PEMBAHASAN
A. Konsep Keperawatan
1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh
sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat
mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem
fungsi maupun estetik(Rendy,2012).
Luka bakar adalah terjadinya sentuhan antar kulit dengan energi
termal yang cukup kuat, hingga menyebabkan perubahan patologi
kulit(Nugroho, 2011).
Luka bakar karena listrik masih sering ditemukan, bahkan
cenderung meningkat. Yang harus diperhatikan pada korban luka bakar
karena sengatan listrik adalah penyebab kematian adalah kuat arus
(ampere) dan bukan voltase. Apabila korban ditemukan masih dalam
keadaan terkena arus listrik, maka: matikan listrik dari sumbernya dan
apabila tidak mungkin, maka coba lepaskan korban gawat darurat dengan
perantaraan kayu kering, baju kering atau bahan non-konduksi listrik
(Pusbankes 118 Baker,2009).
Apabila menemukan korban gawat darurat luka bakar karena zat
kimia yang masih dalam keadaan terena zat kimia, maka kali pertama harus
selalu menggunakan alat pelindung diri (APD). Apabila zat kimia bersifat
cair, langsung semprot dengan air mengalir. Untuk zat kimia yang bersifat
asam diguyur air selama 30 menit, apabila bersifat basa maka lebih lama
lagi(Pusbanker 118 Baker,2009).
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan
terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab,
kedalaman luka, dan keseriusan luka yaitu :
a. Berdasarkan penyebab
1) Luka bakar yang disebabkan radiasi
2) Luka bakar yang disebabkan oleh air panas
3) Luka bakar yang disebabkan oleh listrik
4) Luka bakar yang disebabkan oleh bahan/zat kimia
5) Luka bakar yang disebabkan oleh api
b. Berdasarkan kedalaman luka bakar
1) Luka bakar derajat 1
2) Luka bakar derajat 2 (superficial dan deep)
3) Luka bakar derajat 3
c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
1) Luka bakar mayor
2) Luka bakar moderat
3) Luka bakar minor
d. Ukuran luas luka bakar
1) Rule of nine
- Seluruh kepala 9 %
- Setiap lengan (sampai tangan) 9 %
- Dada 9 %
- Perut 9 %
- Punggung 9 %
- Pinggang (dinding belakang perut) 9 %
- Paha 9 %
- Betis 9 %
- Genitalia 1 % (Junaidi,2011)
2) Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan
diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
Usia (Tahun)
Lokasi
0-1 1-4 5-9 10-15 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada & Perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantat kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai bawah kanan 5 5 5,5 6 7
Tungkai bawah kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
2. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elekrtromagnetik. Berdasarkan perjalanan
penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase
ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif
life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami gangguan
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas),
circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan proses inflamasi, problem penutupan
luka dengan titik perhatian pada luka telanjang dan keadaan
hipermetabolisme.
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
3. Manifestasi Klinis
a. Berdasarkan kedalaman luka bakar
1) Derajat 1 (luka bakar superfisial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar
derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh
tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.
2) Derajat 2 (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat 2 mencapai kedalaman dermis tetapi masih
ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel
epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10-12 hari.
Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf dermis, luka derajat ini
tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar
superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul
bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena
permeabilitas dindingnya meninggi.
Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi:
- Derajat 2 dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superficial
dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14
hari.
- Derajat 2 dalam, dimna kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif
dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian
dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel kulit (sel
epitel, stratum, germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea)
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
1 bulan.
3) Derajat 3
Luas bakar derajat 3 meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi
elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus
dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan
gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula, dan tidak
nyeri. (M.Clevo,2012)
b. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori:
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25 % pada orang dewasa
dan lebih dari 20% pada anak-anak.
- Luka bakar fulthickness lebih dari 20%
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25 % pada orang dewasa dan
10%-20% pada anak-anak.
- Luka bakar fulthickness <10%.
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga,
kaki dan perineum.
c. Luka bakar minor
- Luka bakar dengan luas <15% pada orang dewasa dan <
10% pada anak-anak.
- Luka bakar fulthickness kurang dari 2 %
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elekrik, fraktur.
(Nurarif,2015)
4. Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang
tinggi, akibatnya akan merusak kulit dan dan pembuluh darah tepi maupun
maupun pembuluh darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami
gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif,
terganggunya cairan didalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga
merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah
sehingga beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan
radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas
maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik (burn syok)
(Musliha, 2010).
5. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elekrolit,
Kreatinin, Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine Lengkap,
AGD (bila diperlukan).
2. Rontgen: Foto Thorax
3. EKG
4. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar llebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
6. Penatalaksanaan
a. Tindakan pertolongan menurut luas luka bakar
1) Luka bakar ringan
Jika memungkinkan pada luka bakar ringan harus segera direndam
ke dalam air dingin.
Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama
mungkin.
Luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air untuk
membuang semua kotoran yang melekat.
Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius
dan digosok dengan sikat.
Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang. Jika daerah yang
terluka telah benar-benar bersih dapat dioleskan krim antibiotik
(sulfadiazin).
Untuk melindungi luka dari kotoran dan menjadi lebih buruk,
biasanya ditutup dengan deberikan perban pembalut.
Hal ini sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang
tterluka karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami
kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah akan
menyebar.
Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik
per oral.
Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungai yang
mengalami luka bakar biasanya ketika beristirahat
diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung.
Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka
bakar derajat 2 atau 3 karena pergerakan bisa memperburuk
keadaan persendian. Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri
selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan
dengan status imunisasi korban.