Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan
cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka
bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan
jaringan.Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi
otot, tulang,saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan
adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit,
maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh,
temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik. Pasien luka
bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan massa otot,
penyembuhan luka yang buruk,serta penyembuhan yang lama. Kehilangan jaringan kulit
menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil
juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau
kecacatan pada wajah. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka
bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak
peristiwa terjadi dan bisa bertahan dan berlangsung untuk jangka waktu yang lama.

Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus
dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan
masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. (Elizabeth,2009)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari luka bakar?
2. Bagaimana epidemologi luka bakar?
3. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
4. Bagaimana klasifikasi luka bakar?
5. Apa saja perubahan metabolik yang terjadi pada
penderita luka bakar?
6. Bagaimana pelayanan gizi pada luka bakar?

1
7. Bagaimana metode pemberian makanan?
8. Apakah bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan?
9. Apa manfaat suplementasi ekstrak ikan gabus terhadap kadar albumin pada luka
bakar?

1.3 Tujuan
1 Memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang diet bagi pasien yang mengalami
luka bakar.
2 Memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang karakteristik luka bakar dengan
karekteristik tindakan yang berbeda.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada suhu tinggi
yang menimbulkan reaksi pada seluruh system metabolisme. Luka bakar dapat disebabkan oleh
ledakan, aliran listrik, api , zat kimia, uap panas, minyak panas, matahari, dan sebagainya.

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks
ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan.

B. Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury).
(Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)

Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan
kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Panas atau suhu yang
tinggi ini bisa berasal dari gas, cairan dan bahan padat (solid) yang mengalami eningkatan
suhu. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi
pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalam pun bisa mengalami luka bakar meskipun
kulit tidak terbakar.

Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam)
bisa menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara
panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada paru-paru.

Selain itu penyebab luka bakar yang lain adalah karena radiasi dan sengatan listrik. Luka
bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 49820 Celsius, yang dihasilkan oleh suatu arus
listrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh manusia.

Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran listrik)


yang tinggi terjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber listrik, karena itu pada kulit
tersebut banyak energi listrik yang diubah menjadi panas sehingga permukaannya terbakar.

3
Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat.
Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas
daripada bagian kulit yang terluka. Kejutan listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan
pada sistem pernafasan dan gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak
beraturan.

Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan
basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan fosfat.

C. Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah
sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan
edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn
shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi dimana
manisfestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah :
1. Respon kardiovaskuiler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler
mengakibatkan kehilangan natrium, air dan protein plasma, edema jaringan yang
diikuti dengan penurunan curah jantung serta hemokonsentrasi sel darah merah dan
penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urine juga menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal.
Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta
respon endokrin terhadap adanya perlukaan yang luas.
4. Respon Imonologi
Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang berasal dari luar.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam luka.

D. Klasifikasi Luka Bakar


Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,dan keseriusan
luka, yakni
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka Bakar Derajat II
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Kulit kering, hiperemi berupa eritema
Tidak dijumpai bulae
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.

Luka bakar deraja II ini dibedakan menjadi 2 yaitu:

 Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea masih


utuh&penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 1-14 hari.

 Derajat II dalam (deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ – organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh&penyembuhan
terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari
sebulan.

 Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam. Organ-oorgan kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.

Tdak dijumpai bulae

Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding
kulit sekitar

Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian

Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori,
yaitu :
a. Luka bakar mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum

5
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
c. Luka Bakar Minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari2%
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
 Klasifikasi Luka Bakar ( Moenajat, 2001).
A. Dalamnya Luka Bakar
Klasifikasi Combustio
1). Luka Bakar Tingkat I
Kedalaman : Ketebalan partial superfisial
Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
Penampilan : Kering tidak ada gelembung, oedem minimal atau tidak ada,
pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Warna : Bertambah merah.
Perasaan : Nyeri
2). Luka Bakar Tingkat II
Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam.
Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada
pakaian, jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet.
Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat
bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.
Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah
coklat.
Perasaan : Sangat nyeri
3). Luka Bakar Tingkat III
Kedalaman : Ketebalan sepenuhnya
Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak
dengan arus listrik.
Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang
terlihat dibawah kulit yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat
tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan.
Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah.
Perasaan : Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut.
2.4.2 Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

2.4.3 Berat Ringannya Luka Bakar (Skeet, 2002)


Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor
antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
A. Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang
luas.
B. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
C. Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
E. Perubahan metabolik yang terjadi pada penderita luka bakar
1. Kehilangan volume plasma yg harus digantikan oleh cairan dan elektrolit
2. Ketidakseimbangan homeostatis
3. Perubahan-perubahan hormonal :
-Meningkatnya produksi katekolamine yang berpengaruh terhadap sistem syaraf dan
sistem cardiovaskuler, metabolik rate, suhu tubuh dan jaringan lunak
-Meningkatnya produksi glukokortikoid yg akan berpengaruh terhadap perubahan
metabolisme Karbohidrat dan protein
-Meningkatnya glukagon yg mengakibatkan peningkatan katabolisme dan
hiperglikemia
4. Perubahan biokimia

7
- Meningkarnya glukoneogenesis, proteolisis & ureagenesis
- Menurunnya lipolisis & penggunaan keton bodi
5. Perubahan imunologi
- Terjadinya infeksi yg merupakan penyebab kematian dan
kesakitan
- Hilangnya jaringan kulit sebagai pelindung infeksi dan
kehilangan zat-zat gizi
- Infeksi akan menyebabkan kemungkinan malnutrisi
6. Perubahan kebutuhan gizi
- Meningkatkannya penggunaan simpanan tubuh karena adanya hipermetabolik,
hiperkatabolik, mengkatnya kebutuhan zat gizi, terutama protein, Vit A,Vit C, Zn
- Meningkatnya kehilangan zat gizi melalui urin
F. Pelayanan gizi pada luka bakar
a. Tujuan Diet Luka Bakar
Tujuan diet luka bakar adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah
terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal
selama proses penyembuhan, dengan cara :
1. Mengusahakan dan mempecepat penyembuhan jaringan yang rusak
2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia.
4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro.

b. Syarat Diet pada Luka Bakar


Syarat-syarat diet luka bakar adalah:
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi Enteral
Dini (NED).
2. Kebutuhan energy dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar
3. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.
4. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak yang
tinggi menyebabkan penundaan respon kekebalan sehingga pasien lebih mudah
terkena infeksi.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total.
6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan, untuk
membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya ditambahkan dalam
bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah sebagai berikut:
a. Vitamin A minimal 2 kali AKG
b. Vitamin B minimal 2 kali AKG
c. Vitamin C minimal 2 kali AKG
d. Vitamin E 200 SI
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan
magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen.
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara
intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk mengganti cairan
yang hilang agar tidak terjadi shock.
c. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

1. Diet Luka Bakar I


Diet Luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air Gula Garam
Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan pengaturan sebagai berikut :
a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan Makanan Cair
Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan kecepatan 50 ml/jam.
b. 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan
kecepatan yang sama.
c. 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi ditingkatkan
menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas 24 jam bila tidak ada
keluhan kecepatan pemberian makanan dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit.
d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair Penuh
diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan dihentikan
selama 2 jam.

Komposisi AGGS adalah :


1. Air 200 ml
2. Gula/sirup 25 gr / 30 ml
3. Garam dapur 2 gr / 2 bks
4. Soda kue 1 g / 1 bks

2. Diet Luka Bakar II


Diet Luka Bakar II merupakan perpindahan dari Diet Luka Bakar I, yaitu diberikan
segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan Makanan Cair Penuh
dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal.
Cara pemberiannya sebagai berikut :
a. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk cair,
saring, lumat, lunak, atau biasa.
b. CairanAGGS, tidak terbatas.
c. Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari. Volume
setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien, maksimal 300 ml.
d. Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari dan dapat
dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk memenuhi kebutuhan gizi.
e. Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian disesuaikan
dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi terpenuhi.

d. Preskripsi Diet (Penetapan Diet)

1. Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran darah ke
saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus mudah dicerna dan
diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
2. Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :

9
a. Ikan sebagai sumber protein hewani,
b. Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabati
c. Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam, lobak,
pepaaya,dll
3. Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan untuk
memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam produk kacang-
kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya akan vitamin A dan
asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara minyak zaitun yang merupakan
sumber asam lemak omega 9 dapat pula dimakan mentah sebagai campuran susu atau
formula enteralnya.
4. Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup, dll.
Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan karena santan
terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh.
5. Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral
setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air kecil
pada malam hari.
6. Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau
pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit tetapi sering.

e. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


a. Bahan makanan yang dianjurkan merupakan semua bahan makanan sumber
energi dan protein seperi susu, telur, daging, ayam, dan keju, serta gula pasir, dan
sirup.
b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu bahan makanan hiperalergik seperti
udang.

G. Metode pemberian makanan


a. Tergantung dari kemampuan individu pasien.
b. Umumnya pasien luka bakar < 20% dapat menerima makanan dalam diet makanan
biasa tinggi energi dan tinggi protein.
c. Pemeberian extra makanan berupa puding, susu, dll dapat membantu meningkatkan
asupan makanan pasien.
d. TPN diberikan pada pasien luka bakar dengan persisten ileus (peristaltik usu hilang
atau koordinasi yang kurang efektif).
e. Pemberian makanan enteral dini (4-12 jam setelah masuk rumah sakit) terbukti
berhasil menurunkan respon hiperkatabolisme, mengurangi pelepasan katekolamin
dan glukagon, mengurangi kehilangan berat badan serta memperpendek masa inap
di RS.
H. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan :
a. Nasi lunak, daging yang tidak berlemak dan berurat banyak, tempe atau tahu yang
direbus dan dikukus,buah ± buahan dan sayuran yang tidak mengandung gas,sirup
dan teh.
Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan :
b. Makanan yang diolahdengan teknik deepfrying, sayuran mentah,bumbu yang
merangsang seperti cabe, merica, minuman yang mengandung alkohol dan soda.
I. Manfaat suplementasi ekstrak ikan gabus terhadap kadar albumin pada luka
bakar
Dalam penelitian ini terlihat secara signifikan suplementasi ekstrak ikan gabus
berpengaruh terhadap kadar albumin dan Malondialdehida (MDA) serum pada pasien
luka bakar derajat II luas 20-30%. Hal ini dapat dijelaskan melalui beberapa
mekanisme, yaitu dengan meningkatkan aktivitas makrofag melalui respon sistem
imun dan secara langsung menekan reaksi inflamasi yangberlebihan (Church
dkk.,2006;Monadjat,2009).
Pemberian suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin 2,25 g/hari dengan
diet standar dan edukasi selamam 14 haripada pasien luka bakar grade II mampu
meningkatkan kadar albumin lebih tinggi dibanding yang tidak mendapatkan
suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin. Sedangkan kadar MDA lebih
rendah.Untuk menilai mekanisme lebih lanjut albumin sebagai anti inflamasi dan
antioksi dan dan peranannya dalam meningkatkan aktivitas sistem imun,diperlukan
penelitian lanjutan dengan dosis yang lebih besar dan jumlah sampel yang lebih
banyak serta perlunya dilakukan seleksi serta penambahan variabel penelitian. Pada
penanganan pasien luka bakar disarankan memberikan asupan gizi yang sesuai
dengan kebutuhan individu masing-masing pasien luka bakar juga pemberian
suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin pada awal setelah fase resusitasi
terutama penderita luka bakar dengan kadar albumin rendah, karena dapat
meningkatkan kadar albumin serta mampu menurunkan dan menekan produksi
radikal bebas (MDA) sehingg amencegah proses inflamasi yang berlebihan.Terapi
non farmakalogi edukasi dan pemahaman tentang gizi khususnya pada luka bakar
adalah bagian yang sangat menunjang untuk penata laksanaan nutrisi sehingga
memaksimalkan keberhasilan pada terapi nutrisi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluasmelebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung .Luka bakar perlu ditangani secara saksama untuk mencegah kejadian yang
mengancam jiwa dan prinsip utama penanganan luka bakar, menurut situs burn
survivors online, meliputi pengurangan rasa sakit, mencegah infeksi,
menyeimbangkan cairan dan elektrolit tubuh, serta asupan gizi yang baik.
Diet pada luka bakar bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan
mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara
optimal selama proses penyembuhan.

B. Saran
1. Pengaturan diet sangat dibutuhkan oleh penderita luka bakar untuk memastikan kebutuhan
energinya tercukupi.
2. Respons metabolik pada luka bakar mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
keseimbangan nitrogen negatif serta kehilangan berat badan yang cepat. Dengan demikian
energi dan protein pengganti pun perlu diberikan secepatnya.
3. Pemberian makanan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien. Bisa melalui sonde,
disajikan bubur halus, kasar, tim, ataupun nasi. Cara pemberiannya pun sebaiknya bertahap
dari porsi kecil hingga sesuai dengan kebutuhan penderita.
4. Penanganan luka dan diet sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar lebih terkontrol dan
untuk menghindari dampak lebih fatal pasca kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA

http://anfis-mariapoppy.blogspot.co.id/2014/01/luka-bakar.html

http://eszen.blogspot.co.id/2012/01/luka-bakar.html

https://www.scribd.com/document/267476685/jurnal-luka-bakar-doc

https://www.scribd.com/doc/269299453/Jurnal-Luka-Bakar

http://www.riyawan.com/p/bab-i-pendahuluan-1.html

Oetoro, Samuel, Dr. 2000. Penatalaksanaan Nutrisi pada penderita Luka Bakar.http://mnu-
malang.com

Arisandi, Defa, A.Md.Kep. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar
(Combustio). http://fadlie.web.id

Anto, dr. 2007. Luka Bakar. http://medicastore.com

Nurcahyo. 2009. Luka Bakar. http://www.indonesiaindonesia.com

Nadesul, Handrawan, Dr. 2002. Bagaimana Merawat Luka Bakar.http://www.kompas.com

Bernadi, Rakhmat & Karina. 2003. Menyikapi Luka Bakar.http://www.sinarharapan.co.id

Samsuridjal, Dzauji, Dr. 2007. Nutrisi pada Pasien di Rumah


Sakit.http://cahya.sayanginanda.com

Pacu Gizi Korban Luka Bakar. 2008. http://www.jawapos.co.id

Luka Bakar. 2004. (http://www.klikdokter.com)

Merawat Luka Bakar Perlu Kesabaran. 2007. http://www.balipost.co.id

Potency Of Honey In Treatment Of Burn Wounds. 2015. http://www.tappdf.com

Instalasi Gizi PERJAN RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.
Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.

http://auliya-0210.blogspot.com/2012/04/pelayanan-gizi-pada-luka-bakar.html

http://www.scribd.com/doc/49872136/Diet-Luka-Bakar

13

Anda mungkin juga menyukai