Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR

Disusun oleh :

1. Elsa Nurhalisa (04.16.4351)


2. Emi Suhadak ( 04.16.4352)
3. Ida Gustiawati ( 04.16.4359)
4. Sari Purwanti ( 04.16.4378 )
5. ShafiraTriasa F ( 04.16.4380 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR

A. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2014).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena airpanas(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik,
akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat,2015)
B. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :
a. Luka bakar suhu tinggi ( Thermal Burn ) : gas, cairan, bahan padat.
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan
api ke tubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya (logam panas dan lain-lain) (Moenadjat,2015).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,2015).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn).
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada
jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown
(Moenadjat, 2015).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat,2016).

C. Klasifikasi Luka Bakar Menurut Kedalaman


a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung–ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari
(Brunicardi et al., 2016)
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan
scar, dan nyeri karena ujung–ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna
merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat,
2016)
1. Derajat II Dangkal (Superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
 Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka
bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
17mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
 Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
 Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
 Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan
kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al.,2015).
2. Derajat II dalam (Deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
 Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena
variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan alirandarah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,
daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa
aliran darah ) (Moenadjat, 2016)
 Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
(Brunicardi et al.,2014)
3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih
dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar
berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan
kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka
(Moenadjat,2014).
4. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh
dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar,
terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak
dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik
mengalami kerusakan dan kematian. Penyembuhannya terjadi lebih lama
karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2014).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Wong and Whaley’s 2014, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya
penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri,
sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan
(seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam
keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati),
tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
E. Patofisiologi
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat
mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan
berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang
bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks
yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium
tidak mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh
pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang
dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat
yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara
berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai
sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin
dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa
macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran
plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.
Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi
mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus
dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.
Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta
beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan
laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi
hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan
penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang,
ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.
F. Pathway
Panas, kimia, radiasi, listrik

Luka bakar

Kerusakan jaringan

Epidermis/Dermis

Merangsang
Gangguan
intergritas Saraf perifer Kerusakan Takut bergerak Port de entry
jaringan kapiler mikroorganisme
Alarm nyeri Pergerakan terbatas
Permeabilitas meningkat Resiko tinggi
Nyeri Gangguan infeksi
mobilitas fisik

Cairan merembes Cairan merembes

Ke intestisial Jaringan subkutan

Odema vesikulasi

Penurunan Volume darah Vesikel pecah

Yang bersirkulasi Dalam keadaan luas

Penurunan curah Luka terbuka Kebutuhan O2


jantung Kulit terkelupas
metabolisme katabolisme

Gangguan perfusi Penguapan yang

jaringan Dehidrasi
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gangguan volume
cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
G. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarah, ini merupakan tanda-tanda ulkus
curling.
5. Syok sirkulasi
Terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi
sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran
urine, perubahan pada tekanan darah, curah jantung, tekanan cena sentral dan
peningkatan frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang
tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
H. Pemeriksaan penujang
Menurut Doenges, 2015, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
 Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
 Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
 GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
 Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
 Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
 Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
 Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
 Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
 BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
 Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
 EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
 Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-
obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk
mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan
mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan
efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali
masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 2017)
J. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan cairan elektrolit dan
protein masuk keruang interstisiel
2. Nyeri berhubungan dengan trauma luka bakar
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan
responimun, prosedur invasive
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, katabolisme, kehilangan nafsu makan
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penuruan curah jantung
K. Intervensi
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan cairan elektrolit dan
protein masuk keruang interstisiel
Tujuan : gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi
Intervensi :
a) Observasi intake dan output setiap jam.
b) Observasi tanda-tanda vital
c) Timbang berat badan
d) Ukur lingkar ektremitas yang terbakar tiap sesuai indikasi
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan lewat infuse
f) Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb,Ht, Elektrolit, Natrium urine random)
2. Nyeri berhubungan dengan trauma luka bakar
Tujuan : Pasien menunjukkan pengurangan nyeri sampai tingkat yang diterima
pasien.
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri untuk pengobatan
b) Posisikan ekstensi untuk mengurangi nyeri karena gerakan
c) Laksanakan latihan aktif, pasif
d) Kurangi iritasi untuk mencegah nyeri.
e) Sentuh daerah yang tidak terjadi luka bakar untuk memberikan kontak fisik
dan kenyamanan.
f) Berikan tehnik-tehnik pengurangan nyeri non pengobatan yang sesuai
g) Antisipasi kebutuhan medikasi pengobatan nyeri dan berikan sebelum nyeri
tersebut terjadi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : pasien menunjukkan penyembuhan luka.
Intervensi :
a) Cukur rambut 2 inchi dari daerah luka segera setelah terjadi luka bakar.
b) Bersihkan luka dan daerah sekitar
c) Jaga pasien agar tidak menggaruk dan memegang luka
d) Berikan tehnik distraksi pada pasien
e) Pertahankan perawatan luka untuk mencegah kerusakan epitel dan granulasi
f) Berikan kalori tinggi, protein tinggi dan makanan kecil
g) Berikan vitamin tambahan dan mineral-mineral
h) Tutup daerah terbakar untuk mencegah nekrosis jaringan
i) Monitor vital sign untukmengetahui tanda infeksi
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan
responimun, prosedur invasif.
Tujuan : Menunjukkan tidak ada infeksi
Intervensi :
a) Laksanakan dan pertahankan control infeksi sesuai kebijakan ruang
b) Pertahankan tehnik cuci tangan yang hati-hati bagi perawatan dan pengunjung
c) Pakai sarung tangan ketika merawat luka untuk meminimalkan terhadap agen
infeksi.
d) Ambil eksudat, krusta untuk mengurangi sumber infeksi
e) Cegah kontak pasien dengan orang yang mengalami ISPA / infeksi kulit
f) Berikan obat anti microbial dan penggantian. Balutan pada luka
g) Monitor vital sign untuk mencegah sepsis
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, katabolisme, kehilangan nafsu makan
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
Intervensi :
a) Berikan perawatan oral
b) Berikan tinggi kalori, tinggi protein dan makanan kecil untuk mencegah
kekurangan protein dan memenuhi kebutuhan kalori.
c) Timbang BB tiap minggu untuk melengkapi status nutrisi
d) Catat intake dan output
e) Monitor diare dan konstipasi untuk mencegah intoleransi terhadap makanan
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penuruan curah jantung
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.
Intervensi :
a) Kaji warna, sensasi, gerakan.
b) Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan tepat.
c) Dorong latihan rentang gerakaktif pada bagian tubuh yang sakit
d) Selidiki nadi secara teratur.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8542579/Askep_Luka_Bakar_Combustio_,diakses tanggal
24 Maret 2019
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on
Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media
Aeuscullapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Nanda International. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarta
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai