Anda di halaman 1dari 26

LP DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN COMBUSTIO

LP dan Askep ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III
Dosen Pengampu : Agus Prasetyo, S., Kep Ns, M.Kep

Disusun Oleh :

Widia Ningrum (108120037)


Dhaifa Naswa (108120051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 3B


UNIVERSITAS AL IRSYAD CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan dengan Combustio”. LP dan Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari
Dosen Pak Agus Prasetyo, S., Kep Ns, M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III yang telah membimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Semoga LP
dan Askep ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan LP dan Askep ini. Penyusun menyadari bahwa LP dan Askep ini belum
sempurna sehingga kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penyusun
harapkan guna menyempurnakan LP dan Askep ini.

Cilacap, 20 September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang


disebabkan oleh panas, kimia/radioaktif. (Long, 1996). Combustio
atau Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber
panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui
konduksi/radiasi elektromagnetik. (Effendi. C, 1999)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler. (Hafidz
2012)
Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua
dalam, dan derajat ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis
yang disertai eritema dan nyeri. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke
epidermis dan sebagian lapisan dermis yang disertai lepuh dan sangat nyeri.
Luka bakar derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis. Luka bakar derajat
ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis, seringkali kapiler
dan vena hangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengerti tentang combustion atau luka bakar dan bagaimana
penanganan yang tepat pada pasien tersebut.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian atau definisi dari Combustio
2. Mengetahui etiologi dari Combustio
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Combustio
4. Mengetahui patofisiologi dari Combustio
5. Mengetahui pencegahan dari Combustio
6. Mengetahui penatalaksanaan dari Combustio
7. Mengetahui pathways dari Combustio
1.3 Rumusan Masalalah
1. Apa pengertian dari Combustio?
2. Apa saja etiologi dari Combustio?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Combustio?
4. Apa patofisiologi dari Combustio?
5. Bagaimana pencegahan dari Combustio?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Combustio?
7. Bagaimana pathways dari Combustio?
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Combustio


2.1 .1 Pengertian
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang adanya kontak dengan sumber panas seperti api, panas air, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan oleh api dan
koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan udara panas.
Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan organ rusak.
Bahan kima terutama asam pemyebab kerusakan yang hebat akibat reaksi
jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan
gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber
panas untuk menentukn luas dan kedalaman kerusaan jaringan, semakin
lama waktu kontak , semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang
terjadi (Moenadjat,2003)
Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang
disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia, menerima atau radiasi. Luka
bakar yang hanya mempengaruhi bagian luar yang dikenal sebagai luka
bakar superfisial atau derajat I. Bila cedera beberapa lapisan di bawahnya,
hal ini disebut luka bakar sebagian lapisan atau derajat II. Pada luka bakar
yang mengenai seluruh lapisan kulit lapisan kulit atau derajat III, cedera
meluas ke seluruh lapisan kulit. Sedangkan luka bakar derajat IV
melibatkan cedera ke jaringan yang lebih dalam seperti otot atau tulang.
Luka bakar perlukaan yang disebakan karena atau terpapar dengan
zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka
bakar.

2.1.2 Etiologi

Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat


diklasifikasikan berdasarkan agen penyebab antara lain :
1. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap,
metal, api)
2. Listrik : Voltage tinggi, petir

3. Kimia : asam kuat, basa kuat.

4. Radiasi : termasuk X-Ray

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya


luka bakar dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber
panas, (misal: suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang
terbakar, api, air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi,
kondisi ruangan saat terjadi kebakaran (Effendi. C, 1999)

2.1.3 Manifestasi Klinis


1. Klasifikasi berdasarkan mekanisme dan penyebab
a. Luka bakar termal

Disebabkan oleh cairan panas, kontak dengan benda padat panas


seperti lilin, rokok dan kontak dengan zat kimia dan aliran listrik.
b. Luka bakar inhalasi

Disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas atau produk


brbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna.

2. Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada


luka bakar sesuai dengan kerusakannya :
1) Grade I
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut

2) Grade II

Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema


subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh
dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3) Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah
keputih- putihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan
yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff.
3. Klasifikasi berdasarkan luas luka

Luas luka dapat dibagi menjadi 3, yaitu:


1) Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat 1 dengan luas <10%
atau derajat 2 dengan luas <2%
2) Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat 1 dengan luas 10-15%
atau derajat 2 dengan luas 5-10%
3) Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat 2 dengan luas >20% atau
derajat 3 dengan luas >10%

Untuk menilai luas luka menggunakan metode Rules of nine


berdasarkan luas permukaan tubuh total. Luas luka bakar
ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan
prognosis. Persentase pada (Yapa, 2009) 11 orang dewasa dan
anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan
untuk ektremitas atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk
bagian tubuh anterior dan posterior serta ekstremitas bawah
memiliki nilai masing-masing 18%, yang termasuk adalah toraks,
abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%. Sedangkan pada
anak-anak persentasenya berbeda pada kepala memiliki nilai
18% dan ektremitas bawah 14%.
2.1.4 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber
panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang
berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan
yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas.
Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.
Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme
masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi
nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan
pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui
kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air,
klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema
menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila
tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996). Menurunnya
volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan
GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga
haluaran urin meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan
intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila
resusitasi cairan adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik
kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis. Menurut
Hettiaratchy dan Dziewulski (2005) mengklasifikasikan zona
respons lokal akibat luka bakar yaitu:
a. Zona Koagulasi
Terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar, yang terbentuk
dari koagulasi protein akibat cedera panas, berlokasi ditengah luka bakar,
tempat yang langsung mengalami kerusakan dan kontak .dengan panas
(Hettiaratchy dan Dziewulski, 2005).
b. Zona Stasis
Pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan
perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons inflamasi
lokal, yang berisiko iskemia jaringan. Zona ini dapat menjadi zona
hyperemis jika resuscitation diberikan adekuat atau menjadi zona
koagulasi jika resuscitation diberikan tidak adekuat (Hettiaratchy
dan .Dziewulski, 2005).
c. Zona Hiperemis
Terdapat pada daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera sel
yang ringan, ikut mengalami reaksi berupa vasodilation dan
terjadi .peningkatan aliran darah sebagai respons cedera luka bakar. Zona
ini bisa 13 mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi zona
statis. Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap invasi mikroba
serta jaringan nekrotik dan eksudat menjadi media
pendukung .pertumbuhan mikroorganisme, sehingga berisiko terjadinya
infeksi. .Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko infeksi
(Hettiaratchy dan Dziewulski, 2005).
2.1.5 Pencegahan
Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan antara nya yaitu:
a. Tidak meninggalkan kompor menyala atau meninggalkan makanan yang
sedang diolah
b. Memutar gagang panci dan wajan ke sisi lain agar tidak terkena tangan
c. Tidak menggunakan pakaian yang berukuran besar atau longgar saat
memasak
d. Menjauhkan anak dari sumber api dan benda panas, seperti air mendidih
e. Mencabut setrika dan perangkat listrik lainnya setelah digunakan
f. Meletakkan peralatan listrik jauh dari air
g. Tidak memanaskan botol bayi di dalam microwave
h. Tidak merokok di dalam rumah, terutama di tempat tidur
i. Memeriksa suhu air yang akan dipakai untuk mandi
j. Menyimpan alat pemadam api ringan (APAR) dan kotak P3K di rumah
k. Menggunakan penutup atau pelindung stop kontak pada tempat yang mudah
dijangkau oleh anak-anak
l. Menggunakan alat pelindung dan sarung tangan saat menggunakan bahan
kimia

2.1.6 Penatalaksanaan
A. Perawatan di Tempat Kejadian

Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban


luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut
mengalami luka bakar. (Anggowarsito 2014). Langkah kerja:

1) Mematikan api, upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api


misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen bagi api yang menyala.

2) Mendinginkan luka bakar, proses koagulasi protein sel di jaringan yang


terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga
destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan
daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama.
3) Melepaskan benda penghalang, meskipun pakaian yang menempel pada
luka bakar dapat dibiarkan, pakaian lain dan semua barang perhiasan harus
segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya
kontriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat.

4) Menutup luka bakar, luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk
memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi nyeri
dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang
terbakar.
B. Mengirigasi Luka bakar kimia

Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air
mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang
sejuk.

C. Penatalaksanaan Medis Darurat

Prioritas pertama dalam ruang darurat tetap ABC (airway, breathing dan
circulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara pernapasan dilembabkan
dari pasien didorong supaya batuk sehingga sekret saluran napas bisa
dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk situasi yang lebih parah diperlukan
pengeluaran sekret dengan pengisapan bronkus dan pemberian preparat
bronkodilator serta mukolitik. Jika terjadi edema pada jalan napas, intubasi
endotrakeal mungkin merupakan indikasi. Continuous positive airway
pressure dan ventilasi mekanis mungkin pula diperlukan untuk
menghasilkan oksigenasi yang adekuat.
D. Penatalaksanaan Kehilangan Cairan dan Syok

Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendasar


adalah mencegah terjadinya syok ireversibel dengan menggantikan cairan
dan elektrolit yang hilang. Selang infus dan kateter urin harus sudah
terpasang pada tempatnya sebelum resusitasi cairan dimulai.
2.1.7 Pathways

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Luka Bakar
(combustio)

Kerusakan kulit Kerusakan kulit Fase sub akut

Jaringan kulit Pengeluaran Kerusakan kulit


hipertropi histamin bradikinin

Penguapan meningkat
Elastisitas kulit
menurun Jaringan traumatik

Pembuluh darah
Gangguan Pembentukan meningkat
Integritas oedema
Kulit/Jaringan
(D.0129)
Ekstravasi cairan (H2O,
Penurunan elektrolit, protein)
ambang batas
nyeri
kerusakan
pembuluh darah Cairan intravaskuler
Nyeri akut menurun
(D.0077)
Permeabilitas
kapiler meningkat
Hypovolemia
(D.0023)

Cairan dan protein


merembes keluar
Kekurangan cairan
volume
Gangguan
mobilitas fisik
(D.0054)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Pengumpulan Data Awal
a) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register dan diagnosa medis.
b) Identitas Penangung jawab Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan.
c) Riwayat Kesehatan Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan
oleh pasien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan
combustio biasanya didapatkan keluhan utama yaitu nyeri pada daerah
tangan kanan, paha kanan dan paha kiri, wajah, dan genetalia luka
tampak kemerahan.
d) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami perubahan pola
nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit.
e) Riwayat Kesehatan Dahulu pada pasien combustio biasanya memiliki
riwayat kesehatan dahulu tetapi riwayat kesehatan yang lalunya tidak
terkait combustio karena merupakan penyakit yang tiba tiba karena
kelalaian.
f) Riwayat Kesehatan Keluarga biasanya pada pasien combustio tidak
memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit serupa mengenai
penyakit combustio dikarenakan biasanya terjadi karena kelalaian sendiri.

g) Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari


(1) Pola Aktivitas / Istirahat Biasanya pasien mengalami kelelahan
ekstrim,kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia)
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Biasanya pasien combustio tidak
mengalami penurunan BB.
(3) Pola Eliminasi Biasanya pada pasien combustio tidak mempengaruhi
pola eliminasi, karena biasanya Karena keterbatasan aktivitas
terpasang kateter.
(4) Persepsi diri dan konsep diri Perasaan tidak berdaya, tak ada
kekuatan, menolak, ansietas, takut mudah, kesulitan menentukan
kondisi, contoh tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
dikarenakan sakit pada daerah luka bakar.
(5) Pola reproduksi dan seksual pasien combustio tidak terdapat masalah
seksual.

b. Pemeriksaan Fisik

a. Kondisi Umum : kesadaran composmentis, Pasien terbaring di tempat tidur.


Tanda Vital : Nadi = 110 kali/menit, Suhu = 36ºC, TD= 140/80 mmHg,
pernafasan= 22 kali/menit. Skala nyeri 5 (nyeri sedang) dari rentang 0 – 10,
SPO2 : 92 %

b. Kulit : terdapat luka bakar pada daerah tangan kanan, paha kanan dan paha

kiri, wajah, dan genetalia luka tampak kemerahan. Luas luka bakar 23% dengan
kedalaman/derajat II AB.

c. Kepala : mesochepale, rambut hitam : mata konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Pada area wajah terdapat luka

bakar Grade II AB 3%, sudah dilakukan debridement skin graft dan rawat

luka.

d. Telinga : tidak ada gangguan pendengaran

e. Hidung : tidak terlihat adanya pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret,

tidak ada gangguan penciuman. Terdapat bekas luka bakar sudah dalam fase

penyembuhan (maturasi).

f. Mulut dan Tenggorokan : mukosa bibir lembab, personal hygiene bersih

tidak ada tanda adanya trauma inhalasi. Terdapat luka bakar dalam fase
penyembuhan (maturasi), warna kemerahan epitelisasi pada kulit.

g. Leher : tidak ada pembesasran tiroid, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran

limfoid, nadi karotis teraba.(Bintoro, 2019)


c. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar

yaitu :

1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak, sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera,
pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan
d. cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat
pada retensi karbon monoksida.
e. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan
cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
f. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
g. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
h. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
i. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan
protein pada edema cairan.
j. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.
k. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
l. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial
atau distritmia.
m. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.(Maros & Juniar, 2016)
3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Combustio adalah sebagai
berikut:
a) Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi (terbakar) (D.0077)
b) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif (D.0129)
c) Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif (D.0023)
d) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri (D.0054)
1) SLKI dan SIKI

N Diagnosa SLKI SIKI


o Keperawatan
1. N Luaran: Pemberian analgesik (I.
T 08243)

1. Observasi
Ekspetasi: Menurun
 Identifikasi
Kriteria hasil:
karakteristik nyeri
1. Kemampuan  Identifikasi riwayat
menuntaskan alergi obat
aktivitas  Identifikasi
meningkat (5) kesesuaian jenis
2. Keluhan nyeri analgesic
menurun (5)  Monitor tanda-tanda
3. Meringis vital sebelum dan
menurun (5) sesudah pemeberian
4. Gelisah menurun analgesic.
(5)  Monitor efektifitas
5. Kesulitan tidur analgesik.
menurun (5) 2. Therapeutik
6. Anoreksia  Diskusikan jenis
menurun (5) analgesic yang
7. Frekuensi nadi disukai untuk
membaik (5) mencapai analgesia
8. Pola napas optimal, jika perlu.
membaik (5)  Tetapkan target
9. Tekanan darah efektifitas analgesic
membaik (5) untuk
10. Pola tidur mengoptimalkan
membaik (5) respons pasien.
 Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan.
3. Edukasi
 Jelaskan efek terapi
dan efeksamping
obat
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian dosis dan
jelaskan analgesic,
sesuai indikasi.

2 Gangguan I
Perawatan
Integritas
Luka
Kulit/jaringan Ekspektasi:
Bakar
(D.0129) Meningkat
(I.14565)
Kriteria Hasil:
- Perfusi jaringan Observasi
meningkat (5) - Identifikasi penyebab luka
- Kerusakan jaringan bakar
menurun (5) - Identifikasi durasi terkena
- Kerusakan lapisan luka bakar dan riwayat
kulit menurun (5) penanganan luka bakar.
- Nyeri menurun (5) - Monitor kondisi luka
- Perdarahan Terapeutik
menurun(5) - Gunakan teknik aseptik
- Kemerahan selama merawat luka.
menurun (5) - Lepaskan balutan lama
- Pigmentasi dengan menghindari nyeri
abnormal dan perdarahan.
menurun(5) - Rendam dengan air steril
- Sensasi jika balutan lengket pada
membaik(5) luka
- Tekstur - Bersihkan luka dengan
membaik(5) cairan steril.
- Pertumbuhan - Lakukan terapi relaksasi
rambut untuk mengurangi nyeri.
membaik(5) - Jadwalkan frekuensi
perawatan luka
berdasarkan ada atau
tidaknya infeksi, jumlah
adekuat dan jenis balutan
yang digunakan.
- Gunakan modern dressing
sesuai dengan kondisi luka
- Berikan suplemen vitamin
dan mineral, sesuai
indikasi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein.
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu.

3 Hipovolemia(D.0023 Luaran :  M
). S a
n
Ekspektasi j
Meningkat e
Kriteria Hasil m
1. Kekuatan nadi e
meningkat (5) n
2. Turgor kulit
meningkat (5) S
3. Pengisian vena y
meningkat (5) o
4. Perasaan lemah k
menurun (5)
5. Keluhan haus H
menurun (5) i
6. Frekuensi nadi p
membaik (5) o
7. Tekanan darah v
membaik (5) o
8. Tekanan nadi l
membaik (5) e
9. Intake cairan m
membaik (5) i
10. Status mental a
membaik (5)
(
I
.
0
2
0
5
0
)

1. Observasi

 Monitor status
kardiopulmonal
 Monitor status
oksigenasi
 Monitor status cairan
 Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS

2. Terapeutik

 Pertahankan jalan napas


paten
 Berikan posisi syok
 Pasang jalur IV
berukuran besar
 Pasang kateter urine
 Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap.

3. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid 1-
2 L dewasa
 Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu

4 Gangguan Mobilitas Luaran : Per


fisik (D.0054) M a
w
Ekspektasi a
meningkat t
Kriteria hasil a
1. Pergerakan n
ekstremitas
meningkat t
(5) i
2. Rentang r
gerak (ROM) a
meningkat(5) h
3. Nyeri
menurun (5) b
4. Kecemasan a
menurun(5) r
5. Kelemahan i
fisik menurun n
(5) g

(
I
.
1
4
5
7
2
)
Tindakan
Observasi
- Monitor kondisi kulit
Terapeutik
- Tempatkan pada kasur
terapeutik, jika
tersedia
- Posisikan senyaman
mungkin
- Pertahankan sprei
tetap kering, bersih
dan tidak kusut
- Pasang siderails, jika
perlu
- Ubah posisi setiap
2jam
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dilakukan tirah baring.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan dari teori yang sudah penulis kumpulkan dan
yaitu luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau dan atau kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber yang memilik suhu yang sanat tinggi (misalnya
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah dan
keparahan dari mulai segmen minor sampai ke segmen mayor.
Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman luka bakar dapat dibedakan
menjadi yaitu luka bakar superfisial, luka bakar luka bakar Partial Thickness
superfisial dan dalam dan luka bakar Full Thickness. Jika menurut luas luka bakar
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu luka bakar minor, luka bakar sedang dan luka bakar
mayor. Fase luka bakar berdasarkan perjalanan penyakitnya dibagi tiga yaitu fase aku,
fase sub akut dan fase lanjut. Pemeriksaan diagnostic untuk luka bakar diantaranya
HDL, AGD, elektroit serum, glukosa serum, albumin, globulin, BUN, kreatinin,
pemeriksaan urine, foto luka bakar, doppler laser, kultur luka, sinar x – dada,
endoskopi. Penatalaksanaan medis diantaranya ada pertolongan pertama, evaluasi
awal, resusitasi cairan, penggantian darah, perawatan luka bakar, pemberian
antibiotic, pemberian analgesik, debridement pembedahan, eschartomy dan skin graft.
Diet atau asupan makanan yang sangat mempengaruhi luka bakar yaitu tinngi kalori
dan protein
Kami menemukan 4 diagnosa keperawatan yakni, nyeri akut, gangguan integritas
kulit/jaringan, hipovelimia, dan gangguan mobilitas fisik.

4.2 Saran
Diharapkan dapat menjadi menjadi referensi bagipengembangan keilmuan
Keperawatan Medikal Bedah II dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
luka bakar.(Kathuria, 2003)
DAFTAR PUSTAKA

Bintoro. (2019). Konsep Luka Bakar. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Kathuria, O. K. (2003). Evidence based nursing practice (EBP). The Nursing journal of
India, 94(11), 251–252. https://doi.org/10.1097/00152192-200403000-00003
Maros, H., & Juniar, S. (2016). luka bakar. 1–23.

Anda mungkin juga menyukai