Oleh:
Tri Wahyuni Amd. Kep
Oleh :
Nindar Oktavian, S.Kep.,Ners
B. Anatomi Kulit
1. Epidermis adalah lapisan kulit pertama atau kulit terluar.Lapisan kulit ini bisa
dilihat oleh mata secara langsung.
2. Dermis adalah lapisan kulit kedua. Dermis berfungsi sebagai pelindung dalam
tubuh manusia. Struktur pada lapisan dermis ini lebih tebal, meskipun hanya
terdiri dari dua lapisan.
3. Lapisan hipodermis adalah lapisan kulit paling terdalam. Lapisan hipodermis
sangat berperan sebagai pengikat kulit wajah ke otot dan berbagai jaringan
yang ada di bawahnya.
C. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar yaitu :
1. Listrik : Voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
2. Thermal : Api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar
ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari).
3. Chemical : Organo phospat, acid (asam), korosi, alkali
4. Inhalasi : Saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang
hebat, inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.
D. Tanda Gejala
Kedalaman Dan
Gejala Penampilan Luka
Penyebab Luka Bakar
Derajat Satu Kesemutan, Memerah, menjadi putih
(Superfisial): tersengat hiperestesia ketika ditekan minimal
matahari, terkena api (supersensivitas), rasa atau tanpa edema
dengan intensitas nyeri mereda jika
rendah didinginkan
Derajat Dua (Partial- Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar luka
Thickness): tersiram sensitif terhadap udara berbintik-bintik merah,
air mendidih, terbakar yang dingin epidermis retak,
oleh nyala api permukaan luka basah,
terdapat edema
Derajat Tiga (Full- Tidak terasa nyeri, Kering, luka bakar
Thickness): terbakar syok, hematuria berwarna putih seperti
nyala api, terkena (adanya darah dalam bahan kulit atau gosong,
cairan mendidih dalam urin) dan kulit retak dengan bagian
waktu yang lama, kemungkinan pula lemak yang tampak,
tersengat arus listrik hemolisis (destruksi terdapat edema
sel darah merah),
kemungkinan terdapat
luka masuk dan keluar
(pada luka bakar
listrik)
E. Patofisiologi
F. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
5. Syok hipovolemik
6. Gagal ginjal akut
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Lengkap
Menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.
2. AGD
Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2 atau
PaCO2.
3. Elektrolit Serum CoHb
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida.
4. BUN
Mengetahui penurunan fungsi ginjal.
5. Toto Rontgen Dada
Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca luka bakar dini.
6. Bronkoskopi
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil dapat meliputi edema,
pendarahan/tukak pada saluran pernafasan atas.
7. Scan Paru
Menentukan luasnya cedera inhalasi.
8. EKG
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
9. Fotografi Luka Bakar
Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka bakar selanjutnya.
H. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama :
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
tornikuet, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar
yang lebih luaskarena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya
diberikan langsung pada luka bakar apapun.
Penatalaksanaan medis :
1. Pemberian cairan
Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
a. Cara Evans
1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
b. Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.
2. Pemberian analgetik
3. Pemberian antibiotic
4. Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan
5. Bedrest
6. Debridement
7. Meningkatkan nutrisi.
I. PERSIAPAN OPERASI
a. Persiapan Pasien
Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian
khusus masuk kamar operasi
Pasien telah memberikan inform consent
Mengatur posisi supine di meja operasi
b. Persiapan Lingkungan
Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, couter, lampu
operasi, meja operasi, meja instrument, meja mayo.
Memasang perlak / underpad steril dan doek pada meja operasi,
sarung meja mayo, mempersiapkan linen steril dan instrument yang
akan digunakan.
Menempatkan tempat sampah pada tempat yang sesuai
sehingga mudah digunakan
c. Persiapan Alat
Di Meja Instrumen
Duk besar : 3 buah
Duk panjang : 4 buah
Di Meja Mayo
Handscone no 6½ / 7 / 7½/8 : Secukupnya
Paragon mess no. 15/11 : 1/1 buah
Mess graft/ mess hombi : 1 buah
NS 0,9% : 1000 cc
Povidon iodine : 100 cc
Epineprin (adrenalin) : 1 Ampul = 1 ml
Big kass
Perban kecil steril : 5 helai 1
gulung
Softband 10 cm / 15 cm : 1 / 1 buah
Elastumol 10cm / 15 cm
: 1 / 1 buah
Spuit 10 cc : 1 buah
Supratule
: 10 lembar
U-pad on / steril
: 1 / 1 buah
Jelly
: secukupnya
J. TEKNIK INSTUMEN
Resipien : ditutup dengan supratule – kassa basah antibiotik – big
kass – kassa kering – softband 10 cm – elastumol 10 cm
Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. Alih
bahasa : dr. H.Y. Kuncara, Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC.
Disusun oleh
Nindar Oktavian
(…..................................................)