g. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh darah perifer mengalami
vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase selanjutnya
akan terjadi nekrosis dan kerusakan yang permanen. Untuk tindakan pertama adalah
sesegera mungkin menghangatkan bagian tubuh tersebut dengan pemanas dan gerakan-
gerakan untuk memperlancar sirkulasi (Jeschke, 2007).
C. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1. Menurut kedalamannya
Dijumpai bulae.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal.
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian
front =
18%
Perinium =
1%
Head = 10%
HeadFront
and neck
and = 10%
back
Head and neck = 14%
front = front =
18% 18%
Total: 100%
Usia 1-5 tahun Total: 100%
Usia 5-15 tahun
Pembagian Zona Kerusakan Jaringan
a. Zona koagulan
Terdiri dari jairngan yang mati membentuk sisa-sisa luka bakar yang berlokasi pada
pusat luka bakar yang berhubungan langsung dengan sumber panas
b. Zona statis
Terdiri dari jaringan yang berbatasan dengan luka yang nekrosis dan masih tetap hidup
tetapi ada risiko berupa defisiensi darahg yang terus menerus selama penurunan perfusi
c. Zona hiperemia
Terdiri dari kulit normal yang mengalami vasodilatasi dan mengisi aliran pembuluh
darah akibat respon luka
D. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Fase inflamasi
Fase ini terjadi sejak terjadi luka sewaktu hari ke 5. Fase ini terjadi respon vaskuler dan
seluler yang terjadi akibat luka/cedera pada jaringan yang bertujuan untuk menghentikan
pendarahan, membersihan darah luka, benda asing, sel-sel mati dan bakteri. Pada fase ini
terputusnya pembuluh darah akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
untuk menghentikannya (hemostatis) dimana dalam proses itu terjadi:
a. Kontruksi pembuluh darah (vasokontriksi)
b. Agregasi (pelengketan) platelet/trombosit dan pembentukan jala=jala fibrin
c. Aktivitas serangkaian reaksi pembuluh darah
Proses tersebut berlengsung beberapa menit dan kemudian diikuti dengan permeabilitas
kapiler sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah, penyuburan sel radang
disertai vasodilatasi (pelebrana pembuluh darah) selain itu juga terjadi rangsangan
terhadap ujung saraf sensorik pada daerah luka sehingga pada fase ini ditemukan tanda-
tanda inflamasi yaitu seperti kemerahan, teraba hangay, edema dan nyeri.
2. Fase proliferasi
Disebut juga fase fibroplasia yang berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai dengan
akhir minggu. Pada fase ini sel fibroplos berpoliferasi, fibroblas menghasilkan
mukopolisakarida asam amino dan protein yang merupakan bahan dasar kolagen yang
akan mempertemukan tepi luka. Fase ini dipengaruhi oleh substansi yang disebabkan
growth factors. Pada fase ini terjadi proses:
1. Angiogenesis: proses pembentukan kapiler baru untuk menghantarkan nutrisi dan
oksigen ke daerah luka. Angiogenesis di stimulasi oleh suatu growth factors (Tnf αβ)
2. Granulasi: pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler pada dasar
luka dan permukaan yang bersisi jaringan halus
3. Kontraksi: pada fase ini terpi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang
disebabkan oleh kerja miofibrinoblas sehingga mengurangi luas luka, proses ini
kemungkinan dimediasi oleh TGF α.
E. FASE LUKA BAKAR
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
F. PATOFISIOLOGI
TERLAMPIR
G. MANIFESTASI LUKA BAKAR
Manifestasi awal menurut Betz (2009)
- Takikardia
- Nyeri
2. Khusus:
- Inhalasi asap (gejala pada hidung/sputum, suara serak, luka bakar dalam mulut)
Ketebalan Semua yang Nyala api Kulit terkelupas Sedikit Tidak dapat
penuh (derajat di atas dan berkepanjan vascular, pucat nyeri beregenerasi
III) bagian gan, listrik, kuning sampai sendiri :
lemak kimia, dan coklat membutuhka
subkutan uap panas n tandur kulit
dapat
mengenai
jaringan
ikat, otot,
tulang
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah
yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera,
pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
2) Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4) Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan
cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila
mulai diuresis.
5) Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang dari
10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
8) Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9) BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10) Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
11) EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12) Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
I. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal
Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas, segera
lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada luka
bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a. Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
4. Obat - obatan:
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b. Analgetik: Antalgin, aspirin, asam mefenamat, dan morfin.
Rehabilitasi Cairan
Protokol pemberian cairan
Formula Cairan 24 jam pertama Kristaloid 24 jam Koloid 24 jam
kedua ketiga
Broke RL = 1,5ml/kg/%LLB -
Koloid =
0,5ml/1/%LLB
200ml DSW
Modified RL = 2ml/kg/%LLB -
broke
4ml/kg/%LLB
B. ANAK
2 cc x kg BB x % LLB + kebutuhan faal/24 jam
Kebutuhan Faal:
< 1 tahun : BB x 100 ml
1-5 tahun : BB x 75 ml
5-15 tahun : BB x 50 ml
RL : koloid = 17:3
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 2:
- 8 jam = ½ kebutuhan cairan/24 jam
24 jam kedua
Sesuai kebutuhan faal
J. PERAWATAN DI UNIT LUKA BAKAR
a) Perawatan luka umum
1. Pembersihan luka, cuci dengan savlon NaCL 0.9% 1:3 + buang jaringan nekrotik
Tule
Silver sulfoidiazin
3. Ganti balutan
4. Hidroterapi
6. Debridement
8. Penalaksanaan nyeri
9. Dukungan nutrisi
10. Fisioterapi/mobilisasi
K. KOMPLIKASI
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan post luka bakar dengan warna awal
merah muda dan menimbulkan rasa gatal. Pembentukan jaringan parut terus berlangsung
dan warna berubah merah, merah tua dan sampai coklat muda dan terasa lebih lembut.
2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai luka bakar serta menimbulkan
gangguan fungsi pergerakan. Beberapa hal yang dapat mecegah atau mengurangi
terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menek
an timbulnya hipertrofi scar
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS terdiri dari rangkaian kejadian
sistemik yang terjadi sebagai bentuk respons inflamasi. Respons yang terjadi pada SIRS
merupakan respons selular yang menginisiasi sejumlah mediator-induced respons pada
inflamasi dan imun (Burns M. & Chulay, 2006). SIRS (Systemic Inflammatory Response
Syndrome) adalah respon klinis terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen kimia / termal ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal
2. Kerusakan integritas kulit b.d cidera termal ditandai dengan kerusakan integritas
kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam integritas kulit klien
dapat membaik
Kriteria hasil sesuai skala NOC
NOC: Burn Healing
Indikator 1 2 3 4 5
Prosentase luka bakar >70% 60-70% 41-59% 20-40% <20%
Tanda-tanda infeksi Ya Tidak
Edema luka bakar Ya Tidak
Kemerahan jaringan Ya Tidak
TD Sistole <105 105-109 110-114 115-119 ≤ 120
Keterangan :
1 = sangat berat 4 = ringan
2 = berat 5 = tidak ada
3 = sedang
NIC: Wound care burn
1. Melakukan rawat luka
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada luka seperti kemerahan, teraba panas,
bernanah
Artawan, IK dkk, 2013, “Efek Ekstrak Gel Daun Pegangan (Centella Asiatica) dalam
Adhy A Syuma dkk, 2014, “Manfaat Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar
Albumin, MDA pada Luka Bakar Derajat II”, Jurnal JST Kesehatan, Vol.4 No.4
Broghers VL, 2003, Aplikasi dan patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen ED 2. Jakarta :EGC
Pitoyo, 2013, “Efektivitas Perawatan Luka Bakar Derajat Dua Dalam Antara Meggunakan
Madu dan Minyak Zaitun pada Punggung Tikus Galur Wistar”, Naskah Publikasi
http://www.emedicinehealth.com/frostbite/article_em.htm#Frostbite Causes
Wahab, Abdul. 2011. Resusitasi Cairan Pasien Luka Bakar. PPT Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin: Makassar.
Wim, de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Bab 3 Luka Bakar Edisi 2. EGC. Jakarta.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121
Website : http://www.unmuhjember.ac.id, E-mail : Kantorpusat@unmuhjember.ac.id
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S Suami/Istri/Orang Tua : Suami
Umur : 68 tahun Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Alamat : Jl. Srikoyo Jember
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Bahasa : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Alamat : Jl. Srikoyo Jember
→ Obyektif
1. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi :128 x/menit, Kelaianan : Bradipnea
Respiratory Rate : 24 x/menit, Pola Napas : Pernaapasan dada
Suhu : 37,3 0C
2. Kasus Trauma
→ Subyektif
a. Keluhan Utama
Pada saat MRS: Nyeri terasa terbakar pada luka bagian wajah, leher dan bahkan terasa
seluruh tubuh
Pada saat Pengkajian: Nyeri pada bagin luka bakar
b. Mekanisme Trauma
Pasien dengan luka bakar ledakan tabung gas elpiji dirumahnya saat hendak ingin
memasak kejadian pada tanggal 27-04-2020 Jam 13.00 WIB, kemudian pasien langsung
di bawa ke Puskesmas. Tidak lama kemudian pasien langsung dirujuk ke RS. Jember
pada tanggal 27-04-2020 di IGD di IGD pasien diberikan tindakan rawat luka dan
dipasang infus RL 30 tpm ditangan kanan.
c. SAMPLE (symptom, allergy, medications, past illness, last meals, event)
Symptom: nyeri pada area yang mengalami luka bakar.
Allergy: tidak ada alergi makanan dan obat
Medications: infus RL 30 tpm
Past illness: tidak ada
Last meals: 2 jam yang lalu sebelum MRS di IGD
Events: Pada tanggal 27 April 2020 jam 13:00 WIB pasien sedang merebus air. Setelah air
mendidih pasien tidak sengaja terjatuh saat membawa air yang sudah mendidih. Keluarga
langsung membawa ke IGD RS, di IGD pasien diberikan tindakan rawat luka dan
dipasang infus RL 30 tpm ditangan kana
→ Obyektif
1. Airway
a) Look
1) Klien tidak mengalami adanya sumbatan/obstruksi jalan napas.
2) Klien sadar dan masih berbicara dengan jelas.
3) Nampak pergerakan dada dan perut cepat
4) Tidak Nampak kebiruan pada area perifer dan pada kuku (sianosis)
b) Listen
1) Tidak ada bunyi suara napas tambahan
2) Tidak ada bunyi suara napas tambahan obstruksi parsial
c) Feel
Patensi hidung simetris kiri dan kanan dimana Aliran udara yang keluar pada
hidung sama
2. Breathing
a) Look
1) Nampak klien bernapas dengan baik
2) Pengembangan dada tidak terlalu kuat dan sedikit cepat
b) Listen
Tidak ada vesikuler dan bunyi suara napas tambahan
c) Feel
Pengembangan dada simetris kiri dan kanan
3. Circulation
a) Look
1) Tidak ada sianosis pada pada ekstremitas
2) Tidak tampak keringat dingin pada tubuh klien
b) Feel
Gerakan nadi pada saat pengkajian 98X/Menit
c) Listen
iv. Perkusi
Batas jantung normal Kardiomegali
v. Lain-lain
-
IX. Abdomen
i. Bentuk abdomen
Flat Scapoid Rounded
Protuberans Spyder navy
ii. Peristaltik usus
Tidak ada Ada,10 x/menit
iii. Benjolan/massa pada abdomen
ada Tidak ada Nyeri tekan
iv. Turgor kulit
Normal Menurun
v. Perkusi
Sonor Redup Pekak
Timpani Shifting dullness Undulasi
vi. Lain-lain
X. Ektremitas
i. Tulang
Simetris Asimetris
ii. Range of Motion
Terbatas Tidak terbatas
iii. Palpasi
Pitting edema Non pitting edema
Krepitasi Nyeri tekan
Hangat Dingin
Lembab Kering
iv. Jejas
Contusio Abratio Laserasi
v. Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444.
vi. Tanda-tanda fraktur
.-
vii. Lain-lain
-
XI. Pelvis dan Genetalia
Jejas Benjolan Luka
Pembengkakan Perdarahan Hematuria
Lain-lain Terpasang dower cateter dengan produksi urin 1100cc/12
jam, genetalia dan anus bersih dengan terpakai pempes
10. Inspect Posterior Surface
-..
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Jenis
Tgl Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
12/5/ Hematologi Hemoglobin 11,80 g/dL 11,4-15,1
2019 Eritrosit 2,15 106/uL 4,0-5,0
Leukosit 7,05 103/uL 4,7-11,3
Hematokrit 17,50% 38-42
Trombosit 42 103/uL 142-424
Faal Hati Albumin 3,26 g/dL 3,5-5,5
Elektrolit Natrium (Na) 138 mmol/L 136-145
Kalium (K) 3,58 mmol/L 3,5-5,9
Klorida (Cl)103 mmol/L 98-106
Gula darah 215 mg/dL < 200 mg/dL
sewaktu tgl.
5/5/2019
b. Radiologi/USG/CT-Scan/MRI
-
c. Terapi
No. Nama Obat Rute Dosis
1. 2 Santagesik Iv 3 x 1 gram
2. 3 Levofloxacin Drip 1x 750 ml
3. 4 Po. Captopril Oral 3x 25 mg
4. 5 Po. Amlodipin Oral 5mg-0-0
5. 6 Po. Amiodorone Oral 3 x 200 mg
6. 7 Inf. RL 0,9% Iv 4400 ml/24 jam
Pemberian O2 nasal canul 7 lpm
DO:
- Kesadaran : compos mentis,
GCS : E4.V5.M6
- N = 140 x/menit
- RR = 24 x/menit
- S = 37,3 0C
- Akral hangat
- Skala nyeri 5 (sedang)
- Pasien tampak gelisah
- Terdapat luka bakar H-8 di
bagian wajah, leher, kedua
tangan dan kedua kaki
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan nyeri luka bakar ditandai dengan
RR 24 x/menit
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan agent cedera kimia (luka bakar) pada wajah sampai
leher, kedua tangan dan kedua kaki ditandai dengan skala nyeri 5
4. Kerusakan integritas jaringan kulit yang berhubungan dengan luka bakar ditandai dengan
kerusakan jaringan kulit
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri pada luka bakar ditandai dengan
sering terbagun saat tidur.
6. Risiko infeksi yang berhubungan dengan adanya luka terbuka ditandai dengan penurunan
trombosit 42 103/uL
Rencana Keperawatan
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
JAM KEPERAWATAN HASIL
1-5- Ketidakefektifan Tujuan : 1. Lakukan manajemen 1. Lakukan manajemen ketidakefektifan pola
2020/ pola nafas yang Ketidakefektifan pola nafas ketidakefektifan pola nafas nafas
07.30 berhubungan dengan pasien dapat teratasi setelah a. Atur posisi tidur untuk a. Dengan posisi semi fowler memberikan
WIB nyeri luka bakar dilakukan tindakan memaksimalkan ventilasi kemudahan pasien dengan untuk bernafas
ditandai dengan RR keperawatan dan meringankan sesak b. Untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
28 x/menit nafas (semi fowler) memelihara pertukaran gas dan
Kriteria Hasil: b. Ajarkan teknik relaksasi menurunkan intensitas nyeri.
1. Nadi= nafas dalam kepada pasien c. Untuk menjaga irama, frekuensi, dan
60-100x/menit c. Pertahankan jalan nafas bersihnya jalan nafas dari secret.
yang paten 2. Lakukan monitoring dan evaluasi
2. RR= 2. Lakukan monitoring dan a. Alat ukur Untuk mengetahui adanya
16-24x/menit evaluasi ganguan pernafasan melalu observasi (RR,
3. TD: a. Observasi TTV Nadi, tekanan darah)
100-120/80-90 mmHg b. Pola nafas b. Untuk mengetahui mengalami masalah
c. SpO2 pada pernafasannya bisa dilihat dari pola
4. SpO2 95-100% nafasnya menggunakan otot bantu nafas
5. Penggunaan otot bantu atau tidak.
nafas c. Alat ukur untuk mengetahui kadar oksigen
6. Menunjukkan jalan 3. Eduksi pada pasien dan dalam darah
nafas paten keluarga teknik relaksasi nafas 3. Pendidikan kesehatan merupakan sebagai
dalam untuk mempertahankan modal terhadap pasien dan keluarga terkait
nafas yang efektik. perubahan kondisi tubuh yang lebih permanen
4. Lakukan kolaborasi dengan 4. Mejaga pernafasan tetap efektif
tim mendis dalam pemberian
terapi O2 nasal kanul 5 lpm
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
JAM KEPERAWATAN HASIL
1-5- Risiko Tujuan : 1. Lakukan manajemen risiko 1. Lakukan manajemen manajemen risiko
2020/ ketidakseimbangan Risiko ketidakseimbangan ketidakseimbangan volume ketidakseimbangan volume cairan
07.30 volume cairan yang volume cairan pola nafas cairan a. Untuk menentukan intervensi berikutnya
a. Kaji risiko b. Agar bisa menentukan apakah cairan yang
WIB berhubungan dengan pasien dapat teratasi setelah
ketidakseimbangan masuk seimbngan dengan cairan yang
tekanan osmotik dilakukan tindakan volume cairan keluar
meningkat ditandai keperawatan d. Mencatat jumalah cairan 2. Lakukan monitoring dan evaluasi
dengan adanya luka yang masuk dan yang a. Alat ukur Untuk mengetahui apakah ada
bakar pada kulit di Kriteria Hasil: keluar masalah pada peemenuhan cairan tubuh
bagia muka, leher, 1. Nadi= melalu observasi (RR, Nadi, tekanan
2. Lakukan monitoring dan
kedua tangan dan 60-100x/menit darah)
evaluasi
b. Mengtahui pemenuhan cairan di keluarkan
kedua kaki. a. Observasi TTV
2. RR= c. Apabila kekurangan volume cairan tubuh
b. Frekuensi urine
16-24x/menit c. Tugor kulit maka tugor kulit akan lebih dari 3 detik
d. Keringat d. Lebih banyak mnegeluarkan keringat atau
3. TD: 100-120/80-90 3. Eduksi pada pasien dan penguaapan tubuh maka oarang akan lebih
mmHg keluarga tehnik dalam cepet mengalami kekurangan cairan
4. Suhu= 37,3 oC memenuhi kekurangan 3. Pendidikan kesehatan merupakan sebagai
5. Frekuensi urine 500-2000 volume cairan modal terhadap pasien dan keluarga terkait
cc/24 jam 4. Lakukan kolaborasi dengan perubahan kondisi tubuh yang lebih permanen
6. Tidak berkeringat tim mendis dalam pemberian 4. Membantu menjaga memnuhi cairan tubuh
7. Tidak haus terapi pemberian Nacl 0,9 % yang hilang
8. Tugor kulit <3 detik 2640 ml/24 jam
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN RASIONAL
RENCANA TINDAKAN PARAF
JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1-5- Nyeri akut yang Tujuan : 1. Lakukan manajemen nyeri 1. Lakukan manajemen nyeri
2020/ berhubungan dengan Nyeri pasien dapat teratasi a. Berikan terapi distraksi (tarik a. Distraksi (tarik nafas dalam) dapat
07.30 agent cedera kimia setelah dilakukan tindakan nafas dalam) mengurangi rasa nyeri
WIB (luka bakar) pada keperawatan selama 1 x 24 2. Lakukan monitoring dan evaluasi
wajah sampai leher, jam. a. Untuk mengetahui tingkat/ skala nyeri
kedua tangan dan 2. Lakukan monitoring dan b. Untuk mengetahui adanya nyeri
kedua kaki ditandai Kriteria Hasil : evaluasi. c. Mengetahui keadaan klien
a. Observasi skala nyeri
dengan skala nyeri 5 1. Skala nyeri 0 d. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda
b. Observasi ekspresi wajah
2. Ekspresi wajah rileks nyeri.
c. Keadaan klien
3. Klien tampak tenang
d. Observasi TTV
4. TD:
100-120/80-90 mmHg
3. Edukasi pada pasien dan keluarga 3. Informasi yang adekuat dapat menambah
5. Nadi = 60-100x/menit agar tidak melakukan aktifitas pengetahuan dan membantu dalam proses
6. RR = yang menyebabkan nyeri penyembuhan klien.
16-24x/menit bertambah
4. Lakukan hasil kolaborasi dengan 4. Dapat membantu meredakan nyeri.
7. S=36,5-370C tim medis
a. Injeksi santagesik 3x1 gr
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN
RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1-5- Kerusakan integritas Tujuan : 1. Lakukan manajemen perawatan 1. Lakukan manajemen perawatan luka bakar
2020/ jaringan kulit yang luka bakar a. Mengurangi dan terhindar dari infeksi
Kerusakan integritas
07.30 berhubungan dengan a. Rawat luka dalam rentang 2-3 pada luka
WIB luka bakar ditandai jaringan kulit pada pasien hari sekali b. Menyeterilkan tempat agar terhindar dari
dengan kerusakan dapat teratasi setelah b. Berikan lingkungan yang mikroorganisme di lngkungan sekitar
jaringan kulit dilakukan tindakan bersih, untuk menghindari c. Menjaga nutrisi dan cairan yang
keperawatan selama 5 x 24 kontak dengan dibutuhkan oleh tubuh tetap terpenuhi.
jam. mikroorganisme dan 2. Lakukan monitoring dan evaluasi
mencegah infeksi a. Untuk mengetahui kondisi perubahan
c. Pastikan keadekuatan nutrisi luka bakar pasien
Kriteria Hasil : dan cairan b. mengetahui sedini mungkin terhadap
2. Lakukan monitoring dan evaluasi terjadinya infeksi pada luka, seperti
1. Persentase luka bakar <
a. Kaji persentase luka bakar warna, pengeluaran cairan pada luka.
20%
b. Kaji tanda infeksi dan 3. Menginformasikan terhadap pasien dan
2. Tidak ada tanda tanda
kemerahan pada jaringan luka keluarga terkait perubahan kondisi luka
infeksi
3. Edukasi pada pasien dan keluarga bakar.
3. Tidak ada edema luka
berhubungan dengan luka kabar 4. Merupakan operasi pengangkatan jaringan
bakar
4. Kolaborasi dengan tim medis yang mati.
4. Tidak ada kemerahan
melakukan tindakan operasi
jaringan
debridement dan rawat luka pada
luka bakar
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1-5- Gangguan pola tidur Tujuan : 1. Lakukan manajemen gangguan 1. Lakukan manajemen gangguan pola tidur
2020/ yang berhubungan pola tidur a. Dengan ruangan yang nyaman dan
dengan nyeri pada Gangguan pola tidur dapat
07.30 a. Beri ruangan yang nyaman tenang pasien dapat beristirahat dengan
luka bakar ditandai teratasi setelah dilakukan
WIB dan tenang tenang
dengan sering tindakan keperawatan.
terbagun saat tidur. b. Ajarkan pasien teknik b. Dapat mengurangi ketidaknyamanan
distraksi dan relaksasi c. Mengidentifikasi penyebab aktual dari
c. Kaji faktor yang ganguan pola tidur
Kriteria Hasil : menyebabkan gangguan pola 2. Lakukan minitoring dan evaluasi
tidur a. Untuk mengetahui terjadinya penyebab
1. Suhu tubuh dalam batas
2. Lakukan monitoring dan evaluasi ganguan pola tidur dari pemeriksaan vital
normal 36,5ºC-37ºC
a. Monitor TTV sign
2. Tidurnya nyenyak
b. Kepuasan tidur b. Mengetahui perasaan tidur melalui
3. Jumlah tidur 7-9
c. Jumlah tidur kepuasan pola tidur.
jam/hari
d. Penyebab gangguan pola tidur c. Jumlah jam istirahat/tidur sangat
4. tidak faktor penyebab
3. Edukasi: pengaruh pada pola tidur manusia
baik dari lingkungn
Pasien untuk menjaga pola d. Seseorang mengalami ganguan pola tidur
ataupun dari diri sendiri
istirahatnya pasti ada penyebabnya.
3. Pendidikan kesehatan merupakan sebagai
modal terhadap pasien dan keluarga terkait
perubahan kondisi tubuh yang lebih
permanen.
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1-5- Risiko infeksi yang Tujuan : 1. Lakukan manajemen risiko 1. Lakukan manajemen risiko infeksi
2020/ berhubungan dengan infeksi a. Mengurangi dan terhindar dari infeksi
adanya luka terbuka Risiko infeksi tidak terjadi
07.30 a. Pertahan teknik aseptik hand b. Dengan asuapan gizi dan cairan yang
ditandai dengan setelah dilakukan tindakan
WIB hygiene 5 moments cukup dapat mempercepat proses
penurunan trombosit keperawatan
42 103/uL b. Meningkatkan asupan gizi penyembuhan pada luka bakar
yang cukup dan cairan yang c. Meminimalkan kontak dengan
sesuai kebutuhan tubuh. pengunjung yang membawa agen kuman
Kriteria Hasil : c. Batasi jam kunjungan pasien. bakteri dari luar ruangan perawatan
2. Lakukan monitoring dan evaluasi pasien.
1. Suhu tubuh dalam batas
a. Monitor TTV khususnya suhu 2. Lakukan minitoring dan evaluasi
normal 36,5ºC-37ºC
dan nadi a. Urntuk mengetahui terjadinya infeksi
2. Nadi 60-100x/menit
b. Monitor hasil darah melalu pemeriksaan vital sign
3. Leukosit dalam batas
lengkap b. Melihat perubahan kondisi pasien
normal 4,7-11,3 103/ɥL
c. Tanda dan gejala infeksi melalui hasil laboratorium dari
4. Eritrosit dalam batas
pemeriksaan DL
normal 4,0-5,0 106/uL
3. Edukasi: c. Mengetahui tanda-tanda dari infeksi luka
5. Hemoglobin dalam batas
Ajarkan keluarga dan pasien bakar
normal 11,4 -15,1gr/dL
dalam mencegah infeksi lebih 3. Pendidikan kesehatan merupakan sebagai
lanjut modal terhadap pasien dan keluarga terkait
perubahan kondisi tubuh yang lebih
4. Kolaborasi dengan tim medis permanen.
a. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Menajaga asuapan gizi tetap terpenuhi dan
dalam pemenuhan kebutuhan mencegah terjadinya infeksi pada luka.
nutrisi
b. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian medikasi
levofloxacin 1x750 ml
Implementasi
DIAGNOSA
TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan pola 12-05-2019/ S :“Pasien masih mengeluh
nafas yang berhubungan 13.30 sesak” Aab
dengan nyeri luka bakar O :
ditandai dengan RR 28 - Ku cukup GCS: E4V5M6
x/menit - Pasien terpasang O2 Nasal 5
Lpm
- TD : 140/90 mmHg
- N : 128 x/menit
- S : 37,3 o C
- RR : 24 x/menit
- SpO2 100 %
- Mengunakan otot bantu
nafas
- Nafas spontan
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi (1,2,4)
- pertahankan O2 nasal 5 lpm
Risiko
ketidakseimbangan S: Pasien mengatakan sering Aab
volume cairan yang 12-05-2019 berkeringat, terasa gerah dan
berhubungan dengan 13.30 merasa sering haus
tekanan osmotik O:
meningkat ditandai - K/U cukup
dengan adanya luka bakar - GCS 456
pada kulit di bagia muka, - Tugor kulit < 3 detik
leher, kedua tangan dan - Berkeringat
kedua kaki. - Sering merasa haus
- TD 140/90 mmHg
- N = 140 x/menit
- RR = 24 x/menit
- S = 37,3 0C
- Urine Kateter: ± 1100 cc/12
jam
- Luka bakar bagian muka,
leher, kedua tangan dan
kedua kaki Aab
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi (1,2,4)