Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO & STSG

Oleh:
Tri Wahyuni Amd. Kep

Oleh :
Nindar Oktavian, S.Kep.,Ners

PELATIHAN PENATALAKSANAAN PERIOPERATIF PASIEN

DI KAMAR BEDAH BAGI PERAWAT

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2023
A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. (Smeltzer, suzanna, 2002)
Klasifikasi Luka Bakar :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar
derajat II ada dua :
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau
di atas usia 50 tahun.
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama.
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar.
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi.
6) Disertai trauma lainnya.
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

B. Anatomi Kulit
1. Epidermis adalah lapisan kulit pertama atau kulit terluar.Lapisan kulit ini bisa
dilihat oleh mata secara langsung.
2. Dermis adalah lapisan kulit kedua. Dermis berfungsi sebagai pelindung dalam
tubuh manusia. Struktur pada lapisan dermis ini lebih tebal, meskipun hanya
terdiri dari dua lapisan.
3. Lapisan hipodermis adalah lapisan kulit paling terdalam. Lapisan hipodermis
sangat berperan sebagai pengikat kulit wajah ke otot dan berbagai jaringan
yang ada di bawahnya.
C. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar yaitu :
1. Listrik : Voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
2. Thermal : Api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar
ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari).
3. Chemical : Organo phospat, acid (asam), korosi, alkali
4. Inhalasi : Saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang
hebat, inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.

D. Tanda Gejala

Kedalaman Dan
Gejala Penampilan Luka
Penyebab Luka Bakar
Derajat Satu Kesemutan, Memerah, menjadi putih
(Superfisial): tersengat hiperestesia ketika ditekan minimal
matahari, terkena api (supersensivitas), rasa atau tanpa edema
dengan intensitas nyeri mereda jika
rendah didinginkan
Derajat Dua (Partial- Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar luka
Thickness): tersiram sensitif terhadap udara berbintik-bintik merah,
air mendidih, terbakar yang dingin epidermis retak,
oleh nyala api permukaan luka basah,
terdapat edema
Derajat Tiga (Full- Tidak terasa nyeri, Kering, luka bakar
Thickness): terbakar syok, hematuria berwarna putih seperti
nyala api, terkena (adanya darah dalam bahan kulit atau gosong,
cairan mendidih dalam urin) dan kulit retak dengan bagian
waktu yang lama, kemungkinan pula lemak yang tampak,
tersengat arus listrik hemolisis (destruksi terdapat edema
sel darah merah),
kemungkinan terdapat
luka masuk dan keluar
(pada luka bakar
listrik)
E. Patofisiologi
F. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
5. Syok hipovolemik
6. Gagal ginjal akut

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Lengkap
Menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.
2. AGD
Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2 atau
PaCO2.
3. Elektrolit Serum CoHb
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida.
4. BUN
Mengetahui penurunan fungsi ginjal.
5. Toto Rontgen Dada
Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca luka bakar dini.
6. Bronkoskopi
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil dapat meliputi edema,
pendarahan/tukak pada saluran pernafasan atas.
7. Scan Paru
Menentukan luasnya cedera inhalasi.
8. EKG
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
9. Fotografi Luka Bakar
Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka bakar selanjutnya.

H. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama :
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
tornikuet, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar
yang lebih luaskarena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya
diberikan langsung pada luka bakar apapun.

Penatalaksanaan medis :

1. Pemberian cairan
Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
a. Cara Evans
1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.


Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.

b. Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.
2. Pemberian analgetik
3. Pemberian antibiotic
4. Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan
5. Bedrest
6. Debridement
7. Meningkatkan nutrisi.

I. PERSIAPAN OPERASI
a. Persiapan Pasien
 Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian
khusus masuk kamar operasi
 Pasien telah memberikan inform consent 
 Mengatur posisi supine di meja operasi
b. Persiapan Lingkungan
 Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, couter, lampu
operasi, meja operasi, meja instrument, meja mayo.
 Memasang perlak / underpad steril dan doek pada meja operasi,
sarung meja mayo, mempersiapkan linen steril dan instrument yang
akan digunakan.
 Menempatkan tempat sampah pada tempat yang sesuai
sehingga mudah digunakan
c. Persiapan Alat
Di Meja Instrumen
Duk besar : 3 buah
Duk panjang : 4 buah

Duk kecil : 6 buah


Gown steril : 6 buah

Handuk steril : 6 buah


Sarung meja mayo : 1 buah

Tempat jarum dan benang sisa : 1 buah


Instrumen set (yang tidak di meja : 1 set
mayo) Baskom besar / bengkok : 1 / 1 buah
Cucing / kom / Selang suction : 1 / 3 / 1 buah

Di Meja Mayo

Handle mess no. 3 : 2 buah


Gunting metzenboum : 1 buah
Gunting jaringan kasar : 1 buah

Pinset bebek anatomis / cirurgis : 2 / 2 buah


Disinfeksi klem : 1 buah

Duk klem : 6 buah


Klem mosquito : 2 buah

 Needle holder : 2 buah


Gunting lurus (gunting benang) : 1 buah
Spatel kulit : 2 buah

 Dermatom+blitz+baterei / Hombi : 1/1 buah


Knop sonde : 2 buah
Curatte : 1 buah
Bahan Habis Pakai


Handscone no 6½ / 7 / 7½/8 : Secukupnya

Paragon mess no. 15/11 : 1/1 buah
Mess graft/ mess hombi : 1 buah


NS 0,9% : 1000 cc

Povidon iodine : 100 cc

Epineprin (adrenalin) : 1 Ampul = 1 ml

Antibiotik : 1 vial (dari pasien)



Monosyn no 4-0 : 5 buah

Mirsilk 2-0 cutting : 3 buah



Deepers : 5 buah

Kassa kecil : 3 bendel


Kapas steril : secukupnya

Big kass
Perban kecil steril : 5 helai 1
gulung

Softband 10 cm / 15 cm : 1 / 1 buah
Elastumol 10cm / 15 cm

: 1 / 1 buah

Spuit 10 cc : 1 buah
Supratule

: 10 lembar

U-pad on / steril

: 1 / 1 buah

Cateter no.16 / Urobag



: 1 / 1 buah

Jelly
 : secukupnya

J. TEKNIK INSTUMEN

1. Lakukan Sign In,Sebelum pasien ditidurkan di meja operasi pasang upad


on (1 buah) di meja extra untuk tempat resipien yang akan di operasi.
2.  Setelah pasien ditidurkan terlentang (supinasi) dan mendapat General
Anestesi,perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan
gloving, kemudian membantu operator dan asisten mengenakan handuk
steril + gown + handscone steril sesuai ukuran.
3.  Perawat sirkuler melakukan antisepsis pada lapang operasi yaitu area
donor (paha kanan) + resipien dengan povidone iodine, kemudian
dikeringkan dengan duk kecil steril.
4.  Perawat instrumen memberikan disinfeksi klem + povidone iodine +
deepers dalam bengkok dan cucing kepada asisten untuk dilakukan
disinfeksi pada lapang operasi.
5.  Perawat instrumen mempersiapkan :
a.   Spuit 10 cc yang telah dipotong ujung jarumnya, kemudian isi spuit
tersebut dengan NS 0,9%.
 b. Tiga buah kom, kemudian mengisi kom ke-1 dengan NS 0,9% (500cc)
+ epineprin (1 ampul) untuk merawat/mengurangi perdarahan pada
luka donor, lalu mengisi kom ke-2 dengan antibiotik (dari pasien)
untuk merendam kulit donor,bila antibiotik berupa serbuk
tambahkan NS 0,9% secukupnya dan mengisi kom ke-3 dengan NS
0,9% (+ 500cc) untuk disemprotkan ke luka (donor+resipien) dan
kulit donor saat diregangkan pada tegel, agar luka+kulit selalu
dalam keadaan basah.

 Nb. Kulit jangan sampai direndam di Adrenalin.


6.  Pasang u-pad steril dibawah area donor, kemudian melakukan draping
pada area non steril dan memfiksasi duk menggunakan duk klem. Pada
draping kaki di bawah area donor, ditambahkan balutan dengan perban
steril supaya draping tidak terbuka.
7.  Pasang selang suction, ikat dengan kassa dan fiksasi pada draping
dengan duk klem (1 buah).
8.  Lakukan Time Out dan pimpin doa oleh operator,berikan curatte atau
hanvast + mess 15 ke operator jika area resipien perlu di debredement.
9.  Pasang mess graft pada  Dermatom dan atur ketebalannya, operator
menentukan luas luka dan luas donor yang akan diambil.
10.  Berikan  Dermatom + 0.3 (untuk dewasa), + 0.1 (untuk anak-anak) spatel
kulit (1 buah) pada operator serta pinset anatomis (1 buah) pada asisten.
11.  Berikan jelly ke operator untuk melumasi Dermatom dan area donor.
12.  Bantu regangkan kulit sekitar donor, kemudian operator mulai
mengambil donor dengan Dermatom + spatel, asisten membantu
meregangkan donor yang telah diambil menggunakan pinset
anatomis,kemudian kulit dimasukkan di kom antibiotik.

13. Tutup luka donor dengan kassa basah yang mengandung


epineprin dan tekan di daerah luka untuk mengurangi perdarahan

14. Operator dan asisten meregangkan kulit / membuat windows


dengan mess 11 menggunakan knop sonde+pinset cirurgis,
perawat instrumen menyemprot kulit tersebut dengan NS 0,9%
dalam spuit 10 cc.
15. Siapkan kertas supratule / kassa sesuai lebar kulit donor. Setelah
kulit diregangkan, tutup bagian luar kulit (epidermis) dengan
kertas supratule / kassa lalu gulung kedalam. Dan rendam
kembali kedalam cairan antibiotik
16. Operator memasang donor pada daerah resipien, perawat
instrumen menyemprot daerah resipien dengan NS 0,9% dalam
spuit 10 cc supaya dalam kondisi basah.

17. Siapkan benang needle holder+monosyn no 4-0, berikan pada


operator, kemudian operator menjahit donor dan resipien.
18. Siapkan benang merslik 2-0 dan needle holder,berikan pada
operator untuk menjahit tie over 8 penjuru.
19. Balutan luka :
 Donor : Sebelum penempelan supratul,kulit didap dengan kassa
betadhine yang sudah diperas kemudian ditutup dengan supratule  –  
kassa basah antibiotik  –    big kass –  kassa kering –  softband 15
cm –  elastumol 15 cm

 Resipien : ditutup dengan supratule  –   kassa basah antibiotik  –   big
kass  –   kassa kering –  softband 10 cm –  elastumol 10 cm

20. Operasi selesai, rapikan pasien

21. Perawat instrumen menginventaris alat-alat dan bahan habis


pakai pada depo farmasi, kemudian mencuci dan menata kembali
alat-alat pada intrumen set (yang akan disterilkan), serta
merapikan kembali ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. Alih
bahasa : dr. H.Y. Kuncara, Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC.

Sylvia A. Price (2004). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku


2. Jakarta. EGC.

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.


https://independent.academia.edu/KristonoKhalifa (diakses tanggal 14 Desember
2019 pukul 20.00)
https://www.academia.edu/10237466/LAPORAN_PENDAHULUAN_COMBUS
TIO (diakses tanggal 14 Desember 2019)
Lembar Pengesahan

Laporan pendahuluan Combustio & Split Thickness Skin Grafts (STSG)


Untuk memenuhi tugas pelatihan penatalaksanaan perioperatif pasien di kamar bedah

bagi perawat-Bedah Plastik

Disusun oleh

Nindar Oktavian

Malang, Mei 2023

(…..................................................)

Anda mungkin juga menyukai