LP dan Askep ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III
Dosen Pengampu : Agus Prasetyo, S., Kep Ns, M.Kep
Disusun Oleh :
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan dengan Combustio”. LP dan Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari
Dosen Pak Agus Prasetyo, S., Kep Ns, M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III yang telah membimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Semoga LP
dan Askep ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan LP dan Askep ini. Penyusun menyadari bahwa LP dan Askep ini belum
sempurna sehingga kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penyusun
harapkan guna menyempurnakan LP dan Askep ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi
2) Grade II
2.1.6 Penatalaksanaan
A. Perawatan di Tempat Kejadian
4) Menutup luka bakar, luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk
memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi nyeri
dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang
terbakar.
B. Mengirigasi Luka bakar kimia
Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air
mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang
sejuk.
Prioritas pertama dalam ruang darurat tetap ABC (airway, breathing dan
circulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara pernapasan dilembabkan
dari pasien didorong supaya batuk sehingga sekret saluran napas bisa
dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk situasi yang lebih parah diperlukan
pengeluaran sekret dengan pengisapan bronkus dan pemberian preparat
bronkodilator serta mukolitik. Jika terjadi edema pada jalan napas, intubasi
endotrakeal mungkin merupakan indikasi. Continuous positive airway
pressure dan ventilasi mekanis mungkin pula diperlukan untuk
menghasilkan oksigenasi yang adekuat.
D. Penatalaksanaan Kehilangan Cairan dan Syok
Luka Bakar
(combustio)
Penguapan meningkat
Elastisitas kulit
menurun Jaringan traumatik
Pembuluh darah
Gangguan Pembentukan meningkat
Integritas oedema
Kulit/Jaringan
(D.0129)
Ekstravasi cairan (H2O,
Penurunan elektrolit, protein)
ambang batas
nyeri
kerusakan
pembuluh darah Cairan intravaskuler
Nyeri akut menurun
(D.0077)
Permeabilitas
kapiler meningkat
Hypovolemia
(D.0023)
3.1 Pengkajian
a. Pengumpulan Data Awal
a) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register dan diagnosa medis.
b) Identitas Penangung jawab Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan.
c) Riwayat Kesehatan Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan
oleh pasien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan
combustio biasanya didapatkan keluhan utama yaitu nyeri pada daerah
tangan kanan, paha kanan dan paha kiri, wajah, dan genetalia luka
tampak kemerahan.
d) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami perubahan pola
nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit.
e) Riwayat Kesehatan Dahulu pada pasien combustio biasanya memiliki
riwayat kesehatan dahulu tetapi riwayat kesehatan yang lalunya tidak
terkait combustio karena merupakan penyakit yang tiba tiba karena
kelalaian.
f) Riwayat Kesehatan Keluarga biasanya pada pasien combustio tidak
memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit serupa mengenai
penyakit combustio dikarenakan biasanya terjadi karena kelalaian sendiri.
b. Pemeriksaan Fisik
b. Kulit : terdapat luka bakar pada daerah tangan kanan, paha kanan dan paha
kiri, wajah, dan genetalia luka tampak kemerahan. Luas luka bakar 23% dengan
kedalaman/derajat II AB.
tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Pada area wajah terdapat luka
bakar Grade II AB 3%, sudah dilakukan debridement skin graft dan rawat
luka.
e. Hidung : tidak terlihat adanya pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret,
tidak ada gangguan penciuman. Terdapat bekas luka bakar sudah dalam fase
penyembuhan (maturasi).
tidak ada tanda adanya trauma inhalasi. Terdapat luka bakar dalam fase
penyembuhan (maturasi), warna kemerahan epitelisasi pada kulit.
g. Leher : tidak ada pembesasran tiroid, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
yaitu :
1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak, sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera,
pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan
d. cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat
pada retensi karbon monoksida.
e. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan
cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
f. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
g. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
h. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
i. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan
protein pada edema cairan.
j. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.
k. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
l. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial
atau distritmia.
m. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.(Maros & Juniar, 2016)
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Combustio adalah sebagai
berikut:
a) Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi (terbakar) (D.0077)
b) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif (D.0129)
c) Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif (D.0023)
d) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri (D.0054)
1) SLKI dan SIKI
1. Observasi
Ekspetasi: Menurun
Identifikasi
Kriteria hasil:
karakteristik nyeri
1. Kemampuan Identifikasi riwayat
menuntaskan alergi obat
aktivitas Identifikasi
meningkat (5) kesesuaian jenis
2. Keluhan nyeri analgesic
menurun (5) Monitor tanda-tanda
3. Meringis vital sebelum dan
menurun (5) sesudah pemeberian
4. Gelisah menurun analgesic.
(5) Monitor efektifitas
5. Kesulitan tidur analgesik.
menurun (5) 2. Therapeutik
6. Anoreksia Diskusikan jenis
menurun (5) analgesic yang
7. Frekuensi nadi disukai untuk
membaik (5) mencapai analgesia
8. Pola napas optimal, jika perlu.
membaik (5) Tetapkan target
9. Tekanan darah efektifitas analgesic
membaik (5) untuk
10. Pola tidur mengoptimalkan
membaik (5) respons pasien.
Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan.
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi
dan efeksamping
obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
jelaskan analgesic,
sesuai indikasi.
2 Gangguan I
Perawatan
Integritas
Luka
Kulit/jaringan Ekspektasi:
Bakar
(D.0129) Meningkat
(I.14565)
Kriteria Hasil:
- Perfusi jaringan Observasi
meningkat (5) - Identifikasi penyebab luka
- Kerusakan jaringan bakar
menurun (5) - Identifikasi durasi terkena
- Kerusakan lapisan luka bakar dan riwayat
kulit menurun (5) penanganan luka bakar.
- Nyeri menurun (5) - Monitor kondisi luka
- Perdarahan Terapeutik
menurun(5) - Gunakan teknik aseptik
- Kemerahan selama merawat luka.
menurun (5) - Lepaskan balutan lama
- Pigmentasi dengan menghindari nyeri
abnormal dan perdarahan.
menurun(5) - Rendam dengan air steril
- Sensasi jika balutan lengket pada
membaik(5) luka
- Tekstur - Bersihkan luka dengan
membaik(5) cairan steril.
- Pertumbuhan - Lakukan terapi relaksasi
rambut untuk mengurangi nyeri.
membaik(5) - Jadwalkan frekuensi
perawatan luka
berdasarkan ada atau
tidaknya infeksi, jumlah
adekuat dan jenis balutan
yang digunakan.
- Gunakan modern dressing
sesuai dengan kondisi luka
- Berikan suplemen vitamin
dan mineral, sesuai
indikasi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein.
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu.
3 Hipovolemia(D.0023 Luaran : M
). S a
n
Ekspektasi j
Meningkat e
Kriteria Hasil m
1. Kekuatan nadi e
meningkat (5) n
2. Turgor kulit
meningkat (5) S
3. Pengisian vena y
meningkat (5) o
4. Perasaan lemah k
menurun (5)
5. Keluhan haus H
menurun (5) i
6. Frekuensi nadi p
membaik (5) o
7. Tekanan darah v
membaik (5) o
8. Tekanan nadi l
membaik (5) e
9. Intake cairan m
membaik (5) i
10. Status mental a
membaik (5)
(
I
.
0
2
0
5
0
)
1. Observasi
Monitor status
kardiopulmonal
Monitor status
oksigenasi
Monitor status cairan
Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS
2. Terapeutik
3. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid 1-
2 L dewasa
Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
(
I
.
1
4
5
7
2
)
Tindakan
Observasi
- Monitor kondisi kulit
Terapeutik
- Tempatkan pada kasur
terapeutik, jika
tersedia
- Posisikan senyaman
mungkin
- Pertahankan sprei
tetap kering, bersih
dan tidak kusut
- Pasang siderails, jika
perlu
- Ubah posisi setiap
2jam
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dilakukan tirah baring.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan dari teori yang sudah penulis kumpulkan dan
yaitu luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau dan atau kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber yang memilik suhu yang sanat tinggi (misalnya
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah dan
keparahan dari mulai segmen minor sampai ke segmen mayor.
Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman luka bakar dapat dibedakan
menjadi yaitu luka bakar superfisial, luka bakar luka bakar Partial Thickness
superfisial dan dalam dan luka bakar Full Thickness. Jika menurut luas luka bakar
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu luka bakar minor, luka bakar sedang dan luka bakar
mayor. Fase luka bakar berdasarkan perjalanan penyakitnya dibagi tiga yaitu fase aku,
fase sub akut dan fase lanjut. Pemeriksaan diagnostic untuk luka bakar diantaranya
HDL, AGD, elektroit serum, glukosa serum, albumin, globulin, BUN, kreatinin,
pemeriksaan urine, foto luka bakar, doppler laser, kultur luka, sinar x – dada,
endoskopi. Penatalaksanaan medis diantaranya ada pertolongan pertama, evaluasi
awal, resusitasi cairan, penggantian darah, perawatan luka bakar, pemberian
antibiotic, pemberian analgesik, debridement pembedahan, eschartomy dan skin graft.
Diet atau asupan makanan yang sangat mempengaruhi luka bakar yaitu tinngi kalori
dan protein
Kami menemukan 4 diagnosa keperawatan yakni, nyeri akut, gangguan integritas
kulit/jaringan, hipovelimia, dan gangguan mobilitas fisik.
4.2 Saran
Diharapkan dapat menjadi menjadi referensi bagipengembangan keilmuan
Keperawatan Medikal Bedah II dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
luka bakar.(Kathuria, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro. (2019). Konsep Luka Bakar. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Kathuria, O. K. (2003). Evidence based nursing practice (EBP). The Nursing journal of
India, 94(11), 251–252. https://doi.org/10.1097/00152192-200403000-00003
Maros, H., & Juniar, S. (2016). luka bakar. 1–23.