Anda di halaman 1dari 15

DERMATITIS EKSFOLIATIFA DIDUGA KARENA DERMATITIS

FOTO KONTAK ALERGI TERHADAP PESTISIDA PADA


BURUH TANI

Ratih Pramuningtyas, Muhammad Eko Irawanto

1 IK Kulit dan Kelamin FK Universitas Muhammadiyah Surakarta


2 IK Kulit dan Kelamin FK Universitas Sebelas Maret Surakarta/RS Dr.
Muwardi
Email : rp110@ums.ac.id
Dermatitis Eksfoliatifa Diduga Karena Dermatitis Foto Kontak Alergi
Terhadap Pestisida Pada Buruh Tani
ABSTRAK

Dermatitis eksfoliatifa (DE) adalah kelainan pada kulit dengan eritem dan
skuama melebihi 90% luas permukaan tubuhPenegakan diagnosis DE relatif
mudah, namun penegakan penyebab yang mendasari sangat sulit. Pada laporan
kasus ini akan dilaporkan satu kasus DE dengan penekanan pada penegakan
diagnosis kausatif.Laki-laki, 64 tahun, petani, datang dengan gatal, kulit bersisik
hampir seluruh tubuh sejak 5 bulan.Keluhan makin berat dan meluas ke seluruh
tubuh.Saat musim tanam sawah sering di semprot dengan pestisida.Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis.Pemeriksaan
tanda vital TD = 140/80 , nadi 90 x/menit, dan respirasi 16 kali/menit. Status
dermatologi pada regio generalisata tampak patch eritem minimal sebagian
hiperpigmentasi dengan skuama putih tipis diatasnya dimana pada regio wajah,
kedua lengan, leher dan kaki tampak plakat hiperpigmentasi dengan likenifikasi
dan skuama putih tipis.Hasil pemeriksaan histopatologis adalah spongiotik
dermatitis.Pasien diterapi dengan metil prednisolon, cetirizine, Urea 10% dan
betametason valerat. Pasien di edukasi untuk diet tinggi protein dan menghindari
kontak langsung dengan pestisida atau tanaman yang disemprot dengan pestisida
dan melindungi diri dari sinar matahari saat bertani dengan cara memakai
pakaian tertutup serta menggunakan topi pelindung.Dermatitis eksfoliativa
diduga karena dermatitis foto kontak terhadap pestisida.Gambaran histopatologis
membantu penegakan diagnosis etiologi dari dermatitis eksfoliatifa. Pasien
diterapi dengan methyl prednisolon, cetirizin, CTM, urea 10% krim dan
betmetason valerat dengan hasil baik.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 116


“Call for Paper - Maternity”
PENDAHULUAN lain dermatitis atopi, dermatitis
seboroik, dermatitis kontak,
Dermatitis eksfoliatifa (DE) dermatitis fotosensitif,
adalah kelainan pada kulit yang phytophotodermatitis dan dermatitis
ditandai dengan eritem dan skuama stasis. 1,2
difusa yang melebihi 90% luas Sebagian besar DE
permukaan tubuh.Kondisi ini merupakan proses sekunder, oleh
biasanya diikuti dengan malaise, karena itu penting untuk mengetahui
demam, menggigil, takikardi, etiopatologinya guna menentukan
ektropion dan limfadenopati. manajemen terapi yang tepat.2
Insidensi dari DE bervariasi dari 0,9 Penegakan diagnosis DE relatif
– 71 tiap 100.000 pasien rawat mudah, namun penegakan penyebab
jalan.1 Pada laki-laki lebih sering yang mendasari sangat sulit. 3
terkena dibanding perempuan Riwayat pasien secara detail
dengan perbandingan 2.3 : mengenai kemungkinan pemicunya
2
1. Mayoritas penelitian seperti infeksi, konsumsi obat,
menunjukkan bahwa onset penyakit aplikasi obat-obatan topikal,
bervariasi pada usia 41 sampai 61 matahari / paparan sinar ultraviolet,
tahun, tidak termasuk anak-anak.1 dan faktor lainnya mungkin
Dermatitis eksfoliatifa dapat penting.2
disebabkan oleh bermacam-macam Pada laporan kasus ini akan
penyakit kulit maupun penyakit dilaporkan satu kasus DE yang
sistemik.Data dari 18 penelitian diduga karena dermatitis fotokontak
yang dikompilasi untuk menentukan alergi terhadap pestisida dengan
etiologi DE, kurang lebih 52% kasus penekanan pada penegakan
DE disebabkan oleh penyakit kulit diagnosis kausatif.
yang diderita sebelumnya.1,2
Dermatitis eksfoliatifa seringkali KASUS
disebabkan oleh psoriasis (23 %),
dermatitis spongiosis (20 %), reaksi Seorang laki-laki, 64 tahun,
hipersensitifitas terhadap obat (15 petani, datang ke poliklinik kulit dan
%), dan cutaneous T cell lymphoma kelamin RS. Dr. Moewardi sub
atau sindroma sezari (5 %). bagian non infeksi pada tanggal 26
Sebanyak 20 % kasus DE tidak Mei 2012 dengan keluhan utama
diketahui penyebab yang gatal dan kulit bersisik hampir
mendasarinya sehingga seluruh tubuh.
diklasifiikasikan sebagai idiopatik.1 Riwayat penyakit sekarang,
Dermatitis spongiosis yang dapat sejak 5 bulan yang lalu pasien
menyebabkan terjadinya DE antara mengeluh muncul kemerahan dan

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 117


“Call for Paper - Maternity”
gatal, awalnya di kedua tangan, terakhir pasien sering ke sawah
kaki, dan wajah. Pasien berobat ke karena sedang musim tanam.Saat
puskesmas, diberi tablet kuning bertani menggunakan celana
kecil dan hijau kecil serta salep, dan panjang dan kaos lengan
pasien tidak ingat namanya. Obat pendek.Kadang kala memakai
hanya untuk 3 hari, gatal berkurang caping.Saat musim tanam ini sawah
tetapi kemerahan di kulit masih sering di semprot dengan pestisida.
tetap ada dan pasien tetap bekerja Pada pemeriksaan fisik
seperti biasanya.3 bulan yang lalu didapatkan keadaan umum baik,
keluhan dirasakan makin berat dan compos mentis, gizi kesan cukup,
luas ke hampir seluruh tubuh berat badan 60 kg. Pemeriksaan
disertai gatal.Pasien tidak berobat tanda vital diperoleh TD = 140/80 ,
kemana-mana.Riwayat penyakit nadi 90 x/menit, dan respirasi 16
dahulu.Riwayat ketombe, kulit kali/menit. Tidak ditemukan
menebal di siku/lutut, Riwayat pembesaran limfonodi,
alergi obat atau makanan, dan hepatomegali, ektropion dan edema
riwayat asma serta bersin-bersin tungkai. Status dermatologi pada
dipagi hari disangkal.Pasien juga regio generalisata tampak patch
tidak pernah minum obat-obatan, eritem minimal sebagian
shinsei, ataupun jamu dalam 5 bulan hiperpigmentasi dengan skuama
terakhir kecuali dari putih tipis diatasnya dimana pada
puskesmas.Pasien memiliki riwayat regio wajah, kedua lengan, leher dan
menggunakan sabun lux®, shampoo kaki tampak plakat hiperpigmentasi
emeron®, sabun cuci baju dengan likenifikasi dan skuama
®
menggunakan Daia yang sudah putih tipis. Diagnosis banding klinis
digunakan bertahun-tahun.Pasien yang diajukan adalah dermatitis
tidak menggunakan pelembut dan eksfoliatifa kemungkinan karena
pelicin pakaian serta body lotion dermatitis foto kontak alergi dan
ataupun tabir surya.Beberapa bulan sindroma sezari.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 118


“Call for Paper - Maternity”
Gambar 1. Status dermatologi

Pada pemeriksaan penunjang darah dikerjakan pada pasien dengan hasil


rutin ditemukan eosinofilia 5,4 (0 – pada epidermis ditemukan
4%), sedangkan darah rutin lainnya hiperkeratosis tipe ortokeratosis
dalam batas normal. Pemeriksaan kompak, akantosis setempat,
kimia darah ditemukan SGOT 26 spongiosis ringan, dan ditemukan
u/l, SGPT 22 u/l, Kreatinin 1,2 peningkatan mitosis sel.
mg/dl, ureum 26 mg/dl, albumin 3,5 Epidermotrofisme negatif.Pada
g/dl, dan GDS 97 mg/dl, semua dermis bagian atas tampak sembab
dalam batas normal. Pemeriksaan dengan sebukan sel radang limfosit
lain yang dilakukan adalah serial sel dan beberapa eosinofil peri
sezari selama 3 hari dengan hasil vaskular.Hasil pemeriksaan
tidak ditemukan sel limfosit atipikal. histopatologi adalah spongiotik
Pemeriksaan histopatologis juga dermatitis. (Gambar 2)

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 119


“Call for Paper - Maternity”
Gambar 2. Gambaran histopatologi

Dari anamnesis, dengan pestisida atau tanaman yang


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan disemprot dengan pestisida dan
penunjang, maka pasien didiagnosis melindungi diri dari sinar matahari
sebagai dermatitis eksfoliatifa saat bertani dengan cara memakai
kemungkinan karena dermatitis foto pakaian tertutup serta menggunakan
kontak alergi terhadap pestisida. topi pelindung.
Pasien diterapi dengan metil
prednisolon 48 mg/hari (setara PEMBAHASAN
prednison 1 mg/kgBB/hari),
cetirizin 10 mg 1x1 pagi,CTM 1x1 Dermatitis eksfoliatifa (DE)
malam, Urea 10% krim 2 x ue dan didefinisikan secara klinis dengan
betametason valerat 2 x ue. Pasien adanya eritem dan skuama lebih dari
diminta kontrol tiap minggu.Dosis 90% luas permukaan tubuh.4
Kortikosteroid oral diturunkan Penyakit ini jarang ditemukan, dapat
menjadi 36 mg/hari pada minggu ke menyebabkan manifestasi sistemik
tiga dengan hasil baik. Pasien di yang parah dan dapat mengancam
edukasi untuk diet tinggi protein jiwa. Oleh karena itu, penting untuk
serta menghindari kontak langsung

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 120


“Call for Paper - Maternity”
mengetahui etiologi penyakit untuk mendasari.2Kadangkala penyebab
memfasilitasi manajemen.5 dari DE dapat diperkirakan dari
Patogenesis dari DE tidak karakteristik skuamanya, sebagai
jelas.Saat ini, diyakini bahwa contoh skuama halus pada
kondisi ini merupakan kondisi dermatitis atopik atau
sekunder terhadap interaksi rumit dermatofitosis, bran-like pada
antara sitokin dan molekul adhesi dermatitis seboroik, berkrusta pada
selular, termasuk interleukin-1, -2, pemfigus foliaseus dan eksfoliasi
dan -8, intercellular adhesion pada erupsi obat. Pruritus juga
molecule-1 (ICAM-1), dan tumor ditemukan pada hampir 90% kasus
necrosis factor (TNF).Interaksi ini DE.Keluhannya bervariasi
menyebabkan peningkatan dramatis tergantung penyakit yang
turnover epidermis, menyebabkan mendasari, dan lebih berat pada
tingkat mitosis lebih tinggi dari pasien dengan etiologi dermatitis
normal dan peningkatan absolut atau sindroma sezari.Menyebabkan
jumlah sel kulit germinatif. Selain siklus gatal-garuk, kulit menjadi
itu, waktu yang diperlukan sel untuk menebal, dan terbentuk likenifikasi. 4
matur menurun, dan bermanifes Manifestasi klinis pada kasus adalah
sebagai peningkatan hilangnya eritem yang minimal dengan
epidermal, bersama-sama dengan skuama putih halus di seluruh tubuh
kehilangan protein dan asam folat disertai gatal.Pada daerah tangan,
yang signifikan.2 wajah dan kaki tampak plak
Lesi DE didahului dengan hiperpigmentasi dengan
patch eritem dengan pruritus. Patch likenifikasi.Sehingga kemungkinan
akan meluas dan bergabung DE pada pasien adalah kronis
membentuk area eritem yang luas ditandai dengan skuama yang halus
yang seringkali menyebar hampir ke disertai gatal yang diketahui dari
seluruh permukaan kulit. Dermatitis anamnesis maupun bentuk kelainan
eksfoliatifa juga berhubungan kulit dengan likenifikasi, sehingga
dengan terbentuknya skuama yang penyebab DE pada kasus
profus, dimana muncul pada hari ke kemungkinan karena dermatitis atau
2-6 setelah eritem.Kondisi akut sindroma sezari.
ditunjukkan dengan pembentukan
skuama yang kasar sedangkan Dermatitis eksfoliatifa adalah
kondisi kronis dapat dikenali dengan presentasi klinis untuk berbagai
bentuk skuama yang lebih halus. penyakit, dan identifikasi etiologi
Gambaran umum dari penyakit yang mendasari merupakan salah
dapat bervariasi tergantung dari satu tantangan yang paling
penyakit yang kompleks dalam

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 121


“Call for Paper - Maternity”
dermatologi.Evaluasi dimulai dapat menyebabkan gangguan
dengan riwayat medis elektrolit dan fungsi ginjal yang
lengkap.Pemeriksaan klinis yang ditandai peningkatan level kreatinin.
akurat dapat mengungkapkan Hitung sel sezari dapat digunakan
petunjuk tambahan untuk penyakit untuk membedakan sindroma sezari
yang mendasari. Setelah jumlah dengan penyebab DE yang lain. Jika
penyakit yang mendasari yang hasil hitung sel sezari > 20% dapat
mungkin berkurang, penelitian berarti diagnostik untuk sindroma
laboratorium lebih lanjut dapat sezari. Jika < 10% dianggap tidak
membantu dalam menegakkan spesifik.1 Hilangnya skuama melalui
diagnosis akhir.4 (gambar 3) eksfoliasi tubuh dapat mencapai 9
Pada kasus awalnya pasien g/m2 luas permukaan tubuh perhari,
mengeluh gatal-gatal dan dan hal ini dapat menyebabkan
kemerahan terutama di daerah hipoalbumin dan edema pada
tangan, wajah, leher, dan ekstrimitas inferior.6Kehilangan
kaki.Keluhan awalnya berupa bentol protein tersebut dapat mencapi 10 –
merah yang meluas disertai 15% pada kasus eritroderma non
gatal.Keluhan muncul pada daerah psoriasis.7 Pada kasus ditemuka
yang tidak tertutup pakaian.Pasien kenaikan sedikit dari eosinofilia dan
setelah pensiun bekerja sebagai tidak ditemukan anemia ringan,
petani.Saat bertani pasien hipoalbumin maupun sel sezari.
menggunakan kaos lengan pendek Hasil pemeriksaan ini mendukung
dan celana panjang serta sandal ke arah alergi dan menyingkirkan
japit.Pasien kadangkala memakai kemungkinan sindroma sezari.
caping kadangkala tidak.Sebelum Biopsi kulit multipel
muncul keluhan di lengan dikatakan diperlukan pada kasus DE.
bahwa sawah tempat pasien biasa Histopatologinya akan berbeda
bekerja rutin disemprot dengan tergantung dari diagnosis yang
pestisida. Berdasarkan anamnesis mendasari. Namun sering kali
tersebut diduga pasien terpapar sinar beberapa gambaran non spesfik
ultraviolet dan pestisida yang diduga terdapat pada dermatitis eksfolitifa
sebagai fotoantigen pada daerah- seperti hiperkeratosis, parakeratosis,
daerah yang tidak terlindung akantosis dan infiltrat sel radang
Pemeriksaan laboratorium kronis. Gambaran histopatologis
seringkali tidak spesifik.1Pada DE penyakit yang mendasarinya lebih
sering ditemukan anemia ringan, tidak jelas dibandingkan ketika
peningkatan laju enap darah, penyakit yang mendasari tersebut
hipoalbumin, hiperglobulinemia dan berdiri sendiri tidak berhubungan
hiperurisemia.2Kehilangan cairan dengan DE.1 Pada kasus DE karena

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 122


“Call for Paper - Maternity”
spongiotik dermatosis, hasil biopsi infiltrat perivaskular superfisial
biasanya menunjukkan gambaran terutama limfosit.8 Gambaran
reaksi spongiosis subakut atau spongiosis dermatitis dapat
kronis, yaitu spongiosis minimal, dikelompokkan menjadi akut, sub
akantosis epidermal minimal, akut dan kronis (tabel 1).9
Gambar 3. Pendekatan Diagnosis Eritroderma pada Orang Dewasa

Tabel 1. Spektrum dermatitis spongiosis


Gambaran akut Sub Akut Kronik
Stratum ortokeratosis Parakeratosis Hiperkeratosis
Korneum dan ortokeratosis, atau
ortokeratosis parakeratosis
Akantosis Tidak ada Ringan sampai Sedang sampai berat
epidermal sampai sedang
minimal
Spongiosis jelas Ringan sampai Minimal, kadang tidak ada
sedang
Vesikel ada jarang Tidak ada
intraepidermal
Inflamasi Limfosit dan Limfosit dan Limfosit dan jarang
perivaskular eosinofil kadangkala eosinofil
dermis eosinofil

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 123


“Call for Paper - Maternity”
Gambaran histopatologis mengalami mitosis. Secara
pada DFKA menunjukkan fitur yang keseluruhan, hasil pemeriksaan
khas mirip dengan dermatitis kontak histopatologis mendukung ke arah
alergi, yaitu spongiotik dermatisis dermatitis spongiosis karena
berupa spongiosis epidermal dan alergi.Pada kasus jika dilihat dari
eksositosis netrofil. Petunjuk adanya anamnesis, pemeriksaan fisik serta
erupsi fotoalergi antara lain edema penunjang maka etiologi dari DE
papila dermis, vasodilatasi, kadang diduga adalah DFKA.
ditemukan eosinofil pada infiltrat, Dermatitis fotokontak alergi
dan beberapa nekrosis keratinosit. dapat menjadi penyebab munculnya
Pada kasus dermatitis eksfoliatifa DE.Mekanisme DFKA dapat
karena perluasan penyakit, bermanifestasi menjadi DE belum
perubahan patologis yang khas diketahui dengan pasti. Pada DE
ketika kondisi terlokalisasi masih karena dermatitis atopik, psoriasis,
dapat terlihat pada pemeriksaan dan cutaneous T-cell lymphoma
histopatologis.8 (CTCL) berhubungan dengan
Hasil pemeriksaan peningkatan kadar molekul adhesi :
histopatologis kasus diatas molekul adhesi interseluler 1,
menunjukkan adanya hiperkeratosis molekul adhesi sel vaskuler, dan E-
tipe ortokeratosis kompak, dengan selectin pada sirkulasi. Kesamaan
akantosis setempat-setempat, dalam hal profil molekul adhesi
spongiosis ringan, dan ditemukan pada berbagai jenis DE mungkin
peningkatan mitosis sel. mencerminkan kesamaan jalur
Epidermotrofisme negatif.Pada imunologi stadium akhir, dimana
dermis atas tampak sembab minimal hasilnya serupa pada semua pasien
dengan sebukan sel radang limfosit DE dengan etiologi yang beragam.1
dan sedikit eosinofil peri Mekanisme patofisiologi
vaskular.Hasil tersebut mendukung yang terlibat dalam DFKA
ke arah dermatitis spongiosis bentuk diperantarai reaksi imunologi
kronis. Gambaran yang mendukung hiperseneitivitas tipe IV.10
ke arah alergi antara lain Dermatitis fotokontak alergi terjadi
ditemukannya edema pada papila karena adanya fotoalergen dan
dermis dan infiltrat eosinofil radiasi panjang gelombang yang
perivaskular. Gambaran nekrosis dapat mengaktivasi fotoalergen,
keratinosist tidak dapat ditemukan dimana sebagian besar pada kisaran
karena pada kasus sudah mengalami panjang gelombang UVA.1Awal
perluasan menjadi DE dimana turn mula terjadinya DFKA adalah
over kulit lebih cepat, sehingga absorbsi energi oleh kromofor, atau
lebih ditemukan keratinosit yang dalam kasus DFKA disebut sebagai

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 124


“Call for Paper - Maternity”
fotoalergen. Energi yang diabsorbsi terjadinya eritroderma pada pasien
menyebabkan perubahan fotokimia dengan fotoalergik terhadap obat
pada fotoalergen. Molekul yang doksisiklin.13 Pada laporan kasus
terfotosensitisasi tersebut kemudian lainnya melaporkan kasus
mengalami konjugasi dengan erytroderma pada laki-laki karena
protein pembawa untuk dermatitis kontak alergi terhadap
menghasilkan antigen yang komplit nikel.14
daan bertindak sebagai hapten.10,11 Beberapa fotoalergen yang
Elisitasi dari DFKA membutuhkan dapat menyebabkan DFKA adalah
paparan ulang terhadap fotoalergen obat-obatan, tabir surya, perfum,
dan energi radiasi dari sinar UV. 10 antioksidan, pestisida dan
Ultraviolet A bertanggung jawab tanaman.15,16 Pada sebuah penelitian
terhadap terjadinya fotosensitifitas menyebutkan bahwa beberapa
pada sebagian besar kasus, kemungkinan penyebab dermatitis
meskipun paparan UVB dan cahaya kontak pada buruh tani adalah
tampak mungkin dapat memicu pestisida, desinfektan, tanaman dan
fotosensitifitas pada individu yang tembakau. Pestisida merupakan
rentan.12 penyebab tersering terjadinya
Manifestasi klinis dari penyakit kulit akibat kerja pada
DFKA adalah reaksi kulit tipe buruh tani. Paparan terhadap
eksematosa. Patch eritem dan pestisida dapat terjadi pada saat
vesikel dapat ditemukan pada fase mencampur, menyemprot tanaman,
akut, dengan kontak berulang menabur benih dan saat panen. 16
dengan alergen, manifestasi klinis Pada penelitian yang di lakukan di
penyakit dapat berkembang menjadi Jepang menunjukkan angka
patch eritem dengan skuama dan prevalensi dermatitis kontak alergi
plak disertai likenifikasi. kelainan terhadap pestisida pada buruh tani
yang muncul di kulit terutama di sebesar 39 %, sedangkan di India
daerah photoexposed seperti dahi, sebesar 26,7%.17 Jenis pestisida
hidung, dagu, pipi, daerah V leher, yang sering menimbulkan DFKA
dan ekstremitas bagian ekstensor. 12 adalah folpet dan captan.18 Beberapa
Eritroderma generalisata juga dapat tanaman yang dapat menyebabkan
terjadi karena DFKA.8 Sebuah fitofotodermatitis dapat dilihat pada
laporan kasus pernah melaporkan tabel 2.12

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 125


“Call for Paper - Maternity”
Tabel 2. Tanaman yang dapat menyebabkan fitofotodermatitis

Kelompok Famili Jenis tanaman


tanaman

umbelliferae Celery
Carrot
Fennel
Parship
Giant Hogweed
Cow Parsley
Rutaceae Rue
Burning bush
Skimmias
Citrus : orange, lemon, lime,
grapefruit, bergamot orange
Moraceae Fig tree
Asteraceae Parthenium
Fabaceae Babchi
Scurf pea

Pada kasus, DE diduga Kesadaran akan potensi


karena DFKA terhadap munculnya komplikasi adalah
pestisida.Sesuai dengan prevalensi penting untuk manajemen terapi
bahwa fotoalergen yang sering yang tepat. Edema tungkai terjadi
menimbulkan DFKA pada buruh pada kurang lebih 50% kasus dan
tani adalah tanaman dan kemungkinan karena pergeseran
pestisida.Berdasarkan anamnesis, cairan menuju ekstraseluler. Selain
pasien kontak dengan tanaman padi itu takikardi terjadi pada 40% kasus
yang telah di semprot dengan disertai kegagalan cardiac out put,
pestisida, sedangkan jenis tanaman terutama pada orang tua. Lebih jauh
yang kontak dengan pasien bukan lagi, meningkatnya perfusi kulit
jenis tanaman yang dapat menyebabkan gangguan
1,4
menyebabkan DFKA.Sehingga termoregulasi. Oleh karena itu,
dugaan terbesar adalah kontak penting untuk mengetahui etiologi
dengan pestisida.Fotoalergen dapat penyakit untuk memfasilitasi
5
diketahui dengan pasti dengan foto manajemen.
patch test.Tetapi pemeriksaan ini Terlepas dari penyakit yang
tidak dapat dikerjakan karena tidak mendasari, manajemen awal terdiri
tersedia fototerapi. dari penilaian gizi, koreksi cairan
dan ketidakseimbangan elektrolit,

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 126


“Call for Paper - Maternity”
pencegahan hipotermia, dan sebesar 130% dari kebutuhan
pengobatan infeksi sekunder.4 protein total dibutuhkan untuk
Meskipun sebagian pasien dapat mengganti kehilangan nutrisi. Selain
dikelola secara rawat jalan, pasien itu suhu ruangan/lingkungan harus
dengan gangguan keseimbangan hangat dan lembab untuk mencegah
cairan dan elektrolit atau gangguan hipotermia. Terapi pada pasien
jantung dan respirasi membutuhkan dengan dermatitis eksfoliatifa dapat
rawat inap.Suplemen folat dan diet dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3. Terapi pada dermatitis eksfoliatifa

TERAPI TOPIKAL SISTEMIK DOSIS


Lini  Mandi  Antihistamin golongan
Pertama oatmeal sedatif
 Kompres  Antibiotik sistemik jika ada
Basah infeksi sekunder
 Emolien  Diuretik untuk edema
 Kortikoster perifer
oid potensi  Penggantian cairan dan
rendah elektrolit
Lini Kedua  Kortikosteroid untuk DE  1-2
(etiologi karena erupsi obat, penyakit mg/KgBB/hari
diketahui) bulosa, dermatitis atopi (taper)
 Siklosporin untuk psoriasis,  4-5
DA mg/KgBB/hari
 Metotrexate untuk psoriasis  5-25 mg/minggu
DA, pitiriasis rubra pilaris tergantung fungsi
ginjal dan respon
 Asitretinn untuk psoriasis, terapi
PRP  25-50 mg/hari
 Micofenolat mofetil untuk  1-3 g/hari
psoriasis, DA, penyakit
bulosa  5-10 mg/Kg BB
 Infliximab untuk psoriasis

Antibiotik sistemik topikal potensi tinggi dan topikal


diperlukan pada pasien dermatitis imunomodulator seperti takrolimus
eksfoliatifa jika terdapat bukti harus dihindari karena kemungkinan
adanya infeksi sekunder. Steroid absorbsi sistemik karena

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 127


“Call for Paper - Maternity”
permeabilitas kulit meningkat dan pasien tersebut. Edukasi yang
keterlibatan kulit yang luas.1Setiap diberikan pada pasien antara lain
kasus DE memerlukan monitoring adalah diet tinggi protein, dan
reguler untuk protein, keseimbangan menghindari kontak dengan alergen
elektrolit, suhu tubuh, status serta paparan sinar matahari.
sirkulasi, ureum, dan balance
cairan.2 KESIMPULAN
Pada kasus, terapi yang
diberikan adalah topikal urea 10% Telah dilaporkan satu kasus
krim sebagai moisturizer dan krim Dermatitis eksfoliativa diduga
betametason valerat 0,05% yang karena dermatitis foto kontak
dioleskan setelah diolesi dengan terhadap pestisida pada petani usia
urea 10% krim. Terapi sistemik 64 tahun. Diagnosis ditegakkan
yang diberikan adalah methyl berdasarkan anamnesis,
prednisolon 48 mg/hari setara pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
dengan dosis prednison 1 penunjang.Gambaran histopatologis
mg/KgBB/hari.Pemberian methyl membantu penegakan diagnosis
prednisolon diturunkan sesuai etiologi dri dermatitis eksfoliatifa.
dengan perbaikan klinis. Pemeriksaan fotopatch test untuk
Antihistamin yang diberikan adalah diagnosis pasti dari DFKA tidak
cetirizin tablet 10 mg 1 x 1 untuk dapat dikerjakan karena tidak
pagi hari dan CTM 1x1 pada malam tersedia fototerapi. Pasien diterapi
hari. Pada pasien tidak ditemukan dengan methyl prednisolon,
edema perifer, dan tanda-tanda cetirizin, CTM, urea 10% krim dan
infeksi sekunder sehingga antibiotik betmetason valerat dengan hasil
dan diuretik tidak diberikan pada baik.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 128


“Call for Paper - Maternity”
DAFTAR PUSTAKA

1. Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ,. Exfoliative dermatitis. In : Wolff


K,Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fiztpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 7th,Vol I. New York. Mc Graw-Hill,
2008:225-32.
2. Sehgal VN, Srivastava G, Sardana K. Erythroderma/exfoliative dermatitis : a
synopsis. International Journal of Dermatology. 2004; 43: 39-47.
3. Holden CA, Jones JB,. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma.
In : In : Burns T, breathnach S, Cox N, Griffiths C,. Rook’s Textbook of
dermatology. Seventh edition. Massachusetts. 2004 : 17.48-17.52
4. Sterry W, Assaf C. Erythroderma. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP,.
Dermatology. 2nd edition. New York. Mosby Elsiever. 2008 : 149-58
5. Khaled A, Sellami A, Fazaa B, Kharfi M, Zeglaoui F, Kamoun MR,.
Acquired erythroderma in adults : a clinical and prognostic study. Journal of
European Academy of Dermatology and Venereology. 2010; 24: 781–8
6. Severe and life-threatening skin eruptions in the acutely ill patient. In : Wolff
K, Johnson RA,. Fitzpatrick’a Color atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. Sixth edition. New York. Mc Graw-Hill, 2008:225-32.2009:
164-70
7. Rothe MJ, Bernstein ML, Kels JM,. Life-threatening erythroderma :
diagnosing and treatening the red man. Clinics in Dermatology. 2005; 23:
206-17
8. Murphy M, Kels JM,. Spongiotic dermatitis. In : Barnhill RL, Crowson AN,
Magro CM, Piepkorn MW,. Dermatopathology. Third edition. New York.
Mc Graw-Hill. 2010: 15-35
9. Wilkel CS. Psoriasiform and Spongiotic Dermatoses. In : Kels JM.
Dermatology: clinical & basic science series Color atlas of
Dermatopathology. New York. Informa Healthcare. 2007: 33-40
10. Deleo V. Photocontact dermatitis. Immunology and Allergy Clinics of North
America. 1997; 17: 451-69
11. Beck MH, Wilkinson SM, Contact dermatitis : allergic. In : Burns T,
breathnach S, Cox N, Griffiths C,. Rook’s Textbook of dermatology. Seventh
edition. Massachusetts. 2004. 20.29-20.32
12. Langner M, Malbach HL, Maler LE,. Photocontact dermatitis. In : Hayes’s
handbook of pesticide toxicology. New York. Elseiver. 2010 : 661-668
13. Kuznetsov AV, Weisenseel P, Flaig MJ, Ruzicka T, Prinz JC. Photoallergic
Erythroderma due to Doxycycline Therapy of Erythema Chronicum Migrans.
Acta Dermato-Venereologica. 2011; 92: 734-6
14. Encarnacio LA, Versoza MC. Contact Allergy Presenting as Erythroderma.
Dermatitis. 2006; 17: 45-7
15. Makariqu S. Bassioukas K. Photoallergic contact dermatitis.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 129


“Call for Paper - Maternity”
16. Irby CE, yentzer BA, Vallejos QM. Et al. The prevalence and possible causes
of contact dermatitis in farmworkers. International Journal of Dermatology.
2009; 46: 1166-70

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 130


“Call for Paper - Maternity”

Anda mungkin juga menyukai