Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS COMBUSTIO

DI RUANG EDELWEIS RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA


PUBALINGGA
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:

TRI NADIA SISCAHYANI

I4B020029

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar tidak hanya dapat disebabkan oleh api tetapi dapat
disebabkan oleh bahan kimia, listrik dan juga akibat dari radiasi. Data
Amerika menyebutkan bahwa luka bakar menyebabkan berkisar 40.000 orang
harus dirawat inap dan 3.400 meninggal setiap tahun. Luka bakar merupakan
trauma berat dan keadaan darurat karena sulit dipantau dan bisa menyebabkan
permasalahan yang kompleks (Rowan et al 2015). WHO menyebutkan
kejadian luka bakar sangat tinggi pada negara dengan penghasilan rendah
dengan jumlah kematian hampir 90% dan tinggi terjadi di Pakistan, dan India.
Data luka bakar di Indonesia menurut Kementrian Kesehatan yang
dikeluarkan tahun 2014, dengan persentase 0,7% merupakan peringkat ke 6
kejadian cidera yang tidak disengaja (Riskesdas 2013). Di Indonesia kejadian
luka bakar menyebabkan sekitar 195.000, kematian setiap tahunnya. Luka
bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua
kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari
pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia (diatas 70 th) (Cesarani
et al 2015).
Penyakit luka bakar adalah cedera yang paling sering terjadi di
masyarakat terutama di rumah karena kesalahan kecil saat berhubungan
dengan api dan terutama pada anak-anak yang senang bereksplorasi. Biasanya
disebabkan karena keteledoran saat berkontak langsung maupun tidak
langsung dengan sumber panas. Penyebab luka adalah karena suhu tinggi,
bahan kimia, sengatan listrik dan radiasi. Luka bakar bisa menjadi berbahaya
bila sampai terjadi shock. Selain rasa nyeri dan kerusakan kulit, luka bakar
juga mengakibatkan tubuh kehilangan cairan dalam jumlah besar dan
perubahan zat kimia dalam tubuh yang dapat berujung pada kematian (Rahayu
2012).
B.

2
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum penyakit combustio.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian penyakit combustio.
b. Mengetahui etiologi penyakit combustio.
c. Mengetahui manifestasi klinis penyakit combustio.
d. Mengetahui pathway dan patofisiologi penyakit combustio.
e. Mengetahui komplikasi penyakit combustio.
f. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan penyakit combustio.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit combustio.
h. Mengetahui diagnosa keperawatan penyakit combustio.
i. Mengetahui proses asuhan keperawatan penyakit combustio.

A.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk
luka yang lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar
jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka
waktu yang lama. Jika tidak ditangani dengan tepat maka luka bakar
akan sangat mudah mengalami infeksi (Farrell dalam Afiani, 2019). Luka
bakar adalah suatu trauma panas yang disebabkan oleh air / uap panas, arus
listrik, bahan kimia, radiasi dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam kerusakan/ kehilangan kulit (Saputro, 2017).
 Lapisan-lapisan kulit

1. Epidermis
Mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-
beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan
kaki. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan
(dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):

4
a) Stratum Korneum
b) Stratum Lusidum
c) Stratum Granulosum
d) Stratum Spinosum
e) Stratum Basale (Stratum Germinativum)
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Dermis terdiri dari dua
lapisan :
a) Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b) Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
3. Hypodermis/subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi
Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber. (Wasitaatmadja,
1997).

B. Etiologi
1. Cairan panas (air, minyak, kuah)
2. Api (Bensin, Minyak tanah, Gas LPG)
3. Listrik (PLN, Petir )
4. Zat kimia (Asam, Basa, Kosmetik )
5. Radiasi (Matahari, Radioterapi, Bom).

C. Manifestasi klinis
 Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka
bakar sesuai dengan kerusakannya :

5
1. Grade I Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan,
nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat
vesikel dan edema subkutan, luka merah, basah dan mengkilat,
sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi
infeksi.
3. Grade III Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri,
luka merah keputihputihan dan hitam keabu-abuan, tampak
kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu
Skin graff.
 Derajat kedalaman luka bakar
1. Luka bakar derajat I – epidermis.
2. Luka bakar derajat II - derajat iia (superficial) - derajat iib
(deep)
3. Luka bakar derajat III - sampai otot / tulang
 Luas luka bakar (rule of nine)
Dewasa Anak-anak

 Kriteria berat ringannya (american burn association)


1. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat ii < 15%.
b. Luka bakar derajat ii < 10% pada anak-anak.

6
c. Luka bakar derajat iii < 1%
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat ii 15-25% pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat ii 10-20% pada anak-anak
c. luka bakar derajat iii < 10%
3. Luka bakar berat
a. LB. Derajat ii 25% atau lebih pada orang dewasa.
b. LB. Derajat ii 20% atau lebih pada anak-anak
c. LB. Derajat iii 10% atau lebih
d. LB. Mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genetalia/perineum.
e. LB. Dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain
 Fase luka bakar
Menurut penelitian Anggowarsito (2014), luka bakar terbagi
dalam 3 fase, yaituyaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut. Pembagian
ketiga fase ini tidaklah tegas, namun pembagian ini akan membantu
dalam penanganan luka bakar yang lebih terintegrasi.
1. Fase akut/syok/awal
Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita
mendapatkan perawatan di IRD/ Unit luka bakar. Seperti
penderita trauma lainnya, penderita luka bakar mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan gangguan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway dapat terjadi segera atau
beberapa saat seteah trauma, namun obstruksi jalan nafas
akibat juga dapat terjadi dalam 48-72 jam paska trauma.
Cedera inhalasi pada luka bakar adalah penyebab kematian
utama di fase akut. Ganguan keseimbangan sirkulasi cairan
dan elektrolit akibat cedera termal berdampak sitemik

7
hingga syok hipovolemik yang berlanjut hingga keadaan
hiperdinamik akibat instabilisasi sirkulasi.
2. Fase subakut/flow/hipermetabolik
Fase ini berlangsung setelah syok teratasi.
Permasalahan pada fase ini adalah proses inflamasi atau
infeksi pada luka bakar, problem penutupan lukan, dan
keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut
Pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun
memerlukan kontrol rawat jalan. Permasalahan pada fase
ini adalah timbulnya penyulit seperti jaringan parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan
adanya kontraktur.
D. Patway dan Patofisiologi
Paparan sumber panas

Luka bakar

Penguapan yg berlebih Mediator inflamasi Kulit terkelupas

Kehilangan cairan Respon sistemik Bronkokonstriksi Nyeri epidermis & dermis rusak

<20% >20% ↑ Permeabilitas kapiler Gagal nafas Kerusakan integritas kulit Barier kulit rusak

Terkompensasi oleh ↓ Cairan intravaskuler Vasokontriksi kontraktilitas miokard Ketaanan primer ↓


Cairan tubuh
Hipotensi sistemik Resiko infeksi

Syok hipovolemik Gangguan perfusi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat
luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan
yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka

8
bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai
normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas
pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstra
vaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air,
klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat
berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo,
1996). Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan
GFR (Rate Filtrasi Glomerulus) akan menurun sehingga haluaran urine meningkat.
Jika resitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal
ginjal dan apabila resitasi cairan adekuat, maka cairan interstisial dapat ditarik
kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis.

E. Komplikasi
1. Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal
napas restriktif) ( cegah dengan eskaratomi segera).
2. Infeksi (waspadai steptococcus ) obati infeksi yang timbul ( 10% organisme
pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.
3. Ulkus akibat stres (ulkus cerling) (cegah dengan antasida, broker H2 atau
inhibitor pompa proton profilaksis)
4. Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin,
dekstrosa.

F. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Periksa jalan nafas
2. Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jalan
nafas (suction) bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
3. Berikan oksigen

9
4. Pasang infus dengan cairan RL untuk mengatasi syok
5. Pasang pipa lambung/NGT untuk mengosongkan lambung selama ada ileus par
ahtik.
6. Pasang kateter untuk memantau urine
7. Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure / CVP) untuk p
emanfaatan sirkulasi darah
8. Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan
adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar
9. Berikan analgesik yang efektif seperti morfin atau petidin, diberikansecara 
intravena.
10. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil pencucian luka dilakukan den
ganmelakukan debridement dengan menggunakan cairan steril yang mengandu
nglarutan antiseptik.
11. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencega
hdan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka.
12. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.Berikan serum 
anti tetanus / toksoid.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hipokalemia terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan.

10
7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar.
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.

H. Proses Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian (Nama, Tempat/tgl lahir/ umur, Agama, Penididikan terakhir,
Pekerjaan, Alamat, Suku bangsa, Diagnosa medis, Nomor RM, tanggal/jam
masuk RS)
2. Riwayat Kesehatan (Keluhan utama, Riwayat penyakit dahulu, Riwayat
penyakit keluarga, Riwayat penyakit saat ini)
3. Pola fungsional Gordon
a. Neurosensorik (Kesadaran)
b. Pola nutrisi metabolic (pola makan)
c. Sirkulasi (system kardiovaskuler)
d. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan (persepsi klien saat sakit)
e. Pola eliminasi (haluaran urin, warna urin, apakah ada darah atau tidak)
f. Aktivitas Latihan (berpakaian, makan, berjalan, toileting)
g. Pola tidur (kualitas tidur, kaji gangguan pola tidur)
h. Pola toleransi koping & stress (kaji support system)
i. Konsep diri dan kognitif (kaji pengetahuan klien)
j. Pola seksualitas (kaji keluhan seksualitas klien saat sakit)
k. Spiritualitas (kaji kebutuhan/gangguan spiritualitas klien saat sakit)
4. Pemeriksaan fisik (keadaan umum, ttv, pengkajian head to toe)
5. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah lengkap dan interpretasinya)
6. Pengobatan/terapi yang sudah diberikan
7. Analisis data (pengelompokkan data berdasarkan data subjektif dan
objektif setiap masalah keperawatan)
8. Menetapkan diagnosa keperawatan
9. Membuat rencana keperawatan
10. Intervensi

11
11. Evaluasi

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d. agen pencedera kimiawi (terbakar) d.d. ekspresi wajah nyeri,
keluhan dengan intensitas standar skala nyeri, laporan tentang perilaku nyeri.
2. Gangguan Integritas kulit b.d faktor elektris (energy listrik bertegangan
tinggi) d.d kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
3. Syok ipovolemik bd. Kegagalan mekanisme regulasi
4. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d luka bakar
5. Resiko infeksi bd. Gangguan integritas kulit

12
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan Nama &
Paraf
1 Nyeri akut b.d. agen SLKI : Tingkat Nyeri SIKI : Manajemen Nyeri
pencedera kimiawi Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi :
(terbakar) d.d. ekspresi selama 3x24 jam diharapkan: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
wajah nyeri, keluhan dengan Indikator Awal Akhir kualitas, dan intensitas nyeri
intensitas standar skala Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
nyeri, laporan tentang Gelisah - Identifikasi respon nyeri non verbal
perilaku nyeri. Kesulitan tidur - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri.
Ket :
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
1 = menurun
- Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi
2 = cukup menurun
nyeri.
3 = sedang
Terapeutik :
4 = cukup meningkat
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
5 = meningkat
nyeri (relaksasi nafas dalam)
Ket :
- Fasilitasi istirahat dan tidur
1 = meningkat
Edukasi :
2 = cukup meningkat
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
3 = sedang
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
4 = cukup meningkat
- Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat
5 = meningkat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Integritas kulit SLKI : Integritas Kulit dan Jaringan SIKI : Perawatan Luka bakar
b.d faktor elektris (energy Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi

13
listrik bertegangan tinggi) selama 3x24 jam diharapkan: 1. Identifikasi penyebab luka bakar
d.d kerusakan jaringan Indikator Awal Akhir 2. Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat
dan/atau lapisan kulit Kemerahan penanganan luka sebelumnya.
Jaringan parut 3. Monitor kondisi luka (mis. Persentasi :ukuran luka,
Ket : derajat luka, perdarahan, warna dasar luka, infeksi,
1 = menurun eksudat, bau luka, kondisi tepi luka).
2 = cukup menurun Terapeutik
3 = sedang 1. Gunakan teknik aseptic selama perawatan luka.
4 = cukup meningkat 2. Rendam dengan air steril jika balutan lengket pada
5 = meningkat luka.
Ket : 3. Bersihkan luka dengan cairan steril (mis. NaCl 0,9%
1 = meningkat cairan antiseptik).
2 = cukup meningkat 4. Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri.
3 = sedang 5. Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada
4 = cukup meningkat atau tidaknya infeksi, jumlah eksudat, dan jenis balutan
5 = meningkat yang digunakan.
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.
3. Syok ipovolemik bd. NOC: Hidrasi NIC: Manajemen hipovolemi
Kegagalan mekanisme Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Pili rute intravena daripada rute intramuscular untuk
regulasi selama 3x24 jam diharapkan: injeksi penurun nyeri
Indikator Awal Akhir 2. Hitung kebutuhan cairan
Intake cairan 3. Posisikan untuk perfusi perifer
Perfusi jaringan
Turgor kulit
Ket:

14
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu

4. Resiko ketidakseimbangan SLKI : Penyembuhan Luka SIKI : Pemantauan Cairan


cairan b.d luka bakar Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam diharapkan: 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Indikator Awal Akhir 2. Monitor frekuensi nafas
Pembentukan 3. Monitor tekanan darah
jaringan parut 4. Monitor waktu pengisian kapiler
Ket : 5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
1 = menurun 6. Monitor intake dan output cairan
2 = cukup menurun 7. Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan
3 = sedang (luka bakar)
4 = cukup meningkat Terapeutik
5 = meningkat 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien.
Ket : 2. Dokumentasikan hasil pemantauan.
1 = meningkat Edukasi
2 = cukup meningkat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
3 = sedang 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
5. Resiko infeksi bd. Gangguan NOC: Integritas jaringan: Kulit & NIC: Perawatan luka: Luka bakar
integritas kulit membrane mukosa 1. Evaluasi luka, kaji lokasi, kaji apakah ada jaringan
Setelah diberikan asuhan keperawatan nekrosis dan tanda-tanda infeksi
selama 3x24 jam diharapkan: 2. Lepaskan balutan/perban bagian luar dengan cara
Indikator Awal Akhir menggunting dan membasahi dengan cairan NaCl
Ketebalan 3. Lakukan debridemen luka

15
Integritas kulit 4. Berikan obat melalui topical
Ket: 5. Ajarkan pasien dan keluarga dalam perawatan luka bakar
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
Indikator Awal Akhir
Pengelupasan
kulit
Ket :
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada

16
DAFTAR PUSTAKA

Afiani, N., Santoso, S., N, T. H., & Yahya, M. F. N. (2019). 'Efektifitas Debridemen
Mekanik Pada Luka Bakar Derajat III Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka'.
JKEP, 4(2), 93–103. https://doi.org/10.32668/jkep.v4i2.254
Anggowarsito, J. L. (2014). 'Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi'. Jurnal Widya
Medika Surabaya, 2(2), 113–120. https://doi.org/10.1080/00377316509517341
Indonesian Ministry of Health (2014). 'Report of National Basic Health Research
(RISKESDAS) 2013'. Jakarta.
Rahayu, T. (2012), ‘Penatalaksanaan luka bakar (combustio)’. Profesi (Profesional
Islam): Media Publikasi Penelitian, 8.
Rowan MP, Cancio LC, Elster EA, Burmeister DM, Rose LF, Natesan S, dkk
(2015). 'Burn wound healing and treatment: review and advancements'. Crit
Care.

17

Anda mungkin juga menyukai