Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari
aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun
bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk,
2009). Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi
untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja
juga lebih sering menderita luka bakar dari pada yang diperkirakan lewat
representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di
rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat listrik merupakan
pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian ini. Kecelakaan industry juga
menyebabkan banyak kejadian luka bakar (Brunner & Suddarth, 2001).

Berdasarkan catatan WHO luka bakar menyebabkan 195.000


kematian/tahun di seluruh dunia terutama di negara miskin dan berkembang.
Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan
kecacatan pada penderitanya. Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka
bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi
menyebabkan kematian di seluruh dunia, dan hampir 70% nya merupakan
penyebab kematian di Asia Tenggara. Luka bakar terutama terjadi di rumah
dan di tempat kerja yang seharusnya bisa dicegah sebelum terjadi (Kristanto,
2005). The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data
statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian
besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram
air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan, bermain-main dengan
korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki-
laki, penggunaan obat bius, alcohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya

1
itu memberikan kontribusi pada angka statistik tersebut (Brunner&Suddarth,
2001) .

Sedangkan di Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka


bakar setiap tahunya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Bila ditinjau
Rumah Sakit Pertamina sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas
perawatan khusus Unit Luka Bakar, menerima antara 33 sampai dengan 53
penderita (rata-rata 40 penderita /tahun). Dari jumlah tersebut yang termasuk
dalam kategori Luka Bakar Berat adalah berkisar 21% (Rivai T, 2010).
Dibutuhkan peran aktif perawat, mahasiswa keperawatan, dan petugas
kesehatan lainya termasuk dinas kesehatan dalam pencegahan kebakaran dan
penanganan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan
pertolongan pertama kegawatdaruratan pada (PPGD) pada luka bakar. Dari
beberapa pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kejadian luka bakar di
masyarakat masih cukup tinggi dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar masih rendah. Untuk
itu kelompok kami tertarik untuk membuat makalah tentang luka bakar.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Untuk memenuhi tugas keperawatan medikal bedah mengenai luka
bakar (combutsio) serta mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah luka
bakar (combutsio).

2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui tentang definisi lukaa bakar.
b. Untuk mengetahui tentang etiologi luka bakar.
c. Untuk mengetahui tentang pathofsiologi dan pathway luka bakar.
d. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik dan hasil yang
spesifik.
e. Untuk mengetahui tentang manajemen theraphy pada luka bakar.

2
f. Untuk mengetahui tentang kegawatdaruratan pada luka bakar.
g. Untuk mengetahui tentang komplikasi pada luka bakar.
h. Untuk mengetahui tentang manajemen keperawatan pada luka bakar.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Luka bakar disebabkan oleh transfer energi dari sumber panas ke tubuh.
Luka bakar dapat dikategorikan sebagai luka bakar termal, luka bakar radiasi,
luka bakar listrik, atau luka bakar kimia (Baughman & Hackley.2000).
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap
traumasuhu atau termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka
bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari
epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar
dengan ketebalan penuh merusak semua sumber sumber pertumbuhan kembali
epitel kulit dan bisa membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas (Grace &
Borley, 2006).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi (Smeltzer, Suzana, 2002 dalam buku Nurarif & Kusuma, 2015).
Berdasarkan penyebab
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik
5. Luka bakar karena radiasi
6. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) (Nurarif & Kusuma, 2015).

Berdasarkan kedalaman luka


1. Luka bakar derajat I
2. Luka bakar derajat II
a. Derajat II dangkal (superficial)
b. Derjat II dalam (deep)
3. Luka bakar derajat III(Nurarif & Kusuma, 2015).

4
Berdasar tingkat keseriusan luka
American Burn association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori
1. Luka bakar mayor
2. Luka bakar moderat
3. Luka bakar minor (Nurarif & Kusuma, 2015).

Ukuran luas luka bakar


Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa
metode yaitu :
1. Role of nine
a. Kepala dan leher : 9 %
b. Dada depan dan belakang : 18 %
c. Abdomen depan dan belakang : 18 %
d. Tangan kanan dan kiri : 18 %
e. Paha kanan dan kiri : 18 %
f. Kaki kanan dan kiri : 18 %
g. Genital 1 %

2. Diagram

Lokasi Usia (tahun)


0-1 1-4 5-9 10-15 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada & perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantat kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai bawah kanan 5 5 5,5 6 7

5
Tungkai bawah kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

B. Batasan Gangguan
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. luka bakar derajat I
1) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis.
2) Kulit kering, hiperemi berupa eritema.
3) Tidak dijumpai bula.
4) Nyeri karena ujung-ujung syarafsensorik teriiritasi
5) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. luka bakar derajat II
1) Kerusakan meliputi epderms dan sebagian dermis, berupa reaksi
imflamasi disertai proses eksudasi
2) Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
3) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
Derajat II dangkal (superficial )
1) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
2) Organ-organ kulit seprti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
3) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam (deep)
1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut , kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh
3) Penyembuhan terjadi lebih lama , tergantung epitel yang tersisa.
4) Biasanya penyebuhan terjadi lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam .

6
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat , kelenjar
sebasea mengalami kerusakan
3) Tidak dijumpai bulae
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar
6) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi , oleh karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan / kematian
7) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dan dasar luka.

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori :
a. Luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25 % pada orang dewasa dan lebih
dari 20 % pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness lebih dari 20 %
3) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perineum
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injury tanpa memperhitungkan
derajat luasnya luka
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi

b. Luka bakar moderat


1) Luka bakar dengan luas 15-25 % pada orang dewasa dan 10-mata,0 %
pada anak-anak
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 10 %
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, telinga, kaki, dan
perineum

7
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada orang dewasa dan
kurang dari 10 % pada anak-anak
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2 %
3) Terdapat luka bakar daerah wajah, tangan dan kaki.
4) Luka tidak sirkumfer
5) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur (Nurarif & Kusuma,
2015).

C. Etiologi
1. Luka bakar thermal, disebabkan oleh terkena api, cairan panas, benda panas,
semiliquid ( misalnya uap), semisolid (misalnya tart). Contoh luka bakar ini
terjadi saat kecelakaan atau meledaknya mobil, kecelakaan ddidapur, atau
penyimpanan cairan yang sudah terbakar yang tidak hati-hati.
2. Luka bakar kimiawi disebabkan karena adanya kontak, menelan, menghirp
atau penyuntikan zat asam, basa atau zat iritatif.
3. Luka bakar karena listrik disebabkan karena alergi listrik yang melewati
tubuh.
4. Luka bakar radiasi, meskipun sangat jarang, luka bakar ini terjadi karena
terpapar sumber zat radioaktif. Biasanya karena kecelakaan akibat radiaasi
nuklir, radiasi ion di industri atau irradiasi terapeutik. Luka terkena sengatan
matahari dapat dimasukkan kategori luka bakar radiasi.
5. Cedera inhalasi disebabkan karena terpaparnya asphyxiants ( misalnya
karbon monoksida ) dan asap yang muncul saat adanya kebakaran pada
korban yang terperangkap api ( Yasmara, dkk, 2016).

D. Patofisiologi dan Gambaran Pathways


Luka bakar diakibatkan oleh transfer energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas disalurkan melalui konduksi atau radiasi magnetik. Luka bakar

8
dikategorikan sebagai luka bakar termal (termasuk luka bakar elektrikal),
radiasi, atau kenikal. Rusaknya jaringan terjadi akibat proses koagulasi,
denaturasi protein, atau ionisasi komponen seluler. Rusaknya jaringan kulit dan
mukosa terjadi pada jalan nafas atas. Cidera termal pada jalan nafas atas dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas akibat adanya laringospasme. Jaringan
yang lebih dalam, termasuk lapisan fisera, dapat rusak akibat luka bakar
elektrik atau kontak lama dengan sumber panas. Distrubsi kulit dapat
menyebabkan kehilangan cairan, infeksi, hipotermi, pembentukan jaringan
skar, gangguan imunitas, dan gangguan fungsi. Kedalaman luka tergantung
pada temperatur sumber yang menyebabkan luka bakar dan durasi kontak
dengan sumber tersebut.

Jaringan kulit yang rusak akibat luka bakar akan terbentuk tiga zona,
yaitu zona hiperemia, zona stasis, dan zona koagulasi. Zona hiperemia
merupakan zona dengan minimal kerusakan jaringan, tetapi pada zona ini
terjadi fasodilatasi dan respon inflamasi akut. Zona stasis merupakan zona
dimana sel sel mengalami injury akibat panas dan berusaha bertahan. Akan
tetapi sel sel tersebut akan mati pada 48 jam pertama setelah kontak dengan
agen. Pada 48 jam pertama ini zona stasis mengalami fasokontriksi dan
terbentuknya mikrotrombus yang dapat mengurangi suplai darah ke jaringan.
Zona koagulasi merupakan pusat dari luka bakar, dimana sel sel diarea ini
sudah mengalami kerusakan akibat agen termal dan terbentuknya area yang
tidak ada vaskuleriasi.

Rasa nyeri pada luka bakar ditimbulkan akibat persyarafan didaerah kulit
yang mengalami luka bakar melepaskan mediator nyeri. Agen termal merusak
sel, mengakibatkan natrium intravaskuler banyak berpindah ke sel, sehingga
terjadi defisit natrium di intravaskuler. Dari kondisi tersebut akan
mengakibatkan hipovelemia yang dapat memicu terjadinya gangguan pada
ginjal. Jika luka bakar dengan presentase yang besar atau luka bakar yang
parah, maka dapat mengakibatkan menurunnya kardiac output, sehingga

9
memperparah kondisi hipovolemia yang berakibat jatuhnya pasien dalam
kondisi syok hipovolemik (Rini, dkk,2019).

Gambaran Pathways

10
E. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil Spesifik

11
1. Laboratorium
a. Kadar gas darah arteri menunjukkan hipoksia (normal : dewasa [ pH :
7,35-7,45 ; PCO 2 : 35-45 mmHg ; PO2 : 75-100 mmHg ; HCO 3 : 24-38
mEq/L; BE : + 2 sampai -2 mEq/L ]; anak [pH : 7,36 -7,44; lainnya sama
dengan dewasa].
b. Hitung darah lengkap menunjukkan penurunan Hb ( normal : pria [13,5-
18 gram/dl], wanita [12-16 gram/dl ], bayi baru lahir [12-24 gram /dl],
bayi 6 bulan sampai 5 tahun [ 10-15 gram/dl], 5-14 tahun [11-16 gram/ dl
], dan hematokrit (normal : pria [40-50%], wanita [36-46 %], bayi baru
lahir [44-65 %], anak 1-3 tahun [29-40%], 4-10 tahun [31-43 %] bila
terjadi kehilangan darah .
c. Kadar elektrolit abnormal karena kehilangan dan pergeseran cairan.
d. Ureum nitrogen darah meningkat (normal : dewasa [5-25 mg/dl], bayi [5-
15 mg/dl], anak [5-20 mg/dl] , menyertai kehilangan cairan.
e. Kadar glukosa darah mrenurun pada anak (normal : puasa [bayi baru
lahir : 30-80mg/dl; anak 60-100mg/dl]; postprandial [ anak : <
120mg/dl /2 jam ]) karena keterbatasan cadangan glikogen.
f. Urinalisis menunjukkan mioglobinuria dan hemoglobinnuria.
g. Kadar karboksihemoglobin meningkat

2. Prosedur diagnostik
a. EKG dapat menunjukkan iskemia, cedera, atau eritmia, miokardium,
terutama pada luka bakar, karena listrik
b. Bronkoskopi fiberotik dapat menunjukkan edema jalan nafas
(Yasmara, 2016).

F. Management Therapi
1. Resusitasi A,B,C
a. Pernafasan :
1) Udara panas –mukosa rusak – oedema – obstruksi.
2) Efek toksik dari asp : HCN, NO2 , HCL, bensin – iritasi –
bronkokontriksi- obstruksi – gagal nafas .

12
b. Sirkulasi : gangguan permeabilitas kpiler : cairan dari intravaskukler
pindahg keekstra vaskuker – hipopolemi relatif- syok- ATN – gagal
ginjal.
1) Infus, kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kulkul luka.
2) Resusitasi cairan – Baxter.
Dewasa : Baxter
RL 4 cc X BB X % LB/ 24 jam.
Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan Faal ;
RL : Dextran = 17 : 3
2cc X BB X % LB.
Kebutuhan faal :
Kurang dari 1 tahun : BB X 100 cc
1-3 tahun : BB X 75 cc
3-5 tahun : BB X 50 cc
½ Diberikan 8 jam pertama
½ Diberikan16 jam berikutnya
Hari kedua :
Dewasa : Dextran 500- 2000 + D5 % / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100

( albumin 25 % = gram x 4 cc ) 1 cc / mnt.


Anak : diberi sesuai kebutuhan Faal.
3) Monitor urin dan CVP
4) Topikal dan tutup luka
a) Cuci luka dengan saflon : NaCl 0,9 % ( 1:30 ) + buang jaringan
nekrotik.
b) Tulle.
c) Silver sulva diazin tebal.
d) Tutup kassa tebal
e) Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor
5) Obat-obatan :

13
 Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian .
 Bila perlu berikan antibiotik sesuai dengan pola kuman dan sesuai
hasil kultur.
 Analgetik : kuat ( morfin, petidin )
 Antasida : Kalau perlu (Padila, 2018).

G. Kegawat Daruratan Sistem Integumen (Luka Bakar)


1. Hentikan proses pembakaran dengan :
a. Luka bakar akibat api : jika pakaian korban terbakar,mak aanjurkan
korban untuk berguling-guling dilantai untuk memadamkan api. Jika
pakaian korban kering, maka segera lepaskan atau gunting pakaian yang
terbakar.
b. Luka bakar akibat rokok : buang rokok ke air dingin untuk menghentikan
proses pembakaran.
c. Luka bakar akibat agen kimia : lepaskan segera baju yang terkena bahan
kimia. Cuci bagaian tubuh yang terkena luka bakar dengan air yang
banyak selam 10 menit.
2. Resusitasi A,B,C
a. Periksa jalan nafas
1) Periksa adanya jelaga atau mukosa mulut dan hidup kering, melepuh
2) Udara panas dapat mengakibatkan kerusakan mukosa, sehingga
memicu terjadinya odema dan berujung pada kondisi obstruksi jalan
nafas
3) Efek toksik dari asap HCN, NO2,HCL, bensin menyebabkan iritasi
permukaan saluran nafas, sehingga menyebabkan terjadinya bronko
konstriksi. Akiba dari bronko kontriksi ini menyebabkan obstruksi
jalan nafas dan mengakibatkan kondisi gagal nafas.
b. Pernafasan
1) Berikan oksigen via nasal kanul atau sesuai dengan kebutuhan korban
2) Terjadi gangguan ventilasi akibat respon bronko konstriksi disaluran
pernafasan

14
c. Sirkulasi
1) Akibat luka bakar menyebabkan terjadinya peningkatan permiebilitas
kapilar pembuluh darah. Sehingga cairan intra vaskuler berpindah ke
ekstra vaskuler, sehingga kondisi tubuh mengalami hipovolemia, dan
memicu terjadinya syok hipovolemik.
2) Resusitasi cairan
a) Lakukan pemasangan infus untuk memberikan resusitasi cairan
b) Selimuti pasien dengan selimut steril (jaga suhu tubuh pasien
jangan sampai kedinginan)
c) Berikan suhu kamar sesuai dengan suhu tubuh pasien yaitu antara
36-37oC
d) Lakukan pemasangan kateter untuk memonitor input dan output
cairan
e) Pasang CVP untuk memonitor status cairan pasien
f) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan lab laboratorium (Rini,
dkk, 2019).
Tabel resusitasi cairan luka bakar

resusitasi cairan
Hari Dewasa Anak
Pertama Baxter : Jumlah resusitasi +
4ml RL x BBKg x % kebutuhan faal :
LPTT/24 jam RL : dextran =17: 3
Pemberian : 2ml x BB Kg x %
 8 jam I deberikan LPTT.
½ dari kebutuhan Kebutuhan faal :
cairan  < 1 tahun : BB
 8 jam II diberikan x 100 cc
¼ dari kebutuhan  1-3 tahun : BB
cairan x 75 cc
 8 jam II diberikan  3-5 tahun : BB
sisanya x 50 cc
Kedua Dextrans 500 – 2000 + Diberi sesuai
D5% / albumin . kebutuhan faal

15
(3-x) x 80 x BB gr / hari
100
(albumin 25 % = gr x 4
cc ) 1 cc / menit
Sumber : Smelter, 2010

H. Komplikasi
1. Segera
 Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkum parensial (luka bakar pada
ekstremitas menjadi iskemia ekstrimitas, luka bakar thorak hipoksia
dari gagal nafas restriktif ) (cegas dengan eskarotomi segera ).
2. Awal
 Hiperkalemia (dari sistolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin
dan destrosa.
 Gagal ginjal akut ( kombinasi dari hipovolemia, sepsis, toksin jaringan ).
Cegah dengan resusitasi dini agresiv, pastikan GFR tinggi pada
pemberian cairan dan diuretik, obati sepsi.
 Infeksi ( waspadai setreptococcus ). Obati infeksi yang timbul ( 10 6
organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotik sitemik
 Ulkus akibat stres ( ulkus churling) ( cegah dengan antasid, bloker H2
atau inhibitor pompa proton profilaksis ).
3. Lanjut
Kontraktur (Grace & Borley, 2006).

BAB III
MANAGEMENT KEPERAWATAN

16
A. Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat
Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda : ( dengan cedera luka bakar lebih dari 20 % APTT ): Hipotensi
(syok) , penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas yang cedera,
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik ), takikardia ( syok/ansietas/nyeri ), distrimia ( syok listrik ),
pembentukan oedema jaringan ( semua luka bakar ).
3. Integritas Ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda :
ansietas, menangis, ketergantunganm, meyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun/ tak ada selama fase darurat, warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam, diuresis ( setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi ), penurunan bising usus / tidak ada, khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20 % sebagai stres penurunan
motilitas / peristaltik gastrik.
5. Makanan/ cairan
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
6. Neurosensori
Gejala : Area batas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam
( RTD ) pada cedera ekstermitas aktifitas kejang ( syok listrik ), laserasi
korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan ( syok listrik),
ruptur membran timpanik ( syok listrik ), paralisis ( cedera listrik pada aliran
saraf )
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka

17
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf,,
luka bakar derajat ketiga tidak nyeri.
8. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama ( kemungkinan
cedera inhalasi ). Tanda : Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam
sputum, ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera
inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada, jlan nafas atau stridor / mengi ( obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal ), bunyi nafas : gemericik ( oedema paru ),
stridor ( oedema laringeal ), sekret jalan nafas dalam ( ronkhi )
9. Keamanan
Tanda : Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada
beberapa luka.Area kulit tak terbakar mungkin dingin / lembab, pucat
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan / status syok.
Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong, mukosa hidung dan mulkut kering, merah, lepuh pada faring
posterior,oedema, lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.Cedera
mungkin coklat kekuningan engan tekstur seperti kulit samak halus, lepuh,
ulkus, nekrosis atau jaringan parut tebal. Cedera secara melebih dalam dari
tampaknya secara perlkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.
Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dibawah
nekrosis. Penampilan luka bervaariasi dapat meliputi luka aliran ,masuk/
keluatr ( eksplosif ) luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur / dislokasi ( jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik ).

18
B. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
sekunder dekstruksi lapisan kulit.
2. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan cidera
trauma.
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema.

C. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kerusakan permukaan kulit sekunder dekstruksi lapisan kulit.
Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil : Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Intervensi :
 Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan
nekrotik dan kondisi sekitar luka.
 Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
 Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
 Lakukan program kolaborasi : siapkan atau bantu prosedur bedah atau
balutan biologis.

Rasional :
 Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada airagraft.
 Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi
atau kegagalan kulit.
 Mengurangi terjadinya infeksi.
 Untuk penutupan sementara pada luka bakar.

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan, pembentukan


edema.
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.

19
Kriteria : Menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi
wajah dan postur tubuh rileks.
Intervensi :
 Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan
berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.
 Berikan ayunan diatas tempat tidur bila diperlukan.
 Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan.
Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien
tak dapat membantu membalikan badan sendiri .
 Berikan analgesik narkotik yang diresapkan prn dan sekitar 30 mnt
sebelum prosedur perawatan luka.

Rasional
 Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan
hipotermia, tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan
panas.
 Menurunkan nyeri dengan mempertahankan berat badan jauh dari
linen tempat tidur terhadap luka dan menurunkan pemajanan ujung
saraf pada aliran udara.
 Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependent, dukungan
adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meminimalkan
ketidaknyamanan.
 Analgesik narkotik diperlukan untuk memblok rasa nyeri dengan nyeri
berat.absorbsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar yang luas
yang disebabkan oleh perpindahan intertitial berkenaan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler.

3. Resiko bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi


trakheobronkhial, oedema mukosa, kompresi jalan nafas.
Tujuan : bersihkan jalan nafas tidak efektif.

20
Kriteria hasil : bunyi nafas vaskuler, RR dalam batas normal, bebas
dispnoe/cyanosis.
Intervensi :
 Kaji reflek gangguan menelan, perhatikan pengaliran air liur,
ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi.
 Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering.
 Berikan/bantu fisioterapi dada/ spirometri intensif.
 Siapkan miring intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi.

Rasional :
 Dugaan cedera inhalasi.
 Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainasee sekret.
 Memperbaiki ekspansi paru, sehingga meningkatkan fungsi
pernafasan dan menurunkan atelektasis.
 Inkubasi/dukungan mekanikal dibutuhkan bila jalan nafas edema atau
luka bakar mempengaruhi fungsi paru/oksigenasi.

BAB IV
PENUTUP

21
A. Simpulan
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari
aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun
bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Pemeriksaan
diagnostik untuk luka bakar antara lain : laboratorium (kadar gas darah arteri,
pemeriksaan darah lengkap, kadar elektrolit, ureum nitrogen, kadar glukosa
darah, urinalisis, kadar karboksihemoglobin) dan EKG dan bronkoskopi
fibrokistik . Penatalaksanaan luka bakar yaitu : hentikan proses pembakaran
dan resusitasi A,B,C .

B. Saran
1. Untuk perawat dan tenaga kesehatan lainnya, lakukanlah penanganan luka
bakar cepat dan sesuai dengan SOP agar tidak menimbulkan infeksi agar
tercapai keberhasilan proses keperawatan.
2.  Untuk keluarga klien, rawatlah klien dengan rutin serta berikan dukungan
dan perhatian yang dapat mempercepat proses penyembuhan klien.

Daftar Pustaka

22
Baughman, Diane C.& JoAnn C. Hackley.2000. Keperawatan Medikal Bedah.
Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Diterjemahkan oleh Yasmin Asih.
Jakarta : EGC.
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. 2016. Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal – Bedah. Diagnosis Nanda. Jakarta : EGC.
Grace, pierce A.& Neil R. Borley.2006. At a Glance.Ilmu Bedah. Diterjemahkan
oleh Vidhia Umami. Jakarta : Erlangga.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jilid 2. Jogjakarta :
Mediaction.
Rini, Ika Setyo, dkk.2019.Buku Ajar Keperawatan. Pertolongan Pertama Gawat
Darurat (PPGD). Malang : UB Press.

23

Anda mungkin juga menyukai