Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS SEBOROIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Menyetujui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

NRK. ......................... NRK. .........................

Mengetahui,

Ketua PSIK & Profesi Ners Kepala Ruangan

NRK. ......................... NRK. .........................


BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

A. Anatomi Kulit

Gambar : Artikelmateri.com
Kulit merupakan salah satu organic terbesar dari tubuh dimana kulit
membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Kulit mempunyai daya regenerasi
yang besar, misalnya jika kulit terluka, maka sel-sel dalam dermis melawan
infeksi lokal kafiler dan jaringan ikat akan mengalami regenerasi epitel yang
tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang beregenerasi sehingga
membentuk jaringan parut yang pada mulanya berwarna kemerahan karena
meningkatnya jumlah kafiler dan akhirnya berubah menjadi serabut kolagen
keputihan yang terlihat melalui epitel. Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :
kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis,
korium atau kutis), dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea,
hipodermis atau subkatis).
1. Kulit Ari (epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian
epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang
paling tebal berukuran 1 milimeter pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang
paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis
karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar
sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam
epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis paling atas,
dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri
atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan
tanduk sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut
dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan
lapisan horny. Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah
terlepas dan digantikan sel baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel
biasanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit terasa sedikit kasar. Proses
pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan
kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri.
Dengan bertambahnya usia, proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika
usia mencapai sekitar 60-tahunan, proses keratinisasi membutuhkan waktu
sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi kasar, lebih
kering, lebih tebal, timbul bercak putih karena melanosit lambat bekerjanya
dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan
oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil,
dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari
lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor
kulit. Lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
b. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di
bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk
dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih
yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar
(tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam protoplasmanya,
berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada kulit telapak
tangan dan kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas
sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka
seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri
atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi
beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak
(polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di
antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran
cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di
bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu
tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi
yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol,
asam amino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan lapisan
terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan
kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini
bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis
yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh
lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal
dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah
banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas,
akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel
bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
2. Kulit Jangat (dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak
rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung
rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit
yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai
permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit
sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata
kulit jangat diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak
mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan
dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai
selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,
memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf
perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera
bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak
menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di
kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk
berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak
untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya
dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan
cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di
permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut
acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan
penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur,
bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan
keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan
sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya dermis terdiri atas
sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke
bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini
disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya adalah membentuk jaringan-
jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya
protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur
hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor
usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai
peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka
yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan
kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang
dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat,
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit, membentuk pori-
pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan
lebih banyak terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan
di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang
oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis
kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih,
yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 % air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan
sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit
kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14
liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar
keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting
susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital)
menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta
berbau khas pada setiap orang Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya
alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan
muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat
apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau
kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala,
kelenjar palit menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala.
Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar
sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan
termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau
kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga
memudahkan timbulnya jerawat. Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah
kulit (hipodermis). Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak,
pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan
kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan
kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organorgan tubuh bagian dalam, membentuk kontur
tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan
lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan
paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit
dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya
berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya dan akibatnya kulit akan
mengendur serta makin kehilangan kontur.
3. Hipodermis
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,
saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ
tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh,
paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia
menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya dan
akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

B. FUNGSI KULIT
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar seperti
luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam
tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari
matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan
sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat
perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta
melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50 C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah
salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan
hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan
zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI
Dermatitis seboroik merupakan penyakit eritroskuamosa kronis, biasa
ditemukan pada usia anak dan dewasa. Keadaan ini ditandai oleh kelainan
kulit di area tubuh dengan banyak folikel sebasea dan kelenjar sebasea aktif,
yaitu daerah wajah, kepala, telinga, badan bagian atas dan lipatan tubuh (inguinal,
inframamae dan aksila). Kadang-kadang dapat juga mengenai daerah
interskapular, umbilikus, perineum, dan anogenital. Dermatitis seboroik (DS)
yang juga disebut dengan eksema seboroik, adalah penyakit yang sering
terjadi yang ditandai oleh adanya sisik diatas dasar kulit kemerahan.
Penyakit peradangan kronis superfisial ini sering mengenai daerah kulit yang
memiliki produksi sebum yang tinggi dan daerah lipatan. Walaupun
patogenesisnya belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan terdapat hubungan
dengan produksi sebum yang berlebihan dan ragi komensal Malassezia
Dermatitis seboroik adalah suatu kelainan kulit kronis papuloskuamosa
yang sering ditemukan dan mudah dikenali. Kelainan kulit ini dapat terjadi pada
bayi dan dewasa. Dermatitis seboroik sering dikaitkan dengan malassezia,
dimana terjadi gangguan imunologis mengikuti kelembaban lingkungan,
perubahan cuaca ataupun trauma. Predileksi dermatitis seboroik pada kulit kepala
dan daerah folikel sebasea di wajah (terutama lipatan nasolabial) dan dada.
Kulit tampak berwarna merah muda ditutupi sisik kuning kecoklatan dan
krusta. Penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan sampai derajat berat,
seperti ketombe sampai dengan eritroderma. Dermatitis seboroik adalah
dermatosis papulosquamous kronis umum yang mudah dikenali.Penyakit ini
dapat timbul pada bayi dan dewasa dan seringkali dihubungkan dengan
peningkatan produksi sebum (sebaseus atau seborrhea) kulit kepala dan
daerah folikel kaya sebaseus pada wajah dan leher. Kulit yang terkena
berwarna merah muda, bengkak, dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning-
coklat dan krusta.

B. ETIOLOGI
Dermatitis seboroik disebabkan oleh banyak faktor. Ada 3 faktor yang diduga
sebagai penyebab utama terjadinya dermatitis seboroik yaitu produksi
sebum berlebihan yang merupakan sekresi glandula sebasea, metabolisme
mikroba yaitu Malassezia dan kerentanan individu. Pada kelompok
imunokompromais akan mengalami peningkatan insidensi dermatitis seboroik.
Etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya
adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik di dapat secara genetik,
keadaan psikologi (stress), perubahan hormon, personal hygiene, dan
keringat yang berlebihan. Dermatitis ini lebih sering menyerang daerah-
daerah yang mengandung glandula sebasea. Salah satu faktor predisposisi
adalah pertumbuhan jamur pityrosporum ovale pada kulit kepala ditemukan
pada daerah seboroik pada tubuh yang kaya akan lipid sebasea, mengakibatkan
reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan kulit sehingga terjadi
inflamasi, akibat produk metabolitnya yang masuk kedalam epidermis
maupun karena sel jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan
pulau langerhans.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya tanda-tanda radang akut kenaikan suhu tubuh, kemerahan, dan
gangguan fungsi kulit.
2. Lesi berupa eritema, dengan sisik-sisik yang beminyak agak kekuningan
dengan rasa gatal yang ringan.
3. Bentuk paling ringan adalah pitiriasis sika (ketombe, dandruff) yang
hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan kasar, banyak
pada remaja. Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides, dapat
disertai eritema dan krusta tebal.
4. Pada bentuk yang berat terdapat bercak-bercak berskuama dan
berminyak, disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi,
glabela, telinga posaurikular, dan leher.
5. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup krusta kotor dan
berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris epitel yang lekat pada kulit disebut cradle cap.
6. Pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di
bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak skuama kekuningan.
Dapat pula terjadi blefaritis, yaitu pinggiran kelopak mata merah disertai
skuama halus.
7. Tempat predileksi adalah kepala, dahi, glabela, telinga posaurikular, liang
telinga luar, leher, lipatan nasolabial, daerah sternal, aerola mammae,
lipatan pada bawah mammae pada wanita, interskapuler, umbilikus, lipat paha,
dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung, dan dahi.

D. PATOFISIOLOGI
Seboroik merupakan keadaan terjadinya produksi sebum (sekret dari kelenjar
sebasea) yang berlebihan pada daerah-daerah di mana kelenjar tersebut berada
dalam jumlah yang besar (wajah, kulit kepala, alis mata, kelopak mata,
kedua sisi hidung serta bibir bagian atas, daerah malar [pipi], telinga, aksila,
dibawah payudara, lipat paha dan lipatan gluteus di daerah pantat). Dengan
adanya kondisi anatomis dimana secara predileksi didaerah tersebut banyak
dipasok kelenjar sebasea atau yang terletak di antara lipatan kulit tempat bakteri
dalam jumlah besar.
Ada tiga faktor yang berkaitan dengan munculnya dermatitis seboroik, yaitu
aktivitas kelenjar sebaseus, peran mikroorganisme, dan kerentanan
individu1.Aktivitas Kelenjar Sebaseus (Seborrhea)Kelenjar sebaseus terbentuk
pada minggu ke-13 sampai minggu ke-16 dari kehamilan. Kelenjar sebaseus
menempel pada folikel rambut, mensekresikan sebum ke kanal folikel
dan ke permukaan kulit. Kelenjar sebaseus berhubungan dengan folikel
rambut di seluruh tubuh, hanya pada telapak tangan dan telapak kaki yang
tidak memiliki folikel rambut dimana kelenjar sebaseus sama sekali tidak ada.
Kelenjar sebaseus yang terbesar dan paling padat keberadaannya ada di wajah
dan kult kepala. Rambut yang berhubungan dengan kelenjar sebaseus yang
ukurannya besar, sering memiliki ukuran yang kecil. Terkadang pada daerah
tersebut, tidak disebut dengan folikel rambut, tapi disebut dengan folikel
sebaseus.
Kelenjar sebaseus mensekresikan lipid dengan cara mengalami proses
disintegrasi sel, sebuah proses yang dikenal dengan holokrin. Aktivitas
metabolik sel dalam kelenjar sebaseus bergantung status differensiasi. Sel
bagian luar terdiri atas sel membran basal, ukuran kecil, berinti dan tidak
mengandung lipid. Lapisan ini mengandung sel yang terus membelah
mengisi kelenjar sebagai sel yang dilepaskan pada proses ekskresi lipid. Selama
sel ini bergerak ke bagian tengah kelenjar, sel mulai menghasilkan lipid
dan membesar mengandung banyak lipid sehingga inti dan struktur sel lain
hancur. Sel ini mendekati duktus sebaseus, sehingga sel akan mengalami
desintegrasi dan melepaskan isi. Sebum adalah cairan kuning yang terdiri dari
trigliserid, asamlemak, wax ester, sterol ester, kolesterol dan squalene. Saat
disekresi, komposisi sebum terdiri dari trigliserid dan ester yang
dipecah menjadi digliseid,monogliseriddan asam lemak bebas oleh mikroba
komensal kulit dan enzim lipase.Sebum manusia mengandung asam lemak
jenuh dan tidak jenuh, dengan kandungan asam lemak tidak jenuh yang
lebih tinggi. Belum diketahui secara pasti apa fungsi sebum, namun diduga
sebum mengurangi kehilangan air dari permukaan kulit sehingga kulit tetap halus
dan lembut. Sebum juga punya efek ringan bakterisidal dan
fungistatik.Hormon androgen, khususnya dihidrotestoteron menstimulai
aktivitas kelenjar sebaseus.
Narasi patogenesis

Dermatitis
Seboroik

Lapisan kulit Peningkatan Lingkungan yang hangat


dermis produksi sebum koadusif piliferasi jamur

Pelepasan mediator Jamur dan spora


Lesi topical
kimia berkembang

Proses
Bradiknin, Histamin,
granulasi
Prostaglandin
Meranggsang
nosireseptor Susah tidur
Pruritus

Thalamus
Perasaan ingin menggaruk Gangguan pola
tidur
Cortex serebri

Eritemia

Nyeri
Erosi kulit

Penampakan kulit Kerusakan


tidak baik Integritas kulit

Timbul papuls
Gangguan citra
tubuh

Eksudasi

Resiko infeksi
E. KOMPLIKASI
Dermatitis membandel seperti seboroik dengan diare kronis dan
kegagalan tumbuh (penyakit leiner) yang dapat menunjukkan disfungsi sistem
kekebalan tubuh. Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang
berat. Jika meluas dapat menjadi eritroderma, yang pada bayi disebut penyakit
Leiner.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea
kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
2. Pemeriksaaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan histopatologi. Gambaran histopatologi bergantung pada stadium
penyakit: akut,subakut, atau kronis.
3. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopic.
G. COLLABORATIVE CARE MANAGEMENT
1. Penatalaksanaan farmakologis
a. Sistemik, penggunaannya ditujukan pada kasus-kasus akut, area
keterlibatan luas, bentuk resisten, berhubungan dengan HIV dan
kelainan neurologis. Tujuan dari terapi sistemik adalah menurunkan
gejala akut sedangkan penggunaan terapi topikal sebagai pencegahan
dan pemeliharaan. Dapat diberikan antihistamin ataupun sedatif.
Pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid sistemik
(prednisolon 20-30mg sehari).
b. Topikal, bertujuan untuk mengatur produksi sebum, mengurangi
kolonisasi M. furfur pada kulit dan mengendalikan inflamasi.
Tatalaksana DS dengan obat-obatan topikal dibagi menjadi terapi
skalp dan non skalp. Sebuah studi epidemiologi multisenter
transversal yang dilakukan pada 2159 pasien dengan DS pada wajah
dan kulit kepala menunjukkan bahwa terapi yang paling sering digunakan
adalah steroid topikal (59,9%), anti jamur imidazol (35,1%),
topikal calcineurin inhibitor (TCI) (27,2%) bersamaan dengan
penggunaan produk pelembab atau emolien (30,7%). Pada pitiriasis sika
dan oleosa, 2-3 kali/ minggu kulit kepala dikeramasi selama 5-15 menit,
dengan selenium sulfida dalam bentuk sampo atau krim. Jika terdapat
skuama dan krusta yang tebal, dilepaskan. Obat lain yang dapat dipakai
dalam bentuk krim:
1) Likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar
2) Resorsin 1-3%
3) Sulfur presiipitarum 4-15%, dapat digabung dengan asam salisil 3-6%
4) Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison. Pada kasus lebi berat
dipakai kortikosteroid yang lebih besar, misalnya betametason-valerat.
2. Penatalaksanaan non-farmakologis
a. Bila dermatitis seboroik berat, pencucian kulit kepala setiap hari akan
mempercepat penyembuhan dan di biarkan selama 5 hingga 10
menit. Lesi kulit kepala sebaiknya dikendalikan dengan shampo anti
seboroik (selenium sulfid, sulfur, asam salisilat, seng pirition, tar).
b. Penting juga untuk menghindari kelelahan, keringat berlebihan dan
stres emosional. Selain itu, kebersihan pribadi sangat perlu untuk dijaga.
c. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengontrol,
bukan menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan
skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi
sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
d. Hindari kebiasaan menggaruk atau menggosok bagian yang gatal.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Anamnesa
1. Identitas :Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur, sering
terjadi pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi terjadi pada usia3
bulan setelah kelahiran dan pada orang dewasa 30-60 tahun. Lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.
2. Keluhan : pasien sering mengeluh adanya kemerahan, peningkatan
suhu tubuh, nyeri pada kasus tertentu, kulit kering agak kekuningan,
ketombe dengan rasa gatal, rambut rontok dibagian verteks dan
frontal kepala, kelopak mata merah.
3. Riwayat penyakit sekarang : adanya lesi berupa eritema, dengan
sisik-sisik yang berminyak agak kekuningan dengan rasa gatal yang
ringan, ketombe, yang hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus
dan kasar. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan
rontok, dengan adanya pruritus. Skuama halus dapat terlihat di alis
mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak skuama
kekuningan, kelopak matamerah disertai skuama halus.a.Riwayat
penyakit dahulu : kaji apakah adanya infeksi mikroorganisme
(pytirosporum ovale).
Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah keluarga juga mempunyai
riwayat dermatitis seboroik.
Riwayat psikologis : adanya stress emosional.
4. Pola ADL :
a. Nutrisi : pada keadaan yang berat anak-anak mungkin
mengalami gangguan tumbuh kembang akibat dari pemasukan
nutrisi yang tidak adekuat. Ketidaknyamanan dari adanya lesi
membuat anak rewel sehingga menyebabkan gangguan
pemasukan nutrisi (makanan maupun minuman).
b. Eliminasi : biasanya tidak ditemukan masalah.
c. Hygiene : kebersihan diri pada awalnya harus dikaji, karena
kebersihan diri yang kurang juga sebagai salah satu
predisposisi, termasuk didalamnya untuk menghindari keringat
berlebihan.
d. Aktivitas : dapat tergantung pada distribusi lesi yang ada, dan
atau jenis dermatitis seboroiknya (ketombe, kulit kering dengan
eksudat, dan lain-lain).
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi
1) Ketombe yang hanya mengenai kulit kepala.
2) Lesi berupa eritema, skuama, krusta tebal yang sering meluas ke
dahi, labella, telinga posaurikular, dan leher.
3) Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debris epitel
yang lekat pada kulit (cradle cap).
4) Pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di alis
mata, skuama kekuningan. Dapat pula pinggiran kelopak
mata merah disertai skuama halus.
b. Palpasi
1) Kulit teraba hangatdan kasar.
2) Persistem
a) B1 (Breathing): pneumonia.
b) B2 (Blood): septikemi, hipotermia, dekompensasi
kordis, trombophlebitis.
c) B3 (Brain): nyeri (pruritus).
d) B4n(Bladder).
e) B5 (Bowel): diare.
f) B6 (Bone and Integumen): pruritus, eritema, turgor kulit
buruk, pitiriasis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (pertumbuhan jamur Malassezia
yang tumbuh akibat minyak yang berlebihan dipermukaan kulit)
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internasional
association for the study of pain). awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung >6 bulan.
Batasan Karakteristik:
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Diaforesis
g. Perilaku distraksi
h. Mengekspresikan perilaku
i. Sikap melindungi area nyeri
j. Indikasi nyeri yang dapat diamati
k. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
l. Sikap tubuh melindungi
m. Dilatasi pupil
n. Melaporkan nyeri secara verbal
o. Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan:
Agen cidera
2. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan hormonal
Definisi:
Perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis
Batasan Karakteristik:
a. Kerusakan lapisan kulit (dermis)
b. Gangguan permukaan kulit (epidermis)
c. Invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan:
a. zat kimia
b. usia yang ekstrim
c. imobilitas fisik
d. perubahan cairan
e. perubahan pigmentasi
f. kondisi gangguan metabolik
g. penurunan imunologis
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur tubuh/bentuk tubuh
Definisi:
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
Batasan Karakteristik:
a. Perilaku mengenali tubuh individu
b. Perilaku menghindari tubuh individu
c. Perilaku memantau tubuh individu
d. Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan tentang
pandangan pada tubuh individu
e. Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu
Faktor yang berhubungan:
a. Biofisik, kognitif
b. Budaya, tahap perkmebangan
c. penyakit, cedera
d. Perseptual, Psikososial, Spritual
e. Pembedahan, trauma
f. Terapi penyakit
4. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
Definisi :
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor yang berhubungan :
1) Prosedur infasif
2) Malnutrisi
3) Peningkatan paparan lingkungan
4) Patogen
5) Tidak adekuat pertahanan sekunder
6) Penyakit kronik
7) Pertahanan primer tidak adekuatDefinisi:
C. Intervensi

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Nyeri akut a. Mampu a. Kaji Nyeri a. Untuk
mengontrol nyeri meliputi mengetah
b. Melaporkan lokasi, ui sejauh
bahwa nyeri
karakter, mana
berkurang dengan
menggunakan durasi, perkemba
manajemen nyeri, frekuensi, ngan rasa
c. Mampu kualitas nyeri yang
mengenali nyeri Menggunakan dirasakan
(skala, intensitas, PQRST pasien
frekuensi dan b. Ajarkan sehingga
tanda nyeri)
teknik dapat
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah relaksasi dan dijadikan
nyeri berkurang distraksi sebagai
c. Kontrol acuan
lingkungan untuk
yang dapat intervensi
mempengaru selanjutny
hi nyeri a
seperti b. Pasien
(pencahayaan dapat
, suhu mengontro
ruangan, dan l nyeri
tingkat c. Teknik
kebisingan) relaksasi
d. Observasi dan
reaksi verbal distraksi
dan non dapat
verbal membuat
e. Tingkatkan pasien
istirahat merasa
pasien sedikit
f. Kolaborasi lebih
pemberian nyaman
obat analgetik dan dapat
membantu
menguran
gi nyeri
yang
dirasakan
d. Dapat
mempeng
aruhi
kemampu
an pasien
untuk
rileks/istir
ahat
secara
efektif dan
dapat
menguran
gi rasa
nyeri
e. Kebutuha
n
tidur/istira
hat
terpenuhi
dan cara
untuk
menguran
gi nyeri
f. Obat-
obatan
analgetik
akan
memblok
reseptor
nyeri
sehingga
tidak
dapat
dipersepsi
kan
2 Kerusakan a. Integritas a. Pantau a. Untuk
integritas kulit yang keadaan kulit mengetahu
kulit b.d baik bisa pasien i kondisi
erosi kulit dipertahankan b. Mandi paling kulit
b. Tidak ada tidak sehari pasien
luka/lesi pada 15-20 menit untuk
kulit dan segera intervensi
c. Perfusi oleskan salep selanjutny
jaringan baik atau krim a
d. Menunjukan yang telah b. Dengan
pemahaman diresepkan mandi air
dalam proses setelah akan
perbaikan mandi meresap
kulit c. Gunakan dalam
mencegah sabun yang saturasi
terjadinya menggandun kulit,
sedera g pelembab pengolesan
berulang atau sabun krim atau
e. Mampu untuk kulit pelembab
melindungi sensitive selama 2-4
kulit dan d. Kolaborasi menit
mempertahan dengan setelah
kan pemberian mandi
kelembaban obat anti untuk
kulit dan histamine mencegah
perawatan dan salep penguapan
alami kulit air dari
kulit
c. Sabun
yang
menggand
ung
pelembab
lebih
sedikit
kandungan
alkalin dan
tidak
membuat
kulit
kering
d. Penggunaa
n anti
histamin
dapat
mengurang
i respon
gatal serta
memperce
pat proses
pemulihan
3 Gangguan a. Body image a. Kaji adanya a. Gangguan
citra tubuh positif gangguan citra diri
b.d b. Mampu pada citra akan
perubahan mengidentifik tubuh menyertai
struktur asi kekuatan (menghindari setiap
tubuh/bentuk personal kontak mata, penyakit
tubuh c. Mendeskripsi ucapan yang atau
kan secara merendahkan keadaan
faktual diri sendiri, yang
perubahan ekspresi tampak
fungsi tubuh keadaan nyata bagi
d. Mempertahan muak pasien.
kan interaksi terhadap Kesan
sosial kondisi seseorang
kulitnya) terhadap
b. Identifikasi dirinya
stadium sendiri
psikososial akan
tahap berpengaru
perkembanga h pada
n konsep diri
c. Berikan b. Terhadap
kesempatan hubungan
untuk antara
pengungkapa stadium
n, dengarkan perkemban
(dengan cara gan, citra
yang terbuka, diri dan
tidak reaksi serta
menghakimi) pemahama
d. Nilai rasa n pesien
keprihatianan terhadap
dan kondisi
ketakutan kulitnya
pasien c. Pasien
membutuh
kan
pengalama
n yang
wajib
didengarka
n dan
dipahami
d. Meningkat
kan
penerimaa
n diri dan
sosialisasi
4 Resiko a. Pasien bebas a. pertahan a. Mencegah
infeksi b.d dari tanda dan kan kontamina
peningkatan gejala infeksi teknik si
paparan b. Mendeskripsi aseptik b. Mencegah
organisme kan proses b. batasi terjadinya
pathogen penularan pengunju infeksi
lingkungan penyakit, ng bila nasokomia
faktor yang perlu l
mempengaruh c. cuci c. Mencegah
i penularan tangan terjadinya
serta setiap infeksi
penatalaksana sebelum nasokomia
anya dan l
c. Menunjukan sesudah d. Diagnosa
kemampuan tindakan dini dari
untuk keperaw infeksi
mencegah atan lokal dapat
timbulnya d. monitor dicegah
infeksi tanda
d. Jumlah dan
leukosit gejala
dalam batas infeksi
normal sistemik
e. Menunjukan dan lokal
perilaku
hidup sehat
Daftar Pustaka

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Tim, P. S. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim, P. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai