4. Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka
Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah,
nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.Jika ditekan,
daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak
merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri
Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih
dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada
daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang
daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut
dari akarnya.Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan.
5. Cedera inhalasi biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca luka bakar
Keracunan karbon monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda cheery hampir
tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi Susunan Syaraf Pusat dari
sakit kepala sampai koma hingga kematian.
Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan syok.
Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan akumulasi lendir.Adapun
tanda-tanda distress pernafasan yaitu serak, ngiler dan ketidakmampuan menangani
sekresi.
Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan pneumonitis
kimiawi.Pohon pulmonal menjadi teriritasi dan edematosa pada 24 jam pertama.
Edema pulmonal terjadi sampai 7 hari setelah cedera. Pasien irasional atau tidak sadar
tergantung tingkat hipoksia. Tanda-tanda cedera pulmonal adalah pernafasan cepat dan
sulit, krakles, stridor dan batuk pendek.
4. Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44°C tanpa kerusakan bermakna,
kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur. Saraf
dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas
(Sabiston,1995). Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar
dari lumen pembuluh darah; dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi juga plasma (protein)
dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir
menyeluruh, penimbunan jaringan masif di intersisiel menyebabkan kondisi hipovolemik.
Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan
proses transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan syok
(Moenadjat, 2001).
Luka bakar secara klasik dibagi atas derajat I, II, dan III. Penggunaan sistem
klasifikasi ini dapat memberikan gambaran klinik tentang apakah luka dapat sembuh secara
spontan ataukah membutuhkan cangkokan. Kedalaman luka tidak hanya bergantung pada
tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan kulit di daerah luka
(Sabiston, 1995).
5. Klasifikasi
6. Pemeriksaan penunjang luka bakar
Mennurut (Doenges, 2000, 804)
1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan/ kehilangan cairan.
2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan
penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
3. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/
gangguan pompa natrium.
4. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan
dalam dan kehilangan protein.
5. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI
6. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
7. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
8. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
9. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
10. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
11. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.
12. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
Sumber ke2
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari
air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh
angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan
(roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan
air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka
bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia
atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka
bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan
membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat
menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan
dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa
sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan
morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
Resusitasi A, B, C.
- Airway, apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara
lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu
hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
- Breathing, eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
- Circulation, luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada
pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan
Formula Baxter dan Evans
Resusitasi Cairan
- Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
a) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
b) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
c) 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (a). (b), (c) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring
pemberian lakukan penghitungan diuresis.
- Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua
diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
-
Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
-
Monitor urine dan CVP.
-
Topikal dan tutup luka
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan
nekrotik.
Tulle
Silver sulfa diazin tebal.
Tutup kassa tebal.
Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
- Obat – obatan
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
kultur.
Analgetik : kuat (morfin, petidine)
Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan
dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan
daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu
membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.Debirdemen
diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi
tangensial. (Arif, 2000)
Sumber k2
2.1 Penatalaksanaan
Penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agens yang dapat membakar,dan
daerah kulit yang terkena harus segera di rendam dalam air dingin untuk
menghentikan kerusakan lebih lanjut. Pemberian es harus di hindari karena dapat
menurunkan aliran darah ke daerah yang terkena dan memperburuk derajat luka
bakar. Pakaian yang dikenakan tidak boleh di lepas pada luka bakar serius, karena
melepas luka bakar berarti melepas kulit.
Pemberian cairan intravena molekul makro dengan volume besar seperti
albumin,dextran,dan glukosa, dapat men ingkatkan edema dsaerah yang tidak
terkena luka, tetapi tidak terjadi pada derah yang terkena.
Heparin dapat mempertahankan aliran darah pada daerah yang terkena tetapi dapat
juga menimbulkan edema.
Luka bakar derajat pertama dapat direndam dalam air dingin atau kompres dingin
dan obat anti implamasi dalam waktu yang lama.
Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial memerlukan balutan khusus yang
merangsang pembelahan sel dan pertumbuhan
Penatalaksanaan nyeri adalah tujuan utama terapi luka bakar. Peredaan nyeri yang
adekuat dapat menghilangkan trauma psikologis akibat luka bakar dan sebagian
bertahan seiring dengan penyembuhan kulit.
8. Dampak
9. Askep
10. INDIKASI RAWAT INAP PASIEN LUKA BAKAR
Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap bila: