan kabur dan hanya bisa melihat
cahaya (visus 1/~ p sentral) sehingga diduga penyakit endoftalmitis yang dulu
diderita pasien telah mengenai retina. Visus pasien 1/~ p sentral dikarenakan
pasien hanya dapat melihat cahaya saat lampu diarahkan tepat di depan mata kiri
pasien. Visus pasien yang menurun ini lebih disebabkan karena riwayat
endoftalmitis yang dialami pasien, bukan disebabkan karena hifema. Karena pada
hifema tanpa komplikasi visus pasien akan kembali seperti semula. 2,4
Keluhan mata kabur dapat juga diakibatkan oleh hifema pada mata pasien,
karena darah mengubah warna COA yang seharusnya bening sehingga dapat
Pasien mengeluhkan nyeri mata kiri 2 hari yang lalu. Hal ini dikarenakan
mekanisme trauma yang mengenai sel-sel saraf nyeri pada mata kiri pasien. 4
platelet, fungsi ginjal dan fungsi hepar untuk memastikan apakah pasien
13
mengalami gangguan pembekuan darah. Dari pemeriksaan laboratorium pasien
didapatkan nilai hitung platelet (319.000/mm3), ureum darah (29 mg/dl), kreatinin
(0,4 mg/dl), SGOT (19 mcl), dan SGPT (6 mcl). Pemeriksaan labor tersebut
menunjukan nilai dalam batas normal sehingga dapat disimpilkan bahwa pasien
contact, aqueous flare, dan synechia posterior. Pemeriksaan USG ditujukan untuk
mengetahui adanya kekeruhan pada segmen posterior bola mata, dan dapat
kornea, bilik mata depan, lensa, karena berbagai sebab atau perdarahan di dalam
bilik mata depan (hifema penuh). Pada kasus ini pemeriksaan USG juga berguna
Tomography (OCT). 2
14
Pasien hifema memiliki risiko untuk perdarahan berulang terutama pada hari ke 2-
perdarahan ulang (rebleeding) dan diharapkan darah di dalam COA dapat disrerap
memperberat perdarahan yang terjadi pada mata pasien. Tujuan pasien rawat inap,
Pemberian aspirin dan obat pereda nyeri golongan OAINS lainnya tidak
efek antiplatelet. Obat anti nyeri nyeri yang dapat diberikan, yaitu acetaminofen.
Pada pasien ini tidak diberikan obat pereda nyeri karena tidak memiliki keluhan
tersebut. 2
segmen posterior mata, membuat mata lebih relaksasi, dan mencegah sinekia.
Obat yang diberikan pada psien yaitu sulfat atropin eye drop 3 kali 1 tetes.
kepada pasien, yaitu prednison eye drop diberikan tiap 15 menit. Antibiotik dapat
diberikian untuk mencegah infeksi sekunder maupun mengobati infeksi yang telah
muncul. Antibiotik yang diberikan kepada pasien yaitu levofloksasin eye drop 6
15
Pada layanan primer semua pasien yang ditegakkan dengan diagnosis
hifema, harus langsung dirujuk ke dokter spesialis untuk tatalaksana lebih lanjut.
Yang dapat dilakukan oleh dokter umum saat di layanan primer adalah
mempersiapkan rujukan dengan mempersiapkan pasien untuk bed rest total dan
Prognosis hifema bergantung pada jumlah darah dalam bilik mata depan.
Bila darah sedikit di dalam bilik mata maka darah ini akan hilang dan jernih
dengan sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata
depan, maka prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. 2
kerusakan lain akibat hifema pada struktur mata apakah terjadi hifema sekunder
dan apakah terjadi komplikasi akibat hifema seperti glaukoma, bercak darah pada
35%.3
ulang (58%). Perdarahan ulang dihubungkan dengan hifema yang luas, pasien usia
muda, ras kulit hitam atau hispanik, pasien yang meminum aspirin dan hifema
yang muncul >24 jam. Glaukoma dapat terjadi pada mata pasien dikarenakan
peningkatan tekanan intra okular akibat rusaknya jalur normal trabekula meswork
oleh obstruksi sel darah merah, fibrin, platelet, dan degradasi sel. 2
16
Resep Jika TIO tinggi
S2dd gtt 2 OS
S4dd gtt 1 OS
Pro : Mikel
Umur : 8 tahun
17
DAFTAR PUSTAKA
18