Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II

Preseptor Akademik : Jenny Saherna, Ns.,M.Kep

OLEH:

WIDIA RUSMAYANTI

NPM 1714201110091

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2020
LEMBAR KONSUL PEMBIMBING KLINIK

NAMA MAHASISWA : WIDIA RUSMAYANTI

NPM : 1714201110091

JUDUL LP : LUKA BAKAR

No Hari/ Materi Konsul Masukan/Saran TTD Pembimbing


Tanggal Klinik
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : WIDIA RUSMAYANTI

NPM : 1714201110091

JUDUL LP : LUKA BAKAR

BANJARMASIN, 25 JULI 2020

MAHASISWI PRESEPTOR KLINIK

............................................... .................................................

Widia Rusmayanti Jenny Saherna, Ns.,M.Kep


1. Anatomi Fisioligi

a. Kulit Ari ( Epidermis )


Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik
untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai
pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada
berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter
pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat
pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-
zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes
melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.
Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
1) Lapisan tanduk (stratum corneum)
merupakan lapisan epidermis paling atas, dan menutupi
semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk
terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan
sangat sedikit mengandung air. Lapisan tanduk sebagian
besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak
larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan
kimia, dikenal dengan lapisan horny. Lapisan horny, terdiri
dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan
sel baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya 28
hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit terasa sedikit kasar.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self
repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri.
Dengan bertambahnya usia, proses keratinisasi berjalan
lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60-tahunan,
proses keratinisasi membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari,
akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi kasar, lebih
kering, lebih tebal, timbul bercak putih karena melanosit
lambat bekerjanya dan penyebaran melanin tidak lagi
merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk
baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil,
dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya
penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga
mampu memelihara tonus dan turgor kulit. Lapisan tanduk
memiliki daya serap air yang cukup besar.
2) Lapisan bening (stratum lucidum)
Di sebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan
tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk
dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari
protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan
bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus
cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak
tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari
lapisan bening.
3) Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang
mengandung butir-butir dalam protoplasmanya, berbutir
kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada
kulit telapak tangan dan kaki.
4) Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Di sebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling
berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi
beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut
banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit
makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah
antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan
jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin.
Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang
berada dalam 11 salah satu tahap mitosis. Kesatuan-
kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang
khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung
kolesterol, asam amino dan glutation.
5) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu
baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus
terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi
dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina
basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis
dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar
terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal dan
fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel
epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel
tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya
menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula
sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.
b. Kulit Jangat ( Dermis )
Dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan
otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut
yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah
dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di
saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai
permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat
sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk
ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara
1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang
paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan
dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar
yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf
perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai
rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi
tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga
memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat
merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau
sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung
rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk
berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut
memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang
rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung
rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang
dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di
permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan
pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai
pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang
efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan
berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan
keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan
dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis
yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula
dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini
disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya adalah
membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan
kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit
menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul
kerutan.
Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau
kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen
mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit.
Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak
memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang
dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu:
1) Kelenjar keringat
Terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan
kulit, membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh
dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak
terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari
tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan
jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
a) Kelenjar keringat ekrin,
Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu
keringat yang mengandung 95 – 97% air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam,
sodium klorida, granula minyak, glusida dan
sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar
keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari
telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit
kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta
dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24
jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat
ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak
ada rambutnya.
b) Kelenjar keringat apokrin
Kelenjar yang hanya terdapat di daerah ketiak,
puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah
sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang
agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau
khas pada setiap orang Sel kelenjar ini mudah rusak
dan 13 sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan
bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar
sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar
keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar
ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
2) Kelenjar palit
Terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil
yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel
rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan
menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan
telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh
terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang
rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar
sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada
kulit kepala, kelenjar palit menghasilkan minyak untuk
melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang
dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar
sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil.
Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi
minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan,
maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan
timbulnya jerawat.
c. Jaringan Penyambung (Jaringan Ikat) Bawah Kulit ( Hipodermis )
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah
dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan
kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf
menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi
sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organorgan tubuh
bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan
makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi
sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling
tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit
dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang
sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya dan
akibatnya kulit akan mengendur .
2. Definisi
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan di sebabkan
banyak faktor,yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik
yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat
(Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Kusumaningrum,2008)
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja
hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif
(Priece, 2011).
Jadi Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat
kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal),
listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).
3. Etiologi
Luka bakar (combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.Selain itu, pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan
luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar yaitu:
a. Paparan Api
Flame (Api) : Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api
terbuka, dan menyebabkan cederalangsung ke jaringan tersebut. api
dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh.
Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan
serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan
cedera tambahan berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak) : Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh
yang mengalami kontak.contohnya antara lain adalah luka bakar
akibat rokok dan alat - alat seperti solder besi atau peralatan masak.
b. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan
dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang
akan ditimbulkan. Luka yang di sengaja atau akibat kecelakaan
dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu
sama lain dipisahkan oleh kulit sehat .Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas
dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai
permukaan cairan.
c. Uap Panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat
kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh
uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga kesaluran napas distal di paru.
d. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian
atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.
e. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan
tubuh. umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik
yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat
menyebabkan luka bakar tambahan.
f. Zat kimia (asam atau basa)
g. Radiasi.
h. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
4. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat
terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air
panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness
yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar
yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi
jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan
curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun
sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan
jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan
tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam
24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya
dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan
sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24
jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka
bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi.
Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan
tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat
kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi
karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang
juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai
hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal.
Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak
memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga
timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit
diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal,
perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka
bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

Pathway

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Masalah
Biologis Keperawatan:
LUKA BAKAR Psikologis  Gangguan Citra
Tubuh
 Defisiensi
pengetahuan
 Anxietas
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit /luka

Kerusakan mukosa Keracunan gas CO


Penguapan meningkat Masalah Keperawatan:
 Resiko infeksi
 Nyeri akut
Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan pembuluh darah  Hambatan mobilitas fisik
kapiler  Kerusakan integritas kulit

Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu


mengikat O2
Ektravasasi cairan (H2O,
Gagal nafas Elektrolit, protein)
Hipoxia otak
MK: Tekanan onkotik menurun.
 Bersihan jalan nafas Tekanan hidrostatik
tak efektif meningkat
Cairan intravaskuler
menurun

Hipovolemia dan Masalah Keperawatan:


hemokonsentrasi  Kekurangan volume cairan

Gangguan sirkulasi Masalah Keperawatan:


 Gangguan perfusi jaringan
makro

Gangguan
Gangguan perfusi organ penting sirkulasi seluler

Gangguan
Otak Hepar perfusi
Kardiovaskuler GI Neurologi Imun
Hipoxia
sel ginjal Traktus
Pelepasan
Hipoxia Kebocoran Daya Laju
Ginjal katekolamin Gangguan
kapiler Dilatasi tahan metabolisme
Neurologi
lambung tubuh meningkat
Sel otak menurun
Penurunan Fungsi Hipoxia Hambahan
mati
curah jantung ginjal hepatik pertumbuhan Glukoneogenesis
menurun glukogenolisis
Gagal
fungsi Gagal Gagal ginjal Gagal
sentral jantung hepar
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE

5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri
1) Luka bakar derajat I : sensitif terhadap sentuhan, tekanan
pergerakan udara dan perubahan suhu.
2) Luka bakar derajat II : sangat nyeri dan tergantung dari
keutuhan ujung saraf
3) Luka bakar derajat III : tidak nyeri
b. Perubahan suara (serak), terdapat batuk-batuk, suara mengi, adanya
jelaga pada sputum (karbon), gangguan menelan produk sekresi
oral, serta adanya sianosis : berkaitan dengan cedera pada saluran
napas.
c. Adanya o edema jaringan pada area injury
d. Hipotensi, nadi cepat dan lemah : tanda syok hipovelemik
e. Disritmia, kulit putih dan dingin : syok listrik
f. Haluaran urin menurun atau tidak ada pada fase akut.
g. Kesemutan
h. Terjadi kejang ( syok listrik)
i. Laserasi di bagian kornea, adanya kerusakan retina, penurunan
visus, serta pecahnya membrane timpani.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Hitung darah lengkap
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2) Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri)
Unt uk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada
retensi karbon monoksida.
4) Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi
dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.
5) Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan
cairan.
6) Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7) Glukosa Serum
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8) Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
9) BUN atau Kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
10) Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda
iskemia miokardial atau distritmia.
11) Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut R. Sjamsuhidajat (2010) penatalaksanaan medis pada penderita
luka bakar sebagai berikut:
a. Mematikan sumber api
b. Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh
tubuh (menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling,
menjatuhkan diri ke air).
c. Merendam atau mengaliri luka dengan air.
Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar
dalam air atau menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih
15 menit. Pada luka bakar ringan tujuan ini adalah untuk
menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan
menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka dan
mencegah infeksi sehingga sel-sel epitel mampu berfoliferasi.
d. Rujuk ke Rumah Sakit
Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ke Rumah
Sakit yang memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien
sudah terpasang infus.
e. Resusitasi
Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas. Namun
bila terjadi syok segera di lakukan resusitasi CAB
1) Pernafasan:
a) Udara panas  mukosa rusak  oedem
obstruksi.
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin 
iritasi bronkhokontriksi obstruksi gagal
nafas
2) Sirkulasi
a) gangguan permeabilitas kapiler  cairan dari
intravaskuler pindah ke ekstravaskuler 
hipovolemi relatif  syok  ATN (acute tubular
necrosis)  gagal ginjal.
 Circulation
 Nilai frekuensi nadi dan karakternya
 Ambil darah untuk cross match, DPL,
ureum dan elektrolit.
 Perawatan local
Untuk luka bakar derajat I dan II biasa
dilakukan perawatan lokal yaitu dengan
pemberian obat topical seperti salep
antiseptic contoh golongan: silver
sulfadiazine, moist exposure burn
ointment, ataupun yodium providon.
 Airway Management
 Bersihkan jalan napas dengan tangan dan
mengangkat dagu pada pasien tidak
sadar (HTCL) / Jaw thrust. Bila
sumbatan oleh karena secret lakukan
suction.
 Lindungi jalan napas dengan
nasofaringeal airway.
 Pembedahan (krikotiroidotomi) bila
indikasi trauma inhalasi /gagal intubasi.
 Breathing/Pernapasan
 Berikan supplement O2.
 Nilai frekuensi napas dan pergerakkan
dinding thoraks.
 Pantau oksimetri nadi dan observasi.
f. Infus, kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
g. Resusitasi cairan Baxter.
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias
menggunakan rumus yang direkomendasikan oleh Envans, yaitu:
Luas luka dalam % x BB ( kg ) = ml NaCL/ 24 jam
Luas luka dalam % x BB ( kg ) = ml plasma / 24 jam
2000 cc glukosa 5% / 24 jam
Dewasa : Baxter ( RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. )
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal
( RL : Dextran = 17 : 3 ) 2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½  diberikan 8 jam pertama
½  diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua :
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/mnt.
Anak: Diberi sesuai kebutuhan faal.
h. Monitor urine dan CVP.
i. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
b. Tulle (sofratulle): gauze dilapisi antibiotic topical.
c. Silver sulfa diazin tebal.
d. Tutup kassa tebal.
e. Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
j. Obat – obatan
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam
sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman
dan sesuai hasil kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : kalau perlu
8. Pengkajian Keperawatan
a. Data biografi
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan
pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang
tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi  anak
dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki
penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan
Sorensen K.C). Data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan
memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar, agama dan pendidikan
menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka
bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat
disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah
klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas
bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
c.  Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan
klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. 
Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam
pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari  /  bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh
klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan
meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler,
paru, DM, neurologis, atau penyalahgunaan obat dan alcohol
e. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
f. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri
body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik
mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga
membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
1) Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan
lama (kemungkinan cedera inhalasi). Yang dikaji adalah
serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis;
indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas
atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
2) Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS
dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah
bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
3) Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat;
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
4) Gerak dan Aktifitas
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan
tonus.
5) Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi
oleh kondisi klien ddan akan mempengaruhi proses
penyembuhan
6) Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada
beberapa jam pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian
besar periode luka bakar akan mengalami hipertermia
karena hipermetabolisme meskipun tanpa adanya infeksi
7) Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami
penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri.
8) Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.
a) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam
sehubunagn dengan variase intensitas panas yang
dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;
mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada
faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar
nasal.
b) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen
penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan
tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis;
atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
c) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh,
kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
9) Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat n yeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
10) Sosial
Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan. Sehingga klien mengalami ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
11) Rekreasi
Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang
dialami
12) Prestasi
Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya
13) Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi
respon klien terhadap penyakitnya
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor
mengeluh panas sakit dan  gelisah sampai menimbulkan
penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai
derajat cukup berat
2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin,
pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya
pengembalian darah pada 48 jam pertama
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan
warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi
akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
b) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak
mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan
gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena
air panas, bahan kimia akibat luka bakar
c) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret,
sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
d) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak,
bibir kering karena intake cairan kurang
e) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda
asing, perdarahan dan serumen
f) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi
kekurangan cairan
4) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler,
ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang
bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
5) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung,
palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang
mengidentifikasi adanya gastritis.
6) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling
nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan
indikasi untuk pemasangan kateter.
7) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat
luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun
karen nyeri
8) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS.
Nilai bisa menurun bila suplay darah ke otak kurang (syok
hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
9) Pemeriksaan kulit
a) Luas luka bakar
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan
salah satu metode yang ada, yaitu metode “rule of nine”
atau metode “Lund dan Browder”
b) Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4
macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III
dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan dimuka.
c) Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu
memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya
yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti,
jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada
dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang
diantaranya disebabkan karena edema pada laring .
Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat
menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah
ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan
scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas
(airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi
(circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang
mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi
kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam
penglihatan.

Bagian tubuh 1 th 2 th Dewasa

Kepala leher 18% 14% 9%

Ekstrimitas atas
18% 18% 18 %
(kanan dan kiri)

Badan depan 18% 18% 18%

Badan belakang 18% 18% 18%

Ektrimitas bawah
27% 31% 30%
(kanan dan kiri)

Genetalia 1% 1% 1%

9. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas
dinding dada, keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka
d. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respons imun.
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute abnormal luka.
10. Intervensi
N DIAGNOSA INTERVENSI
O
1 Ketidakefektifan / gangguan NIC :
pola nafas berhubungan Airway Management
dengan deformitas dinding - Buka jalan nafas, gunakan teknik
dada, keletihan otot-otot chin lift atau jaw thrust bila perlu
pernafasan, hiperventilasi. - Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika
perlu

2 Nyeri akut berhubungan NIC :


dengan agen cedera fisik  Paint management
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan.
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
- Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin.
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat.
- Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
3 Kerusakan integritas kulit NIC :
berhubungan dengan luka  Pressure Management
bakar terbuka - Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar.
- Hindari kerutan pada tempat
tidur.
- Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering.
- Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali.
- Monitor kulit akan adanya
kemerahan .
- Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada derah
yang tertekan .
- Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
- Monitor status nutrisi pasien.
- Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat.
- Kaji lingkungan dan peralatan
yang menyebabkan tekanan.

4 Resiko infeksi berhubungan


dengan hilangnya barier NIC
kulit dan terganggunya Infection Control (Kontrol Infeksi)
respons imun. - Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien
- Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
- Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila
perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Pertahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit pada
area epidema
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukkan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindar
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
5 Kekurangan volume cairan NIC
berhubungan dengan Fluid Management
kehilangan cairan melalui  Timbang popok/pembalut
rute abnormal luka. jika diperlukan
 Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
 Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik),
jika diperlukan
 Monitor vital sign
 Monitor masukan
makanan/cairan dan hitung
intake kalori harian
 Kolaborasikan pemberian
cairan IV
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal

DAFTAR PUSTAKA
Rini ,Setyo dkk.2019.Pertolongan Pertama Gawat Darurat.Malang: UB Press

Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta

Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarta

Erick Chandowo. 2011. Laporan Pendahuluan Luka Bakar 3. Available.on

http://www.academia.edu/7710988/LAPORAN_PENDAHULUAN_LUK
A_BAKAR_3 diakses tanggal 22 Nopember 2016

https://www.academia.edu/8542579/Askep_Luka_Bakar_Combustio_,dia
kses tanggal 22 Nopember 2016

Anda mungkin juga menyukai