Dislokasi
Dislokasi merupakan cedera yang umum terjadi di kalangan atlet. Dislokasi terjadi saat
tulang tergelincir dari sendi dengan kata lain tulang tidak berada di tempat yang semestinya. Hal
ini termasuk dalam kegawatdaruratan di bidang olahraga sebab jika tidak ditangani dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, ligament, dan nervus.
Dislokasi sendi glenohumeral merupakan 50% dari semua dislokasi yang terjadi. Umumnya
sendi tersebut banyak terjadi. 90% merupakan dislokasi ke arah anterior dan 4% merupakan
dislokasi kea rah posterior. Beberapa cedera dapat mengakibatkan morbiditas yang signifikan
sehingga pentingnya untuk dikenali secara cepat
Dislokasi adalah cedera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari
posisi normalnya
Dislokasi dapat terjadi pada sendi besar maupun sendi kecil
X-ray sering digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis dislokasi dan eksklusi fraktur
Waktu yang dibutuhkan untuk pulih bergantung pada sendi yang terkena, dan adanya
cedera yang berlanjut.
Subluksasi, pegesaran dari sendi tetapi tidak sepenuhnya dislokasi. Masih terdapat
hubungan antar permukaan sendi. Subluksasi dapat menjadi masalah kronik.
sendi yang sering terjadi dislokasi adalah bahu, jari, lutut, pergelangan tangan, dan siku.
komplikasi yang dapat terjadi akibat dislokasi: robekan pada otot, tendon, dan ligament di
sekitarnya. Kerusakan nervus dan pembuluh darah.
Dislokasi dapat terjadi karena jatuh, terlempar, atau keadaan yang mengakibatkan
tekanan pada sendi.
Pasien dengan dislokasi anterior biasanya tidak bisa untuk menggerakkan bahu
akibat nyeri yang dirasakan. Posisi lengan dalam keadaan abduksi dan rotasi eksterna.
Caput humerus dapat dirasakan di bagian anterior, inferior, dan medial pada sebagian
dislokasi bahu anterior.
Penilaian awal dan tatalaksana dislokasi bahu sangat penting karena ketika
spasme otot terjadi, sangat sulit untuk direposisi tanpa anestesi. Tekhnik
traksi/countertraksi merupakan metode yang umum digunakan untuk mereduksi dan
sangat praktis digunakan di lapangan sesaat setelah injury. Teknik ini dilakukan dengan
menarik lengan yang cedera secara longitudinal dan perlahan-lahan abduksi lengan
sementara tangan lainnya melakukan menipulasi di caput humerus. Seorang asisten
membantu dengan melakukan countertraksi dengan handuk mengelilingi torso atlit dan
menarik dari arah berlawanan. Setelah lengan dapat abduksi melewati kepala, caput
humerus seharusnya sudah kembali. Penilaian neurologis setelah reduksi perlu dilakukan
kembali, khususnya nervus axillaris. Untuk dislokasi inferior, traksi dilakukan dengan
posisi lengan hyperabduksi sementara asisten melakukan countertraksi. Beri tekanan
caput humerus ke atas sembari lengan adduksi.
Cedera tangan dan jari sangat umum terjadi pada atlit. Mencakup sekitar 9% dari
cedera olahraga. Jari-jari rentan pada olahraga yang membutuhkan penggunaan tangan
dalam posisi terentang. Olahraga dengan gerakan menyambar atau membuka
menempatkan jari pada posisi yang lebih rentan lagi.
Dislokasi jari umumnya tampak dengan jelas, evaluasi jari yang cedera dengan
benar untuk stabilitas, kelainan rotasi, ROM, dan system neurovascular. Cidera tangan
dan pergelangan tangan dikaitkan dalam evaluasi cedera. Sendi Interphalangeal
proksimal (PIP) dan distal tidak boleh dilkaukan dengan traksi . sederhana karena dapat
kontraksi jaringan lunak sekitar sendi dan mencegah reduksi. Pada dislokasi PIP, fleksi
PIP dan translasi distal phalanx media meringankan sendi.
Dislokasi pinggul adalah cedera olahraga yang sangat jarang. Namun, mengenali dis-
lokasi hip sangat penting karena manajemen dari dislokasi ini berbeda dari sendi lainnya.
Nekrosis avaskular pada caput femur adalah salah satu masalah terbesar pada cedera ini.
Dislokasi pinggul membutuhkan identifikasi darurat dan transportasi ke rumah sakit se-
segera mungkin untuk perawatan yang tepat Panggul harus direduksi dalam waktu 6 jam
dari waktu cedera untuk mengurangi komplikasi ke arah nekrosis avascular.
Atlet harus berbaring telentang untuk manuver reduksi ini. Lutut dilenturkan seki-
tar 90 ° sementara dokter memberikan traksi aksial pada kaki. Seringkali, seorang asisten
diperlukan untuk memberikan kontraksi ke bawah dengan kedua tangan di atas tulang
iliaka superior anterior atlit sementara dokter memberikan traksi untuk mereduksi
pinggul. Mengingat kerumitan dan risiko menyebabkan cedera dan ketidaknyamanan
lebih lanjut, kami merekomendasikan transfer segera ke departemen darurat rumah sakit
yang dapat memberikan sedasi dan evaluasi radiografi pengurangan pinggul. Jika ked-
atangan di fasilitas medis akan memakan waktu lebih dari 6 jam, reduksi harus dipertim-
bangkan di lapangan.
2. Fraktur
Fraktur disebabkan oleh kekuatan yang kuat, benturan, tekanan yang lebih kuat dari tu-
lang sendiri. Fraktur jika dibiarkan akan mengarah pada komplikasi serius seperti shock
hypovolemic, infeksi, atau sindrom compartment.
Fraktur paling umum yang terkait dengan kejadian olahraga adalah fraktur tibialis
dan pergelangan kaki dan dislokasi yang paling umum adalah bahu.
Berikut ialah penilaian yang sederhana dan logis dalam menangani fraktur
Periksa keamanan tempat kejadian
Ikuti prinsip-prinsip ABCD.
Beri oksigen jika tersedia jika fraktur signifikan
Kumpulkan anamnesis dari pemain / pengamat
Tanyakan pasien (jika berbicara) tentang semua alergi, obat-obatan,
PMHx, kapan terakhir kali makan, status tetanus dan mekanisme cedera mereka
Cari; pembengkakan, deformitas, memar, simetri, & luka overlay
Kemudian rasakan pembengkakan / efusi sendi, nyeri tekan, krepitus (selalu periksa sen-
sasi & denyut nadi)
Jika inspeksi menunjukkan adanya fraktur atau dislokasi, ikuti diagram alir pada gambar
dibawah
Menilai ROM & stabilitas aktif dan pasif (Sangat penting bahwa status neurovaskular
pasien dinilai sebelum dan setelah gerakan.
Persiapkan atlet untuk kru ambulans
Manajemen ABCD pasien harus selalu diprioritaskan daripada fraktur atau dislokasi.
namun, jika pasien mengalami perdarahan hebat dan berisiko meninggal karena ke-
hilangan darah, membendung aliran darah harus diprioritaskan daripada mengelola
ABCD
1.1 Splinting
Splint sangat penting dalam pengelolaan fraktur dan dislokasi. Beberapa manfaat melipu-
ti
Mengurangi rasa sakit
Mengurangi resiko kehilangan darah
Mengurangi tekanan pada luka
Resiko emboli lemak menurun
Jenis splint yang digunakan adalah splint vakum dan splint kotak. Saat memasang splint
dianjurkan jangan terlalu erat karena dapat memotong sirkulasi, merusak saraf, dan jarin-
gan lunak. Jangan menggunakan splint terlalu longgar sebab dapat mengurangi kemam-
puannya untuk bergerak, kerusakan jaringan lunak.
Box Splint
Terdiri dari 3 papan berlapis. 3 papan membungkus anggota badan dan diamankan
menggunakan Velcro. kaki dirancang untuk menjaga pergelangan kaki dalam kondisi ne-
tral. Ini digunakan untuk menstabilkan cedera lutut, pergelangan kaki dan patah tulang
tibialis.
Vacuum Splint
seperti kasur vakum yang digunakan pada pasien Spinal Cord Injury, matras ini dapat
menyesuaikan untuk mensupport komponen yang solid untuk anggota tubuh cacat. Ke-
hilangan udara dari splint membuat splint padat. Seperti kasur vakum risiko bocor mung-
kin terjadi selalu hadir. Oleh karena itu splints back-up harus selalu tersedia.