Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus
sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat dalam perawatan luka dan
tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata
harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya
dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia
belum ada laporan tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107
kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38% sedangkan di
Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka
bakar, kematian 26,41%.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian luka bakar ?
2. Bagaimana etiologi luka bakar ?
3. Bagaimana patofisiologi luka bakar ?
4. Apa saja fase luka bakar ?
5. Apa saja klasifikasi luka bakar ?
6. Bagaimana pembagian luas luka bakar ?
7. Bagaimana manifestasi klinis luka bakar ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis ?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik luka bakar?

1
10. Bagaimana komplikasi luka bakar ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan luka bakar ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian luka bakar
2. Mengetahui etiologi luka bakar
3. Mengetahui patofisiologi luka bakar
4. Mengetahui fase luka bakar
5. Mengetahui klasifikasi luka bakar
6. Mengetahui pembagiaan luas luka bakar
7. Mengetahui manifestasi klinis luka bakar ?
8. Mengetahui penatalaksanaan medis ?
9. Mengetahui pemeriksaan diagnostik luka bakar?
10. Mengetahui komplikasi luka bakar ?
11. Mengetahui asuhan keperawatan luka bakar ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang sdisebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi.

B. Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X,
radiasi nuklir, listrik, bahan kimia, abrasi mekanik. Luka bakar yang
disebabkan oleh panas api, uap atau cairan yang dapat membakar merupakan
hal yang lasim dijumpai dari luka bakar yang parah.:
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak
dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena
zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

3
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.

C. Patofisiologi
Termal (panas) terjadi pada kerusakan kulit , penguapan meningkat,
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah kapiler, sehingga terjadi
ekstravasasi cairan tubuh , ekstravasasi cairan tubuh menyebabkan tekanan
onkotik menurun, hal tersebut menyebabkan cairan ekstravaskular menurun ,
sehingga terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi, karena volume cairan
menurun , volume cairan menurun menyebabkan gangguan sirkulasi makro
sehingga terjadi gangguan perfusi organ penting (otak).

4
Etiologi(thermal, air panas, api, kimia, asam, alkali, radiasi, elektrik dll.)

luka bakar

vaskular

pembuluh kapiler rusak

permeabilitas kapiler meningkat

cairan merembes dari dr


ruang intravaskular ke intersisial vasodilatasi

volume intravaskular turun

peningkatan tek. hidrostatik kapiler


hipovolemia
pertukaran elektrolit abnormal

SYOK perb. tingkat kesadaran, gelisah pucat dingin.


ketidak seimbangan elektrolit

Hipokalemia, Hiponatremia, Hipokalsemia

Kompensasi

penurunan sirkulasi, takikardi, takipneu

KOMPLIKASI

5
D. Fase Luka Bakar
1. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
mangalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (makanisme
bernafas) dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran peenafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72
jam, pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan :
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau pada organ-
organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka bakar dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

E. Klasifikasi Luka Bakar


1. Berdasarkan penyebab

6
a. Luka bakar suhu tinggi
b. Luka bakar bahan kimia.
c. Luka bakar sengatan listrik.

d. Luka bakar radiasi.


2. Berdasakan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1 :
1. Kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis.
2. Kulit kering, hiperemis memberikan berupa eritema.
3. Tidak dijumpai bula.
4. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
5. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5 – 10 hari.
Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari.
b. Luka bakar derajat II :
1. Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi.
2. Dijumpai bula.
3. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih
tinggi
di atas permukaan kulit normal.
4. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Derajat II dibagi menjadi 2 (dua) :
a) Derajat II dangkal (superficial)
1) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
2) Apendises kulit, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
3) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

7
2) Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian masih utuh.
3) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.

c. Luka bakar derajat III :


1. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
2. Apendises kulit, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
3. Tidak dijumpai bula.
4. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering, letaknya
lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat koagulasi protein pada
lapisan epidermis dan dermis (eskar).
5. Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung
serabut saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
6. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
baik dari dasar luka, tepi luka, maupun apendises kulit.
3. Berdasarkan berat ringannya
a. Luka bakar ringan
1) Luka bakar derajat II <15%.
2) Luka bakar derajat II <10% pada anak-anak.
3) Luka bakar derajat III <2%.
b. Luka bakar sedang
1) Luka bakar derajat II, 15-25% pada orang dewasa.
2) Luka bakar derajat II, 10-20% pada anak-anak.
3) Luka bakar derajat III <10%.
c. Luka bakar berat
1) Luka bakar derajat II, 25% atau lebih pada orang dewasa.

8
2) Luka bakar derajat II, 20% atau lebih pada anak-anak.
3) Luka bakar derajat III, 10% atau lebih.

F. Luas Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9
terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
1. Kepala dan leher 9%.
2. Lengan 18%.
3. Badan Depan 18%.
4. Badan belakang 18%.
5. Tungkai 36%.
6. Genitelia/perineum 1%.
Total 100%.

Skema pembagian luas luka bakar dengan rute of nine


G. Manifestasi Klinis
1. Cedera

9
Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar pada
tempat yang terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan tanda-
tanda sebagai berikut :
a. Keracunan korban monoksida
Klien terperangkap dan menghirup karbon monoksida dalam jumlah
yang Signifikan.
b. Distress Pernapasan
Penurunan oksigenasi arteri sering terjadi setelah luka bakar. Hal ini
menunjukkan penurunan PO2 terjadi obstruksi jalan udara atau
penurunan curah jantung kiri.
2. Sepsis
Syok sejak terjadi pada klien luka bakar luas dengan ketebalan
penuh, hal ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk ke
dalam aliran darah, gejalanya :
a. Suhu tubuh berfariasi
b. Nadi (140-170x/mnt), sinus takikardi
c. Penurunan TD
d. Paralitik ileus
e. Perdarahan jelas dan luka
3. Pada ginjal meningkat haluaran urine dan terjadi mioglobinuria
4. Metabolik
Terjadi peningkatan energi dan kenaikan kebutuhan nutrisi,
hipermetabolisme,meningkat aliran glukosa dan pengeluaran banyak protein
dan lemak adalah bciri-ciri respon terhadap trauma dan infeksi. Klien
dengan luka bakar menunjukkan adanya penurunan BB 25% dari berat
badan sebelum dirawat di RS sampai 3 minggu setelah luka bakar.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan luka bakar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Penanganan luka bakar ringan

10
Perawatan dibagian emergensi terdapat luka bakar minor meliputi :
managemen nyeri, profilaksis tetanus dan perawatan luka tahap awal.
a.Managemen nyeri
Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan pemberian dpsis
ringan, seperti morphine atau mepedifine, dibagian emergensi.
Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pesien rawat
jalan.

b. Profilaksis tetanus
Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada
penderita LB baik yang ringan maupun yang injuri lainnya. Pada klien
yang pernah mendapat imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu lima
tahun terakhir dapat diberikan boster tetanus toxoid. Untuk klien yang
tidak diimiunisasi dengan tetanus human immune globulin dan
karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang pertama dari
sertangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.
c. Perawatan luka
Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka,
yaitu debridemen jaringan yang mati : membuang zat yang merusak
(zat kimia, dll) dan pemberian atau penggunaan krim atau salep
antimikroba topikal dan balutan secara steril. Selain itu perawat juga
bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang perawatan luka
dirumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar klien dapat segera
mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang
pentingnya melakukan ROM (Range OF Mation) secara aktif untuk
mempertahankan fungsi sendi agar tetap normal dan untuk
menurunkan pembentukan edema.
2. Penanganan Luka Bakar Berat

11
Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan,
sirkulasi) dan trauma lain yang mungkin terjadi : resusitasi cairan
(penggantian cairan yang hilang), pemasangan kateter urin, pemasangan
NGT.
a. Reevaluasi jalan napas, kondisi pernapasan, sirkulasi dan trauma lain
yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan napas, kondisi
pernapasan dan sirkulasi untuk lebih memastikan ada tidaknya
kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini.

b. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang).


Bagi klien dewasa dengan LB lebih dari 15%, maka resusitasi
cairan intravena umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer
dapat diberikan melalui kulit yang tidak terbakar pada bagian
proksimal dari ekstremitas yang terbakar. Sedangakan untuk klien
yang mengalami LB yang cukup luas atau pada klien dimana tempat-
tempat untuk pemberian IV yang terbatas, maka dengan pemassangan
kanul pada vena sentral (seperti subklavia, jugularis internal/eksternal,
atau femoral) oleh dokter mungkin diperliukan. Luas atau persentasi
luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan
resusitasi cairan. adapun cara perhitungan resusitasi cairan adalah
sbb : % BSA x BB x 4.
c. Pemasangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi
urine setiap jam. Output urine merupakan indikator yang reliable untuk
menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan.
d. Pemasangan NGT
Pemasangan NGT bagi klien LB 20%-25% atau lebih perlu
dilakukan untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko untuk
mencegah terjadinya aspirasi. Disfungsi gastro intestinal akibat dari

12
ileus dapat terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah LB. Oleh
karena itu semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi pada
waktu itu.

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Hemoglobin : menurun
b. Hematokrit : menurun
c. trombosit : menurun
d. SDP : Leukositosis
e. GDA : Penurunan PaO2/peningkatan PaCO2
2. Foto Rontgen Dada : membantu memastikan cedera inhalasi asap.
3. EKG

J. Komplikasi
1. Infeksi. luka yang terbuka menyebabkan memudahkan kuman patogen
masuk kedalam tubuh.
2. Kehilangan anggota tubuh atau cacat fisik.
3. Sepsis. keadaan terinfeksi oleh mokroorganisme yang menghasilkan pus.
4. Gangguan fungsi organ.
5. Gangguan psikologis terhadap perubahan keadaan citra tubuh (cacat
permanen)
6. Syok hipovolemik.
7. Kontraktur. pengerutan jaringan otot atau parut yang menyebabbkan
deformitas

K. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.

13
b. Sirkulasi :
Tanda (dengan cedera LB lebih dari 20%): Hipotensi (syok),
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera,
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik ), takikardia (syok/ansietas/nyeri), distritmia (syok
listrik ), pembentukan odema jaringan (semua LB ).
c. Integritas ego :
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.

d. Eliminasi :
Tanda : haluaran urine/tak ada selama fase darurat, warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengidentifikasi kerusakan
otot dalam.
Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam
sirkulasi); penurunan bising usus/ tak ada, khususnya pada LB
kutaneus lebih besar dari 20 % sebagai stress penurunan
mortilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan :
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia.mual/muntah.
f. Neuromuskular :
Gejala : area batas, kesumatan.
Tanda : perbahan oreantasi, efek, prilaku, penurunan reflek tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstermitas, aktivitas kajang (syok listrik),
laserasi korneal, kerusakan retina, penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik), ruptur membran timpany (syok listrik), paralisis (cidera
listrik pada aliran saraf ).
g. Nyeri/kenyamanan :
Gejala : berbagai nyeri, contoh LB derajat pertama secara eksteren
sensitf untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, LB

14
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, semantara respon pada
LB ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf,
LBderajat tiga tidak nyeri.
h. Pernapasan :
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup,terpajan lama(kemungkinan
cidera inhalasi)
Tanda : serak, batuk mengii (obstuksi sehubungan dengan
laringospasme, edema laringeal), bunyi nafas, gemercik (edema paru),
stridor (edema laringeal), sekret jalan nafas dalam (rongkhi).
i. Keamanan :
Tanda : kulit umur,destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3 - 5 hari sehubungan dengan proses tombus mikrovaskuler
pada beberapa luka.area kulit tak terbakar mungkin dingin atau
lembab, pucat dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantung sehubungan dengan kehilanagn cairan/status syok.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengus (2000) diagnosa keperawatan yang bisa
ditegakkan pada klien dengan luka baker adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi trakeobronkial, edema
mukosa dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap).
b. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan
perpindahan cairan dari ruang intravaskular keruang intertitial.
c. Resiko tinggi infeksi b.d perubahan primer tidak adekuat : kerusakan
perlindungan kulit, jaringan traumatik.
d. Nyeri b.d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema, manipulasi
jaringan cidera.
e. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal
pada cedera berat) atau metabolisme protein.

15
f. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan, tahanan.
g. Kerusakan integritas kulit b.d trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam)
h. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b.d krisis situasi : kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Adapun perencanaan keperawatan pada klien dengan luka bakar
dijelaskan oleh Doengus (2000) dibawah ini :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi trakeobronkial, edema
mukosa dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap).
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil : Menunjukkan bunyi napas jelas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak sianosis.
Intervensi Rasional

16
Mandiri : Mandiri:
1. Kaji reflek menelan 1. Dugaan cedera inhalasi
2. Awasi frekuensi,irama sianosis, 2. Menunjukkan ditres pernafsan/
kedalaman pernafasan. edema.
3. Tinggikan kepala tempat tidur. 3. Meningkatkan ekspansi paru
Hindari penggunaan bantal optimal/fungsi pernapasan.
dibawah kepala sesuai dengan
indikasi.
4. Dorongan nafas dalam/batuk 4. Meningkatkan ekspansi paru,
dan perubahan posisi sering. memobilisasi, dan drainase sekret.
5. Hisapan lendir pada perawatan 5. Membantu mempertahankan jalan
ekstrim. nafas bersih.
6. Awasi 24 jam keluaran cairan. 6. Meningkatkan resiko edema paru.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan O2 sesuai indikasi. 1. O2 memperbaiki hipoksemia.
2. Awasi/gambaran seri GDA. 2. Data dasar penting untuk
3. Kaji ulang isi ronsen. pengkajian lanjut status pernafasan.
4. Berikan fisioterapi dada. 3. Menunjukkan atelektasis/endema
paru.
4. Mengalirkan aliran area dependen
paru
b. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan
perpindahan cairan dari ruang intravaskular keruang intertitial.
Tujuan : Perbaikan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil : Haluaran urine adekuat, tanda vital stabil (suhu,
TD, RR, N), membran mukosa lembab.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Awasi TTV. 1. Pedoman penggantian cairan.
2. Awasi haluaran urine. 2. Untuk menyakinkan rata- rata
haluaran urine 30 – 50 ml/jam.

17
3. Timbang BB setiap hari. 3. Penggantian cairan tergantung BB
pertama dan perubahan selanjutnya.
4. Ukur lingkaran ekstremitas yang 4. Memperkirakan luas odema/
terbakar tiap hari. perpindahan cairan.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Pasang kateter urine. 1. Memungkinkan ketat fungsi ginjal.
2. Berikan penggantian cairan IV 2. Menggantikan cairan/elektrolit yang
yang dihitung. hilang.
3. Awasi pemeriksaan laborator 3. Mengidentifikasi kehilangan darah.
4. Berrikan obat sesuai indikasi 4. Mungkin diindikasikan untuk
Mis : Diuretik, contoh manitol meningkatkan haluaran urine dan
(Osmitrol). mencegah nekrosis.

c. Resiko tinggi infeksi b.d perubahan primer tidak adekuat : kerusakan


perlindungan kulit, jaringan traumatik.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Mencapai penyembuhan luka tepat waktu, bebas
eksudat, purulen dan tidak demam.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Isolasi yang tepat 1. Untuk menurunkan proses infeksi
2. Tekankan teknik cuci tangan 2. Mencegah kontaminasi silang
yang baik untuk semua individu
3. Gunakan skort,sarung tangan, 3. Mencegah terpejan pada organisme
masker dan teknik aseptik ketat. infeksius.
4. Batasi pengunjung. 4. Mencegah kontaminasi silang dari
pengunjung.
5. Berikan perawatan khusus pada 5. Mata membengkak karena infeksi
mata.

18
6. Ganti balutan dan bersihkan 6. Air melembutkan dan membantu
area terbakar. Cuci area membuang balutan dan jaringan
degngan agen pembersih ringan. parut
7. Bersihkan jaringan nekrotik. 7. Meningkatkan penyembuhan.
8. Periksa luka tiap hari. 8. Identifikasi adanya penyembuhan .
9. Awasi TTV untuk demam. 9. Indikator sepsis.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1 Berikan agen topikal sesuai 1. Membantu untuk mencegah/
indikasi, mengontrol infeksi luka.
Mis :
Mafedin asetat (sulfaminol). Antibiotik pilihan pada infeksi luka
bakar invasif.
2. Berikan obat denbgan tepat, 2. Kerusakan jaringan/ perubahan
contoh : Tetanus toksoid / mekanisme pertahanan
antitoksin klostridial dengan meningkatkan risiko terjadinya
tepat. tetanus atau gangren.

d. Nyeri b.d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema, manipulasi


jaringan cidera.
Tujuan : nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang /
terkontrol,menunjukan ekspresi wajah / postur
tubuh rileks,berpartisipasi dalam aktivitas dan
istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. tutup luka sesegera mungkin 1. suhu tubuh berubah dan
kecuali perewatan luka bakar gerakan udara dapat
metode pemajanan pada udara menyebabkan nyeri hebat pada

19
terbuka pemajanan ujung saraf
2. tinggikan ekstremitas luka 2. peninggian mungkin di
bakar secara periodik perlukan pada awal untuk
3. kaji keluhan nyeri, perhatikan menurunkan pembentukan
lokasi/ karakter dan intensitas edema
(skala 0-10) 3. mengidentifikasi terjadinya
4. dorong ekpresi perasaan tentang komplikasi
nyeri 4. pernyataan memungkinkan
5. tingkatkan periode tanpa pengungkapan emosi dan dapat
gangguan menigkatkan mekanisme
koping
5. kekurangan tidur dapat
meningkatkan persepsi
nyeri/kemampuan koping
menurun

Kolaborasi : kolaborasi :
1. berikan analgesik 1. metode IV sering di gunakan
(nerkotik dan non pada awal untuk
nerkotik) sesuai memaksimalkan efek obat
indikasi

e. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d status


hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal
pada cedera berat) atau metabolisme protein.
Tujuan : nutrisi adekuat
Kriteria hasil : BB stabil,regenerasi jaringan

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :

20
1. auskultasi bising usus 1. ileus sering berhubungan
2. pertahankan jumlah kalori dengan periode pasca luka
ketat,timbang tiap hari,kaji bakar,tetapi biasanya dalam 46-
ulang persen area 48 jam dimana makanan oral
permukakn tubuh dapat di mulai
terbuka/luka tiap minggu 2. pedoman tetap untuk
3. berikan makanan dalam memasuki kalori
porsi kecil sedikit tapi 3. membantu mencegah distensi
sering gaster/ketidaknyamanan dan
4. berikan kebersihan oral meningkatkan pemasukan
sebelum makan 4. mulut bersih mengkatkan rasa
dan membantu nafsu makan
yang baik
Kolaborasi : kolaborasi :
1. rujuk ke ahli diet 1. berguna dalam membuat
2. berikan makanan sedikit kebutuhan nutrisi individu dan
melalui selang enterik bila mengidentifikasi rute yang
di butuhkan tepat
2. memberikan makanan bila
pasien tidak mampu untuk
mengkonsumsi kebutuhan
kalori total harian

f. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, nyeri/tak


nyaman, penurunan kekuatan,
Tujuan : kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi
Kriteria hasil : menyatakan dan menunjukan keinginan berpartisipasi
dalam aktivitas,nyeri berkurang / hilang
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Perhatikan 1. Meningkatkan posisi

21
sirkulasi,gerakan dan fungsional pada ekstremitas
sensasi jari secara sering 2. Mencegah secara progresif
2. Lakukan latihan rentang mengencangkan jaringan parut
gerak secara konsisten dan kontraktur
3. Beri obat sebelum aktivitas 3. Menurunkan kekakuan otot
4. Jadwalkan pengobatan dan 4. Meningkatkan kekuatan dan
aktivitas perawatan tolerasi pasien terhadap
5. Bantu dalam mobilitas aktivitas
5. Meningkatkan keamanan
ambulasi

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan tempat tidur yang 1. Mencengah tekanan lama pada
nyaman jaringan
2. Bersihkan dan tutup luka 2. Untuk menurunkan jaringan
bakar dengan cepat parut dan infeksi

g. Kerusakan integritas kulit b.d trauma : kerusakan permukaan kulit


karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam)
Tujuan : integritas kulit normal / baik
Kriteria hasil : adanya regenerasi jaringan,mencapai
penyembuhan luka tempat waktu pada area luka
Intervensi Rasional

22
Mandiri : Mandiri :
Pra operasi 1. Memberikan informasi dasar
1. Kaji /catat tentang kebutuhan penanaman
ukuran,warna,kedalaman kulit dan kemungkinan petunjuk
luka,perhatikan jaringan tentang sirkulasi pada area graft.
nekrotik dan kondisi di sekitar 2. Menyiapkan jaringan untuk
luka. penanaman dan menurunkan
2. Berikan perawatan luka bakar resiko infeksi/ kegagalan draft
yang tepat dan terkontrol
infeksi
Pasca operasi Pasca operasi
3. Tinggikan area draft bila 3. Menurunkan
mungkin/tepat pembengkakan/pembatasan
4. Pertahankan balutan diatas resiko pemisahan draft
area draft baru dan atau sisi 4. Area mungkin di tutupi oleh
donor sesuai indikasi con : bahan dengan permukaan tembus
berlubang,petroleum,tak pandang tak reatif untuk
berekat mmenghilangkan robekan dari
epitel baru /melindungi jaringan
sembuh

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Siapkan /bantu prosedur 1. Graf kulit diambil dari kulit
bedah balutan orang itu sendiri atau orang
biologis.con : hemograft meninggal (donor mati)
(alograft) digunakan untuk penutupan
2. Heterograft sementara pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu siap di
tanam.tes graft
2. Kulit graft mungkin dari
binatang dengan penggunaan

23
yang sama untuk heterograft
yang berlubang

h. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b.d krisis situasi : kejadian


traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri
Tujuan : untuk menyatakan penerimaan situasi diri
kriteria hasil : memasukan perubahan konsep diri tanpa harga diri
negatif

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Kaji makna 1. Episode traumatik mengakibatkan
kehilangan/perubahan pada perubahan tiba-tiba,membuat
pasien/orang terdekat perasaan kehilangan pada
2. Terima dan akui ekspresi kehilangan aktual /yang di
frustasi,ketergantungan rasakan
marah,perhatiakn perilaku 2. Penerimaan perasaan sebagai
menarik diri respon normal terhadap apa yang
3. Persikap realitis dan positif terjadi perbaikan
selama pengobatan,pada 3. Meningkatkan kepercayaan dan
penyuluhan kesehatan,dan mengadakan hubungan antara
menyusun tujuan dalam pasien dan perawat
keterbatasan 4. Kata – kata penguatan dapat
4. Berikan penguatan positif mendukung terjadinya koping
terhadap kemajuan dan positif
dorong usaha untuk mengikuti
tujuan rehabilitasi

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Rujuk terapi fisik,konsul 1. Membantu dalam identifikasi
pskiatrik,con : layanan cara untuk meningkatkan

24
sosial ,psikologis sesuai /mempertahankan kemandirian
kebutuhan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan
luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang

25
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.

B. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa
mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua,
muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap
kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu
luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore:
Elsevier
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3.

Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku

26
Kedokteran. EGC
Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth
editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung
Waluyo, dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta :
EGC, 2001

27

Anda mungkin juga menyukai