Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN FIELD TRIP

PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

“LUKA BAKAR LISTRIK”

DI RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Tanggal, 22 Februari 2018

KELOMPOK I C

1. BESSE MAESSY AULIA A : 15 01 006


2. ST SAKIAH : 15 01 044
3. RANDI AMBO DALLE : 15 01 056
4. BASO WAHYUDI : 15 01 051

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah Melakukan Field Trip Sistem Integumen

Pada

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Februari 2018

Tempat : RSUP Dr.WahidinSudirohusodo

Pembimbing Pembimbing
Institusi Lahan

(…………………………………….) (…………………………………….)
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan field trip sistem integumen
yang berjudul “Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen Luka Bakar Listrik”.
Dalam penyusunan laporan ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yng tidak
mungkin kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari, laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya laporan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi kami
maupun bagi pembaca.

Makassar, 23 Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 5

A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 5


B. TUJUAN ................................................................................................. 6

BAB 2 KONSEP MEDIS ................................................................................... 7

A. DEFINISI ................................................................................................ 7
B. ETIOLOGI .............................................................................................. 9
C. PATOFISIOLOGI ................................................................................... 9
D. MANIFESTASI KLINIS ...................................................................... 11
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG .......................................................... 13
F. PENATALAKSANAAN ...................................................................... 13
G. TERAPI MEDIKASI ............................................................................ 17
H. KOMPLIKASI ...................................................................................... 18

BAB 3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN ...................................................... 19

A. ANALISA DATA ................................................................................. 20


B. PENGELOMPOKKAN DATA ............................................................ 21
C. INTERVENSI ....................................................................................... 23
D. KRITIK DAN SARAN ......................................................................... 27

BAB 4 PENUTUP. .......................................................................................... 30

A. KESIMPULAN. .................................................................................... 30
B. SARAN. ................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan
derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain.
Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar
selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena
kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya
karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung
meletus. (Moenajad, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan
langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur,
status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya
luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering
mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian
anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar
harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk
menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka
bakar tertentu. (Elizabeth,2009)
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk
cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan Swearingen,
2000)
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan kegawatdaruratan pada
klien dengan luka bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji terhadap derajat luka bakar.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian
terhadap luka bakar.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dalam pelaksanaan
perawatan luka bakar.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang telah
disusun.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang telah
disusun.
BAB II
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan
terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab,
kedalaman luka, dan keseriusan luka yakni:
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
 Derajat II dangkal (superficial)
 Derajat II dalam (deep)
c. Luka baar derajat III
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American burn asosiation menggolongkan lua baar menjadi tiga
ategori:
a. Luka bakar mayor
b. Luka bakar moderat
c. Luka bakar minor
4. Ukuran luas Luka bakar
dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan
beberapa metode yaitu:
a. Role of nine
 Kepala dan leher: 9%
 Dada 9%
 Punggung 9%
 Bokong 9%
 Lengan kiri 9%
 Lengan kanan 9%
 Kaki kanan bagian depan 9%
 Kaki kiri bagian belakang 9%
 Kaki kiri bagian depan 9%
 Kaki kiri bagian belakang9%
 Genitalia : 1 %
b. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan
diagram lund dan browder sebagai berikut:
usia (tahun)
Lokasi
0-1 1-4 4-9 10-15 dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
dada dan perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
pantat kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
lengan atas kanan 4 4 4 4 4
lengan atas kiri 4 4 4 4 4
lengan bawah kanan 3 3 3 3 3
lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
tungkai bawah kanan 5 5 5,5 6 7
tungkai bawah kiri 5 5 5,5 6 7
kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

B. ETIOLOGI
Disebaban oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3
fase, yaitu:
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas
karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini
terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cedera termis bersifat sistemik
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawanya) menimbulkan
masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan cairan tubuh disertai
panas/energi
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi
maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka
bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

C. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang
tinggi, akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun
pembuluh darah besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami
gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif,
terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga
merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah
sehingga beberapa jam setelah reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang
sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka
pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada
kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1
detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga
terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15
menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan
cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat
ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka
bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan
faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta
komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.
Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan
pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha,
2010)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Berdasarkan kedalam luka bakar
a. Luka bakar derajat I
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bulae
 Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi
 Dijumpai bulae
 Nyeri karena ujung-ujung syaraf teriritasi
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih
tinggi di atas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Derajat II dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
 Orgsn-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari
Derajat II dalam (deep)
 Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh
 Penyembuhsn terjadi lebih lama, tergantung epikel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari
sebulan
c. Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan
yang lebih dalam
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat kelenjar sebasea mengalami kerusakan
 Tida dijumpai bulae
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat.
Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit
sekitar
 Terjadi kuagulasi protein pada eoidermis dan dermis
yang dikenal sebagai skar
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi oleh arena
ujungujung saraf sensori mengalami kerusakan strek
kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses
epitelisasi spontan dari dasaluka

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American bunrn association menggolongkan lua bakar menjadi tiga
kategori:
a. Luka bakar mayor
 Luka bakar dengan luas lebih dar 25% pada orang dewas
adan lebih daro 20% pada anak-anak
 Lika bakar fullthickness lebih dari 20%
 Terdapat lika baar pada tangan, luka, mata,telinga, dan
perineum
 Terdapat trauma inhalasi dan multipel injuri tanpa
memperhitungkan dearajat dan luasnya luaka
 Terdapat lua bakar listrik bertegangan tinggi
b. Luka bakar moderat
 Lua bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-
20% pada anak-anak
 Lika bakar fullthickness kurang dar 10%
 Tidak terdapat lukat erbakar pada
tangan,muka,mata,telinga,kaki, dan perineum
c. Luka bakar minoa
Luka bakar minor seperti yang didenifisikan oleh trofinu (1991)
dan griglak (1992) adalah:
 Luka bakar dengan luas kuarang dari 15% pada orang
dewasa dan kurang dari 10% pada anak-anak
 Lika bakar fullthickness kurang dar 2%
 Tidak terdapat luka bakar didaerah wajah,tangan, dan kaki
luka tidak sirkumfer
 Tidak terdapat trouma inhalasi, elektrik,fraktur
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium: hb, ht, leukosit, trombosit, gula darah, elektrolit,
kreatinin, ureum, protein, albumin, hasupan luka, urine lengkap, AGD
(bila diperlukan), dll.
2. Rontgen : Foto thorax, dan lain-lain
3. EKG
4. CVP: untu mengetahui tekanan vena central, diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat
klien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu
antara lain mencakup penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan
pertama di unit gawat darurat, penanganan klien luka bakar di ruang
perawatan intensif dan penanganan klien luka bakar di bangsal perawatan
atau unit luka bakar (Christantie Effendi, S.Kp., 1999).
a. Penanganan awal di tempat kejadian
Tindakan yang harus dilakukan terhadap korban luka bakar:
1. Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan
biarkan korban berlari, anjurkan korban untuk berguling-guling
atau bungkus tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan
segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika kejadian
luka bakar berada di ruangan tertutup.
2. Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.
3. Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life
support) dan oksigen jika diperlukan.
4. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang
bersuhu 20 oC (suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan
hipotermia) selama 15-20 menit segera setelah terjadinya luka
bakar (jika tidak ada masalah pada jalan napas korban).
5. Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan
air sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh
korban.
6. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan
cedera lain yang menyertai luka bakar.
7. Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut (tutup tubuh korban dengan kain/kasa yang bersih selama
perjalanan ke rumah sakit).

b. Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat


1. Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan napas);
B: Breathing (pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).
2. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
3. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien
mengalami trauma inhalasi).
4. Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu
dilakukan intubasi atau trakheostomi).
5. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti
adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes,
hipertensi, gagal ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena
tegangan listrik (sulit diketahui secara akurat tingkat
kedalamannya).
6. Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya
dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter).
7. Pasang kateter urine.
8. Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.
9. Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya
diberikan sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar
pada 24 jam pertama. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan
cairan dan pada 16 jam II diberikan sisanya (disesuaikan dengan
produksi urine tiap jam)
10. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami
trauma inhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan
nebulisasi dengan obat bronkodilator.
11. Periksa lab darah.
12. Berikan suntikan ATS/Toxoid.
13. Perawatan luka.
14. Pemberian obat-obatan (kkolaborasi dengan dokter); analgetik,
antibiotik dll.
15. Mobilisasi secara dini (range of motion).
16. Pengaturan posisi.

c. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan intensif

Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya

penanganan secara intensif di unit perawatan intensif terutama klien

yang membutuhkan alat bantu pernapasan (ventilator). Hal yang harus

diperhatikan selama klien dirawat di unit ini meliputi:

1. Pantau keadaan klien dan setting ventilator.


2. Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan

setiap jam dan suhu setiap 4 jam.

3. Pantau nilai CVP.

4. Amati GCS.

5. Pantau status hemodinamik.

6. Pantau haluaran urine (0,5-1 cc/kg BB/jam)

7. Auskultasi suara paru tiap pertukaran jaga.

8. Cek AGD setiap hari atau bila diperlukan.

9. Pantau saturasi oksigen.

10. Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.

11. Perawatan mulut setiap 2 jam (beri boraq gliserin).

12. Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.

13. Ganti posisi klien setiap 3 jam.

14. Fisioterapi dada.

15. Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter,

tube setiap hari.

16. Ganti tube dan NGT setiap minggu.

17. Observasi letak tube (ETT) setiap shift.

18. Observasi terhadap aspirasi cairan lambung.

19. Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein

(albumin), gula darah (kolaborasi dengan dokter).

20. Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.

21. Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter.

d. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan luka bakar


Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama

karena proses penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan

luka bakar yang luas dan dalam.

Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit

luka bakar yaitu perawatan luka, pengaturan posisi, pemenuhan

kebutuhan nutrisi yang adekuat, pencegahan komplikasi dan

rehabilitasi.

Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan

perawatan tertutup. Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa

menggunakan balutan setelah diberi obat topikal. Perawatan tertutup

dengan menggunakan balutan gaas steril setelah diberikan obat topikal

atau tulle yang mengandung chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist)

dengan NaCl 0,9% dan gaas kering. Penggunaan obat topikal

disesuaikan dengan kedalaman luka bakar. Luka bakar grade II

superficial menggunakan chlorampenicol zalf mata, sedangkan luka

bakar grade II dalam dan grade III menggunakan SSD.

G. TERAPI MEDIKASI
1. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang
2. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
hasil kultur.
3. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
4. Antasida : kalau perlu
H. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :
1. Infeksi luka
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama
terdapat eritema, edema, nyeri tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan
kemungkinan infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih
dalam.
d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Sepsis
3. Syok akibat luka bakar
4. Edema akibat luka bakar
5. Eskarotomi
6. Rabdomiolisis
7. Cidera inhalasi
8. Hipermetabolisme
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

FIELD TRIP SISTEM INTEGUMEN

“ PERAWATAN LUKA BAKAR “

1. IDENTITAS KLIEN :
a. Nama Klien : Fatur Rahman
b. Umur : 10 Tahun
c. No. Rekam Medis : 830734
d. Diagnosa : Electic Burn Injuri Grade 3
2. KELUHAN UTAMA : Nyeri

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Tersengat listrik,

4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU : Kejang - Kejang

5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL : Cemas Dengan Keadaan

6. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI :


a. Makan : frekuensi 3x / hari, dengan porsi 1/5
b. Minum :frekuensi 2x/hari porsi sehari 2 gelas
c. Istirahat : lama tidur siang 3 jam, lama tidur pada malam hari ±
7 jam
d. Eliminasi : frekuensi BAK 5x (saat malam hari) BAK 2x sehari
e. Aktivitas : Dibantu saat Mandi, Makan, BAK dan BAB,
mengenakan pakaian
f. Kebersihan : Sikat Gigi 2x/hari

7. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA : Tidak memiliki penyakit


keturunan
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda tanda vital
 TD : 110/70 MmHg
 Suhu : 37,6 0C
 Nadi : 100 X/MENIT
 Pernafasan :20 X/MENIT
b. Tinggi badan : 130 Cm
c. Berat badan : 30 Kg
d. Kepala : Bersih dan Rambut berwarna hitam
e. Mata : Tidak ada kelainan
f. Hidung : Tidak ada kelainan
g. Mulut : Membran mukosa kering
h. Telinga : Tidak ada kelainan
i. Dada : Simetris
j. Jantung : Tidak ada kelainan
k. Abdomen : Simetris, Tidak kelainan
l. Ekstremitas : Ekstremitas atas tangan kiri diamputasi,
Ekstremitas bawah normal
9. PENGKAJIAN DATA FOKUS SISTEM INTEGUMEN:
 Inspeksi : terdapat luka bakar di tubuh, dan post amputasi
disebelah lengan kiri
 Palpasi : terdapat turgor kulit
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal/Ja Nilai
Jenis Pemeriksaan Hasil Interpretasi
m Normal
18 – 01 - 2018 1. Pemeriksaan Normal 1. Tidak
radilogi terdapat
2. Pemeriksaan kelainan
urin pada
3. Lab lengkap foto
thoraks
11. PENGOBATAN
Hari/Tanggal/Jam Jenis Terapi Dosis
Kamis, 22 februari  Pemberian obat
2018 tropical (
Jam 09.20 SULFADIAZINE
SILVER
 Pemberian obat oral 100 mg/12
CEFIXINE jam/oral

A. PENGELOMPOKKAN DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Ibu pasien 1. Pasien tampak meringis
mengatakan bahwa 2. Pasien tampak menangis
pasien selalu 3. Skala nyeri 5 saat ganti perban pasien
mengeluh nyeri  Pasien tampak memiliki
2. Ibu pasien luka bakar di bagian
mengatakan bahwa  Kepala dan leher: 9%
jika pasien bergerak  Dada 9%
maka terasa nyeri di  Punggung 9%
daerah luka  Bokong 9%
3. Ibu pasien  Lengan kiri 9%
mengatakan bahwa  Lengan kanan 9%
aktivitas sehari-hari
 Kaki kanan bagian depan
pasien terganggu
9%
4. Ibu pasien
 Kaki kiri bagian belakang
mengatakan bahwa
9%
aktivitas sehari-hari
 Kaki kiri bagian depan 9%
dibantu (mis, mandi,
 Kaki kiri bagian
makan, BAB, BAK,
belakang9%
dan mengenakan
baju) 4. Pasien tampak lemah
5. Terpasang spalak pada kedua tangan
6. Pasien tampak dibantu(mis, mandi, makan,
BAB, BAK, dan mengenakan baju)
7. pasien tampak memiliki tanda-tanda resiko
infeksi
B. ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
Data Subjektif :
1. Ibu pasien mengatakan bahwa
pasien selalu mengeluh nyeri
2. Ibu pasien mengatakan bahwa
jika pasien bergerak maka
terasa nyeri di daerah luka
Data Objektif :
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak menangis
3. Skala nyeri 5 saat ganti perban NYERI AKUT
pasien 00132
4. Pasien tampak memiliki luka
bakar di bagian dada depan dan
punggung belakang, paha depan
dan paha belakang, lengan kiri
dan lengan kanan

Data Subjektif :
1. Ibu pasien mengatakan bahwa
aktivitas sehari-hari pasien
terganggu
2. Ibu pasien mengatakan bahwa
aktivitas sehari-hari dibantu
(mis, mandi, makan, BAB,
BAK, dan mengenakan baju)

Data Objektif :
1. Terpasang spalak pada kedua
tangan
3. Pasien tampak dibantu(mis,
mandi, makan, BAB, BAK, dan HAMBATAN MOBILITAS FISIK
mengenakan baju) 00085

Faktor Resiko

1. pasien tampak memiliki tanda- RESIKO INFEKSI


tanda resiko infeksi. 00004
- kerusakan integritas
kulit
- pertahanan primer yang
tidak adekuat
- proses invasif

C. INTERVENSI
DIAGNOSA NOC NIC
Domain 12 Kenyamanan Setelah dilakukan 1400 Manajemen nyeri
Kelas 1 Kenyamanan fisik tindakan keperawatan  Lakukan
00132 Nyeri Akut b/d Agens selama 2 x 24 jam, maka pengkajian nyeri
cedera kimiawi (mis, luka pasien diharapkan mampu komprehensif
bakar, kapsaisin, metilen dengan outcome : yang meliputi
klorida, agens mustard)  210201 nyeri yang lokasi,
Batasan Karakteristiknya : dilaporkan dari karakteristik,
1. Ekspresi wajah nyeri kadang-kadang onset/ durasi,
(mis, mata kurang menunjjukkan frekuensi,
bercahaya, tampak menjadi jarang kualitas,
kacau, gerakan mata menunjukkan intensitas, atau
berpencar atau tetap  210217 beratnya nyeri dan
pada satu focus, mengerang dan factor pencetus
meringis) menangis dari  Pastikan
2. Mengekspresikan sering perawatan
perilaku (mis, gelisah, menunjukkan analgetik bagi
merengek, menangis, menjadi jarang pasien dilakukan
waspada) menunjukkan dengan
3. Perubahan posisi  210206 ekspresi pemantauan yang
untuk menghindari nyeri wajah dari ketat
nyeri sering  Bantu keluarga
menunjjukkan dalam mencari
menjadi kadang- dan menyediakan
kadang dukungan
menunjukkan  Dukung istirahat
 210208 tidak bisa tidur yang adekuat
beristirahat dari untuk membantu
sering penurunan nyeri
menunjukkan ke  Beritahu dokter
jarang jika tindakan ini
menunjukkan tidak berhasil atau
 210215 jika keluhan
kehilangan nafsu pasien saat ini
makan dari berubah signifikan
kadang-kadang dari pengalaman
menunjukkan nyeri sebelumnya.
menjadi tidak
pernah
menunjukkan
Domain 4 Aktivitas/istirahat Setelah dilakukan 4310 Terapi Aktivitas
Kelas 2 Aktivitas/olahraga tindakan keperawatan  Pertimbangkan
00085 Hambatan mobilitas selama 2 x 24 jam maka kemampuan
fisik b/d keengganan memulai pasien diharapkan mampu pasien dalam
pergerakan dengan outcome : berpartisipasi
Batasan karakteristiknya :  021205 kontrol melalui aktivitas
1. Kesulitan membolak gerakan dari spesifik
balik posisi cukup terganggu  Bantu pasien
2. Keterbatasan rentan menjadi sedikit untuk memilih
gerak terganggu aktivitas dan
3. Ketidaknyamanan  021207 pencapaian tujuan
keseimbangan melalui aktivitas
gerakan dari yang konsisten
cukup terganggu dengan
menjadi sedikit kemampuan fisik,
terganggu fisiologis dan
 021201 kontraksi social
kekuatan otot dari  Bantu klien untuk
cukup terganggu tetap focus pada
menjadi sedikit kekuatan yang
terganggu dimilikinya
 021206 dibandingkan
kemantapan dengan kelemahan
gerakan dari yang dimilikinya
cukup terganggu  Bantu klien untuk
menjadi sedikit meningkatkan
terganggu motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon
emosi, fisik,
social, spiritual,
terhadap aktivitas
 Bantu pasien dan
keluarga
memantau
perkembangan
pasien terhadap
pencapaian tujuan
yang diharapkan.
Domain 11 Setelah dilakukan 6540 Kontrol Infeksi
keamanan/perlindungan tindakan keperawatan  Cuci tangan
Kelas 1 infeksi selama 2x 24 jam maka sebelum dan
00004 Resiko infeksi pasien diharapkan dengan sesudah kegiatan
Faktor resiko gangguan outcome : perawatan pasien
integritas kulit  110108 tekstur  Pastikan teknik
dari cukup perawatan luka
terganggu menjadi yang tepat
sedikit terganggu  Berikan antibiotic
 110111 perfusi yang sesuai
jaringan dari  Bersihkan
cukup terganggu lingkungan
menjadi sedikit dengan baik
terganggu setelah dilakukan
 110113 integritas untuk setiap
kulit dari cukup pasien
terganggu menjadi  Tingkatkan intake
sedikit terganggu nutrisi yang tepat
 110115 lesi pada  Dorong pasien
kulit dari cukup untuk beristirahat
terganggu menjadi  Anjurkan pasien
sedikit terganggu untuk meminum
 110110 antibiotic sesuai
pengelupasan yang diresepkan
kulit dari cukup  Ajarkan pada
terganggu menjadi pasien tanda dan
sedikit terganggu gejala infeksi dan
 110123 nekrosis kapan harus
dari cukup melaporkannya
terganggu menjadi kepada perawat
sedikit terganggu  Ajarkan pada
pasien dan
anggota
keluarganya
tentang mencegah
infeksi
BAB 4

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan mirip
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Tubuh
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah hilangnya cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D dan mempengaruhi
citra tubuh.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh atau terkena air
panas, sengatan listrik atau bahan kimia dan sengatan sinar matahari.

B. SARAN
- Untuk mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar
luka bakar dan dan memahami asuhan keperawatan luka bakar

Anda mungkin juga menyukai