BLOK 15
TURORIAL F:
Moh.HaekalFaraby (172010101057)
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Learning objective
1. Histologi Kulit
2. Fisiologi ekskresi
3. Fisiologi penyimpanan lemak
4. Fisiologi termolegulator
5. Fisiologi Pigmentasi kulit(pengaturan hormonal)
6. Fisiologi persepsi
7. Efluoresensi kulit
8. Impegtigo
9. Impegtigo ulseratif/ektima
10. Folikulitis superfisial
11. Furunkel
12. Skrofuloderma
13. Karbunkel
14. Erispelas
15. Scabies
16. Pediculosis capitis
17. Pediculosis pubis
18. Veruka vulgaris(HPV)
19. Kondiloma akuminata
20. Moluskum kontangiosum
21. Lentigo
22. Xanthoma
23. Basal cell carcinoma
24. Squamosa cell carcinoma
25. Nevus pigmentosus
26. Vitiligo
27. Albino
28. Melasma
29. Hiperpigmentasi pasca inflamasi
30. Hipopigmentasi pasca inflamasi
1. Histologi Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :
1. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,
2. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan
3. jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau
subkutis)
1. Epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian
epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh,
yang paling tebal berukuran 1 milimeter pada telapak tangan dan telapak
kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak
mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis
melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh
zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui
dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis
dibedakan atas lima lapisan kulit,
yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis
paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam.
Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan tanduk sebagian besar terdiri atas
keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat
resisten terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny.
Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan
digantikan sel baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya 28
hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit terasa sedikit kasar. Proses
pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup,
menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan
memperbaiki diri. Dengan bertambahnya usia, proses keratinisasi
berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60-tahunan, proses
keratinisasi membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan
tanduk yang sudah menjadi kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul
bercak putih karena melanosit lambat bekerjanya dan penyebaran
melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan
tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan
lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari
lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan
turgor kulit. Lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
b. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak
tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung
lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari
protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen
sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat
tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi
bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam
protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini
paling jelas pada kulit telapak tangan dan kaki
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi
terdiri atas
sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-
jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling
berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-
filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju
normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara
bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan
kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar
sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler
dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang
lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis.
Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang
khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol,
asam amino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan
lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-
sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya.
Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan
dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan
metabolisme demoepidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam
lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-
sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel
tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear
cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
2. Kulit Jangat (dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak
rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung
rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit
yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai
permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit
sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata
kulit jangat diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak
mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan
dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai
selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,
memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf
perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera
bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak
menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di
kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk
berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak
untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya
dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan
cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit.
Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung
yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar
asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang
biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit.
Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan
dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya
dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit
berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut
kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya
adalah membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan
kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang
elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini
tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan
kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki
kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam
lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar
keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat,
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit, membentuk pori-pori
keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah
ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-
sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan
jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih,
yaitu keringat yang
mengandung 95 – 97 % air dan mengandung beberapa mineral, seperti
garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai
dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di
seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam
waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan
kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, putting
susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital)
menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta
berbau khas pada setiap orang Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya
alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan
muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat
apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit,
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak
kaki,kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau
kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit
kepala, kelenjar palit menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit
kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau
kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit
badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit
atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga
memudahkan timbulnya jerawat.
3. Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan
limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-
cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit
jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organorgan tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman
jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah
pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua,
kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya
dan akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.
Kulit tebal berada pada telapak tangan dan kaki karena memiliki fungsi
lebih tahan terhadap gesekan dan tarikan
Kulit tebal tidak memiliki kelenjar sebasea, otot polos, dan folikel rambut.
Epidermis lebih tebal pada kulit tebal.
Kuku
Rambut
Kelenjar
Lapisan Epidermis
Stratum Basal
Stratum Spinosum
Stratum Granulosum
Stratum Lusdum
Stratum Korneum
Lapisan Dermis
Stratum Papilare
Stratum Korneum
2. Fisiologi ekskresi
kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh(termoregulasi), dan pembentukan
vitamin D. Kulit juga sebagai barier infeksi dan memungkinkan bertahan dalam
berbagai kondisi lingkungan.
Fungsi ekskresi
1. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenalsebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan
ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga
sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut
merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum
berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.
2. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar
dengan cara menguap melaluikelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja
dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang
aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat
juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua
molekul organik hasil pemecahanprotein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua
jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat
merokrin.
Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta
aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekretyang kental dan bau yang khas.
Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon
sehingga sel-sel mioepitelyang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan
menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin
melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar.
Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandungair, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolism.
Kadar pH-nya berkisar 4,0−6,8dan fungsidari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.
Sebagai penyerap tekanan (shock absorbent), fungsi ini terutama pada tempat-
tempat yang biasanya mendapat tekanan yang besar, seperti: telapak kaki dan
telapak tangan. Lemak di daerah ini lebih berfungsi sebagai jaringan penyokong.
Pada sediaan yang dipotong agak tebal dinding sel masih bisa terlihat utuh.
Untuk memperlihatkan lemak dalam sel dapat digunakan teknik potong beku, di
mana jaringan dibekukan dengan pendinginan dan langsung dipotong (lemak tidak
terekstraksi) atau dengan menggunakan bahan yang tidak dapat mengekstraksi
lemak dari dalam sel, sehingga dapat diperlihat dengan pulasan khusus, seperti:
Sudan oil red (merah), Sudan oil black (hitam), dan asam osmium (hitam).
Gambar 1. Jaringan lemak putih dengan sel-sel yang unilokuler (bagian atas) dan
jaringan lemak coklat dengan sel-sel yang multilokuler (bagian bawah). Sumber:
Mescher AL, 2010.8
Setiap sel lemak dikelilingi oleh jalajala halus retikuler. Pada jaringan
lemak yang lebih besar terutama pada daerah yang berfungsi sebagai penyerap
tekanan (telapak kaki dan tangan) terdapat septasepta jaringan ikat yang cukup
tebal sehingga jelas terlihat membentuk lobuli jaringan lemak. Pada daerah lain
yang bukan berfungsi penyerap tekan-an septasepta sangat tipis sehingga susunan
lobuli kurang jelas. Jaringan lemak putih kaya vaskularisasi dan persarafan
Kapiler banyak terlihat pada daerah sudut-sudut perte muan antara sel-sel lemak,
sedangkan ujung-ujung saraf simpatis terlihat berakhir pada dinding pembuluh
darah tidak pada sel lemak. Penyebaran jaringan lemak putih Jaringan lemak putih
tersebar luas di jaringan subkutan. Banyaknya penimbunan lemak putih pada
daerah-daerah tertentu akan berbeda tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Pada anak-anak, terutama yang baru lahir lapisan lemak hampir merata di
semua jaringan subkutan, dinamakan panikulus adiposus. Pada usia dewasa lemak
ini akan menipis pada daerah tertentu tetapi pada bebeberapa daerah akan
menebal. Ketebalan lemak pada beberapa daerah berbeda untuk kedua jenis
kelamin; hal ini menyebabkan perbedaan bentuk tubuh lelaki dan perempuan yang
mungkin dipengaruhi secara hormonal. Pada lakilaki penimbunan lemak terjadi
pada: daerah kuduk, jaringan subkutan di atas otot deltoideus dan triseps, daerah
lumbosakral, dan bokong sedangkan pada perempuan penimbunan lemak terjadi
pada daerah dada, bokong, epitrohanter, serta permukaan anterior dan lateral paha.
Pada lelaki bila terjadi penimbunan lemak berlebihan terutama terjadi pada daerah
abdomen, sedangkan pada perempuan terjadi terutama pada daerah bokong.
Penimbunan lemak pada daerah omentum, mesenterium, dan retroperitoneal juga
berbeda pada kedua jenis kelamin. Lemak di daerah ini dilepaskan paling awal
bila tubuh memerlukan energi. Penimbunan yang terjadi pada daerah omentum ini
dikenal sebagai obesitas sentral.
Reseptor insulin: meningkatkan ambilan glukosa dan di dalam sel lemak akan
diubah menjadi trigliserida.
Reseptor epinefrin: efedrin yang dilepaskan dari ujung saraf simpatis akan
terikat pada reseptor di endotel kapiler jaringan lemak kemudian akan
mengaktifkan adenilil siklase dalam sel lemak yang menyebabkan meningkatnya
lipolisis (hubungan dengan olahraga).
1. Kegemukan hipertrofi: terjadi oleh penimbunan lemak dalam jumlah besar pada
sel-sel lemak unilokuler, sehingga ukuran sel lemak tersebut dapat mencapai
empat kali lebih besar, tetapi jumlah sel lemak tidak bertambah banyak.
Kegemukan ini terjadi akibat pembelahan sel lemak sudah tidak berlangsung,
tetapi mengonsumsi makanan yang berlebihan. Biasanya kegemukan jenis ini
terjadi pada usia dewasa.
Jaringan lemak coklat bervariasi pada berbagai spesies. Jaringan lemak ini
tampak berwarna coklat sampai coklat kemerahan-merahan, oleh karena itu sering
dinamakan lemak coklat. Warna ini disebabkan oleh banyaknya pembuluh darah
dan sitokrom karena terdapat sejumlah besar mitokondria. Walaupun sel lemak
coklat lebih kecil dari pada sel lemak putih, sitoplasmanya relatif lebih banyak
dan terdapat sejumlah tetesan lemak dalam berbagai ukuran. Inti bulat letak agak
ke tepi, tetapi tidak terdorong seperti pada sel lemak unilokuler (Gambar 1 dan 2).
Mikroskop elektron memperlihatkan pada sitoplasma terdapat kompleks juksta
nuklear kecil dan sejumlah miktokondria.
Mitokondria lebih besar dan bulat dengan sejumlah krista transversal. Juga
terdapat sedikit retikulum endoplasma kasar dan halus, ribosom bebas dan
glikogen (Gambar 3). Jaringan lemak coklat tersusun atas lobi dengan sejumlah
pembuluh darah tersebar di dalam lobi tersebut, mirip suatu kelenjar. Pada
binatang yang dipuasakan lama, lemak coklat akan dilepaskan secara bertahap,
sehingga warna jaringan akan makin gelap meninggalkan gambaran mirip kelenjar
sel-sel epitelial, dan tidak mirip jaringan ikat. Pada binatang percobaan, pelepasan
lemak ini makin dipercepat dalam lingkungan dingin. Stroma jaringan lemak
coklat sangat longgar dan banyak terdapat pembuluh darah.
Hubungan antar sel lemak dan kapiler lebih erat bila dibandingkan dengan
lemak putih. Pada pulasan impregnasi perak terlihat sejumlah serabut saraf halus
tidak bermielin berupa ujung saraf simpatis yang berakhir pada sel lemak coklat.
Lemak coklat umumnya terdapat pada mamalia yang baru lahir atau pada hewan
yang sedang berhibernasi; oleh karena itu jaringan lemak ini sering dinamakan
jaringan hibernasi. Pada individu dewasa tetesan-tetesan lemak akan menyatu
membentuk satu tetesan mirip lemak unilokuler. Lemak coklat ini penting
terutama pada kehidupan bulan-bulan pertama. Strukturnya secara bertahap akan
berubah menjadi lemak unilokuler, sehingga saat dewasa tetap masih terdapat sel
lemak coklat dan lemak putih tapi dengan struktur yang telah berubah menjadi
lemak unilokuler sehingga sukar dibedakan secara histologik.
Tumor yang berasal dari jaringan lemak putih dikenal sebagai lipoma atau
liposarkoma sedangkan yang berasal dari lemak coklat dinamakan hibrinoma;
keduanya dapat dibedakan secara histologik. Dari buktibukti di atas, dewasa ini
umumnya telah diterima bahwa sepanjang hidup seseorang di dalam tubuhnya
terdapat kedua jenis lemak ini, hanya saja struktur lemak multilokuler akan
berubah menjadi lemak unilokuler tetapi masih tetap bersifat reversibel.
Histofisiologi lemak coklat Lemak putih banyak terdapat di jaringan subkutan dari
kebanyakan mamalia yang berfungsi sebagai isolasi untuk menahan panas, tetapi
bila terlibat dalam aktifitas metabolisme juga dapat menghasilkan panas. Berbeda
halnya dengan jaringan lemak coklat yang berfungsi khusus untuk menghasilkan
panas tubuh. Sitoplasma lemak coklat mengandung banyak mitokondria,
berfungsi menghasilkan panas melalui oksidasi asam lemak. In vitro, kecepatan
oksidasi lemak coklat 20 kali lebih tinggi dari lemak putih.
Dalam keadaan dingin lemak coklat dapat menghasilkan panas sampai tiga kali
lipat. Hewan dewasa termasuk manusia yang baru lahir atau masih muda tidak
dapat menggigil sehingga memerlukan lemak coklat untuk menghasilkan panas
Bila terpapar suhu dingin, reseptor sensoris di kulit akan mengirim impuls ke
pengaturan suhu di otak, kemudian melalui jalur simpatis yang ujung-ujungnya
berakhir pada membran plasma sel lemak coklat dan beberapa pada pembuluh
darah melepaskan neurotransmiter norepinefrin untuk meningkatkan aliran darah.
Norepinefrin yang terikat pada reseptor di sel lemak coklat akan mengaktifkan
enzim lipase sensitif hormon dalam sel untuk memecahkan molekul trigliserida
menjadi asam lemak dan gliserol. Pelepasan asam lemak akan meningkatkan
metabolisme dengan konsekuensi meningkatkan kebutuhan oksigen dan pelepasan
panas. Darah yang melewati daerah tersebut akan meningkat suhunya dan
disebarkan ke seluruh tubuh. Meningkatnya panas yang dihasilkan berhubungan
dengan mitokondria dalam sel-sel lemak coklat yang memiliki protein
transmembran yang dinamakan termogenin. Protein transmembran ini berfungsi
untuk mengalirkan kembali proton yang sebelumnya ditransfer ke celah
intermembran tanpa melewati sistem ATPsintase dalam unit globular
mitokondria. Akibatnya energi yang dibutuhkan untuk aliran proton tidak
digunakan untuk sintesis ATP tapi untuk menghasilkan panas. Pada hewan gemuk
jumlah termogenin berkurang tetapi meningkat pada keadaan dingin. Individu-
individu yang memiliki jumlah molekul termogenin banyak sukar menjadi gemuk.
4. Fisiologi termolegulator
Keringat
Pelepasan panas melalui sekresi dan evaporasi pada kelenjar keringat
berperan penting dalam mempertahankan stabilitas termal di lingkungan yang
panas atau selama heat stress yang diinduksi oleh latihan (exercise) dinamis berat.
Ketika suhu lingkungan melebihi suhu darah, evaporasi keringat merupakan
mekanisme satu-satunya untuk melepaskan panas. Sekresi keringat terutama
dikontrol oleh persarafan kolinergik simpatetik yang melepaskan asetilkolin
(acetylcholine / Ach) untuk mengaktifkan reseptor muskarinik pada kelenjar.
Sekresi keringat dapat diaugmentasi oleh produksi lokal nitrit oksida di dekat
kelenjar keringat. Kelenjar yang terstimulasi akan memproduksi larutan isotonik
yang berubah secara progresif menjadi larutan hipotonik saat Na+ direabsorbsi di
dalam duktus kelenjar keringat oleh transfer ion aktif.
Melanosit adalah sel khusus yang terdapat dalam stratum basal epidermis
atau dalam dermis di bawahnya dan menjulurkan banyak cabang sel yang disebut
dendrit di antara keratinosit sekitarnya. Melanosit merupakan sel yang dapat
menyintesis enzim tirosinase, enzim tersebut jika bergabung dalam melanosom,
dapat memulai sintesis dan deposit dari melanin.Oleh sebab itu melanosit adalah
komponen penting dalam sistem pigmentasi kulit.
Histologi melanosit
6. Fisiologi persepsi
Adanya fungsi persepsi pada kulit memungkinkan kulit untuk dapat
merasakan pana, dingin, rabaan dan tekanan. Kulit mengandung ujung-ujung saraf
sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh
badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh
badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di
papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier
yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di
daerah yang erotik.
Saraf-saraf yang terdapat pada kulit yaitu :
7 . Efluoresensi kulit
Dermatologi dapat dipelajari secara sistematis setelah Plenk
(1776( menulis bukunya yang berjudul System der Hautkrankheiten. Berdasarkan
efloresensi (ruam) tersebut penyakit kulit mulai dipelajari secara sistematis.
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira kira
15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif bervariasi pada keadaan
iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda
beda, dari kulit yang bewarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah
muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada
genitalia orang dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan
tebalnya kulit, kulit elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan
preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan orang
dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang tebal pada kepala dan yang
lembut pada leher dan badan
8 . Impetigo
Impetigo merupakan infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh
stafilokokus, streptokokus atau lebih dari satu bakteri.
(Brunner&Suddart:2002).
KLASIFIKASI
A. Impetigo bulosa
Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah
usia 2 tahun. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo
bulosa terdapat pada anak dan juga pada orang dewasa, paling sering
muncul di ketiak, dada, dan punggung.
B. Impetigo nonbulosa
ETIOLOGI
A. Bakteri staphylococcus aureus
B. Bakteri streptokokkus
Faktor predisposisi :
A. Higine yang buruk
B. Pediculosis capitis (trauma kepala)
C. Scabies (kudis)
D. Herpes simpleks
E. Getah tanaman yang beracun (poison ivy)
F. Gigitan serangga
G. Ekzema. (Brunner&Suddart:2002).
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis menurut arif muttaqin 2011
A. Pengobatan topikal dengan krem antibiotik
B. Drainage: bula dan pustula dengan ditusuk jarum steril untuk mencegah
penyebaran lokal
C. Kompres larutan sodium kloride 0,9%
D. Pengobatan sistemik (FK Unair, 2007)
1. Diberikan pada kasusu-kasus berat, lama pengobatan paling sedikit 7-10
hari
2. Penisilin dan semisintetiknya ( pilh salah satu )
a. Kloksilin ( untuk staphylococci yang kebal pensilin ) dosis. 250-
500mg/dosis, 4 kali/hari a.c anak-anak: 10-25mg/kg/dosis 4 kali a.c
b. Dikloksasilin ( untuk staphylococci yang kebal pensilin ) dosis: 125-
250 mg/dosis, 3-4 kali/hari a.c. anak-anak: 5-15 mg/kg/dosis, 3-4
kali/hari a.c.
c. Fenoksimetil pensilin ( pensilin V ) dosis: 250-500 mg, 4 kali/hari a/c.
anak-anak 7,5-12,5 mgg/dosis, 4 kali/hari a.c.
d. Eritomisin dosis: 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari p.c. anak-anak: 12,5-
50 mg/kg/dosis, 4 kali/hari p.c
e. Klindamisin dosis: 150-300mg/dosis, 3-4kali/hari anak-anak lebih 1
bulan: 8-20 mg/kg/hari, 3-4 kali/hari.
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
A. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak
dengan pasien, terutama apabila terkena luka.
B. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
C. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa
menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien
D. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan,
namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
E. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
pendek dan bersih
F. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
G. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari
yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari
atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan
disinfektan.
H. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang
terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.
(Sumber: Northern Kentucky Health Department, 1:2005).
9 . Impegtigo ulseratif/ektima
Masalah kesehatan Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya
disebabkan oleh Streptococcus β-hemolyticus. Penyebab lainnya bisa Staphylococcus
aureus atau kombinasi dari keduanya. Menyerang epidermis dan dermis membentuk
ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai
bawah. Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus,
Streptococcus, atau oleh kedua-duanya. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit ini adalah hygiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh,
atau jika telah ada penyakit lain di kulit. Gambaran ektima mirip dengan impetigo,
namun kerusakan dan daya invasifnya pada kulit lebih dalam daripada impetigo.
Hasil Anamnesis (Subyektif)
Pasien datang ke dokter dengan keluhan adanya luka dan gatal. Terjadi dalam waktu
yang lama akibat trauma berulang, seperti gigitan serangga. Riwayat penyakit
sebelumnya, misalnya, Diabetes melitus dapat menyebabkan penyembuhan luka yang
lama.
Faktor risiko :
Komplikasi ektima
Diagnosis banding
Kriteria rujukan
Prognosis :
10 . Folikulitis superfisial
Pada kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar
folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu
mengering dan membentuk keropeng.
Diagnosis ditegakkan dengan melihat efloresensi pasien. Untuk memastikan bahwa
penyebabnya adalah Staphylococcus aureus bisa dilakukan pembiakan contoh
jaringan yang terinfeksi di laboratorium.
Kompres hangat bisa mempercepat pengempesan folikulitis. Untuk mengendalikan
infeksi, bisa diberikan antibiotik dalam sediaan salep maupun oral.
Folikulitis adalah radang pada folikel rambut, yang paling sering disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus. Terdapat 2 klasifikasi, yaitu :
1. Folikulitis superficialis atau Impetigo Bockhart, dimana terdapat di dalam
epidermis. Tempat predileksi di tungkai bawah, kelainan berupa papul atau
pustule yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multiple.
2. Folikulitis profundal, dimana terdapat sampai ke subkutan. Gambaran
klinisnya hamper sama, hanya teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis
barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral.
Pengobatan dapat diberikan antibiotic sistemik/topical, dan cari factor
predisposisinya. Antibiotik sistemik yang digunakan adalah Ampisilin dosis 4 x
500mg, 1 jam sebelum makan, atau Amoksisilin 4 x 500mg. Antibiotik topical dapat
digunakan Basitrasin, Neomisin, dan Mupirosin.
11. Furunkel
Penderita datang ke dokter karena rasagatal dan nyeri pada daerah lesi yang
timbul mendadak. Keluhan disertai demam dan malaise. Faktor risiko :
- Pemeriksaan fisik Lokalisasi : sering pada tubuh yang berambut dan mudah
terkena iritasi, gesekan, atau tekanan; atau padadaerah yang lembap seperti
ketiak, bokong, punggung,leher, dan wajah.
- Efloresensi : mula-mula berupa macula eritematosalentikular numular
setempat, kemudian menjadi nodulalentikular-numular berbentuk kerucut.
Dalam satu minggu terjadi supurasi dan pus keluar melalui beberapa muara
folikel. Kemudian muara-muara ini bersatu dan terbentuklah nekrosis sebagai
jaringan mati berwarna kuning, yang jika dibuang akan terbentuk cekungan
seperti kawah. Lesi yang sembuh akan membentuk parut.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis banding :
Penatalaksanaan Komprehensif
Konseling dan edukasi : Mengatasi faktor predisposisi seperti obesitas, DM, dan
hiperhidrosis. Menjaga kebersihan dan mencegah luka-luka kulit, Menjaga kebersihan
lingkungan.
Pasien dirujuk apabila terjadi: Komplikasi mulai dari selulitis, Tidak sembuh dengan
pengobatan selama 5-7 hari, Terdapat penyakit sistemik (gangguan metabolic
endokrin dan imunodefisiensi).
Prognosis : baik, jika faktor predisposisi dapat teratasi. Prognosis menjadi kurang baik
jika terjadi rekurensi.
Sarana Prasarana
2.Lup
3.obat-obatan
12. Skrofuloderma
Skrofuloderma adalah tuberculosis kutis murni sekunder yang terjadi secara
per kontinuitatum dari jaringan di bawahnya, misalnya kelenjar getah bening, otot dan
tulang. Penyebabnya Mycobacterium tuberculosis (jenis human), basil tahan asam.
Dapat terjadi pada semua umur, tetapi biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda. Frekuensi terbanyak pada Negara-negara yang belum berkembang. Penyebaran
lebih mudah pada musim penghujan.
Pasien datang ke dokter karena terdapat peradangan di leher, aksila, lumbal atau
inguinal. Dimulai dengan infeksi sebuahkelenjar yang selanjutnya berkembang
menjadi banyak.
Faktor risiko:
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan Komprehensif
Sistemik :
Alternatif lain :
Pirazinamid 30-40mg/kgBB/hari
Topikal :
Konseling dan edukasi : Jaga kebersihan diri dan lingkungan, Makan makanan yang
bergizi. Minum obat secara teratur, Istirahat cukup, Pasien lebih baik diisolasi.
Kriteria rujukan : Pasien dirujuk apabila terjadi:
2.Obat-obatan
13. Karbunkel
Karbunkel adalah infeksi bakteri pada sekelompok folikel rambut dan jaringan
sekitarnya yang berdekatan. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa furunkel
yang berkelompok dan dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan
subkutan yang padat7. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel
rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel.
Epidemiologi
Etiologi
Karbunkel disebabkan infeksi bakteri, umumnya stafilokokus (Stafilokokus
aureus). Bakteri S.aureus berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter 0,5 – 1,5 µm,
memiliki susunan bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil,
katalase positif dan pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.
Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus. yang merupakan flora
residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran
hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha.
Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit7.
Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host
terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman
tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi
oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin
TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel
endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi dan pada
akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang
mati.
Faktor Resiko
2. Diabetes. Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga membuat tubuh
sulit untuk melawan infeksi.
4. Pakaian yang ketat. Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang ketat dapat
menyebabkan luka pada kulit, membuat bakteri mudah untuk masuk kedalam
tubuh.
5. Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit, masalah kulit
seperti jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan
menjadi furunkel atau karbunkel.
7. Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat kemoterapi atau
mendapat obat omeprazole.
Diagnosa
Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul
tersebut meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-10 cm atau
bahkan lebih. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise.
Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah
kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar yang multipel (multiple
follicular orifices). Karbunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang
yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan
granulasi.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Banding
Kista Epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista epidermal
yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan
tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu atau
beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding karbunkel. Diagnosa banding
ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada tempat
yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan penekanan lesi tersebut
akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak sedap sedangkan pada
karbunkel mengeluarkan material purulen.
Hidradenitis Suppurativa
Komplikasi
Invasi bakteri kedalam aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat
ditentukan. Prevalensi infeksi metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar 30%
dan menyebabkan komplikasi endokarditis, osteomyelitis, septic arthritis, perinephric
abses, meningitis dan sepsis. Manipulasi pada lesi dapat memfasilitasi penyebaran
infeksi melalui aliran darah.
Komplikasi lainnya yang jarang yaitu trombosis sinus kavernosus. Lesi pada
bibir dan hidung juga dapat menyebabkan bakteremia melalui vena-vena emisaria
wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus.
Penatalaksanaan
Pembedahan
Terapi adekuat dari karbunkel adalah insisi dan drainase pus. Persetujuan
tindakan medis diperlukan sebelum melakukan tindakan. Selanjutnya semua
perlengkapan operasi disiapkan. Pertama disinfeksi area karbunkel dan sekitarnya
didisinfeksi dan dibatasi dengan duk steril.. Anastesi lokal yang umumnya digunakan
adalah lidokain 1%.. Scalpel dipegang menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
membuat initial entry. insisi dilakukan langsung ke pusat abses. Insisi dibuat searah
dengan skin-tension line. Insisi dilebarkan untuk membuat ruang yang cukup
memadai sehingga semua pus dapat keluar. Hal ini dapat mencegah terjadinya
rekurensi. Pengambilan pus utuk kultur dapat menggunakan hapusan atau spuit ke
dalam ruang abses. Setelah pus mengalir spontan. klem yang berujung bengkok untuk
membuka seluruh ruang abses. Klem dimasukkan ke dalam ruang abses ke dalam
sampai menyentuh jaringan yang sehat, kemudian ujung klem dibuka dan digerakkan
melingkar untuk mengeksplorasi memisahkan jaringan sehat dan ruang abses.
Selanjutnya dilakukan irigasi menggunakan spuit tanpa jarum dengan normal saline
sampai cairan irigasi yang keluar dari ruang abses jernih. Wound-packing material
ukuran seperempat atau setengan inchi dimasukkan dalam ruang abses. Kemudian
tutup luka dengan kasa steril dan plester. Penderita follow-up setelah 2-3 hari, jika
tidak ada pus, wound-packing material di ambil.
Gambar 7.. Insisi dan Drainase Abses.
Antibiotik Sistemik
Natural penicillins
Penicillin V 250–500 mg tid/qid for 10 days
Penicillinase-resistant penicillins
Aminopenicillins
Amoxicillin plus clavulanic acid 875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for 10
(Betha-lactamase inhibitor) days
Cephalosporins
Erythromycin group
Tetracylines
Miscellaneous agents
- Proses sistemik
Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus
digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada
seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat
menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya.
Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.
- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif
dalam mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama
periode lebih dari 12 minggu. Penggunaan rifampin dalam jangka waktu
tertentu untuk mengeradikasi S.aureus pada hidung dan menghentikan siklus
berkelanjutan dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada pasien yang
dengan pengobatan lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat
muncul dengan cepat pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua
(dikloxacillin bagi S.aureus yang peka methicillin; trimethoprim-
sulfametaxole, siprofloksasin, atau minoksiklin bagi S.aureus yang resisten
methicillin) telah digunakan untuk mengurangi resistensi rifampin dan untuk
mengobati furunkulosis rekuren.
Prognosis
14. Erispelas
Erisipelas merupakan suatu kelainan kulit akut yang termasuk dalam tipe dari
selulitis superfisial. Erisipelas melibatkan sistem limfatik dermal yang prominen.
Biasanya disebabkan oleh streptococcus, dengan gejala utamanya ialah eritema
berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi. Pada
penyakit ini, terjadi peninggian kulit pada bagian yang terjadinya inflamasi dan
terdapat area berbatas tegas yang membedakan antara kulit normal dan kulit yang
terjadinya erisispelas. Bagian tubuh yang sering terlibat adalah kedua tungkai bawah,
wajah, dan telinga
ETIOLOGI
Pada umumnya kuman akan masuk melalui portalt of entry. Sumber bakteri
erisipelas yang terdapat pada wajah sering kali yang menjadi host-nya adalah
nasofaring dan adanya riwayat infeksi streptokokkus sebelumnya berupa faringitis
yang dilaporkan terjadi pada sepertiga kasus. Masuknya bakteri dari kulit yang
mengalami trauma adalah peristiwa awal terjadinya erisipelas. Setelah masuk, infeksi
menyebar diantara ruang jaringan dan terjadi perpecahan polisakarida oleh
hialuronidase yang dapat membantu dalam penyebaran kuman, fibrinolisin yang
berperan dalan penghancuran fibrin, lesitin yang dapat merusak membran sel.
DIAGNOSIS
Eritema, panas, bengkak, dan nyeri adalah gejala yang sering timbul pada
erisipelas. Lesi klasik penyakit ini adalah lesi yang berbatas tegas pada wajah. Namun
begitu kedua tungkai turut bisa menjadi bagian yang sering terkena erisipelas.
Kadang-kadang terdapat bula yang timbul di sekitar lesi seiring dengan menyebarnya
plak eritema tadi. Kelenjar limfe regional juga dapat mengalami pembesaran.
Gambar 1: Erisipelas pada wajah oleh karena Streptococcus grup A : nyeri
berbatas tegas, mengkilat, plak eritema disertai edema. Pada palpasi kulit
teraba panas dan lunak.(2)
Pada pemeriksaan mikroskop hapusan Gram dari eksudat, nanah, cairan bulla,
aspirasi dapat terlihat bakteri. Dimana untuk bakteri Streptococcus Grup A (GAS)
berbentuk rantai kokus gram positif. Sedangkan Staphylococcus aureus kokus
berbentuk anggur. Sel darah putih (leukosit) dan laju endapan darah (LED) dapat
meningkat.
DIAGNOSIS BANDING
Selulitis
Gambaran klinis selulitis menyerupai gambaran klinis yang dimiliki oleh
erisipelas. Selulitis tidak mempunyai batas yang jelas seperti erisipelas.
Kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di subkutan dengan tanda-tanda
radang akut, juga terdapat pembengkakan, merah dan nyeri lokal disertai
gejala sistemik dan demam. Lebih sering didapatkan pada tungkai.(2,3,8)
Gambar 2. Selulitis: terdapat eritema, edema Gambar 3: Erisipelas pada kaki(5)
dan tenderness. (1)
Angioedema
Angioedema merupakan lesi yang udem dan ekstensif sampai ke dalam
lapisan dermis dan/atau subkutan dan submukosa. Sebagian pasien mengalami
pembengkakan yang masif pada wajah termasuk lidah dan leher yang dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas. Keluhan gatal tidak didapatkan, beberapa
hanya mengeluh rasa panas.
PENATALAKSANAAN
Respon pengobatan yang baik biasanya dapat dilihat jika diberikan pengobatan
yang tepat. Terapi topikal tidak tepat diberikan dan penicilin sebaiknya diberikan
sesuai ketentuan. Streptococcus pyogenes lebih sensitif. Terapi parenteral lebih
dibutuhkan sebagai pertolongan pertama pada infeksi berat., biasanya diberikan
benzylpenicilin untuk 2 hari atau lebih. Penicilin V oral dapat diberikan untuk 7-14
hari. Pada kasus berat, penicilin V tepat diberikan. Eritromisin dapat diberikan jika
alergi terhadap penisilin. Erisipelas yang berulang (lebih dua episode pada satu
tempat) diberikan penicilin V (250 mg 1-2 kali sehari) dengan selalu menjaga
kebersihan, terutama tempat yang menjadi potensial portal of entry.
15. Scabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s. Scabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya
scabies adalah Sarcoptes scabiei.
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai
semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau
mite) Sarcoptes scabiei.
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan
golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh
kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang
0,6 sampai 1,2 centimeter.
ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata.
Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum
membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi
hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-
350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut.
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali
oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva
ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.
PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul
pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap
secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya
papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari
lokasi tungau.
FAKTOR RESIKO
1. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi,
lesi terdapat di muka.
2. Skabies yang ditularkan oleh hewan.
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaanya
berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala.
Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama
terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi
hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
3. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid
toikal yang lama dapat menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin
disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.
4. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atai
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis
yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi (pustula,
ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum
tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan lipatan
glutea, umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah
4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,
merupakan hal yang paling diagnostik.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama,
dapat timbul likenifikasi, impetigo, da furunkulosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula – mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papula
atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu
tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya jepit lesi dengan 2 jari kemudian
buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya
4. Dengan biopsi eksisional dan periksa dengan pewarnaan HE.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :
1. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus
dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula
dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi
dan anak - anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu
menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum meningkatkan
kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :
a) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
b) Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang
akan dipakai harus disetrika.
c) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal,
kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari
selama beberapa jam.
2. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat – obatan, obat - obat anti skabies yang tersedia
dalam bentuk topikal antara lain :
a) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4 - 20% dalam bentuk
salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang - kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
b) Emulsi benzil - benzoas (20 – 25 %), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang - kadang makin gatal setelah dipakai.
c) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.
d) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
e) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan
gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah
10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan
pada bayi di bawah umur 12 bulan.
KOMPLIKASI
Jika skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis,
limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul
karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal
atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15%
dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa
hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria.
Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila
digunakan secara berlebihan. Selain itu dapat terjadi sebagai berikut:
1. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang
berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila
ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut,
kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai
3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
2. Infeksi sekunder
3. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit
yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel
rambut tampak beruntus - beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu
mengering dan membentuk keropeng
4. Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan
jaringan subkutaneus di sekitarnya. Paling sering ditemukan di daerah leher,
payudara, Wajah dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar
hidung atau telinga atau pada jari - jari tangan. Furunkel berawal sebagai
benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini
akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk
pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang
mengandung sedikit darah.
5. Infiltrat
6. Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan
gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak - kanak. Eksema dapat
menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur
CARA PENCEGAHAN
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
2. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur
minimal 2 kali dalam seminggu.
3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai
terinfeksi tungau skabies.
6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
7. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan
penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit
ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa,
namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila
pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari
infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di
cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan
seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.
d. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab.
Epidemologi
Pedikulosis kapitis tidak memandang usia atau strata ekonomi yang dapat
kebal terhadap penyakit ini, meski pun kondisi hidup yang penuh sesak cenderung
dikaitkan dengan prevalensi yang lebih tinggi. Setiap keluarga yang memiliki anak
kecil setidaknya satu orang akan terjangkit, kutu kepala dapat menjangkit orang
dari segala usia, tetapi anak-anak rentan terhadap infestasi karena kebiasaan
mereka bermain dalam kontak dekat, berbagi topi, telfon selular, sisir dan sikat
dan pakaian. Tambahan pula dalam kondisi higine yang tidak baik, misalnya
jarang memberishkan rambut atau rambut yang relatif susah dibersihkan (rambut
yang sangat panjang pada wanita). Anak perempuan sekitar dua kali lebih
mungkin untuk mendapatkan kutu kepala dari pada anak laki-laki.Infestasi di
Amerika Serikat untuk ras kulit hitam tidak umum terjangkit, karena karakteristik
fisik batang rambut mereka, yang lebih berbentuk oval dan karena itulebih sulit
untuk dipahami.
Etiopatogenesis
Kutu ini mempunyai 2 mata 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi
kemerahan jika telat menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin, ialah jantan dan
betina, yang betina betina dengan ukuran panjang 1,2-3,2 mm dan lebar lebih
kurang ½ panjangnya, jantan lebih kecil dan jumlahnya hanya sedikit.
a. b.
Kutu kepala, pedikulosis capitis, Kutu betina hidup selama 30 hari, dan
selama itu ia meletakkan antara 5 dan 10 telur sehari pada batang rambut atau
kurang lebih 150 telur dalam 30 hari. Kapsul telur berbentuk oval (nits)
biasanya di letakkan dekat dengan kulit kepala untuk kehangatan, dan pada
umumnya telur terletak 0,6 mm dari kulit kepala yang belum menetas. Di iklim
hangat, bagaimanapun, nits layak dapat ditemukan 15 cm atau lebih dari kulit
kepala, terutama di daerah di atas tengkuk. Nits yang melekat pada rambut
individu melalui suatu matriks protein yang eratresem konstituen asam amino
dari batang rambut manusia itu sendiri sehingga setiap senyawa masa depan
yang mudah akan membubarkan lapisan nit juga akan cenderung merusak
batang rambut. Kutu jarang hidup lebih dari 36 jam dari host tanpa makan
darah. Namun, mengingat suhu yang sesuai (28-32'C /82-90'F) dan kelembaban
(70-90% RH), nits dapat bertahan hidup dan menetas setelah 10 hari jauh dari
host.
Kutu kepala dan manusia telah berevolusi bersama, karena fakta bahwa
kutu tergantung sepenuhnya pada manusia untuk hidup mereka dan tidak terjadi
pada setiap spesies inang lainnya. Kutu menghabiskan sebagian besar hidup
mereka di rambut, bukan di kulit kepala, dan datang ke kulit kepala untuk
memberi makan. Mencari kutu di rambut sangat susah karena mereka bergerak
cepat jauh dari gangguan, memanjat cepat dan bawah poros dan samping
menyeberang ke poros lain. Telur pediculus humanus tidak sulit untuk melihat
pada poros rambut. Telur yang baru diletakkan adalah biasanya dalam 1,5 cm
dari kulit kepala, sedangkan telur tua lebih lebih tinggi poros rambut. Pediculus
capitis
Transfer dari rambut untuk rambut sangat tergantung pada pola spasial
dan kinetik. Itu preferensi untuk rambut yang lewat perlahan dari ekor ke kepala
mungkin karena faktor anatomi dan perilaku. Cakar pertama pada kaki kutu
adalah satu-satunya cakar yang digunakan untuk membuat kontak dengan
rambut baru dan kaki lainnya hanya digunakan setelah cakar pertama itu
terpasang. Kepala kutu berorientasi untuk makanan darah, maka mereka
mendekatkan kepala mereka dekat dengan kulit kepala.3,9
Kutu yang tidak mencari makan darah sesekali memposisikan diri di atas
kulit kepala tuan rumah dengan ekor mereka menghadap kepala host. Posisi ini
akan memudahkan penularan karena rambut lewat.9,12
Selain transmi kutu dengan kontak langsung, ternyata dapat juga melalui
kontak tidak langsung seperti peralatan umum dalam rumah tangga. Hal ini juga
menyatakan terjadi melalui sisir, sikat untuk semir rambut, atau topi.5,10
Manifestasi Klinis
Infestasi kutu kepala ditandai dengan nits melekat pada rambut sekitar
0,7 cm dari kulit kepala. Nits sering ditemukan dibagian oksipital dan retro
auricular kepala dan lebih mudah untuk mengamati dari pada merangkak kutu
dewasa. Pruritus adalah gejala utama, meskipun pasien dengan kutu bisa tanpa
gejala. Reaksi gigitan, excoriations, impetiginization sekunder, pioderma,
limfadenopati servikal, konjungtivitis, demam, dan malaise juga manifestasi
yang mungkin. Pioderma bisa disertai dengan alopecia. Ruam morbilliform
hipersensitivitas dapat meniru eksantema virus. Dalam kasus lama, dermatitis
keparahan variabel dapat dilihat, ditandai dengan eksudasi dan pengerasan kulit,
terutama didaerah oksipital.
Kejadian yang jarang, dalam sangat penuh dan pasien yang tidak
berobat, rambut bisa menjadi kusut dengan eksudat, predisposisi daerah
terhadap infeksi jamur. Hal ini mengakibatkan massa malodorous. Kutu tak
terhitung jumlahnya dan nits dapat ditemukan di bawah massa rambut
terjerat.11,14
Pasien datang dengan pruritus berat pada kulit kepala, dan sering
memiliki limfadenopati servikal posterior. Eksoriasi dan bintik kecil dari
kotoran kutu ditemukan pada kulit kepala, dan impetigo sekunder merupakan
hal yang biasa terjadi. Kutu dapat diidentifikasi, terutama saat menyisir rambut.
Telur bisa ditemukan pada seluruh kulit kepala,tapi yang paling umum di daerah
retroauricular. Umumnya, hanya telur yang dekat kulit kepala yang memiliki isi
dan telur di daerah distal telah kosong. Pada keadaan sangat lembab, telur dapat
ditemukan di sepanjang rambut. Bila infeksi sekunder berat, rambut akan
menggumpal dibabkan oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan
disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroartikular).
Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau busuk.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis kutu adalah mencari kutu atau telur yang layak (nits)
pada pemeriksaan. Ekskoriasis dan pioderma juga dapat tampak. Karena kutu
menghindari cahaya dan merangkak dengan cepat, inspeksi visual tanpa
menyisir sulit. Menggunakan sisir kutu meningkatkan kemungkinan
menemukan kutu hidup dan merupakan alat skrining pembantu. Diagnosis kutu
menggunakan sisir kutu ini empat kali lipat lebih efisien dari pada pemeriksaan
visual langsung.14,15
Telur mati dapat tetap terpaku pada rambut selama 6 bulan. Rambut
manusia tumbuh pada tingkat sekitar 1cm/bulan. Karena ikut dengan rambut
yang tumbuh, telur kutu yang kosong yang telah melekat pada helai rambut
akan menjauh dari kulit kepala. Setelah 2 sampai 3 bulan, ini telur kutu kosong
menjadi lebih terlihat, terutama pada rambut gelap.2,15
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
o Mikroskopi
Kutu atau telur kutu pada helai rambut dapat di periksa
untuk mengkonfirmasi pemeriksaan makroskopi dari kulit
kepala dan rambut.
o Kultur
Jika dicurigai impetiginasi, perlu dilakukan cultur bakteri.1,16
Diffensial diagnosis
Dilihat dari manifestasi klinis adanya benjolan-benjolan kecil seperti
mutiara di rambut dapat didiagnosis banding dengan Piedra hitam.
Piedra hitam merupakan infeksi jamur pada rambut yang
mengakibatkan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut. Selain itu
mengakibatkan juga rambut mudah patah.16
Gambar 8. Psocids
Penatalaksanaan
b. Non medikamentosa
Menyisir kutu
Tujuan menyisir kutu setiap hari adalah untuk menghapus
nimfa yang menetas antara perlakuan pediculicidal. Kutu menunjukkan
kerentanan berbagai pediculicides berdasarkan tahap perkembangan
mereka. Satu dapat mengharapkan untuk menemukan kutu sama sekali
tahap pengembangan pada kepala penuh, karena itu mereka akan mati
pada waktu yang berbeda mengikuti aplikasi pediculicide. Proses
menyisir kutu rambutnya harus dibasahi dengan air, bukan
kondisioner. Pada akhirsetiap sesi, mencucisisir di bawah keran.
Rendam sisir dalam air yang sangat panas selama 10 menit atau
simpan dalam freezer selama 24 jam sebelum menggunakan lagi.8,10
c. Medikamentosa
Topikal agen
Malathion
Malathion (0,5% atau 1%) adalah lotion atau spray yang harus
diterapkan pada rambut, dibiarkan terbuka, dan dibersihkan setelah 8
sampai 12 jam. 1,15
Gama benzen heksaklorida
Gama benzen heksaklorida (gameksan) 1% berbentuk krim
yang digunakan dengan cara dioleskan lalu didiamkan 12 jam
kemudian dicuci dan disisir.
Pyrethrin:
Krim permetrin 1% bilas. Pertama kali keramas rambut dengan
sampo non-condisioner dan handuk kering. Setelah itu, diterapkan
krim permetrin 1%, biarkan selama 10 menit dan kemudian dibilas.15
Permetrin (5%)
Permetrin (5%) adalah krim. Produk ini biasanya diterapkan
semalam untuk kutu. Ini diterapkan ke kulit kepala dan biarkan selama
beberapa jam atau semalaman, setelah itu harus dibilas.15
Carbaryl (0,5%),
Carbaryl (0,5%) adalah karbamat yang mengikat ke situs yang
sama pada enzim acetylcholinesterase sebagai organofosfat.
Penggunaan carbaryl semakin sedikit, sebagian didasarkan pada bukti
bahwa hal itu mungkin karsinogenik. Memiliki potensi mutagenik, dan
harus terus telah dibatasi hanya menggunakan.15
Lindane (1%)
Lindane (1%) adalah sedian yang tersedia sebagai sampoo yang
harus dibiarkan selama tidak lebih dari 10 menit, dengan aplikasi
berulang-ulang dalam 7 sampai 10 hari. 15
Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder mungkin cukup memperparah untuk membuat anak
demam dan lesu.
Prognosis
Infeksi ini pada dasarnya tidak berbahaya. Namun, stigma yang terkait dengan
kutu kepala dan trauma psikologis yang dialami oleh beberapa orang dalam upaya
mereka untuk menghilangkan infeksi sangat outweight dampak fisik kutu. Reaksi
sensitasi untuk kutu air liur dan kotoran dapat menyebabkan iritasi lokal dan eritema,
infeksi sekunder dari goresan mungkin terjadi. kutu telah diidentifikasi sebagai vektor
mekanis utama dari kulit kepala pioderma disebabkan streptokokus dan staphylococci
biasanya ditemukan pada kulit.
Diagnosis ditegakkan dengan temuan kutu Pthirus pubis yang dapat dilihat dengan
mata telanjang atau dengan dermatoskop.
Tatalaksana :
Sinonim
Veruka vulgaris atau yang sering disebut kutil atau common warts merupakan
infeksi human papiloma virus (HPV) pada epidermis dengan gambaran klinis
berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan kasar
dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Pernyakit ini menular
dengan cara kontak langsung kulit dengan kulit, dan trauma dengan kerusakan stratum
korneum yang menyebabkan infeksi epidermis.
Epidemiologi
Veruka vulgaris dapat timbul pada segala usia, tetapi jarang pada bayi dan
anak kecil. Kelainan meningkat selama umur sekolah prevalensinya adalah 10-20%
dan menurun setelah umur 20 tahun. Sebagian besar orang pernah terinfeksi
dengan HPV dalam kehidupannya. Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi
HPV yang paling umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15%
yang terdapat pada usia di atas 35 tahun. 1,3,5,6
Frekuensi yang meningkat juga terlihat pada pasien imunosupresi dan orang
yang kontak dengan daging. Veruka vulgaris umum muncul kira-kira dua kali lebih
sering di kulit putih seperti pada kulit hitam atau orang Asia. Laki-laki dan perempuan
memiliki prevalensi yang sama.
Etiologi
Veruka vulgaris adalah jenis veruka yang banyak ditemukan dan disebabkan
terbanyak oleh HPV serotipe 2, 4, 27, dan 29. Semua genom HPV tersusun dari 8000
pasang basa nukleotida, yang ditampilkan sebagai suatu sekuens linear tetapi
sebenarnya merupakan lingkaran tertutup dari DNA untai ganda. Kotak-kotak tersebut
menggambarkan gen-gen virus, masing-masingnya mengkode suatu protein. Regio
regulasinya ialah segmen DNA yang tidak mengkode protein, tetapi berpartisipasi
dalam meregulasi ekspresi gen virus dan replikasi dari DNA virus.1,3,6
Patofisiologi
Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus pada epidermis yang utuh melalui
defek pada epitel. Maserasi kulit mungkin merupakan faktor predisposisi yang
penting, seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya insidens veruka plantar pada
perenang yang sering menggunakan kolam renang umum.3,6
Ekspresi virus (transkripsi) sangat rendah sampai lapisan Malpigi bagian atas,
persis sebelum lapisan granulosum, dimana sintesis DNA virus menghasilkan ratusan
kopi genom virus tiap sel. Protein kapsid virus disintesis menjadi virion di sel
nukleus. DNA virus yang baru disintesis ini dikemas menjadi virion dalam nukleus
dari sel-sel Malpigi yang berdifferensiasi ini. Protein virus yang dikenal dengan E1-
E4 (produk RNA yang membelah dari gen-gen E1 dan E4) dapat menginduksi
terjadinya kolaps dari jaring-jaring filamen keratin sitoplasma ini. Hal ini
dipostulasikan untuk memfasilitasi pelepasan virion dari sitoskeleton yang saling
berikatan silang dari keratinosit sehingga virus dapat diinokulasikan ke lokasi lain
atau berdeskuamasi ke lingkungan.2
HPV tidak bertunas dari nukleus atau membran plasma, seperti halnya banyak
virus seperti virus herpes simpleks atau human immnodeficiency virus (HIV). Oleh
karena itu, mereka tidak memiliki selubung lipoprotein yang menyebabkan
kerentanan terhadap inaktivasi yang cepat oleh kondisi lingkungan seperti
pembekuan, pemanasan, atau dehidrasi dengan alkohol. Berlainan dengan itu, virion
HPV resisten terhadap desikasi dan deterjen nonoksinol-9, meskipun paparan virion
dengan formalin, deterjen yang kuat seperti sodium dodesil sulfat, atau temperatur
tinggi berkepanjangan mengurangi infektivitasnya. HPV dapat tetap infeksius selama
bertahun-tahun ketika disimpan di gliserol dalam temperatur ruangan. Memang,
bentuk L1 dan L2 membentuk kapsid protein yang sangat stabil dan terbungkus
rapat.2,6
Karena replikasi virus terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi dari epitel dan
yang terdiri dari keratinosit yang tidak bereplikasi, HPV harus memblok differensiasi
akhir dan menstimulasi pembelahan sel untuk memungkinkan enzim-enzim dan
kofaktor yang penting untuk replikasi DNA virus. HVP memiliki kebutuhan yang
tinggi akan sel-sel epidermis manusia pada tingkat diferensiasi tertentu. Hal ini
menyebabkan proliferasi keratinosit yang sebagian mengalami keratinisasi dan
akhirnya melindungi virus ini dari eliminasi oleh sistem imun. Lesi ini bisa sporadik,
rekuren, atau persisten.2,8
Veruka biasanya mereda secara spontan dalam 6 bulan hingga 2 tahun. Lesi
ini dapat tumbuh dimana saja tetapi paling sering tumbuh di tangan, terutama
permukaan dorsal dan daerah peringual, dan lesi papula putih abu-abu hingga cokelat,
datar hingga konveks, berukuran 0,1 hingga 1,0 cm , dan berpermukaan kasar seperti
kerikil.2,6
Manifestasi Klinis
Veruka vulgaris terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa
dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor seperti
jari, tangan, lutut, siku atau lainnya pada situs trauma. Walaupun demikian
penyebaran dapat ke bagian yang lain dari tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung1.
Lesi dimulai dari papul kecil yang kemudian membesar, dan menjadi bentuk verukosa
dengan diameter beberapa milimeter sampai sentimeter.
Veruka ini berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau kalau
berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat
timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Kobner). Common wart sebagian
besar asimtomatik dan memiliki manifestasi klinis yang spesifik.1,2,6
Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Sel yang terinfeksi HPV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil dan
kelompok padat granul-granul keratohialin basofilik. Granul-granul tersebut dapat
terdiri dari protein HPV E4 (E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya partikel-
partikel virus. Veruka yang datar kurang memiliki akantosis dan hiperkeratosis dan
tidak memiliki parakeratosis atau papillomastosis. Sel koilositotik biasanya sangat
banyak, menunjukkan sumber lesi virus.2,6,,8,9
Diagnosis Banding
1 Veruka Plana
2 Prurigo Nodularis
Pada ekstremitas bagian bawah disertai rasa gatal. Dapat dibedakan dengan
veruka vulgaris dari pemeriksaan histopatologi.3
Penatalaksanaan
1.2 Glutaraldehida
Sifat virucidal dari glutaraldehida dapat digunakan dalam pengobatan
veruka. Sediaan dapat mengandung glutaraldehid 10% dalam etanol berair
atau dalam formulasi gel. Fakta bahwa glutaraldehida mengering ke dalam
kulit (tanpa terhapus) berguna untuk veruka pada kaki. Sediaan glutaraldehida
20% dalam larutan air memberikan 72% angka kesembuhan untuk berbagai
veruka kulit yang berbeda pada 25 individu. Dermatitis kontak alergi dan
nekrosis kulit adalah komplikasi yang jarang terjadi.5,6,9
1.3 5-fluorourasil topikal
Pemakaian larutan 5-fluorourasil (5-FU) 5% harus hati-hati bila
digunakan setiap hari selama sebulan terutama pada daerah periungual karena
bisa menyebabkan onikolisis. Penelitian pada pekerja unggas menggunakan
cairan yang mengandung 5-FU 5% dan asam salisilat 10% dilaporkan
memberikan hasil kesembuhan 50% pada veruka di tangan dibandingkan
dengan penggunaan asam salisilat 4% saja. Salep yang mengandung 5-FU 5%
efektif untuk pengobatan veruka plana, meskipun mempunyai efek samping
kejadian hiperpigmentasi, eritema dan erosi yang tinggi.5,6,9
1.4 Kaustik
1.5 Imiquimod
2 Terapi Bedah
2.1 Cryotherapy
Kerugian utama dari pembekuan adalah nyeri. Hal ini tak terduga dan
berbeda respon begantung pada pasien, tetapi dalam beberapa kasus, terutama
dengan waktu pembekuan lebih lama, nyeri bisa berat dan menetap selama
beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Aspirin oral dan steroid topikal yang
kuat dapat membantu dalam pengelolaan nyeri. Kulit melepuh, kadang-kadang
berdarah, mungkin terjadi dalam satu atau dua hari setelah pengobatan.
Setelah terapi, reaksi nyeri biasanya hilang dalam waktu 2-3 minggu.
Kadang-kadang, kerusakan jaringan di bawah kulit yang diterapi bisa terjadi,
misalnya kerusakan tendon atau matriks kuku, oleh karena itu pembekuuan
yang berlebihan harus dihindari. Depigmentasi mungkin terjadi, dan bisa
menjadi kelemahan kosmetik yang signifikan pada pasien dengan pigmen kulit
gelap.5,6,8
2.3 Laser
Prognosis
Sekitar 65% dari veruka vulgaris mengalami regresi spontan dalam waktu 2
tahun. Jaringan parut dapat timbul pada pasien yang mendapatkan terapi tertentu.
Pasien yang sebelumnya telah terinfeksi memiliki risiko lebih tinggi untuk
pengembangan lesi baru daripada mereka tidak pernah terinfeksi. Tingkat
kesembuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis virus, status kekebalan tubuh,
tingkat dan durasi veruka.
1. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang
mempunyai aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual
lebih dari 1 orang (multiple). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswi-mahasiswa yang sering bergonta-ganti pasangan seksual dapat
terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima atau lebih
pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1% mengalami infeksi
HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam rentang
waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, yang melibatkan wanita
berusia 18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan
yang berbeda berpotensi untuk terinfeksi HPV.
2. Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral
ternyata menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik.
Namun hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian
terjadinya kondiloma akuminata masih menjadi perdebatan di dunia.
3. Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih
belum jelas. Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara
terjadinya infeksi HPV pada seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter
(cigarette) dengan cara pengukuran HPV DNA.
4. Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan.
Selain itu dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis
laring (kutil pada saluran nafas) pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan yang
di alami dapat terjadi akibat adanya kondiloma di vagina dan serviks, atau
mungkin juga keputihan oleh sebab lain seperti jamur misalnya.
5. Imunitas
Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised
(misal HIV).8
EPIDEMIOLOGI
Jumlah infeksi HPV telah meningkat secara signifikan dalam dekade
terakhir. Infeksi genital wart diakui sebagai STD virus yang paling umum di
Amerika Serikat, dan salah satu dari tiga penyakit menular seksual yang paling
sering diidentifikasi. Infeksi HPV sering pada pasien dengan penyakit menular
seksual lainnya seperti klamidia, gonore, syphillis, dan trikomoniasis. Sebagian
besar infeksi terjadi pada populasi yang aktif secara seksual, terutama yang
berusia antara 20-24. Kehangatan tubuh, daerah mukosa lembab, dan kehamilan
mempercepat pertumbuhan kutil kelamin. Pasien dengan infeksi subklinis dan
baik imunosupressed oleh obat-obatan atau terinfeksi human immunodeficiency
virus (HIV) yang rentan terhadap infeksi klinis yang signifikan.3
Kondiloma akuminata adalah penyakit yang diperkenalkan oleh infeksi
HPV. Pola pembelahan enzim restriksi HPV DNA mendefinisikan jenis atau
subtipe. Jenis HPV subtipe baru kurang dari 50% homologi DNA dengan jenis
yang diketahui dan subtipe baru homologi DNA lebih dari 50% dengan jenis yang
ada, tetapi mereka berbeda dalam pembatasan pola belahan endonuklease mereka.
HPV adalah partikel yang melingkar, DNA untai ganda dengan diameter 45-55
mn dan mengandung 72 kapsomer, sekitar 7900 pasangan basa dengan berat
molekul hampir 5x106 Dal. Infeksi HPV yang spesifik dan penyakit yang
berhubungan dengan tipe HPV tertentu. HPV tipe 6 dan 11 telah terbukti menjadi
jenis virus yang dominan klasik di kutil kondiloma acuminata. Jenis kondiloma
akuminata yang terlibat telah meningkat menjadi enam belas: 1-
6,10,11,16,18,31,33,35,39,41, dan 42. HPV tipe 16,18,31,33,35,39, 41,45,51, dan
52 telah menunjukkan potensi onkogenik yang paling signifikan.3,5
Karena infeksi HPV tidak dilaporkan dan mungkin sulit untuk didiagnosa,
tingkat kejadian yang akurat luar biasa. Antara 1975-1978 tingkat kejadian rata-
rata kondiloma akuminata pada semua kelompok adalah 0,1%. Sebagian besar
pasien yang berusia antara 15-30 tahun dengan infeksi lebih sering pada wanita
dibandingkan pria. Menurut Centers for Disease Control (CDC) data nasional,
65% pasien adalah antara 15-29 tahun dengan tingkat kejadian terbesar dalam
kelompok usia antara 20-24. Pasangan seksual laki-laki perempuan dengan
kondiloma acuminata terlihat abnormal Masa inkubasi untuk pengembangan
infeksi HPV klinis jelas bervariasi dari 3 minggu sampai 8 bulan. Transmisi
seksual infeksi HPV terkait masalah dengan pemberantasan dan reinfeksi. Infeksi
HPV menetap pada tingkat subklinis, menyediakan reservoir untuk penularan
virus.5
PATOFISIOLOGI
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis
HPV dapat menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi
dan muncul sebagai lesi kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui
aktivitas seksual. HPV yang berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam
kelompok resiko rendah dan resiko tinggi yang didasarkan atas genotipe masing-
masing. Sebagian besar kondiloma genital diinfeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-
11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33, 45, 51, 52, 56, 68, 89 merupakan resiko
tinggi.4,6
Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari
adanya epitel skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada
lapisan bawah epitel, namun struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal
sel yang terkena ditandai dengan batas yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi
hiperplasia (akantosis), pars papilare pada dermis memanjang. Gambaran
hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali bila kutil telah ditemui pada waktu yang
lama atau pengobatan yang tidak berhasil, dimana stratum korneum hanya
mengandung 2 lapisan sel yang parakeratosis. Koibeytes terpancar – pencar keluar
dari lapisan terluar dari kutil genialia. Merupakan sel skuamosa yang zona mature
perinuclear yang luas dibatasi dari peripheral sitoplasma. Intinya bisa diperluas
dan hyperchromasi, dua atau lebih nuklei/inti bisa terlihat. Penelitian
ultrastruktural menunjukkan adanya partikel – partikel virus pada suatu bagian
nuklei sel. Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali suatu efek sitopatik
spesifik dari HPV.4
Hubungan seksual
PV 6 & 11 masuk
melalui mikro lesi
Gangguan rasa
Lesi terbuka,
nyaman : Gatal
terpajan
mikroorganisme
Pelepasan virus
bersama sel epitel
Resti
penularan
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Gambaran Klinis
Kondiloma pada permukaan kulit muncul sebagai papula lobus yang
rata-rata 2-5 mm dalam ukuran, tetapi mereka mungkin berkisar dari
mikroskopis beberapa sentimeter untuk diameter dan tinggi. Lesi sering
multifokal. Banyak kutil kelamin mungkin muncul selama kehamilan.
Kondiloma akuminata terjadi pada pria terutama penis atau sekitar anus.
Pada wanita, lesi muncul di permukaan mukosa vulva, leher rahim, pada
perineum, atau sekitar anus. Massa seperti kembang kol dapat berkembang
di tempat lembab, daerah tersumbat seperti kulit perianal, vulva, dan lipatan
inguinal. Sebagai hasil dari akumulasi materi purulen dalam celah, mungkin
timbul bau busuk. Warna mereka umumnya abu-abu, kuning pucat, atau
merah muda.5
Kutil kelamin adalah sexually transmitted disease (STD) dan STD
lainnya dapat ditemukan pada pasien dengan kutil kelamin. Sejarah lengkap
harus diambil dan pasien disaring untuk STD lainnya yang sesuai. Wanita
dengan kutil kelamin eksternal harus dilakukan skrining sitologi servikal
rutin untuk mendeteksi adanya displasia serviks.5
Papul dan nodul pseudoverucosa adalah suatu kondisi yang dapat dilihat
berkaitan dengan ureterostomi dan pada daerah perianal yang berkaitan dengan
defekasi yang tidak dapat ditahan juga bisa menyerupai kondiloma acuminata.
Papul – papul yang terdapat didaerah anogenital seperti molusca dan skintag,9
Veruka vulgaris yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu – abu atau
sama dengan warna kulit.
Kondiloma latum atau sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosi,
Karsinoma sel skuamosa vegetasi yang seperti kembang kol mudah berdarah
dan berbau.
1. Bowenoid Papulosis
Bowenoid papulosis terdiri dari papula merah-coklat atau konfluen, kadang-
kadang plak leukoplakia-like pada pasien HIV-positif itu mungkin sulit untuk
membedakan dari kondiloma akuminata. Lesi analog squamous intraepithelial
hadir pada perianal dan pada leher rahim.6
PENATALAKSANAAN
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak
terdapat terapi spesifik terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada
pembersihan kutil – kutil yang tampak dan bukan pemusnahan virus. Perhatian
pada pribadi harus ditekankan karena kelembaban mendukung pertumbuhan
kutil.10
Terapi
Farmakologis
a. Podophylin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan
kandungan beberapa senyawa sitotoksik yang rasionya tidak
dapat dirubah. Podophylino yang paling aktif adalah
podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai
konsentrasi 10 – 25 % dengan senyawa benzoin tinoture, spirit
dan parafin cair.yang digunakan adalah tingtur podofilin 25 %,
kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar
tidak terjadi iritasi setelah 4 – 6 jam dicuci. Jika belum ada
penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari, setiap kali
pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan
bersifat toksik. Gejala toksik ialah mual, muntah, nyeri
abdomen gangguan alat napas dan keringat kulit dingin. Pada
wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi
kematian fetus. Respon pada jenis perawatan ini bervariasi,
beberapa pasien membutuhkan beberapa sesi perawatan untuk
mencapai kesembuhan klinis, sementara pasien – pasien yang
lain menunjukkan respon yang kecil dan jenis perawatan lain
harus dipertimbangkan.
b. Podofilytocin
Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia
sebanyak 0,5 % dalam larutan etanol. Ini merupakan agen anti
mitotis dan tidak disarankan untuk penggunaan pada masa
kehamilan atau menyusui, jenis ini lebih aman dibandingkan
podophylin. Apilkasi mandiri dapat diperbolehkan pada kasus –
kasus keluhan yang sesuai.
c. Asam Triklorasetik ( TCA )
Ini agent topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil
dengan konsentrasi 30 – 50 % dioleskan setiap minggu dan
pemberian harus sangat hati – hati karena dapat menimbulkan
ulkus yang dalam. Bahan ini dapat digunakan pada masa
kehamilan.10
d. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU )
Krim 5 FU dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil
uretra dan vulva vagina, konsentrasinya 1 – 5 % pemberian
dilakukan setiap hari sampai lesi hilang dan tidak miksi selama
pemberian. Iritasi lokal bukan hal yang tidak biasa.
e. Interferon
Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang
menjanjinkan bagi verucciformis dan infeksi HPV anogenital,
keefektifan bahan ini dalam perawatan terhadap kutil kelamin
masih dipertanyakan. Terapi parentral dan intra lesional
terhadapa kutil kelamin dengan persiapan interferon alami dan
rekombinasi telah menghasilkan tingkat respon yang berkisar
antara 70 – 80 % pada laporan – laporan awal. Telah
ditunjukkan pula bahwa kombinasi IFN dengan prosedur
pembedahan ablatif lainnya menghasilkan tingkat kekambuhan
( relapse rate ) lebih rendah. Efek samping dari perlakuan
inerferon sistemik meliputi panyakit seperti flu dan neutropenia
transien10
Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil
Jengger Ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS
POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada bagian
yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman
karena terbuat dari bahan-bahan alami.9,10
Terapi pembedahan
1. Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi )
Kuret atau Kauter (Elektrokauterisasi) dengan kondisi anastesi lokal
dapat digunakan untuk pengobatan kutil yang resisten terhadap
pengobatan topikal munculnya bekas luka parut adalah salah satu
kekurangan metode ini.
2. Bedah Beku ( N2, N2O cair )
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma
akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
3. Laser
Laser karbondioksida efektif digunakan untuk memusnahkan
beberapa kutil – kutil yang sulit. Tidak terdapat kekawatiran
mengenai ketidakefektifan karbondioksida yang dibangkitkan selama
prosedur selesai, sedikit meninggalkan jaringan parut.
4. Terapi Kombinasi
Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil
kelamin yang membandel, contohnya kombinasi interferon dengan
prosedur pembedahan, kombinasi TCAA dengan podophylin,
pembedahan dengan podophylin. Seseorang harus sangat berhati –
hati ketika menggunakan terapi kombinasi tersebut dikarenakan
beberapa dari perlakuan tersebut dapat mengakibatkan reaksi yang
sangat serius.10
KOMPLIKASI
KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi penyakit lain yaitu :4,6
a. Kanker serviks
Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Beberapa
melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada
kasus infeksi KA selama 1 – 2 tahun. Risiko ini menurun pada infeksi KA
selama < 1 tahun dan infeksi KA selama 2 – 3 tahun. Kanker serviks
merupakan penyebab kematian kedua pada perempuan karena kanker di
negara berkembang dan penyebab ke 11 kematian pada perempuan di AS.
Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus kanker serviks baru ditemukan dan
3.710 diantaranya mengalami kematian 7,10.
b. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker
genital lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis
c. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV.
d. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah
dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu,
kondisi KA dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi
transmisi penularan KA pada janin secara tenggorokannya4,6.
PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
Perubahan perilaku
- Memperbaiki gaya hidup seksual yang terkesan ‘bebas’ dan ‘cuek’
ke arah yang lebih memperhatikan kesehatan pasangan masing –
masing. Setia hanya pada 1 pasangan
- Tanggap dan segera periksa ke rumah sakit atau puskesmas bila
terjadi hal yang abnormal di sekitar genitalia untuk menghindari
kondisi yang parah
Akses kondom dan pengadaannya
- Membiasakan penggunaan kondom saat berhubungan seksual
2. Pencegahan sekunder
Layanan IMS
- Pemerintah daerah atau pusat sebaiknya membuat suatu lembaga
yang bisa melayani masyarakat terkait penyakit – penyakit IMS
( Infeksi Menular Seksual ).
Risiko untuk akuisisi infeksi HPV genital baru atau serviks berkorelasi
dengan jumlah pasangan seksual. Risiko infeksi genital tampaknya lebih
rendah pada laki-laki yang disirkumsisi dan pasangan seksual mereka, dan ada
bukti bahwa penggunaan rutin kondom sebagian dapat melindungi terhadap
akuisisi infeksi HPV genital. Meluasnya skrining pap smear di Amerika
Serikat dan negara-negara maju lainnya telah sangat mengurangi kejadian
kanker serviks invasif.3
Vaksin HPV profilaksis merupakan pendekatan terbaru untuk
mencegah infeksi HPV genital. Vaksin yang tidak menular, didasarkan pada
self-assembly dari protein L1 menjadi virus like particles ( VLPs ) yang
morfologi dan antigennya menyerupai authentic capsids. Vaksin VLP
profilaksis melindungi terhadap sebagian besar infeksi HPV yang
menyebabkan kanker serviks.3
PROGNOSIS
Klinis berupa papul berbentuk kubah, berkilat, dan pada permukaannya terdapat
lekukan (delle/umbilikasi) berisi massa yang mengandung bahan moluskum.
Penyakit ini terutama menyerang anak kadang-kadang juga dewasa dan pasien
dengan imunokompremais. Jika pada orang dewasa, digolongkan dalam penyakit
infeksi menulat seksual (IMS). Lokasi penyakit ini di daerah wajah, leher, ketiak,
badan, dan ekstremitas, sedangkan pada dewasa di daerah pubis dan genitalia
eskterna.
Tatalaksananya adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum.
Untuk mengeluarkan massa tersebut, dapat dipakai alat yaitu ekstraktor komeda,
jarum suntik, atau kuret. Sebelum tindakan dapat diberikan anastetik local, misalnya
krim yang mengandung lidokain/prilokain.
Pasien diminta untuk menjaga kebersihan diri, tidak saling meminjam alat mandi,
misalnya handuk dan pakaian, mencegah kontak fisik, dan selama sakit dilarang
berenang.
21. Lentigo
Lentigo adalah makula coklat atau coklat kehitaman berbentuk bulat atau
polisiklik. Lentiginosis adalah keadaan timbulnya lentigo dalam jumlah yang banyak
atau dengan distribusi tertentu.
Gejala klinis : Lesi berupa makula hiperpigmentasi yang timbul sejak lahir dan
berkembang pada masa anak-anak. Makula tersebut selalu mengenai selaput lendir
mulut berbentuk bulat, oval, atau tidak teratur berwarna coklat kehitaman berukuran
1-5 cm.
Prognosis : Prognosis pada lentigo bervariasi bergantung pada tipe lentigo dan
pengobatannya. Tetapi pada umumnya prognosis baik kecuali pada tipe sindrom
lentigo yang tidak diterapi dengan baik.
22. Xanthoma
Xanthoma adalah suatu kelainan kulit yang terjadi akibat penumpukan lemak
yang terlokalisir di bawah kulit. Penumpukan lemak dapat muncul di mana saja pada
seluruh tubuh. Gejala klinis yang muncul adalah Timbul plak irregular di kulit, warna
kekuningan sering kali disekitar mata Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar antara 2
– 30 mm. adakalanya simetris dan cenderung bersifat permanen.
Gambaran klinis
Secara klinis, xanthoma dapat diklasifikasikan sebagai xanthoma eruptif,
tuberous, tendon, atau planar.
a. Xanthoma planar
Gambar 1. Xanthomelasma/Xanthoma Planar
b. Xanthoma tuberous
c. Xanthoma tendinosa
d. Xantoma eruptif
Gambar 4. Xanthoma eruptif
A. Terapi
Perawatan lain untuk xanthoma termasuk tindakan operatif atau perawatan kimia
dengan asam trikloroasetat. Namun, kelainan kulit pada xanthoma dapat kembali
bahkan setelah perawatan, sehingga metode ini tidak dapat menyembuhkan kondisi
tersebut.
Setiap tindakan yang dilakukan akan menggunakan anestesi. Oleh karena itu, beri
tahu dokter apabila memiliki riwayat alergi terhadap anestesi. Pasien juga harus
berkonsultasi dengan dokter guna mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan,
sekaligus manfaat dan risiko operasi yang akan di jalani.
Selain operasi, penanganan karsinoma sel basal juga dapat dilakukan dengan
pemberian obat oles. Beberapa di antaranya adalah:
Selain obat oles, dokter juga dapat memberikan obat oral (kapsul)
seperti vismodegib (misalnya erivedge) atau sonidegib (misalnya odomzo) ketika
metode lain tidak efektif mengatasi karsinoma sel basal. Obat-obat ini juga digunakan
ketika kanker yang diderita telah menyebar ke area lain. Sebisa mungkin, hindari
penggunaan obat tanpa anjuran dokter. Dosis yang tidak sesuai bisa meningkatkan
risiko munculnya efek samping penggunaan obat.
Karsinoma sel basal yang kambuh. Ini merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi. Gejala yang muncul pun dapat terjadi di lokasi yang sama.
Kanker kulit tipe lain. Contohnya, karsinoma sel skuamosa atau melanoma.
Penyebaran kanker. Kanker dapat merusak organ tubuh terdekat, seperti otot,
pembuluh darah, dan tulang.
Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah salah satu jenis kanker kulit yang paling
banyak ditemui, terutama pada populasi Kaukasia. KSS dilaporkan ditemukan pada
20% dari seluruh keganasan pada kulit. KSS kulit umumnya muncul sebagai ulkus
dangkal dengan peninggian pada tepinya, seringkali tertutup plak dan memiliki lokasi
pada daerah yang terpapar sinar matahari. Karsinoma sel skuamosa juga dapat
ditemukan di area lain di tubuh, misalnya di vesika urinaria dan esofagus.
Etiologi
Memiliki warna kulit yang lebih cerah. Memliki lebih sedikit pigmen
pada kulit berarti berkurang proteksi terhadap radiasi ultraviolet dari
matahari. Orang dengan rambut pirang, mata berwarna terang,
mempunyai bintik-bintik pada muka, atau kulit mudah terbakar di bawah
sinar matahari mempunyai risiko yang lebih tinggi terserang kanker kulit
dibandingkan dengan orang yang berkulit lebih gelap.
Terpapar sinar matahari secara berlebihan, terutama jika tidak
menggunakan tabir surya.
Mempunyai riwayat menderita lesi kulit prakanker, seperti aktinik
keratosis (solar keratosis) dan Bowen’s Disease.
Pernah menderita kanker kulit
Lemahnya sistem kekebalan tubuh, termasuk di dalamnya orang dengan
leukemia atau limfoma, serta orang yang mengonsumsi obat penekan
sistem imun.
Pencegahan
Berusaha untuk tidak terpapar sinar matahari pada siang hari
Menggunakan tabir surya saat di luar rumah
Menggunakan pakaian tertutup
25. Nevus pigmentosus
Tahi lalat pada dasarnya tidak berbahaya, tetapi ada kemungkinan berubah
menjadi melanoma, bentuk kanker kulit paling serius karena kemampuannya untuk
menyebar. Itulah mengapa sangat penting untuk mendeteksi perubahan tahi lalat
menjadi melanoma sejak awal.
Semua orang memiliki tahi lalat. Pada umumnya, sebagian besar tahi lalat bersifat
jinak. Namun tahi lalat juga dapat berubah sifat menjadi ganas dan menjadi kanker
kulit, yang disebut dengan melanoma maligna. Tipe kulit dan paparan sinar ultra
violet matahari menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap angka kejadian
melanoma maligna.
Rata-rata orang memiliki 10-40 tahi lalat di tubuhnya. Kebanyakan tahi lalat
adalah bawaan lahir, tetapi ada juga yang baru muncul setelah lahir. Sebagian besar
tahi lalat muncul selama 20 tahun pertama kehidupan, meskipun ada juga yang terus
berkembang hingga usia 40-an. Namun, biasanya sebagian tahi lalat menghilang
seiring bertambahnya usia.
Tahi lalat adalah tumor jinak pada kulit yang paling umum dijumpai pada
manusia. Dalam istilah kedokteran tahi lalat disebut dengan nevus pigmentosus. Ciri
khas tumor jinak ini adalah warnanya yang gelap, sebagian mempunyai ukuran yang
menetap, namun sebagian lain terus membesar sehingga mengkhawatirkan si
pemiliknya. Umumnya perkembangan ukuran ini dipicu oleh adanya kontak dengan
sinar matahari.
Tahi lalat timbul akibat terkena sinar matahari secara terbuka sehingga
berdampak pada meningkatnya pigmen melanin menjadi berlebih. Orang kulit putih
misalnya, lebih rentan terkena melanoma bila dibandingkan orang Asia atau Afrika.
Demikian pula paparan ultra violet matahari yang bersifat kronik kumulatif akan
meningkatkan risiko terjadinya masalah ini.
Tahi lalat secara umum tidak berbahaya, dan biasanya hanya menimbulkan
keluhan kosmetis, meski dapat pula berubah menjadi kanker. Tahi lalat yang datar
umumnya bersifat jinak, tapi bisa juga berubah menjadi ganas. Untuk tahi lalat yang
berupa benjolan, atau tumor dalam bahasa kedokteran, bisa digolongkan menjadi 3
jenis, yaitu jinak, bakal kanker (pra kanker), dan ganas. Tahi lalat dapat berubah
semakin besar, terasa gatal, dan akhirnya menjadi kanker kulit yang sangat ganas.
Tanda-tanda tahi lalat yang berubah menjadi ganas (melanoma maligna), yaitu
bila muncul rasa gatal atau nyeri, perubahan warna menjadi lebih gelap, ukurannya
membesar, melebar tidak teratur, permukaan menjadi tidak rata, sering diganggu
(dikorek atau digaruk), gampang berdarah, menjadi luka dan koreng yang tidak
sembuh-sembuh.
Tahi lalat yang masuk dalam kategori berbahaya yaitu jika ukurannya terus
membesar hingga memiliki diameter lebih dari 6 milimeter. Masalah tahi lalat bukan
hanya masalah di permukaan kulit, tapi masalah di dalam lapisan bawah kulit,
sehingga jarang sekali tahi lalat dapat ditangani dengan pengobatan tradisional. Tahi
lalat yang berisiko kanker harus ditangani segera sebelum mengalami metastatis atau
penyebaran ke bagian tubuh lainnya.
Itulah mengapa sangat penting untuk mendeteksi perubahan tahi lalat menjadi
melanoma sejak awal, ketika angka kesembuhan dengan operasi hampir 100%.
Melanoma dapat muncul di manapun pada tubuh, namun paling sering ditemukan di
punggung, pantat, kaki, kulit kepala, leher, dan di belakang telinga.
Waspadai Melanoma
Melanoma adalah jenis kanker kulit yang paling serius, terjadi pada sel yang
menghasilkan pigmen melanin yang memberikan warna pada kulit. Melanoma dapat
juga terjadi di mata dan organ internal, seperti saluran pencernaan, meskipun jarang
terjadi. Penyebab pasti melanoma tidak jelas, tetapi radiasi sinar ultraviolet (UV)
dapat meningkatkan risiko terkena melanoma. Faktor lainnya adalah genetik yang
mungkin juga memainkan peran.
Tahi lalat yang tidak wajar dapat mengindikasikan melanoma. Ciri-cirinya adalah
bentuk yang tidak beraturan, batas yang tidak beraturan yang merupakan karakteristik
dari melanoma, perubahan warna pada tahi lalat, dan diameter lebih besar dari 6
milimeter. Selain itu, pada tahi lalat melanoma dapat muncul tanda dan gejala baru,
seperti rasa gatal atau pendarahan. Bila terjadi perubahan pada tahi lalat Anda seperti
ciri-ciri yang disebutkan di atas, segera periksakan ke dokter.
Segeralah mengunjungi dokter kulit jika Anda menemukan tahi lalat dengan ciri
yang mengindikasikan melanoma. Dokter Anda mungkin akan meminta informasi
tentang perkembangan tahi lalat Anda serta riwayat keluarga, untuk menilai risiko
yang Anda miliki. Risiko melanoma meningkat bila Anda memiliki keluarga yang
juga terkena penyakit tersebut.
Umumnya dokter akan memeriksa dan menggunakan aturan ABCDE untuk menilai
tahi lalat, yaitu:
Diameter ukuran yang disepakati adalah 0,6 cm (6 mm). Bila lebih besar dari 0,6 cm
(6 mm) bukan tanda yang baik
Elevation/enlargement: meninggi dari permukaan kulit berarti bukan hal yang baik
Di samping itu juga perlu waspada apabila memiliki jumlah tahi lalat yang
banyak. Satu hal yang perlu Anda perlu ketahui adalah bahwa tahi lalat berambut
bukan tanda ke arah kanker. Umumnya bila terdapat kecurigaan, dokter akan
melakukan biopsi dan bila positif, terapi terbaik adalah dengan pengangkatan tahi
lalat (tindakan bedah).
26. Vitiligo
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik, didapat ditandai dengan adanya
makula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang
mengandung sel melanosit, misalnya rambut dan mata.4
EPIDEMIOLOGI
Vitiligo ditemukan pada 0,1-2,9% populasi penduduk dunia, di usia berapapun, tersering pada
usia 10-40 tahun, dengan dominasi pada perempuan. Di Amerika, sekitar 2 juta orang menderita
vitiligo. Di Eropa Utara dialami 1 dari 200 orang. Di Eropa, sekitar 0,5% populasi menderita vitiligo.
Di India, angkanya mencapai 4%. Prevalensi vitiligo di China sekitar 0,19%. Sebagian besar kasus
terjadi sporadis, sekitar 10-38% penderita memiliki riwayat keluarga dan pola pewarisannya konsisten
dengan trait poligenik.5-8 Umumnya vitiligo muncul setelah kelahiran, dapat berkembang di masa anak-
anak, onset usia rata-ratanya adalah 20 tahun. Sementara ahli berpendapat vitiligo dijumpai baik pada
pria maupun wanita, tidak berbeda signifikan dalam hal tipe kulit atau ras tertentu.9,10 Pada 25% kasus,
dimulai pada usia 14 tahun; sekitar separuh penderita vitiligo muncul sebelum berusia 20 tahun. Pada
RSUD Kardinah Tegal terdapat total jumlah kejadian Vitiligo pada tahun 2014 ialah sebanyak 178
kasus di mana jumlah kasus baru berjumlah 36 kasus. Penderita wanita lebih banyak dari pada
penderita pria dan paling banyak ditemukan pada kelompok usia 25 - 44 tahun.
Gambar 2. Vitiligo35
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Laki-laki Perempuan
10
0
< 1 bulan < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 14 tahun 15 - 24 25 - 44 45 - 64 >65 tahun
tahun tahun tahun
jumlah kasus
Gambar 4. Jumlah kasus vitiligo berdasarkan kelompok usia tahun 2014 di RSUD
Kardinah
ETIOPATOGENESIS
Etiopatogenesis vitiligo multifaktorial. Misalnya: faktor defek genetik (pola
poligenetik, multifactorial inheritance), berbagai jenis stres (stres emosional, stres
oksidatif dengan akumulasi radikal bebas), kerusakan melanosit karena mekanisme
autoimmunity (kekebalan tubuh), self-destructive, sitotoksik (keracunan tingkat
seluler), ketidakseimbangan kalsium, peningkatan ROS (reactive oxygen species),
oksidan-antioksidan, autotoksik/metabolik, penyakit autoimun, dan mekanisme
biokimiawi yang diperantarai saraf.11,12 Vitiligo tidak hanya memengaruhi kulit,
melainkan juga terkait dengan beragam abnormalitas metabolik, termasuk intoleransi
glukosa dan abnormalitas lemak, yang memperkuat sifat sistemik vitiligo. Melanosit,
terutama yang dijumpai di jaringan adipose, karena mampu mengurangi inflamasi dan
kerusakan oksidatif, dapat juga mencegah sindrom metabolik.13
Hipotesis genetik
Ekspresi yang meningkat dari gen kandidat biologis, X-box binding protein 1
(XBP1, yang terletak dikromosom 22) dan modulasi transkripsi oleh regulasi
polimorfisme kuman memiliki dampak pada perkembangan vitiligo. Ditemukan
bahwa dalam lesi kulit pasien vitiligo membawa gen risiko C alel-rs2269577.
Ketidakseimbangan melanosit
Hipotesis virus
Lymphocyte Mediated
Stres oksidatif
Disfungsi mitokondria
Kerusakan DNA
Apoptosis
Homosistein
Metabolisme homosistein tergantung pada kedua asam folat dan vitamin B12,
yang keduanya turun pada pasien dengan vitiligo. Peningkatan kadar homosistein
serum ditemukan pada vitiligo yang luas dan mungkin merupakan penanda
keparahan.
KLASIFIKASI
Lesi pada vitiligo dikelompokkan berdasarkan distribusi dan perluasan pada
kulit. Secara umum Vitiligo dapat dibagi atas.34
Tipe lokalisata
- Fokal : Satu atau beberapa Makula depigmentasi yang tersebar pada satu daerah.
Terutama terdapat pada daerah menurut distribusi N. Trigeminus, Leher dan trunkus.
- Segmental : Persebaran makula depigmentasi menurut distribusi dermatomal yang
unilateral. Peptida neural biasanya terlibat dalam patogenesis vitiligo tipe ini. Anak-anak
merupakan kelompok utama penderita.
- Mukosal : Makula depigmentasi hanya terdapat pada membran mukosa.
Tipe Generalisata
Tipe yang sering dijumpai, tersebar luas di bagian tubuh dan biasanya
memiliki pola yang simetris dan bilateral.
- Akrofasial : Makula depigmentasi yang terdapat pada distal ekstremitas dan wajah.
- Vulgaris : Makula depigmetasi yang menyebar luas.
- Campuran : Campuran antara akrofasial dan Vulgaris
Tipe Universalis
Proses depigmentasi yang hampir mengenai seluruh tubuh dan hanya sedikit
yang mengalami pigmentasi normal. Tipe ini jarang ditemukan.34 Menurut klasifikasi
Nardlund, dikatakan sebagai vitiligo universal apabila lesi >80% permukaan kulit
tubuh.35
GEJALA KLINIS
Bentuk yang paling umum dari vitiligo yaitu makula amelanosis yang dilapisi
kulit normal. Makula-makula tersebut memiliki warna yang seragam yaitu putih susu
atau layaknya seperti warna kapur. Berbatas tegas dan berbentuk konveks dengan
perbatasan kulit normal seakan-akan menginvasi kulit normal. Memiliki ukuran
bundar atau linear, ukuran beberapa millimeter sampai centimeter. Lesi biasanya
meluas secara sentrifugal.34
Lesi yang ada biasanya asimptomatik atau tidak disertai gejala yang biasanya
menyertai lesi kulit lainnya seperti gatal dan nyeri. Walaupun kadang pada lesi yang
sering terpapar matahari dapat merasakan nyeri akibat luka bakar.34
Depigmentasi juga dapat terjadi pada rambut pada kulit kepala yang ditandai
dengan perubahan warna pada rambut menjadi warna putih atau abu-abu. Pada
awalnya hanya sebagian kecil rambut yang mengalami depigmentasi. Perubahan
warna tersebut juga dapat terjadi pada rambut pada alis, bulu mata, ketiak dan pubis.
Oleh karena itu rambut putih yang lebih dini muncul yaitu dibawah usia dekade ketiga
mengindikasikan vitiligo. Pada kasus ini tidak terjadi repigmentasi spontan.34
Berikut merupakan variasi klinis pada vitiligo :
Trichrome vitiligo
Vitiligo dengan lesi kulit depigmentasi dan hipopigmentasi. Lesi hipopigmentasi
cenderung akan menjadi depigmentasi total.
Quadricrhome vitiligo
Terdapat makula perifollikular atau batas hiperpigmentasi pada daerah yang mengalami
proses repigmentasi.
Inflammatory vitiligo
Eritema pada tepi lesi makula depigmentasi.34
HISTOPATOLOGI
Pada lesi kulit depigmentasi dilakukan biopsi di sekitar pinggir lesi dan
diperiksa dengan bantuan mikroskop cahaya. Hasilnya menunjukkan hilangnya
sebagian atau seluruh melanosit pada epidermis dan pada batas epidermis terdapat
dendrit yang besar dan panjang. Histokimia dengan menggunakan pewarnaan DOPA
untuk mendeteksi adanya enzim tyrosinase yang merupakan enzim khusus pada
melanosit, serta pewarnaan Fontana mason untuk mendeteksi melanin. Pada
pemeriksaan mikroskop elektron, penemuan sel langerhans lebih banyak terdapat
pada daerah basal epidermis dibandingkan dengan daerah tengah epidermis.
DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis vitiligo berdasarkan lesi kulit yang khas, yaitu makula
depigmentasi berupa bercak putih dengan batas tegas serta distribusi yang jelas. Umur
penderita saat lesi mulai muncul penting untuk menyingkirkan kausa kongenital. Pada
keadaan kulit penderita yang berwarna putih sehingga sulit dibedakan antara vitiligo
dengan kulit yang normal, dapat dilakukan pemeriksaan sinar wood yang akan
memberikan hasil berupa makula amelanosis yang putih berkilau. Pemeriksaan
histopatologi sangat penting untuk membedakan dengan kelainan depigmentasi
lainnya.
Gambar 6. Pemeriksaan dengan menggunakan Lampu Wood.37
Yang dimaksud “aktif”: penampakan lesi baru atau meluasnya lesi yang sudah
ada
Skor lain yang juga dapat dipakai adalah Vitiligo European Task Force
(VETF) dan Vitiligo Area Scoring Index (VASI). VASI merupakan skor objektif
kuantitatif. VASI dan VETF menawarkan pengukuran yang lebih akurat dibandingkan
fotografi klinis (bahkan jika dikombinasikan dengan computerized morphometry)
sebaiknya dipakai pada riset. Penilaian VETF menambahkan dua parameter, yaitu:
severity (staging) dan progression (spreading).39
DIAGNOSIS BANDING
Berikut beberapa penyakit yang memiliki lesi seperti vitiligo.34
Piebaldism
Merupakan bercak kulit yang tidak mengandung pigmen yang ditemukan sejak lahir dan menetap
seumur hidup. Penyakit ini diturunkan secara dominan autosomal, akibat diferensiasi dan mungkin
migrasi melanoblas. Gejala klinis berupa bercak kulit yang tidak mengandung pigmen terdapat di
dahi, median atau paramedian, disertai pula rambut yang putih. Bercak putih tersebut kadang-
kadang ditemukan pula di dada bagian atas, perut, dan tungkai. Pulau dengan warna kulit normal
atau hipermelanosis terdapat di daerah yang hipermelanosis
Tinea Vesicolor
Merupakan infeksi kronik oleh Malassezia furfur, yang tampak sebagai hiperpigmentasi atau yang
lebih umum yaitu makula hipopigmentasi dan bersisik. Biasanya menyerang usia muda antara 15-
35 tahun, dengan lesi terlokalisasi pada dada, leher, lengan atas dan punggung. Pada neonates dan
anak-anak, beberapa kasus menyerang pada bagian muka dengan transmisi dari orangtua yang
terinfeksi. Pemeriksaannya yaitu menggunakan Wood’s lamp atau pemeriksaan KOH dengan
hasilnya tampak hifa dan spora
Pytiriasis Alba
Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai dengan adanya
bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang
depigmentasi. Diduga adanya infeksi Streptococcus, tetapi belum dapat dibuktikan. Sering
dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun. Wanita dan pria sama banyak. Lesi berbentuk bulat, oval
atau plakat yang tak teratur. Warna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus.
Nevus depigmentosus
Merupakan bercak hipopigmentasi yang besar, dijumpai pada semua umur, tidak mengalami
depigmentasi dan biasnaya tidak berkembang. Pada pemerikaan histologi dijumpai melanosit dan
melanin tetapi dengan jumlah sel dan pigmen yang berkurang dibandingkan pada kulit yang
normal.
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan pada vitiligo yaitu repigmentasi dan menstabilkan
proses depigmentasi.33 Proses repigmentasi yang dimaksud yaitu membentuk
cadangan baru melanosit yang diharapkan akan tumbuh dalam kulit dan menghasilkan
pigmen melanin. Ada banyak pilihan terapi yang dapat memberikan hasil cukup
memuaskan pada sebagian besar pasien. Walaupun begitu, pengobatan vitiligo
membutuhkan waktu, karena sel yang baru terbentuk akan berproliferasi dan
bermigrasi ke daerah yang mengalami depigmentasi. Oleh karenanya 3 bulan
merupakan waktu minimal untuk melihat derajat respon terhadap pengobatan yang
diberikan.33
Metode pengobatan vitiligo dapat dibagi atas:
Pengobatan secara umum
Kamuflase kosmetik
Tujuan penggunaan kosmetik yaitu menyamarkan bercak putih sehingga tidak terlalu
kelihatan. Yang biasa digunakan adalah Covermark dan Dermablend.34
Repigmentasi vitiligo
Dapat dilakukan dengan berbagai cara dan melihat usia penderita yaitu:
A. Anak-anak
Steroid topikal
Penggunaan steroid diharapkan dapat meningkatkan mekanisme pertahanan
terhadap autodestruksi melanosit dan menekan proses immunologis. Steroid topikal
merupakan bentuk pengobatan yang paling mudah. Steroid yang aman digunakan
pada anak adalah yang potensinya rendah. Respon pengobatan dilihat minimal 3
bulan. Pengguaan steroid topikal yang berpotensi kuat dalam jangka waktu lama,
dapat menimbulkan efek samping yaitu terjadinya atrofi pada kulit, telengiektasis.33.34
PUVA topikal
Diindikasikan pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun dengan vitiligo tipe
lokalisata atau pada lesi yang luasnya kurang dari 20% permukaan tubuh. Digunakan
cream atau solution Methoxsalen (8-Methoxypsoralen, Oxsoralen) dengan konsentrasi
0,1-0,3%. Dioleskan 12-30 menit sebelum pemaparan pada lesi yang dpigmentasi.
Pemaparan menggunakan UV-A dengan dosis awal 0,12 joule dan pada pemaparan
berikutnya dosis dapat ditingkatkan sebanyak 0,12 joule sampai terjadi eritema yang
ringan. Pemaparan dapat juga menggunakan sinar matahari. Lamanya pemaparan
pada awal pengobatan selama 5 menit pada pengobatan berikutnya dapat ditambahkan
5 menit dan maksimum selama 15-30 menit. Pengobatan diberikan satu atau dua kali
seminggu, tetapi tidak dalam 2 hari berturut – turut. Setelah selesai pemaparan, daerah
tersebut dicuci dengan sabun dan dioleskan tabir surya. Efek samping yang dapat
timbul adalah photoaging, reaksi fototoksik dan penggunaan yang lama dapat
meningkatkan timbulnya resiko kanker kulit. Respon pengobatan dilihat selama 3-6
bulan.
Analog vitamin D3
Analog vitamin D3 efektif untuk terapi vitiligo sebagai terapi tunggal atau
dikombinasikan dengan paparan fototerapi NB-UVB, cahaya matahari, atau
kortikosteroid topikal. Studi prospektif dari 12 anak vitiligo (usia rata-rata:13,1 tahun)
menunjukkan bahwa 10 anak mengalami sekitar 95% repigmentasi setelah menjalani
terapi kombinasi kortikosteroid topikal di pagi hari dan calcipotriene ointment di sore
hari selama sekitar 4,5 bulan (kisarannya: 2-7 bulan). Kombinasi dua terapi lebih
efektif daripada kortikosteroid topical sebagai monoterapi.42
Terapi ultraviolet
B. Dewasa
PUVA sistemik
Efek samping yang dapat timbul yaitu mual, muntah, sakit kepala, kulit
terbakar dan meningkatnya resiko terjadinya kanker kulit. Penderita mendapat
pengobatan dengan psoralen secara sistemik, sebaiknya sewaktu dilakukan pemaparan
menggunakan kacamata pelindung terhadap sinar matahari hingga sore hari, untuk
menghindari terjadinya toksisitas pada mata. Terapi dilanjutkan minimum 3 bulan
untuk menilai respon pengobatan.33,34
NB-UVB
Kortikosteroid topikal
Imunomodulator topikal
Analog vitamin D
Pembedahan
Pasien dengan area vitiligo yang tidak luas dan aktivitasnya stabil, dapat
dilakukan transplantasi secara bedah. Tekniknya dapat secara punchgraft, minigraft,
suction-blister, autologouscultures dan autologous-melanocytes-grafts,
micropigmentation, split thickness graft. Kini minigraft tidak lagi direkomendasikan
karena tingginya efek samping dan hasil kosmetik yang jelek, termasuk cobblestone
appearance dan polka dot appearance. Teknik yang memiliki nilai rata-rata sukses
tertinggi adalah split skin grafting dan epidermal blister grafting.47
1. Autologous skin graft
Sering dilakukan pada pasien dengan bercak depigmentasi yang tidak luas. Tehnik ini
menggunakan jaringan graft yang berasal dari pasien itu sendiri dengan pigmen yang normal, yang
kemudian akan dipindahkan ke area depigmentasi pada tubuh pasien itu sendiri. Repigmentasi
akan menyebar dalam waktu 4-6 minggu setelah dilakukan graft. Komplikasi yang dapat terjadi
pada tempat donor yang resipien yaitu infeksi, parut, cobblestone appearance ataupun
dijumpainya bercak-bercak pigmentasi atau tidak terjadi samasekali repigmentasi.
2. Suction Blister
Prosedur tekhnik ini yaitu dibentuknya bulla pada kulit yang pigmentasinya normal menggunakan
vakum suction dengan tekanan 150 Hg ataupun menggunakan alat pembekuan. Kemudian atap
bula yang terbentuk dipotong dan dipindahkan ke daerah depigmentasi. Komplikasi tekhnik ini
adalah timbulnya jaringan parut, cobble stone appearance ataupun terjadi repigmentasi yang tidak
sempurna. Tetapi dengan tekhnik ini, resiko timbulnya jaringan parut lebih sedikit dibandingkan
prosedur graft yang lain.34
Efek samping pembedahan pada vitiligo antara lain: infeksi (reaktivasi herpes
simpleks), hiperpigmentasi pasca-inflamasi, repigmentasi tak merata, jaringan parut
berupa skar hipertrofik, thick grafts, dan permukaan tak teratur. Pembedahan boleh
dilakukan pada area yang sensitif secara kosmetik jika tidak ada lesi baru, tidak ada
fenomena Koebner, tidak ada perluasan lesi dalam 12 bulan sebelumnya.
Depigmentasi
Terapi ini merupakan pilihan pada pasien yang gagal terapi PUVA atau pada
vitiligo yang luas dimana melibatkan lebih dari 50% area permukaan tubuh atau
mendekati tipe vitiligo universal. Pengobatan ini menggunakan bahan pemutih seperti
20% monobenzyl ether dari hydroquinone (benzoquin 20%), yang dioleskan pada
daerah normal (dijumpai adanya melanosit). Dilakukan sekali atau dua kali sehari.
Efek samping yang utama adalah timbulnya iritasi lokal berupa kemerahan ataupun
timbul rasa gatal. Oleh karena itu dilakukan test pengolesan hanya pada satu lengan
bawah yang dioleskan sehari sekali. Apabila dalam 2 minggu tidak terjadi iritasi
selanjutnya cream dapat dioleskan sehari 2 kali. Kemudian setelah 2 minggu
pengolesan tidak terjadi iritasi maka krim tersebut dapat dioleskan pada tempat
dimana saja pada tubuh. Bahan ini bersifat sitotoksik terhadap melanosit dan
menghancurkan melanosit. Depigmentasi bersifat permanen dan irreversibel. Kulit
penderita akan menjadi albinoid dan membutuhkan tabir surya.
Tato (mikropigmentasi)
PROGNOSIS
Perkembangan penyakit vitiligo sulit diramalkan, dimana lesi depigmentasi
dapat menetap, meluas atau bahkan mengalami repigmentasi. Biasanya perkembangan
penyakit vitiligo bertahap dan pengobatan dapat mencegah menetapnya lesi seumur
hidup pada penderita. Perkembangan lesi depigmentasi sering kali responsif pada
masa awal pengobatan. Repigmentasi spontan terjadi pada 10-20% penderita
walaupun secara kosmetik hasilnya kurang memuaskan.
27. Albino
Albino berasal dari kata albus yang berarti putih, albino adalah suatu kondisi
hipopigmentasi bawaan yang disebabkan karena tubuh tidak dapat membentuk enzim
yang diperlukan untuk merubah asam amino tirosin menjadi β-3,4-
dihidroksifenilalanin untuk selanjutnya diubah menjadi pigmen melanin. Albino
diturunkan secara autosomal resesif kecuali pada tipe ocular albinism yang diturunkan
oleh ibu ke anak laki-lakinya (X-linked). Insidensi kasus albino di US adalah sekitar
1 : 17.000. Penderita albinism biasanya memiliki kulit yang sangat sensitif terhadap
cahaya matahari sehingga memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami kanker
kulit. Semua tipe albinism juga disertai dengan kelainan perkembangan fungsi
penglihatan yang disebabkan karena pertumbuhan irreguler dari nerve pathway.
Albino dapat dikelompokkan berdasarkan gen yang mengalami mutasi, ada 4 gen
yang mengatur pembentukan melanin dan jika salah satu mengalami mutasi maka
akan terjadi kelainan kulit albinism.
Tipe-tipe albino : Tipe 1 : kromosom 11, tipe 2 : kromosom 15, tipe 3 : kromosom 9,
tipe 4 : kromosom 5, selain itu ada pula X-linked ocular albino, hermansky pudlak
syndrome dan chediak higashi syndrome.
Komplikasi :
Penatalaksanaan
28. Melasma
Melasma dalam bahasa Yunani dikenal dengan “black spot” yang artinya titik
hitam, kloasma16 merupakan hipermelanosis kutaneus yang ditandai dengan makula
hiperpigmentasi pada area wajah yang terpajan sinar matahari. Namun kadang-kadang
dapat dijumpai pada leher dan dagu.8
Gambar 2.1
Melasma10
Etiologi
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor kausatif
yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah :
7. Idiopatik.8,15
EPIDEMIOLOGI
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di daerah
tropis. Melasma terutama dijumpai pada wanita, meskipun didapat pula pada pria
(10%). Di indonesia perbandingan kasus wanita dan pria adalah 24:1. Terutama pada
wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Insidens
terbanyak pada usia 30-44 tahun.
Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita pemakai pil kontrasepsi,
pemakai kosmetik, pemakai obat, dll. Melasma jarang ditemui pada masa prepubertas,
dan jauh sering ditemukan pada terutama pada masa produktif.
Terjadinya melasma memiliki kaitan dengan riwayat keluarga yang pernah
menderita juga sebelumnya. Hal ini dihubungkan bahwa peningkatan pigmentasi yang
sejalan dengan paparan radiasi UV merupakan kosekuensi dari perbaikan DNA,
dengan gen yang mempengaruhi faktor keturunan ini adalah gen SLC24A5
(Solute Carrier Family 24 member 5 ).
ETIOPATOGENESIS
Sampai saat ini penyebab melasma belum diketahui pasti. Faktor kausatif yang
dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah:
b. Hormon
c. Obat-obatan
Peran obat-obatan dalam menimbulkan melasma dapat melalui beragam cara.
Obat-obatan yang menimbulkan hiperpigmentasi lewat proses deposisi antara
lain logam berat, fenotiasid, anti malaria, arsen inorganik, dan merkuri. Difenil
hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik dan minosiklin merupakan obat-
obat yang ditimbun di lapisan dermis bagian atas dan secara kumulatif dapat
merangsang melanogenesis yang menyebabkan timbulnya melasma.
d. Genetik
e. Ras
f. Kosmetika
Faktor lain yang berperan pada timbulnya melasma adalah faktor lokal
yaitu pemakaian kosmetika. Beberapa bahan yang ada dalam kosmetika wajah
seperti pewangi, mulai dari benzyl alcohol sampai lavender oil, juga
hydroquinone, antiseptic, PABA ( Para Amino Benzoic Acid ) dan berbagai
pengawet bersifat sebagai photo sensitizer yang dapat meningkatkan
terbentuknya ROS ( Reactive Oxygen Species ) dan memicu aktifitas
melanosit. Khusus hydroquinone yang banyak digunakan sebagai pemutih
kulit di pasaran dengan dosis yang tidak akurat, selain dapat menyebabkan
hipermelanosis, justru berperan sebagai sumber ROS yang dapat merusak sel
dan DNA (Deoksiribonucleatic Acid). Maka tidak heran apabila penderita
yang diberi obat pemutih kadang dapat terjadi reaksi sebaliknya, kulit menjadi
lebih hitam. Namun yang lebih berbahaya adalah dengan penggunaan pemutih
untuk mencegah sintesis melanin, fungsi melanin sebagai proteksi hilang dan
pada tingkat seluler terjadi kerusakan DNA yang apabila mekanisme repair tak
berhasil maka sangat beresiko menghasilkan gen mutan yang pada akhirnya
timbul keganasan kanker kulit.
g. Idiopatik
KLASIFIKASI
1. Bentuk Sentro-Fasial meliputi daerah dahi, hidup, pipi bagian medial, bawah
hidung, serta dagu (63%).
2. Bentuk Malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%).
3. Bentuk Mandibular meliputi daerah mandibula (16%).
Pemeriksaan dengan sinar Wood lebih bermakna pada kulit warna terang dan
sedang. Pada kulit warna gelap (tipe IV), pemeriksaan dengan sinar Wood tidak
bermanfaat.
GEJALA KLINIS
Gambaran klinis kasus melasma pada dasarnya cukup mudah dikenali. Di antaranya
lesi kulit berupa makula hiperpigmentasi berwarna coklat muda terkadang dapat sampai
berwarna coklat tua-hitam dengan batas jelas, tepi irregular dan biasanya simetris. Bagian
wajah yang terkena biasanya daerah pipi, hidung, dan mulut bagian atas.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Histopatologik
b. Lentiginosis
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Topikal
a. Hidroquinon
2. Pengobatan sistemik
Beberapa preparat oral yang bermanfaat pada pengobatan melasma antara lain:
a. Asam Askorbat
Asam Askorbat atau Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan
yang dapat mengubah melanin bentuk oksidasi yang berwarna gelap menjadi
bentuk reduksi yang berwarna pucat serta mencegah pembentukan melanin
dengan mengubah dopakuinon menjadi dopa. Dosis yang diperlukan 1-2
g/hari peroral tergantung pada toleransi penderita.
b. Glutation
Merupakan suatu tripeptida yang terdiri atas asam glutamat, sistin dan
glisin. Asam amino sistein mempunyai gugus sulfhidril yang dapat mengikat
Cuprum dari enzim tirosinase yang merupakan enzim penting untuk proses
melanogenesis. Dipakai secara oral dengan dosis 150 mg-300 mg setiap hari
selama 6 sampai 12 minggu.
3. Tindakan khusus
a. Pengelupasan kimiawi (Chemical peeling)
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan mengoleskan asam
glikolat 50 – 70% selama 4 – 6 menit dilakukan setiap 3 minggu selama 6x.
sebelum dilakukan pengelupasan kimiawi diberikan krim asam glikolat 10%
selama 14 hari.
b. Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switched Ruby dan laser Argon,
namun kekambuhan dapat terjadi. Pemeriksaan Wood’s lamp harus
dilaksanakan untuk menentukan lokasi melasma di lapisan epidermal atau
dermal. Penelitian menunjukkan pada kebanyakan pasien, laser Fraxel lebih
efektif pada melasma lapisan dermal. Namun intense pulsed light sebenarnya
menyebabkan bintik bertambah gelap. Melasma dermal pada umumnya tidak
responsif pada kebanyakan terapi, dan cuma mengurangi hiperpigmentasi
dengan produk yang mengandung mandelic acid atau laser Fraxel.
PENCEGAHAN
PROGNOSIS
Pigmen dermal mengambil waktu lebih lama untuk hilang berbanding pigmen
epidermal. Namun, pengobatan tidak boleh diabaikan untuk pigmen dermal. Pigmen
dermal berasal dari epidermis, dan apabila melanosis epidermal dihambat untuk
jangka waktu yang panjang, pigmen dermal tidak akan berkembang dan menghilang
secara perlahan. Melasma menjadi resisten dan kambuh bisa terjadi akibat
penghindaran cahaya matahari tidak baik.
HPI adalah kelainan kulit yang sangat umum terjadi. Sebagian besardermatosis
dapat menyebabkan HPI termasuk psoriasis, infeksi kulit seboroik,infeksi kulit atopi,
sarcoidosis, ptiriasis likenoides kronik.
Epidemiologi
Semua ras rentan terhadap HPI tetapi insiden kelainan kulit ini lebih tinggipada
orang berkulit hitam. Dalam sebuah survey diagnostic terhadap 2000 pasienAfrika-
Amerika yang mencari perawatan dermatologi, diagnosis ketiga yangpaling sering
adalah gangguan pigmen dimana HPI merupakan diagnosis palingbanyak.
Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa HPI cenderungterjadi pada
pasien berkulit hitam daripada pasien berkulit putih.
(gambar dri Fitzpatrick)
Etiologi
Ada banyak jenis peradangan pada kulit yang dapat menyebabkanperubahan
pigmen Namun beberapa penyakit menunjukkan kecenderungan untuk menyebabkan
HPI daripada hipopigmentasi. Etiologi HPi adalah infeksi seperti
dermatofitosis atau eksema virus, reaksi alergi seperti gigitan serangga ataudermatitis
kontak, penyakit papuloskuamous seperti psoriasis atau liken planus,akibat induksi
obat seperti reaksi hipersensitivitas, cedera kulit karena iritasi danluka bakar akibat
prosedur kosmetik. Namun penyebab umum HPI di kulit adalahakne vulgaris,
dermatitis atopi, dan impetigo. Bahkan HPI merupakan segala sisayang sering pada
akne pasien berkulit gelap.
Patogenesis
Hiperpigmentasi post inflamasi terjadi akibat kelebihan produksi melaninatau
tidak teraturnya produksi melanin setelah proses inflamasi. Jika HPI terbataspada
epidermis, terjadi peningkatan produksi dan transfer melanin ke kerainositsekitarnya.
Meskipun mekanisme yang tepat belum diketahui, peningkatanproduksi dan transfer
melanin dirangsang oleh prostanoids, sitokin, kemokin, danmediator inflamasi serta
spesi oksigen reaktif yang dilepaskan selama inflamasi.Beberapa studi menunjukkan
difat terangsang melanosit diakibatkan olehleukotrien (LT), seperti LT-C4 dan LT-
D4, prostaglandin E2 dan D2, tromboksan-2, interleukin-1 (IL-1), IL-6,
Tumor Nekrosis Faktor-α (TNF-α), factor pertumbuhan epidermal, dan spesi oksigen
reaktif seperti NO. HPI pada dermisterjadi akibat inflamasi yang disebabkan
kerusakan keratinosit basal yangmelepaskan sejumlah besar melanin. Melanin
tersebut ditangkap oleh makrofagsehingga dinamakan melanofag. Melanofag
pada dermis bagian atas pada kulityang cedera memberikan gambaran biru abu-abu.
Gejala Klinis
Proses inflamasi awal pada HPI biasanya bermanifestasi sebagai maculaatau bercak
yang tersebar merata. Tempat kelebihan pigmen pada lapisan kulitakan menentukan
warnanya. Hipermelanosis pada epidermis memberikan warnacoklat dan dapat hilang
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tanpa pengobatan.Sedangkan hipermelanosis
pada dermis memberikan warna abu-abu dan birupermanen atau hilang selama
periode waktu yang berkepanjangan jika dibiarkantidak diobati.
Diagnosis
Diagnosis HPI berdasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatangambaran klinis yang
akurat. Anamnesis yang cermat dapat membantumenegakkan diagnosis. Anamnesis yang dapat
mendukung penegakan diagnosisHPI adalah riwayat penyakit sebelumnya yang
mempengaruhi kulit sepertiinfeksi, reaksi alergi, luka mekanis, reaksi obat,
trauma (misalnya luka bakar), danpenyakit inflamasi seperti akne vulgaris, liken
planus, dan dermatitis atopik
Pemeriksaan lampu Wood dapat digunakan untuk membedakan HPI padaepidermis dan HPI
pada dermis. Lesi pada epidermis cenderung memberikanbatas tegas di bawah
pemeriksaan lampu Wood. Sedangkan lesi pada dermis tidak menonjol pada
pemeriksaan lampu Wood. Jika sebelum inflamasi, dermatosistidak jelas atau tidak
ada, biopsy kulit dapat dilakukan untuk menyingkirkanpenyebab lain hiperpigmentasi.
Pewarnaan pada spesimen biopsy denganmenggunakan perak Fontana-Masson
memudahkan penentuan lokasi melanin pada epidermis atau dermis.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding HPI yang terutama adalah :1.
MelasmaMelasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetrisberupa
macula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua. Dapatmengenai
area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi,dahi, daerah
atas bibir, hidung dan dagu. Namun kadang-kadang dapat dijumpaipada leher dan
lengan atas.
IX. Pengobatan
Terapi hiperpigmentasi post inflamasi (HPI) cenderung menjadiproses yang sulit dan
sering memakan waktu 6-12 bulan untuk mencapai hasilyang diinginkan masing-
masing pilihan pengobatan berpotensi meningkatkanhipermelanosis epidermis. Tetapi
tidak ada yang terbukti efektif untuk hipermelanosis dermal. Penggunaan
faktor perlindungan matahari-15 ( SPF-15)spektrum luas atau lebih merupakan bagian
penting dari setiap regimen terapi.
Terapi HPI harus dimulai dengan mengatasi peradangan pada kulityang mendasrinya.
Memulai pengobatan dini untuk HPI dapat membantumempercepat resolusi
dan mencegah hiperpigmentasi lebih lanjut. Namun sangatpenting untuk
memperhatikan dan mengevaluasi pengobatan yang telah diberikankarena jika tidak
berhati-hati dapat menyebabkan iritasi sehingga memperburuk HPI. Ada berbagai
obat dan prosedur di samping fotoproteksi yang dapat secaraaman dan efektif
mengobati HPI pada pasien berkulit gelap. Agen topikaldepigmentasi
seperti hidrokuinon, asam azelat, kojic acid, ekstrak licorice, danretinoic 0,1-0,4%
dapat dgunakan bersamaan dengan salep hidrokuinon-asamlaktat. Kombinasi dari
berbagai agen terapi topikal telah terbukti bermanfaatterutama pada wajah. Prosedur
seperti
chemexfoliation
dan terapi laser juga dapatdimasukkan ke dalam manajemen terapi jika diperlukan.
1. FotoproteksiFotoproteksi merupakan terapi HPI yang tidak dapat diabaikan
danpenting untuk mencegeah memberatnya HPI. Edukasi pasien
tentang penggunaantabir surya spektrum luas dalam kehidupan sehari-hari dengan
faktor perlindunganmatahari-30 (SPF-30) sa,bil menghindari paparan sinar matahari
secara langsungkarena efek sinar UV merupakan faktor penting penyebab
hiperpigmentasi.
Studi klinis telah menunjukkan bahwa kadar vitamin D dalam serumberkurang pada
pengguna tabir surya dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya tetapi kadarnya
masih dalam batas normal. Hal ini tidak begitu
penting bagi individu berkulit gelap yang berisiko untuk kekurangan vitamin Dkarena
konsentrasi melanin inheren lebih tinggi dalam kulit.
The American Academy of Dermatology
telah menyatakan bahwa kelompok-kelompok yangberesiko kekurangan vitamin D
termasuk individu berkulit helap memerlukanvitamin D total dosis harian 1000 IU
yang dapat diperoleh melalui diet dansuplemen. Oleh karena itu, konseling dan
pendidikan amat penting dilakukanuntuk menganjurkan penggunaan tabir surya
spetrum luas sehari-hari dengan SPF30, menghindari paparan sinar matahari
secara langsung dan asupan makanankaya vitamin D seperti salmon dan minyak hati
ikan.
2. Terapi MedisHidrokuinon (HQ) merupakan yang tama dalam terapi HPI. Iniadalah
senyawa fenolik yang menghalangi konversi dihydroxyphenylalanine(dopa) untuk
menghambat melanin oleh tirosinase. Mekanisme kerjanyamelibatkan inhibisi asam
deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA)sintesis secara selektif
tergadap sitotoksisitas melanosit dan degradasi melanosom.HQ umumnya digunakan
pada konsentrasi dari 2 sampai 4 %.
Monoterapi hidrokuinon efektif dalam terapi HPI, tetapi saat ini HQtelah
dikombinasikan dengan agen lainnya, seperti retinoid, antioksidan, asamglikolat, tabir
surya, dan kortikosteroid untuk meningkatkan efektifitasnya. Cook-Bolden et al
menyatakan kombinasi HQ 4% dan retinol 0,15% dengan antioksidanselama 12 minggu
pada 21 pasien menunjukkan adanya penurunan yangsignifikan dalam ukuran
lesi, pigmentasi, dan tingkat keparahan penyakit padaminggu ke-4. Analisis dengan
spektofotometer reflektansi statisik menunjukkanhasil yang sama. Terjadi penurunan yang
signifikan kadar melanin pada mingguke-4. Sebuah penelitian yang sama dilakukan
pada mayoritas pasien berkulit gelapyang diberi terapi 4% HQ, retinol 0,15% dan
tabir surya. Hasilnya adalah agen iniaman dan efektif untuk HPI dan melasma.
Asam topikal azelat, yang telah disetujui untuk pengobatan jerawatvulgaris, juga
berguna untuk HPI. Ini mungkin digunakan untuk mengobati aknedengan HPI yang
cenderung untuk berkembang. Manfaat krim 0,1% tazaroteneuntuk pengobatan akne
vulgaris mungkin bermanfaat terutama pada orang dengankulit gelap untuk membantu
meminimalkan abnormalitas pigmen. Modalitaspengobatan lain termasuk penggunaan
asam trikloroasetat dan
cryotherapy
lembutdengan nitrogen cair. Setiap metode harus digunakan dengan sangat hati-
hatiuntuk menghindari nekrosis. Metode pengobatan ini harus berhati-hati padapasien
berkulit gelap karena risiko depigmentasi permanen dan jaringan parut.
Retinaldehid (RAL) telah menunjukkan depigmenting activity,sedangkan
GA mengurangi kelebihan pigmen dan berperan pada prosesrepithelisasi. Kombinasi
RAL 0,1% dan GA 6% RALGA (Diacneal) dalampengobatan akne vulgaris dan
HPI telah terbukti berhasil.
X. Prognosis
HPI cenderung memudar seiring waktu dan terapi. Sisa-sisahiperpigmentasi
epidermal dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama,biasanya 6-12 bulan setelah
penyembuhan proses awal inflamasi.
Hasil Anamnesis
Pasien mengalami keluhan kelainan kulit berupa keputihan atau kegelapan pada kluit
setelah mengalami peradangan kulit yang terkana. Hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang : -
Penegakan diagnosis
Diagnosis klinis
Diagnosis klinis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Diagnosis banding
Hipopigmentasi dan hiperpigmentasi non inflamasi.
Komplikasi : -
Penatalaksanaan
Pengobatan melibatkan identifikasi dan mengobati penyebab yang mendasarinya.
Selama peradangan masih berlanjut, repigmentation tidak mungkin terjadi. Setelah
penyebab yang mendasari secara efektif diobati, hipopigmentasi yang biasanya
membaik seiring waktu. Aplikasi dua kali sehari dari steroid topikal potensi sedang
dalam kombinasi dengan preparat berbasis tar. Steroid dapat mempengaruhi sel
inflamasi yang bertanggung jawab untuk peradangan , sementara tar dapat
menyebabkan melanogenesis.Aplikasi dua kali sehari 1 % pimecrolimus krim selama
16 minggu. Tingkat perbaikan selama 2 minggu pertama setelah penggunaan pertama.
Aplikasi topikal dari 0,1 % 8 - methoxypsoralen , 0,5-1 % tar batubara atau anthralin
diikuti oleh paparan sinar matahari dapat membantu dalam memulihkan pigmen.
Berbagai regimen photochemotherapy topikal (topikal psoralen UVA, PUVA) seperti
aplikasi topikal dari 0,001- 0,5% 8-methoxypsoralen di aquaphor atau salep
hidrofilikke daerah yang sakit selama 20-30 menit, diikuti oleh UVA 1-3 kali per
minggu pada dosis awal 0,2 - 0,5 J / cm2 ,ditingkatkan 0,2-0,5 J / cm2 perminggu.
Excimer laser 308 nm dapat digunakan untuk merangsang pigmentasi lesi
hipopigmentasi, danmemiliki tingkat respon 60-70 % setelah sembilan perawatan dua
kali seminggu . Namun, pengobatan selanjutnya teratur diperlukan setiap 1-4 bulan
untuk menjaga hasil . Untuk lesi yang luas, narrow-band UVB fototerapi atau oral
PUVA dapat digunakan 2-3 kali seminggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Habif, Thomas P. Clinical Dermatology: A Colour Guide to Diagnosis and
Therapy. Edisi 4. Hanover : Mosby ; 2003. Hal: 273-5
2. Wolff, Klaus., Johnson, R.A. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi 6. United Stated of America : The McGraw Hill
Compenies; 2009. Hal: 27, 609, 611-2, 615
4. Kelly, A.P., Taylor S.C. Derrmatology for Skin of Color. United Stated of
America : The McGraw Hill Compenies; 2009. Hal: 416
6. Davis, Loretta. Erysipelas. Chief Editor: Elston, Dirk. Updated 2012 May.
[cited on May 2012]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com