BAB 1
PENDAHULUAN
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan mengenai segala informasi tentang Hipertensi
kepada peserta Posyandu Lansia Koramil agar tercapai peningkatan pengetahuan dan
penanggulangan terjadinya Diabetes Melitus.
2
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3
BAB 3
PELAKSANAAN INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
INTERVENSI
4
BAB 4
DOKUMENTASI
BAB 1
PENDAHULUAN
5
: 1,04 %). Sampai dengan bulan November 2007, kasus telah mencapai 124.811 (IR:
57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR: 1,02%).
Upaya pengendalian penyakit DBD yang telah dilakukan sampai saat ini
adalah memberantas nyamuk penularnya baik terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya
karena obat dan vaksinnya untuk membasmi virusnya belum ada.
Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan
dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan
mengobati sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan
vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL
DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan Peningkatan profesionalisme
pelaksana program.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan
kasus, salah satu diantaranya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan
masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan
3M (Menguras-Menutup-Mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun
1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara
menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. Sampai saat
ini upaya tersebut belum menampakkan hasil yang diinginkan karena setiap tahun
masih terjadi peningkatan angka kematian.
Selama ini berbagai upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam PSN-
DBD sudah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum optimal dapat merubah perilaku
masyarakat untuk secara terus menerus melakukan PSN-DBD di tatanan dan
lingkungan masing-masing. Oleh karena itu, Puskesmas Rambipuji mengadakan PSN
dengan memberdayakan kader kesehatan dalam pemantauan jentik nyamuk dan
secara berkala melakukan pemantauan langsung ke rumah masyarakat.
Target Kegiatan :
Melakukan pemantauan dan pemberantasan keberadaan jentik nyamuk di
lingkungan masyarakat Desa Kaliwining sebagai salah satu usaha pemberantasan
sarang nyamuk sekaligus memberikan edukasi pada masyarakat.
7
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
8
2.6 METODE YANG DIGUNAKAN
Metode yang digunakan adalah mendatangi langsung rumah warga untuk
memeriksa keberadaan jentik nyamuk.
BAB 3
PELAKSANAAN INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
INTERVENSI
9
monitoring sebaiknya petugas kesehatan lebih memperhatikan waktu agar semua
proses dapat berlangsung secara optimal. Selain itu, jumantik memiliki peranan
signifikan dalam pemantauan jentik ini.
BAB 4
DOKUMENTASI
10
Kode : F.3
Kegiatan : Penyuluhan Perbaikan Gizi pada anak
BAB 1
PENDAHULUAN
11
31 persen kematian pada anak-anak di Indonesia antara usia 1 sampai 11 bulan, dan
25 persen kematian pada anak-anak antara usia satu sampai empat tahun.
Seiring perkembangan anak maka diperlukan pemantauan terhadap tumbuh
kembangnya. Tanpa konseling yang efektif, pemantauan pertumbuhan tidak akan
efektif dalam menurunkan gizi kurang. Bagian-bagian dari paket intervensi gizi
efektif berada pada sektor kesehatan dan melibatkan para pemangku kepentingan.
Mendorong revitalisasi Posyandu dengan menggunakan program konseling gizi.
Jaringan Posyandu yang luas di Indonesia merupakan satu-satunya struktur yang
memberikan kemungkinan untuk konseling gizi sampai ke tingkat masyarakat. Oleh
karena itu, penting bagi tenaga kesehatan dan kader masyarakat untuk menggerakkan
posyandu sebagai lini pertama screening serta penanganan gizi buruk pada anak.
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan mengenai segala informasi tentang gizi anak kepada
ibu yang berkunjung di Posyandu Flamboyan 42 agar tercapai peningkatan
pengetahuan dan pemahaman tentang cara memperbaiki status gizi anak.
12
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
13
Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada peserta Posyandu Bougenville 42,
Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji, Jember. Pada penyuluhan ini akan
menggunakan Lembar balik dan ceramah sebagai media informasi kepada peserta
penyuluhan. Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
gizi pada anak yang meliputi status gizi anak, penyebab penurunan gizi pada anak,
dan cara memperbaiki status gizi anak.
14
BAB 3
PELAKSANAAN INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
INTERVENSI
15
BAB 4
DOKUMENTASI
BAB 1
PENDAHULUAN
16
tahun ke atas sekitar 7,18%. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) memperkirakan pada 2025, lebih dari seperlima penduduk Indonesia
adalah orang lanjut usia. Lansia merupakan kelompok penduduk yang menjadi fokus
perhatian para ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah karena membawa berbagai
permasalahan yang harus diantisipasi dan dicarikan jalan keluarnya, termasuk bidang
kesehatan.
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang hampir diderita sekitar 25%
penduduk dunia dewasa (Adrogué & Madias, 2007). Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥90 mmHg. Prevalensi
utama hipertensi pada kulit hitam, pria dan pada orang tua. Insidensi hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia, sekitar 60 % dari semua kematian prematur
diakibatkan oleh hipertensi terjadi di antara pasien dengan hipertensi ringan.
Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat 60% pada tahun 2025, yaitu sekitar
1.56 juta orang penderita.Hal ini merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler
dan bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia. Hipertensi primer
atau yang dikenal dengan hipertensi essensial atau idiopatik merupakan kasus
hipertensi terbanyak, yaitu sekitar 95% dari kejadian hipertensi secara keseluruhan.
Berdasarkan penelitian WHO-Comunity Study of the Elderly Central Java
menemukan bahwa hipertensi dan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit kedua
terbanyak yang diderita lansia setelah artritis, yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel.
Salah satu yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi adalah pola makan
yang kurang baik, terutama makanan yang mengandung natrium tinggi. Makanan ini
bisa diperoleh pada konsumsi garam serta biasanya terdapat pada semua makanan
siap saji maupun makanan di restaurant. Walaupun garam dapat menyedapkan rasa
makanan, tetapi garam juga dapat memudahkan sel dalam mengikat lemak yang
menjadi pemicu obesitas. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk mengetahui diet
sehat yang bersahabat untuk mengurangi faktor resiko hipertensi. Selain garam,
makanan yang harus diwaspadai adalah makanan berlemak dan kafein.
Tingkat pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan pengalaman
pribadi seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan.
Dengan mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan lansia mendapat bekal
pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat
menurunkan risiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
17
1.2 PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler dan
bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia. Hipertensi banyak
diderita oleh kaum lansia. Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi adalah
pola makan yang tidak baik terutama dalam konsumsi natrium berlebih. Oleh karena
itu, diperlukan komunikasi dan informasi untuk mempengaruhi pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan dengan mendapatkan infomasi yang benar. Lansia diharapkan
mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat
dan dapat menurunkan risiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Dalam hal ini yang menjadi sasaran kami adalah peserta Posyandu
Koramil di daerah Rambipuji.
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan mengenai segala informasi tentang diet pada pasien
Hipertensi kepada peserta Posyandu Lansia Koramil agar tercapai peningkatan
pengetahuan dan penanggulangan terjadinya Hipertensi.
18
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
19
2.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014
Tempat : Posyandu Koramil, Desa Rambuji, Kecamatan Rambipuji, Jember
20
BAB 3
PELAKSANAAN INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
INTERVENSI
21
BAB 4
DOKUMENTASI
BAB 1
PENDAHULUAN
22
mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena sampai saat ini HIV/AIDS belum
ditemukan obat yang menjadi terapi definitif maupun vaksin sebagai pencegahan.
Begitu juga penyakit ini memiliki “window period” dan fase asimtomatik yang relatif
lama dalam perjalanan penyakitnya. Hal ini disebut juga dengan fenomena gunung es
(iceberg phenomenon).
Kasus pertama HIV di Indonesia dilaporkan terjadi pada 1987, dan epidemi di
Indonesia sekarang merupakan salah satu yang paling cepat berkembang di Asia.
Angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data
statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan sampai dengan bulan Juni
2014, bahwa penderita HIV sebanyak 15,534 jiwa dan AIDS sebanyak 1.700 jiwa.
Secara kumulatif kasus HIV dan AIDS mulai dari Januari 1987 s.d. Juni 2014 terdiri
dari 142.950 penderita HIV dan 55623 penderita AIDS. Jumlah kasus HIV/AIDS di
Kabupaten Jember, Jawa Timur, mencapai 1.500 jiwa dan tersebar merata hampir di
31 kabupaten setempat. Selama Januari-April 2014 tercatat sebanyak 10 pelajar
terinfeksi AIDS stadium tiga karena pergaulan bebas dan seks bebas. Jumlah
terbanyak penderita HIV/AIDS masih didominasi oleh mereka yang berusia produktif
dengan usia 20-45 tahun, kemudian peringkat kedua adalah kalangan pelajar dengan
usia 15-19 tahun, dengan penularan terbanyak karena seks bebas.
Usaha untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian HIV/AIDS pada usia
remaja harus dimulai sejak dini dengan memberikan segala informasi mengenai
bahaya HIV/AIDS dan cara pencegahannya. Oleh karena itu, puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan pencegahan primer yaitu dengan
melakukan kegiatan penyuluhan ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi
kepada remaja mengenai cara penularan HIV/AIDS dan bagaimana cara
pencegahannya. Dengan itu diharapkan para siswa dapat mengetahui dan bagaimana
cara mencegahnya sehingga diharapkan jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
pada usia remaja dapat berkurang di masa mendatang.
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan mengenai segala informasi tentang HIV/AIDS
kepada kader PKK Kaliwining agar tercapai peningkatan pengetahuan dan mencegah
terjadinya HIV/AIDS di masyarakat.
24
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
26
BAB 4
DOKUMENTASI
Lampiran (leaflet)
27
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
UPAYA PENGOBATAN DASAR
28
Akibatnya pasien malas makan dan minum karena nafsu makan pasien
menjadi turun dan untuk menhindari terjadinya muntah sehingga asupan
nutrisi berkurang. Selain itu pasien juga mengeluh kepalanya terasa pusing
seperti berkunang – kunang. Pasien juga mengeluh bagian ulu hatinya terasa
sakit. Demam (-), Diare (-), BAB N, BAK N. Pasien juga mengatakan
bahwa dia sedang hamil 7 minggu anak ke-2.
DM -
HT -
Alergi -
29
B. Obyektif
O KU : Tampak Lemah
Vital Sign : TD : 110/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit, regular
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 o C (aksilar)
Kepala dan A/I/C/D = -/-/-/-
Leher : Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Pembesaran kelenjar getah bening : - / -
Pembesaran tiroid : - / -
Thorax
Cor : I Ictus cordis tidak terlihat
P Iktus teraba di ICS V midclavicular line
sinistra
P Batas kanan kiri jantung dalam batas normal
A S1S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : I Simetris
P Pergerakan simetris, Fremitus raba simetris
P Sonor / Sonor
A Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen I Datar
A BU (+) normal
P Hipertimpani
P Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), H/L/R
tidak teraba. Leopold (-)
Ekstremitas Superior : Akral hangat -/-, Edema -/-
Inferior : Akral hangat -/-, Edema -/-
C. Assessment
Hiperemesis Gravidarum Stage I
30
D. Planning
1. Diagnosis : DL, Bilirubin, GDA
2. Terapi :
Farmakologis : - Infus D5 30 tpm
- Inj. Metoclopramide 3x10mg
- Inj. Neurobion 1x1amp
- Inj. Ranitidin 3x50mg
- Sryp. Valsedon 3x1 cth
- Syrp. Antasida 3x1 cth
Non farmakologis : - Puasa selama 24 jam
- Selesai puasa, makan dan minum dilanjutkan
seperti biasa
3. Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita.
Menjelaskan kepada pasien tetang rencana terapi yang diberikan.
31