Anda di halaman 1dari 9

PENANGANAN GADAR PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

KELOMPOK 8
Arya Bagus R
Dini Al Hamdani
Irpan Ali
M Salim
Satria Ibantara
Syabik

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


JL. JEND. SUDIRMAN KM.2 RANGKASBITUNG
TELP.0252-201116/209831
Email : akperyatna@yahoo.co.id
Website : akperyatna.ac.id
Tahun Ajaran 2018 - 2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Definisi

“Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi” (Nurarif, 2015: 208). Luka bakar dapat terjadi karena kontak langsung
ataupun tidak langsung dengan suhu tinggi. Kontak langsung seperti api, ledakan
kompor, ledakan ban, bom, sinar matahari dll. Kontak tidak langsung seperti air
panas, listrik, bahan kimia, uap panas, petir dll. Luka bakar juga dapat terjadi
karena kontak langsung dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar dapat
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Penyakit luka bakar adalah cedera yang paling sering terjadi di masyarakat
terutama di rumah karena kesalahan kecil saat berhubungan dengan api dan
terutama pada anak-anak yang senang bereksplorasi. Luka bakar juga merupakan
cedera yang relatif tinggi dalam memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat
dibandingkan dengan cedera lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk
penanganannya juga lumayan mahal.
Luka bakar bisa menjadi berbahaya bila sampai terjadi shock. Shock
sering terjadi karena luka bakar pada sebagian besar tubuh. Selain rasa nyeri dan
kerusakan kulit, luka bakar juga mengakibatkan tubuh kehilangan cairan dalam
jumlah besar dan perubahan zat kimia dalam tubuh yang dapat berujung pada
kematian. Walaupun hanya terjadi luka bakar kecil, namun dapat menjadi vital
bila bagian yang terkena adalah persendian utama, misalnya pada lutut dan siku.
Apabila samapai terjadi luka bakar yang dalam, maka akan timbul jaringan parut.
Jika jaringan parut ini mengganggu fungsi persendian, maka harus dilakukan
pembedahan.

B. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik (Nurarif, 2015: 209).
Penyebab luka bakar antara lain:
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn), disebabkan oleh karena terjadi kontak
dengan api, cairan panas dan bahan padat.
b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn), disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat.
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn), disebabkan oleh kontak dengan
sumber tenaga bervoltase tinggi.
d. Luka bakar radiasi (radiation injury), disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif.

Menurut A.A.GN. Asmarajaya (2003), berdasarkan perjalanan penyakitnya luka


bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
a) Fase akut/ fase awal/ fase syok
Fase akut ini terjadi kira-kira mulai sejak terjadinya trauma hingga 48 jam.
Dalam fase ini, penderita akan mengalami ancaman gangguan jalan nafas,
mekanisme bernafas dan sirkulasi. Gangguan jalan nafas tidak hanya terjadi
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut pada pasien juga sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
b) Fase sub akut.
Fase ini berlangsung setelah fase akut teratasi setelah 48 jam.Masalah
yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
dengan sumber panas. Luka yang terjadi ini menyebabkan proses inflamasi,
infeksi, masalah pada penutupan luka dan keadaan hipermetabolisme.
c) Fase lanjut.
Fase lanjut ini akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Masalah yang bisa muncul
pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
d. Luka bakar karena bahan kimia (chemical burn)
e. Luka bakar karena radiasi (radiation injury)
f. Luka bakar karena listrik (electrical burn)

2. Berdasarkan kedalaman jaringan yang rusak


a. Luka bakar derajat I (superficial skin burn/ epidermal burn)
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis.
 Kulit berwarna kemerahan dan ada sedikit pembengkakan.
 Terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
 Tidak ada bulae/ gelembung dan jaringan parut.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5 – 10 hari dan pada hari
keempat akan terjadi pengelupasan (peeling).
b. Luka bakar derajat II
1) Luka bakar derajat II dangkal (superficial partial-thickness skin burn)
 Kerusakan terjadi sampai lapisan permukaan dermis.
 Kulit berwarna kemerahan/ merah muda pucat dan ada pembengkakan.
 Terasa nyeri yang lebih hebat daripada luka bakar derajat I.
 Ada bulae/ gelembung yang terbentuk beberapa jam setelah terkena luka
dan bisa terbentuk jaringan parut.
 Bagian-bagian kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
minyak masih utuh.
 Penyembuhan dapat memakan waktu kira-kira kurang dari 3 minggu.
2) Luka bakar derajat II dalam (deep partial-thickness skin burn)
 Kerusakan terjadi hampir seluruh bagian dermis.
 Terdapat vesikel/ bulae/ gelembung (benjolan berupa cairan atau nanah),
ada jaringan parut dan oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah
kulit)
 Terasa sangat nyeri.
 Pada permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah muda dan putih
segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah
yang berwarna putih berarti aliran darah yang sedikit atau tidak ada
sedangkan daerah yang berwarna merah muda berarti masih ada beberapa
aliran darah )
 Bagian-bagian kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
minyak sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan dapat memakan waktu hingga 1 bulan.
c. Luka bakar derajat III (full thickness skin burn)
 Kerusakan terjadi pada lapisan dermis hingga lapisan otot dan lemak.
 Kulit berwarna merah keputih-putihan atau hitam keabu-abuan pucat dan
letaknya lebih rendah dari kulit sekitar karena kering.
 Tidak terasa nyeri sama sekali karena ujung-ujung saraf rusak.
 Tidak ada bula/ gelembung.
 Terjadi eskar/ koagulasi protein pada epidermis dan dermis.
 Bagian-bagian kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
minyak mengalami kerusakan..
 Penyembuhan terjadi sangat lama karena tidak terjadi secara spontan dan
menyebabkan kerusakan permanen.
d. Luka bakar derajat IV
 Kerusakan telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang.
 Kulit berwarna hitam.
 Tidak terasa nyeri sama sekali karena ujung-ujung saraf rusak.
 Tidak ada bula/ gelembung.
 Terjadi eskar/ koagulasi protein pada epidermis dan dermis.
 Bagian-bagian kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
minyak rusak semua.
 Penyembuhan terjadi sangat lama dan menyebabkan kerusakan permanen.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar Mayor (parah)
 Luka bakar derajat II dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III lebih dari 20%; luka bakar derajat III pada tangan,
kaki, wajah dan alat kelamin.
 Terdapat trauma pernafasan, jantung, frakur dan jaringan lunak yang luas.
 Luka bakar akibat terkena sengatan listrik.
b. Luka bakar Moderat (sedang)
 Luka bakar derajat II dengan luas antara 15 – 25% pada orang dewasa dan
antara 10 – 20% pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III kurang dari 10% yang bukan pada tangan, kaki,
wajah dan alat kelamin.
c. Luka bakar Minor (ringan)
 Luka bakar derajat II dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III kurang dari 2%.
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, kaki, wajah dan alat kelamin.
 Luka tidak sirkumfer atau membentuk lengkungan panjang.
 Tidak terdapat trauma pernafasan, jantung, fraktur, elektrik dan trauma
pada jaringan lunak yang luas.
4. Berdasarkan luas luka bakar
a. Rule of nine
Keterangan:
- Kepala dan Leher : 9%
- Dada Depan : 9%
- Dada Belakang : 9%
- Abdomen Depan : 9%
- Abdomen Belakang : 9%
- Lengan Kanan Depan : 4,5%
- Lengan Kiri Depan : 4,5%
- Lengan Kanan Belakang: 4,5%
- Lengan Kiri Belakang : 4,5%
- Paha Kanan Depan : 9%
- Paha Kiri Depan : 9%
- Paha Kanan Belakang : 9%
- Paha Kiri Belakang : 9%
- Alat Kelamin : 1%

b. Diagram Lund and Bower


Usia (tahun)
Lokasi
0–1 1–4 5–9 10 – 15 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada & Perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantat Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan Atas Kanan 4 4 4 4 4
Lengan Atas Kiri 4 4 4 4 4
Lengan Bawah Kanan 3 3 3 3 3
Lengan Bawah Kiri 3 3 3 3 3
Tangan Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha Kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Paha Kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai Bawah Kanan 5 5 5,5 6 7
Tungkai Bawah Kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki Kanan 3,5 5,5 3,5 3,5 3,5
Kaki Kiri 3,5 5,5 3,5 3,5 3,5
Penanganan
Pertolongan Pertama
 Memindahkan korban dari daerah kebakaran atau sumber api.
 Mematikan api pada tubuh, yaitu dengan menyelimuti atau menutup
bagian yang terbakar.
 Mendinginkan bagian yang terkena luka bakar dengan merendam atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya 15 menit.
 Mewaspadai hambatan pada jalan napas atas, terutama pada anak-anak
yang ditandai dengan bengkak di wajah, bulu hidung terbakar, atau sesak.
 Menutup luka bakar dengan perban yang steril namun sebelumnya luka
dibersihkan terlebih dahulu.
 Memberikan air minum kepada klien agar tidak kehilangan cairan.
Pertolongan Luka Bakar Ringan
 Segera merendam luka ke dalam air dingin.
 Untuk luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama
mungkin.
 Membersihkan luka secara hati-hati dengan sabun dan air untuk
membuang semua kotoran yang melekat.
 Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan
digosok dengan sikat.
 Menutupi luka dengan perban pembalut steril untuk melindungi luka dari
kotoran dan menjadi lebih buruk.
 Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih dapat dioleskan krim
antibiotik, misalnya sulfadiazin.
 Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik per oral
dan pereda nyeri.
 Menjaga kebersihan di daerah yang terluka.
 Membuang lepuhan yang telah pecah.
 Melakukan pembidaian pada luka bakar di daerah persendian.
 Mengantung lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar pada posisi
yang lebih tinggi dari jantung.
 Mengoleskan lotion atau mederma gel yang mengandung aloe vera atau
vitamin E setelah luka bakar dingin.
Pertolongan Luka Bakar Berat
 Di ruang emergency, dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernapasan,
pengobatan difokuskan untuk menggantikan cairan yang hilang dan untuk
mencegah infeksi. Korban penderita luka bakar berat biasanya diberikan
oksigen bertekanan tinggi melalui selang yang dimasukkan melalui
tenggorokan untuk membantu menghadapi efek dari karbon monoksida
dan membantu bernafas. Selang tersebut perlu dipasang jika cedera
mengenai wajah atau jika pembengkakan pada tenggorokan menyebabkan
terganggunya fungsi pernapasan. Jika tidak terjadi gangguan sistem
pernapasan maka yang perlu dilakukan hanya memberikan oksigen
tambahan melalui masker.
 Setelah daerah yang terluka dibersihkan, lalu dioleskan krim atau salep
antibiotik dan dibungkus dengan perban steril. Perban biasanya diganti
sebanyak 2 - 3 kali sehari.
 Luka bakar yang luas sangat rentan terhadap infeksi berat karena itu
biasanya diberikan antibiotik melalui infus. Penderita mungkin perlu
diberikan booster tetanus. Luka bakar luas bisa menyebabkan hilangnya
cairan tubuh, karena itu untuk menggantikannya diberikan cairan melalui
infus.
 Kulit yang terbakar akan membentuk permukaan yang jeras dan tebal yang
disebut jaringan parut yang bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah
ke daerah tersebut. Untuk mengurangi kontraksi pada jaringan sehat di
bawahnya, biasanya dilakukan pemotongan jaringan parutnya.
 Apabila luas luka bakar tidak lebih dari 2 cm dan terjaga kebersihannya,
luka bakar yang dalam pun bisa pulih dengan sendirinya. Tetapi jika
lapisan kulit di bawahnya mengalami kerusakan yang luas, biasanya perlu
dilakukan pencangkokan kulit (skin graft).
Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan
 Jangan mengoleskan kecap, minyak, margarine, pasta gigi, salep atau
apapun ke kulit yang terkena luka bakar.
 Jangan langsung diperban, dibersihkan dulu hingga benar-benar steril.
 Jangan menekuk tubuh.
 Jangan memberikan obat-obatan tanpa persetujuan dokter.
 Jangan menarik apa saja yang melekat dan lengket pada luka bakar.
 Jangan memberikan es secara langsung pada luka bakar.
Pencegahan
 Saat sedang memasak, usahakan untuk memperhatikan situasi sekitar,
jangan membiarkan anak-anak mendekati kompor.
 Tempatkan alat pemadam kebakaran ditempat yang mudah terjangkau.
 Pasang semua alat listrik dengan standar keamanan yang tinggi.
 Periksa semua sambungan kabel agar tidak terjadi konsleting.
 Matikan kompor dan alat listrik yang tidak digunakan, cabut dari stop
kontak jika perlu.
 Jauhkan bahan yang mudah terbakar dari jangkauan.
BAB II
KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar dapat terjadi karena kontak langsung ataupun tidak langsung
dengan suhu tinggi. Luka bakar bisa menjadi berbahaya bila sampai terjadi shock.
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Penyebab luka adalah karena suhu
tinggi, bahan kimia, sengatan listrik dan radiasi. Luka bakar dibagi berdasarkan
penyebab, kedalaman jaringan yang rusak, tingkat keseriusan luka dan luas luka
bakar. Pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah dengan memindahkan
korban dari sumber api, mematikan api pada tubuh, mendinginkan bagian yang
terkena luka bakar, mewaspadai hambatan pada jalan napas atas, menutup luka
bakar dengan perban yang dan memberikan air minum kepada klien agar tidak
kehilangan cairan.
DAFTAR PUSTAKA

Hira. (Ed). 2014. Buku Lengkap Pertolongan Pertama pada Beragam Penyakit.
Yogyakarta: FlashBooks.
Junaidi, I. 2011. Pedoman Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan Saast
Gawat dan Darurat Medis. Yogyakarta: ANDI.
Krisanty, P. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Nurarif, A. H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Hayati, M. 2014. Asuhan Keperawatan Kritis II Pada Pasien Dengan Luka
Bakar, (http://mardhiyah-hayati-fkp12.web.unair.ac.id/artikeldetail-85147
Askep- ASKEP% 20Luka%20Bakar.html), diakses pada 4 maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai