PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamnya disusun oleh
sel-sel epitel. Sel –sel yang terdapat dalam epidermis antara lain:
keratinosit (sel terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel
dan sel Langerhans. Epidermis terdiri dari lima lapisan yang paling dalam
yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lucidum dan stratum corneum. 2
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh
darah dan pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari
dua lapiasan yaitu lapisan papillaris dan lapisan retikularis, sekitar 80%
dari dermis adalah lapisan retikularis. 6
3
mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam
tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi
melindungi kulit karena lapisan ini selalu meminyaki kulit jua menahan
evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. 4)
fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
ruffinidermis dan sukutis. 5) Fungsi pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan
keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. 6) Fungsi pembentukan
pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-
tangan dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel
melanofag. 7) Fungsi Kreatinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai
sel utama yaitu keratinosit, sel langerhans, melanosis. 8) Fungsi
pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.2
2.2 Definisi luka bakar
Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Salah
salah penyebab luka yaitu luka bakar. Luka bakar adalah kerusakan jaringan
permukaan tubuh yang disebabkan oleh panas pada suhu tinggi yang
menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Luka bakar
merupakan cedera yang sering dihadapi oleh para dokter. Luka bakar berat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain.4
2.3 Etiologi
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang
dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah dibakar
seperti bensin, gas, kompor rumah tangga dan lainnya yang akan
menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak
kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada
kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisisal
tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat III). Penyebab
luka bakar lainya adalah panajan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
4
bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat
menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri hebat.4
5
sebagai deep partial thickeness burns atau luka bakar derajat IIB.
Luka bakar derajat IIB ini tampak lebih pucat, tetapi masih nyeri
jika ditusuk degan jarum (pin prick test). Luka ini sembuh dalam 14-
35 hari dengan reepiteliasasi dar folikel rambut,keratinosit dan
kelenjar keringat, seringkali parut muncul sebagai akibat dari
hilangnya dermis.4,5,6
c. Luka bakar derajat III(full-thickess burns)
Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan
epidermis sampai ke lemak subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan
eskar yang keras, tidak nyeri, dan warnanya hitam, putih, atau
merah ceri. Tidak ada sisa epidermis maupun dermis sehingga luka
harus sembuh debgan reepitelisasi dari tepi luka. Full-thickness
burns memerlukan eksisi dengan skin grafting.4,5,6
d. Luka bakar derjat IV
Luka bakar derajat ini bisa meluas hingga mencapai organ
dibawah kulit seperti otot dan tulang.3,5
6
Browder, yaitu ditekan kan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1
tahun.4,5,6,7
7
Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan
genitalia/perineum.
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. 2,
4,5,9
8
Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar. Pemberian
cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari II: Diberikan ½ cairan hari pertama
Pemberian cairan dapat ditambah bila penderita dalam
keadaan syok atau jika diuresis kurang. Untuk itu,
pemantauan yang ketat sangat penting, karena fluktuasi
perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal
luka bakar.
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis
normal sekurang-kurangyan 1000-1500 ml/24 jam atau
1ml/kgBB/jam dan 3 ml/kgBB/jam pada pasien anak,
yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi
normal atau tidak.
2.5.3 Obat-obatan
Antibiotik sistemik spektrum luas = aminoglikosida, untuk
mencegah infeksi
Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras
argenti 0,5 % ataupun krim silver sulfadiazine 1%.
Berikan obat-obat analgesik
Pencegahan tetanus berupa ATS dan atau toksoid
2.5.4 Nutrisi
Harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme =
2500-3000 kalori/hari dengan kadar protein tinggi. Lebih
baik diberikan nutrisi enteral melalui selang nasogastrik
Penderita yang mulai stabil keadaannya memerlukan
fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan
mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu sendi di istirahatkan
dalam posisi fungsional dengan bidai.10
9
beruhubungan erat dengan aspek fisik, psikologis, dan social.
Rehabilitasi dapat meminimalkan efek lanjutan dari luka bakar
seperti, mempertahankan luas gerak sendi, meminimalkan
kontraktur dan skar, membuat pasien fungsional, pskilogis dan
sosialnya tetap berfungsi dengan baik.
10
Gambar 5. Posisi anti kontraktur dan pemasangan splinting
2. Terapi Latihan
Latihan terapi adalah strategi terapi dasar dan paling penting dalam
pengobatan rehabilitasi dan termasuk latihan pasif dan aktif. Tidak ada
peralatan khusus, rumit, atau mahal yang diperlukan tapi resep latihan
tergantung pada keahlian dari terapis yang terampil dan mampu membuat
diagnosis yang benar dari pasien masalahnya pasien harus fungsional.
Latihan sebaiknya dimulai pada hari terjadinya trauma bakar dan seharusnya
dilanjutkan sampai semua luka menutup dan hingga melewati masa aktif
pembentukan skar. Fibroblast, yang merupakan unsur terpenting dalam
pembentukan kontraktur, berperan pada luka bakar dalam 24 jam pertama
dan aktif hingga 2 tahun setelah terjadinya trauma bakar. Latihan rutin setiap
harinya dapat mencegah berkurangnya kelenturan dan berkurangnya ROM
sendi yang dapat ditimbulkan oleh kontraktur. Terapi latihan meliputi:
1) Latihan untuk mempertahankan ROM
Latihan ranging pasif pada pasien luka bakar yang kritis dapat
mencegah terjadinya kontraktur. Latihan dan posisi ini berupa
penggerakan anggota gerak secara penuh, dengan kata lain full range of
motion. Ini sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari. Beriringan dengan
latihan ini, perlu diperhatikan luka, rasa sakit, tingkat kecemasan, jalan
nafas dan sirkulasi pasien. Pemberian obat perlu dilakukan sebelum sesi
latihan untuk membantu meningkatkan kualitas hasil latihan dan
mengurangi ketidaknyamanan pasien. Latihan posisi ini sangat penting
tapi tidak efektif dan tidak manusiawi jika pasien merasa cemas dan nyeri.
Latihan ranging ini dapat dilakukan bersamaan dengan pada saat baju
pasien diganti dan saat pembersihan luka untuk mengurangi pemberian
obat pada pasien.
2) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot
Latihan penguatan dilakukan untuk mencegah kelemahan pada alat
gerak akibat immobilisasi yang lama. Latihan ini diakukan dengan
memberikan latihan gerakan aktif secara rutin kepada pasien untuk melatih
otot-otot ekstremitas, misalnya jalan biasa, jalan cepat, sit up ringan dan
mengangkat beban. Jika pasien kurang melakukan latihan ini maka akan
menyebabkan otot-otot pada sendi bahu dan proksimal paha akan
11
melemah. Latihan ini sebaiknya dilakukan segera mungkin pada masa
penyembuhan luka bakar untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman
pada pasien.
12
Terapi Latihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut jika
nekrosis, paparan pembuluh darah, trombosis vena dalam, dan patah
tulang ada;
Imobilisasi diperlukan karena pencangkokan kulit, fiksasi fraktur dan
alasan lainnya;
Jika pasien memiliki kondisi kejiwaan yang signifikan atau tidak sadarkan
diri, latihan mungkin tidak mungkin.
Latihan bisa dimulai dari sendi utama (dengan atau tanpa luka bakar)
menggunakan pasif, aktif-asisten dan pelatihan ROM aktif. Intensitas perlu
disesuaikan berdasarkan toleransi pasien. Istirahat ketat harus perlu
disesuaikan berdasarkan toleransi pasien., istirahat ketat harus diminimalkan
dan duduk dari tempat tidur dan ambulasi dini dengan atau tanpa bantuan
harus didorong sebanyak mungkin. Semua anggota tim harus menyadari
bahwa elevasi dan tekanan perban dapat membantu untuk meringankan rasa
sakit dan edema selama ambulasi.11
3. Splinting
Splints dirancang dan dibuat oleh terapis atau orthotists. Splints
disesuaikan untuk membantu untuk mempertahankan posisi fungsional atau
anti-contracture dari bagian tubuh yang terluka. Splint tidak hanya digunakan
untuk memposisikan anggota gerak tubuh tetapi juga untuk peregangan dan
pemanjangan jaringan scar yang mengalami kontraktur. Interval untuk
pemantauan bervariasi dari sekali setiap jam untuk sekali setiap 4 - 6 untuk
pemantauan bervariasi dari sekali setiap jam tergantung pada jenis splints dan
kondisi kulit.
13
menghambat dan meningkatkan parut proliferasi dan kontraktur, serta bekas
luka melembutkan dan mengurangi gejala penyerta.11
5. Penanganan Skar (Scar Management)
Pembentukan skar merupakan komplikasi dari luka bakar. Skar bersifat
dinamis dan terus tumbuh seiring dengan proses maturasinya. Jika hal ini
terus terjadi, maka dapat mengakibatkan timbulnya kontraktur yang dapat
mengurangi pergerakan. Baik pasien maupun petugas kesehatan berkewajiban
bekerja sama untuk menangani pembentukan skar ini dan mengurangi potensi
untuk terjadinya kontraktur.
Beberapa usaha penanganan skar untuk mencegah terjadinya kontraktur
adalah sebagai berikut:
1. Pijat Skar (Scar Message)
Pijat skar memiliki beberapa fungsi penting, antra lain:
Memperbaiki kolagen yang terbentuk dengan memberikan
tekanan pada skar
Mengurangi rasa gatal pada skar
Dapat menghasluskan skar jika dilakukan dengan menggunakan
lotion
Teknik melakukan pijat skar yaitu:
Oleskan lotion pada kulit yang terbakar atau yang di-graft dan
pada bagian kulit donor satu kali pada saat kulit mulai sembuh
Pijat bagian kulit yang telah diberikan lotion
Pijatan dilakukan dengan 3 arah: sirkuler, vertikal dan horizontal
Lakukan sebanyak 3 – 4 kali tiap harinya
2. Pressure Garments
Tekanan yang diberikan pada skar mengurangi proses pembentukan
kolagen dan menolong memperbaiki kolagen yang sudah terbentuk agar
lebih teratur. Pressure Garments dibuat untuk mengembalikan tubuh
pasien ke bentuk normal, mengurangi pembentukan skar yang abnormal
dan deformitas.
Penggunaan pressure garments harus dengan ukuran yang sangat pas
untuk memaximalkan fungsi penggunaannya dan mencegah terjadinya
komplikasi seperti bengkak, memperbesar skar atau daerah yang rusak.
14
Oleh karena itu penggunaan pressure garments ini masih kontroversi di
kalangan ahli rehabilitasi medik.
6. Psikoterapi
Sikap dan motivasi pasien merupakan faktor penting yang
mempengaruhi hasil. Faktor psikologis, bukan trauma itu sendiri, mungkin
memiliki dampak yang lebih besar pada pasien luka bakar. Masalah psikologis
yang berbeda akan ditemui dalam berbagai tahap pengobatan: 1) Selama tahap
akut dan kritis, tanda-tanda vital tidak stabil dan pasien mungkin
menunjukkan kecemasan, ketakutan, halusinasi, dan gangguan tidur. 2)
Sebagai penyembuhan luka berlangsung, permintaan operasi dan perawatan
kritis dikurangi, sedangkan intensitas perawatan fisik dan pekerjaan
meningkat. Mereka mungkin mengembangkan depresi dan gangguan stres
pasca-trauma (PTSD). PTSD mempengaruhi sekitar 30% dari pasien luka
bakar, yang mungkin hadir dengan sensitivitas, fobia, dan gangguan tidur.
Obat-obatan dan konsultasi psikologis dapat meningkatkan kondisi. 3) Setelah
pemulihan awal dan 1 - 2 tahun setelah keluar dari rumah sakit, pasien dengan
keterbatasan fisik sering menderita masalah emosional ketika beradaptasi
dengan kehidupan keluarga dan lingkungan kerja yang baru. Pengobatan
psikologis pasien bergantung pada perhatian jangka panjang serta hubungan
antara pasien dan psikiater. Hal ini sangat dianjurkan bagi pasien untuk
menerima psikoterapi dari organisasi profesional jika memungkinkan.11
2.6 Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi
dan grafting. Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS,
sepsis dan MODS. Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat
terjadi, yaitu atrofi mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus
menurun dan ileus. Pada ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena
perfusi ke renal menurun. Skin graft loss merupakan komplikasi yang sering
terjadi, hal ini disebabkan oleh hematoma, infeksi dan robeknya graft. Pada
fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan parut pada kulit berupa
jaringan parut hipertrofik., keloid dan kontraktur.Kontraktur kulit dapat
15
menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan sendi. Kekakuan sendi
memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan
tindakan bedah.5
2.6.2 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi dari jaringan yang menyebabkan ketegangan,
maka kontraktur dapat diklasifikasikan menjadi :
16
3. Kontraktur Arthrogen
Kontraktur yang terjadi karena proses didalam sendi-sendi, proses
ini bahkan dapat sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai
akibat immobilisasi yang lama dan terus menerus, sehingga terjadi
gangguan pemendekan kapsul dan ligamen sendi, misalnya pada
bursitis, tendinitis, penyakit kongenital dan nyeri
2.6.4 Patofisiologi
Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi
memendek dalam jangka waktu yang lama, serabut-serabut otot dan
jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan menyebabkan kontraktur
sendi. Otot yang dipertahankan memendek dalam 5-7 hari akan
mengakibatkan pemendekan otot yang menyebabkan kontraksi jaringan
kolagen. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih, jaringan ikat
sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur.
17
2.6.5 Pencegahan Kontraktur
Pencegahan kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan.
Program pencegahan kontraktur meliputi :
1. Mencegah infeksi
2. Skin graft atau Skin flap
3. Fisioterapi
Tindakan fisioterapi harus dilaksanakan segera mungkin meliputi ;
a. Proper positioning (posisi penderita)
b. Exercise (gerakan-gerakan sendi sesuai dengan fungsi)
c. Stretching
d. Splinting / bracing
e. Mobilisasi / ambulasi awal
b. Exercise
18
Tujuan tujuan exercise untuk mengurangi udem,
memelihara lingkup gerak sendi dan mencegah kontraktur.
Exercise yang teratur dan terus-menerus pada seluruh persendian
baik yang terkena luka bakar maupun yang tidak terkena,
merupakan tindakan untuk mencegah kontraktur. Adapun
macam-macam exercise adalah : Free active exercise / latihan
yang dilakukan oleh penderita sendiri, Isometric exercise,
Active assisted exercise , Resistensi active exercise, Passive
exercise
c. Stretching
Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit,
sedangkan kontraktur berat dilakukan stretching selama 30
menit atau lebih dikombinasi dengan proper positioning. Latihan
peregangan dilakukan untuk mencegah kontraktur atau
penarikan anggota gerak. Latihan peregangan ini biasa sangat
efektif jika dilakukan secara perlahan-lahan sampai skar
memutih atau memucat. Jika luka bakar mengenai lebih dari
satu persendian, skar akan terihat lebih memanjang apabila
latihan ini berjalan baik.
d. Splinting / bracing
Untuk mempertahankan posisi yang baik selama penderita
tidur atau melawan kontraksi jaringan terutama penderita yang
mengalami kesakitan dan kebingungan.
e. Pemanasan
2. Operatif
19
BAB III
LAPORAN KASUS
20
3.2 Anamnesis
1.2.1 Keluhan Utama
Luka bakar pada tungkai bawah sebelah kanan
21
Hidung : Sekret (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Sekret (-)
Leher : Trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah
bening (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Jantung : S1-S2 normal, bising (-)
Paru-paru : Suara napas vesikuler, rhonki -/-
Wheezing -/-
Abdomen : Tampak cembung, bising usus (+) normal,
Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, udem -/-
ROM MMT
TRUNK
Pasif Aktif Normal Hasil Normal
Fleksi 00 - 850 00 - 850 00 - 850 5 5
Ekstensi 00 - 300 00 - 300 00 - 300 5 5
Lateral 00 - 300 00 - 300 00 - 300 5 5
bending
kanan
Lateral 00 - 300 00 - 300 00 - 300 5 5
bending kiri
Rotasi kanan 00 - 450 00 - 450 00 - 450 5 5
Rotasi kiri 00 - 450 00 - 450 00 - 450 5 5
22
Ekstensi 0 - 800 0-800 0 - 800 0 - 800 0 - 800 5/5 5/5
Abduksi 0-1800 0-1800 0-1800 0 - 1800 0 - 1800 5/5 5/5
Adduksi 0-450 0-450 0-450 0 - 450 0 - 450 5/5 5/5
External 0 - 700 0-450 0 - 700 0 - 450 0 - 700 5/5 5/5
Rotasi
Internal 0 - 900 0-450 0 - 900 0 - 450 0 - 900 5/5 5/5
Rotasi
Elbow Fleksi 0-1350 0-1300 0-1350 0 - 1300 0 - 1350 5/5 5/5
Ekstensi 0 - 1350 0 - 1350 0 - 1350 0 - 1300 0 - 1350 5/5 5/5
Pronasi 0-900 0-900 0-900 0 – 900 0 - 900 5/5 5/5
Supinasi 900-0 900-0 900-0 30 - 00 900 - 0 5/5 5/5
Wrist Fleksi 0-600 0-600 0-600 0 - 600 0 - 600 5/5 5/5
Ekstensi 0-700 0-700 0-700 0 - 700 0 - 700 5/5 5/5
Ulnar 0-300 0-100 0-300 0 – 100 0 - 300 5/5 5/5
deviasi
Radius 0-200 0-100 0-200 0 – 100 0 - 200 5/5 5/5
deviasi
Finger Fleksi Full Full Full Full Full 5/5 5/5
23
Big Flexion Full Full 0 Full Full 5/5 5/5
Ekstension Full Full 0 Full Full 5/5 5/5
Toe
Kesan : * Tidak maximal karena nyeri, ROM terbatas, terdapat spastisitas.
24
N.X (Vagus) Bersuara + +
Menelan + +
N.XI (Assesorius) Memalingkan kepala + +
Mengangkat bahu + +
N.XII (Hypoglosus) Menjulurkan lidah + +
Disartri - -
Dekstra Sinistra
25
mengancing baju)
Dressing(berpakaian) 0 Mobility(berpindah 0
tempat dg jarak)
26
HGB 13,7 g/dl 11,0 – 14,7 g/dl
Pria: 0,6-1,1
Creatinin 0,67 mg/dl
Wanita 0,5-0,9
BUN 4,2
Natrium 135 mEq/L 135 – 148 mEq/L
Kalium 3,8 mEq/L 3,5 – 5,3 mEq/L
ALT 12,2 U/L
AST 29,3 U/L
Albumin 3,5 g/dL
HbsAg Non reaktif
3.5.2 Konsultasi :
Departemen Bedah
Kesimpulan : Vulnus granulosum regio femur dekstra +
kontraktur regio genu dekstra
Departemen Pediatri
Kesimpulan : Combutio kontraktur regio femur dekstra
27
3.6 Diagnosa
Diagnosis : Limitasi ROM genu & hip dekstra e.c vulnus granulosum
post burning
Diagnosis fungsi :
Impairment : kontraktur regio genu dekstra
Disability : penurunan fungsi tungkai kanan sehingga kemampuan
duduk dan berjalan terganggu
Handicap : keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari sebagai anak
kecil untuk bermain dan bersosialisasi
3.8 Management
3.7.1 Rehabilitation medicine problem :
P. Diagnosa : Limitasi ROM genu & hip dekstra e.c vulnus
granulosum post burning
P.Terapi : edukasi, latihan ROM tungkai dekstra, latihan gentle
stretching (peregangan) genu dan hip dekstra
P. Monitoring : -
28
P. Diagnosa : vulnus granulosum region femur dekstra +
kontraktur regio genu dekstra
P. Terapi : rawat luka, pro skin graft dan release kontraktur
P. Monitoring : keadaan umum, tanda-tanda vital dan pemeriksaan
laboratorium
3.7.3 Rehabilitation Medicine Problem
R1 (Ambulation )
P. Diagnosa :-
P. Terapi :
Latihan peningkatan luas gerak sendi aktif untuk ekstremitas
inferior dekstra.
Program latihan posisi tegak secara bertahap mulai dari duduk
sampai berdiri dan akhirnya mobilisasi.
P. Monitoring : Bartel Indeks 20% (Total dependen), GCS =
15,Vital Sign = dbn, MMT = meningkatkan
kekuatan otot.
P. Edukasi : Menyarankan keluarga pasien untuk melakukan
latihan rutin di rumah sakit maupun di rumah
setelah keluar dari RS.
R4 (Psychological)
P.Diagnosa : -
P.Terapi :-
P.Monitoring : -
29
P.Edukasi : Memberikan dukungan mental pada penderita dan
keluarga tentang penyakit penderita dan
prognosis penyakitnya jika penderita latihan
terus.
R5 (Social Economi)
P.Diagnosa : -
P.Terapi :-
P.Monitoring : -
P.Edukasi :
Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita dan
keluarga pasien untuk selalu berusaha menjalankan home
program maupun program di RS serta edukasi dan evaluasi
terhadap lingkungan rumah.
Aktivitas yang dapat menimbulkan resiko jatuh atau
membahayakan pasien sendiri.
3.9 Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
30
Tanggal 22 Januari 2018
BAB V
PEMBAHASAN
31
bakar yaitu kontraktur kulit yang berakibat kekakuan sendi. Dengan
demikian, keadaan pasien dalam kasus ini sesuai dengan teori.
Penatalaksanaan luka bakar terdiri dari terapi awal yaitu resusitasi
cairan sesuai luas luka bakar pasien agar tidak terjadi dehidrasi dan
gangguan sirkulasi akibat kehilangan cairan, kemudian pemberian
medikamentosa (antibiotik, antitetanus untuk meminimalkan infeksi akibat
luka bakar) dan pemberian analgetik untuk membantu mengurangi rasa
nyeri yang diamlami pasien luka bakar. Pasien dalam kasus ini, mendapat
terapi medikamentosa dan non-medikamentosa.
Fisioterapi pada pasien luka bakar sebaiknya dilakukan secepat
mungkin tanpa perlu untuk menunda waktu karena bila menunda maka
dapat terjadi deformitas kulit yang mengakibatkan kekakuan dari sendi yang
terkena luka bakar. Tujuan rehabilitas untuk mempertahankan luas gerak
sendi, meminimalkan kontraktur dan skar, membuat pasien fungsional,
psikologis dan sosialnya tetap berfungsi dengan baik. Penanganannya dapat
berupa:
1. Posisi anti kontraktur
Posisi anti kontraktur dan spilinting harus dimulai dari hari
pertama post injuri dan mungkin dapat dilakukan beberapa bulan post
injuri. Posisi ini penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
jaringan agar range of movementnya tidak terbatas dan terhambat. Tanpa
melakukan posisi anti kontraktur, pasien akan lebih cepat mengalami
kontraktur dan lebih cepat memperkecil ruang gerak sendi.
2. Terapi latihan
Latihan terapi adalah strategi terapi dasar dan paling penting
dalam pengobatan rehabilitasi dan termasuk latihan pasif dan aktif.
Tidak ada peralatan khusus, rumit, atau mahal yang diperlukan tapi
resep latihan tergantung pada keahlian dari terapis yang terampil dan
mampu membuat diagnosis yang benar dari pasien masalahnya pasien
harus fungsional. Latihan terapi meliputi: 1) Latihan untuk
mempertahankan ROM; 2) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot;
3) Latihan untuk meningkatkan daya tahan tubuh; 4) Latihan untuk
meningkatkan koordinasi; 5) Latihan untuk mengembalikan
keseimbangan; 6) pelatihan Ambulasi; dan 7) Latihan untuk
32
Bagian Tubuh Kontraktur umum Posisi Splinting
Terbakar
33
3. Splinting
Splints dirancang dan dibuat oleh terapis atau orthotists. Splints
disesuaikan untuk membantu untuk mempertahankan posisi fungsional
atau anti-contracture dari bagian tubuh yang terluka. Splint tidak hanya
digunakan untuk memposisikan anggota gerak tubuh tetapi juga untuk
peregangan dan pemanjangan jaringan scar yang mengalami kontraktur.
Interval untuk pemantauan bervariasi dari sekali setiap jam untuk sekali
setiap 4 - 6 untuk pemantauan bervariasi dari sekali setiap jam tergantung
pada jenis splints dan kondisi kulit.
34
obatan dan konsultasi psikologis dapat meningkatkan kondisi. 3)
Setelah pemulihan awal dan 1 - 2 tahun setelah keluar dari rumah sakit,
pasien dengan keterbatasan fisik sering menderita masalah emosional
ketika beradaptasi dengan kehidupan keluarga dan lingkungan kerja
yang baru. Pengobatan psikologis pasien bergantung pada perhatian
jangka panjang serta hubungan antara pasien dan psikiater. Hal ini
sangat dianjurkan bagi pasien untuk menerima psikoterapi dari
organisasi profesional jika memungkinkan.
35
Penting untuk mengedukasi pasien agar melakukan fisioterapi secara teratur,
dan menghindari faktor resiko yang dapat memperparah penyakit.
BAB V
KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka akibat terkena api langsung, cairan yang
mudah terbakar seperti bensin, gas, dan pajanan suhu tinggi seperti matahari,
listrik, kimia serta luka bakar akibat suhu yang rendah seperti frose bite. Luka
bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain.
Luka bakar terbagi menjadi menurut kedalaman luka bakar dan luas
permukaan luka bakar. Menurut kedalaman luka bakar terdiri dari derajat 1
superfiscial burns, luka bakar derajat 2 partial thickness burns, derajat 3 full
thickness burns dan derajat 4 mengenai otot dan tulang. Sedangkan menurut
luas permukaan luka bakar dapat dihitung menggunakan rumus rule of nine.
Tatalaksana luka bakar utama dengan cara mendinginkan daerah luka
bakar dengan air dan menutup luka akar tidak infeksi, kemudian terapi di RS
36
atau di fasilitas kesehatan dapat diberikan resusitasi cairan intravena sesuai
luas luka bakar, pemberian antibiotik, analgesik, antitetanus dan penanganan
fisioterapi untuk rehabilitasi agar dapat meminimalkan efek lanjutan dari luka
bakar seperti, mempertahankan luas gerak sendi, meminimalkan kontraktur
dan skar, membuat pasien fungsional, pskilogis dan sosialnya tetap berfungsi
dengan baik. Dengan cara dilakukan posisi anti kontraktur, terapi latihan,
splinting, manajemen bekas luka yang komprehensif dan psikoterapi.
Penanganan fisioterapi untuk rehabilitasi agar dapat meminimalkan
efek lanjutan dari luka bakar seperti, mempertahankan luas gerak sendi,
meminimalkan kontraktur dan skar, membuat pasien fungsional, pskilogis dan
sosialnya tetap berfungsi dengan baik.
Prognosis pada pasien untuk quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad
fungtionam dubia ad malam, quo ad sanationam dubia ad bonam.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39