Anda di halaman 1dari 31

BY KELOMPOK 2

 Infark miokard akut dengan elevasi ST


(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi
trombus pada plak aterosklerotik yang sudah
ada sebelumnya. Trombus arteri koroner
terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor
seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid (Sudoyo, 2010).
 Terdapat dua faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner yaitu faktor
risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
(nonmodifiable). Faktor risiko modifiable dapat
dikontrol dengan mengubah gaya hidup dan
kebiasaan pribadi, sedangkan faktor risiko yang
nonmodifiable merupakan konsekuensi genetic yang
tidak dapat dikontrol (smeltzer, 2002). Menurut
Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat
diubah (modifiable) yaitu merokok, tekanan darah
tinggi, hiperglikemia, kolesterol darah tinggi, dan
pola tingkah laku.
 Infark miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi thrombus pada plak arterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri
koroner berat yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena
berkembangnya banyak kolateral sepanjang
waktu. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak arterosklerosis mengalami.
 Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap
bagaimana kriteria nyeri dada yang dialami
pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI
merupakan nyeri dada tipikal (angina). Pada
pemeriksaan fisik didapati pasien gelisah dan
tidak bisa istirahat. Seringkali ektremitas pucat
disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri
substernal > 30 menit dan banyak keringat
dicurigai kuat adanya STEMI. Tanda fisik lain
pada disfungsi ventricular adalah S4 dan S3
gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan
split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat
ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik
apical yang bersifat sementara (Alwi, 2006).
 Penatalaksanaan STEMI (ST Elevasi Miocard Infark)
terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi ada tiga kelas obat-obatan yang
biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen:
vasodilator, antikoagulan, dan trombolitik. Analgetik
dapat diberikan untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri dada, nyeri dikaitkan dengan
aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi
dan meningkatkan beban jantung. Antikoagulan
(heparin) digunakan untuk membantu
mempertahankan integritas jantung. Heparin
memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga
dapat menurunkan kemungkinan pembentukan
trombus.
 Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat ,
seperti rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti
ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan
pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
 Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat
atau obat nitrat.
 Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau
gagal jantung akut.
 Bisa atipik:
 Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
 Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik
atau atau gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
 Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
 Disfungsi ventrikuler
 Gagal jantung
 Syok kardiogenik
 Perluasan IM
 Emboli sitemik/pilmonal
 Perikardiatis
 Ruptur
 Ventrikrel
 Otot papilar
 Kelainan septal ventrikel
 Disfungsi katup
 Aneurisma ventrikel
 Sindroma infark pascamiokardias
 Memeriksa tanda-tanda vital
 Mendapatkan akses intra vena
 Merekam dan menganalisis EKG
 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
 Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim
jantung, elektrolit serta pemeriksaan koagulasi.
 Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).
 Oksigen 4 L/ menit (saturasi oksigen
dipertahankan > 90%)
 Aspirin 160 mg (dikunyah).
 Tablet nitrat 5mg sublingual (dapat diualang
3x) lalu per drip bila masih nyeri dada.
 Mofin IV (2,5mg-5mg) bila nyeri dada tidak
teratasi dengan nitrat.
 Biomarker Jantung
 EKG (T Inverted dan ST Depresi)
 Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi
Miokardial Infark
 Nyeri merupakan kejadian tidak
menyenangkan, mengubah gaya hidup dan
kesejahteraan individu. Perawat harus
mengkaji hal-hal berikut ini untuk mengetahui
efek nyeri pada klien (Mulyadi, 2011). Keluhan
nyeri merupakan salah satu gejala yang
menggambarkan seberapa parah dampak
penyakit atau gangguan yang dialami
penderita sehingga dapat digunakan sebagai
parameter evaluasi proses.
 Stimulus yang mengenai tubuh (mekanik,
termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan
substansi kimia seperti histamin, bradikinin,
kalium. Substansi tersebut menyebabkan
nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor
mencapai ambang nyeri, maka akan timbul
impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut
saraf perifer.
 Melzack dan Wall (1965) mengemukakan teori gate
control, mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur
atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini menjelaskan
bahwa Substansi Gelatinosa (SG) yang ada pada
bagian ujung dorsal serabut saraf tulang belakang
mempunyai peran sebagai pintu gerbang, mekanisme
gate kontrol ini dapat memodifikasi dan merubah
sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di
korteks serebri dan menimbulkan nyeri. Impuls nyeri
bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan
di blok ketika pintu gerbang tertutup. Neuromodulator
bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat
pembentukan substansi P.
 Menurut Smeltzer & Bare (2001), efek
membahayakan dari nyeri dibedakan berdasarkan
klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut mempunyai efek yang membahayakan
diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya.
Selain merasa ketidaknyamanan dan mengganggu,
nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi
sistem pulmonari, kardiovaskular, gastrointestinal,
endokrin, dan imunologik. Nyeri kronis sering
mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan.
Pasien mungkin tidak mampu untuk melanjutkan
aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal.
 Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika
plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture,
atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga
menjadi thrombus mural pada lokasi ruptur
yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai
agonis (kolagen, ADP, epinefrin, dan
serotonin) memicu aktivasi trombosit yang
selanjutnya akan memproduksi dan
melepaskan tromboxan A2.
 Nyeri merupakan sesuatu  1. DIABETES
yang komplek, banyak faktor  2. USIA
yang mempengaruhi klien  3. JENIS KELAMIN
yang merasakan nyeri.
Perawat mempertimbangkan  4. MAKNA NYERI
semua faktor yang  5. PERHATIAN
mempengaruhi klien yang  6. ANSIETAS
merasakan nyeri. Hal ini  7. PENGUKURAN SKALA
sangat penting dalam upaya NYERI
untuk memastikan bahwa
perawat menggunakan  8. MANAJEMEN NYERI
pendekatan yang holistik
dalam pengkajian dan
perawatan klien yang
mengalami nyeri (Smeltzer &
Bare, 2001).
 Identitas pasien
 Nama : Ny “D”
 Umur : 29-oktober-1966
 Pekerjaan : S1 sastra sederajat (Honorer)
 Agama : islam
 Alasan masuk : pasien mengalami mual dan
muntah dan nyeri pada bagian perut
 SURVEY PRIMER dan RESUSITASI
 Danger (respons pasien)
 (alert) : -
 V. (Verbal) :-
 P. (Pain) :-
 U. (Uresponsive) :-
 Breathing
 Look
 Jenis pernafasan : Dangkal
 Frekuensi pernafasan : 28 x/menit
 Retraksi otot bantu nafas : penggunaan otot
bantu (bahu)
 Kelainan dinding thoraks :
 Listen
 Bunyi nafas : terdapat bunyi nafas tambahan (whizing)
 Feel : terasa hembusan terengah engah
 Hembusan nafas
 Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas
 Intervensi : Monitor pernafasan
 Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas.
 Catat pergerakan dada, catat ketidak simetrisan,
penggunaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada
otot supraclapiculas dan intrakosta
 Monitor suara nafas tambahan seperti wising atau
mengik
 Monitor pola nafas misalnya : bradipneu,
takipnue, hiperpentilasai, pernafasan
kusmoaul
 Monitor saturasi oksigen pada pasien yang
tersedasi
 Evaluasi
 Sirculation
 Look
 Tingkat kesadaran : lemah (composmentis)
 Perdarahan (internal/eksternal) : tidak terdapat
perdarahan (interna/eksternal)
 Kapilari refill :
 Listen :
 Bunyi nafas : terdapat bunyi nafas tambahan (whizing)
 Feel
 TTV :
 Masalah keperawatan
 Intervensi
 Evaluasi
 Disability
 Penilaian fungsi neurologis
 GCS : kesadaran menurun
 Reaksi pupil :
 Masalah keperawatn
 Intervensi evaluasi
 Exposure
 Penilaian hypothermia/hipertermia
 Masalah keperawatan : hipertermi , kekurangan volume cairan
 Intervensi :
 Memantau TTV
 Kaji saat timbulnya demam
 Anjurkan pasien untuk banyak minum
 Berikan kompres hangat
 Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

 Evaluasi
 Riwayat kesehatan
 S : sign/simptoms (tanda dan gejala) :
 klien mengatakan nyeri dada, sesak , mual dan muntah, pusing , gelisah.
 B : allergies (alergi) :
 pasien mengatakan tidak alergi terhadap makanan dan lain lain.
 M : medication (pengobatan) :
 klien pernah mengomsumsi obat tekanan darah, anlodipin

 P : past medical history (riwayat penyakit) :


 hipertensi, mag
 L : last oral intake (makanan yang di komsumsi terkahir, sebelum sakit) :
 klien mengatakan hanya memakan makanan setiap hari seperti nasi,
sayur dan lain lain.
 E : Event prior to the illness or injury (kejadian sebelum sakit)
 Klien mengatakan mual dan muntah dan sakit pada bagian perut
 Riwayat dan mekaniame trauma (OPQRST)
 O : Onset sebera cepat efek dari suatu interaksi terjadi
 5-15 menit
 P : Provokatif (penyebab)
 Pasien mengatakan terjadi secara tiba tiba, pasien
merasakan sesak nafas, mual dan muntah
 Q :Quality (kualitas)
 Klien merasakan nyeri seperti tertusuk tusuk
 R : Radiational : ( paparan)
 Klien mengatakan sering terkena paparan sinar matahari
 S : Severity ( tingkat keparahan)
 T : Timing (waktu)
 Setiap hari
 TANDA TANDA VITAL
 Frekuensi nafas : 28 x/menit
 Frekuensi nadi : 110 x/menit
 Tekanan darah : 90 /70 x/menit, 125/80
x/menit, 133/115 x/menit
 Suhu tubuh : 37,4 C
 PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
 Kepala
 Kulit kepala : terlihat bersih, rambut warna hitam,
tidak terdapat kotoran
 Mata :
 Telinga : terlihat bersih
 Hidung : hidung mancung, tidak terdapat kotoran
 Mulut dan gigi : mukosa kering, tidak memakai
gigi palsu
 Wajah : wajah Nampak pucat, terlihat gelisah,
tampak kacau.
 Leher
 Dada/thoraks
 Paru paru
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
 Perkusi : -
 Auskultasi : -
 Jantung
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi
 Abdomen
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
 Perkusi : -
 Auskultasi : -

 Pelvis
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
 Perineum dan rectum : -
 Genitalia : -
 Ekstremitas
 Status sirkulasi
 Keadaan injury
 Neurologis
 Fungsi sensorik
 Fungsi motoric

Anda mungkin juga menyukai