A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
6
7
Tabel 2.1
Katagori Penentuan Keparahan Cedera Kepala Berdasarkan Nilai
GCS (Glasgow Coma Scale)
No Keparahan Deskripsi
1 Cedera Kepala Tidak ada fraktur tengkorak
Ringan (CKR) Tidak ada kontusio serebri,hematoma
GCS 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran tapi < 30
2. Etiologi
Akibat trauma kepala dibagi menjadi (dua) yaitu trauma tajam dan
tumpul (Wijaya 2013)
a. Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat menimbulkan
cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi contusio cerebral, hematom
serebral, kerusakan otak, sekunder yang menyebabkan perluasan masa
lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul & menyebabkan cidera menyeluruh (difusi):
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cidera
8
3. Patofisiologi
Menurut (Nurarif & Kusuma 2013), trauma kepala bisa terjadi diek-stra
kranial, tulang kranial dan intrakranial, cedera kepala yang terjadi
diekstrakranial bisa menyebabkan terputusnya kontuitas jaringan kulit otot
dan vesikuler, dapat menyebabkan resiko pendarahan hematoma. Sedang-
kan trauma kepala pada tulang kranial dapat menyebabkan terputusnya
kontuitas jaringan tulang hingga timbul diagnosa resiko perdarahan, dari
9
Bagan 2.1
Patofisiologi Cedera Kepala dan Masalah Keperawatan
10
Trauma Kepala
Kejang
Perubahan Iskemia
sirkulasi CSS Kerusakan memori
-Bersihan jalan nafas
Hipoksia Resiko ketidakefek-
Peningkatan -Obstruksi jalan nafas
TIK tifan perfusi jaringan
otak - Henti nafas
-Perubahan pola nafas
Gilus medialis lo-
bus temporalis ter-
geser
-Mual muntah
Gangguan Ketidakefektifan
Herniasi unkus -Pandangan kabur neurologis bersihan jalan nafas
vokal
-Penurunan fungsi
pendengaran
Mensefalon tertekan
Defisit neu-
Gangguan kesadaran -Nyeri kepala rologis
4. Manifestasi klinis
11
5. Komplikasi
Epilepsi pasca trauma, afasia, apraksia, amnesia, fistelkarotis kavernosus,
insipidus, kejang pasca trauma, kebocoran cairan cerebrospinal, edem ce-
rebral & herniasi, defisit neurologi & psikologis (Wijaya, 2013:64-66)
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muttaqin (2008:284) pemeriksaan penunjang yaitu:
a. Pemeriksaan diagnostik
1) Foto polos tengkorak (skull X-ray/CT Scan) mengidentifikasi
luasnya lesi, determinan, ventrikuer, dan perubahan jaringan otak
2) MRI (Magnetic Resonance Imaging): dengan/tanpa menggunakan
kontras.
3) Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
seperti perubahan jaringan otak sekuder menjadi edema, perdarahan,
dan trauma
4) EEG (Elektroensefalogram): memperlihatkan keberadaan atau ber-
kembangnyagelombang patologis.
12
3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiiki (Love And Belonging Needs)
Kebutuhan yang meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan
dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,
persaha-batan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok
serta ling-kungan sosial.
Salah satu kebutuhan fisiologis yang akan terganggu pada pasien Cedera
Kepala Ringan adalah kebutuhan rasa aman dan nyaman dan aktivitas, istira-
hat, dan tidur antara lain:
a. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Dalam buku Petter & Perry kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat
keperawatan melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan ke-
nyamanan, perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan,
do-rongan dan bantuan. Menurut Donahue (1989)
nyeri merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nye-ri
bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat ber-sifat
fisik dan mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan ak-tual atau
pada fungsi ego seseorang individu. Menurut (Mahon, 1947)
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan melindungi diri apa-
bila seseorang merasakan nyeri maka prilakunya akan berubah nyeri adalah
tanda peringatan terjadi kerusakan jaringan, yang harus jadi pertimbangan
utama keperawatan yang harus dikaji menggunakan tehnik pemeriksaan
dengan cermat dalam mengkaji adanya cedera klien tidak mampu merasakan
sensasi untuk itu perawat harus mengantisipasi sumber-sumber nyeri yang
mungkin klien rasakan dan upayakan belajar untuk memantau perubahan fi-
siologis seperti perubahan tanda-tanda vital. (Clancy dan MCvicar, 1992).
Pasien dengan Cedera Kepala Ringan (CKR) akan mengalami nyeri. Nyeri
menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman. Dalam teori kebutuhan
dasar manusia menurut Maslow, terdapat kebutuhan keselamatan dan rasa
aman yaitu aman dari berbagai aspek baik psikologis maupun fisiologis,
15
karena adanya nyeri maka salah satu kebutuhan dasar manusia terganggu,
untuk itu akan dibahas mengenai gangguan rasa aman dan nyaman.
(Mubba-rak dan Chayatin, 2007:117)
b. Aktifitas, istirahat, dan tidur
Menurut (Tarwoto & Watonah 2004:67) Kebutuhan aktivitas/pergerakan,
is-tirahat dan tidur merupakan kesatuan salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampun seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan,
dan bekerja untuk itu aktivitas adalah keadaan dimana manusia memerukan
hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup
C. Proses keperawatan
b. Pengkajian neurosensori
Gejala : kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope,
kehilangan pendengaran, baal pada ekstremitas.
Tanda : perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah
laku dan memori. Perubahan pupil (respon cahaya, simetris)
c. Pengkajian nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
d. Pengkajian pernafasan
1) perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), na-
fas berbunyi stridor.
2) irama, frekuensi, kedalama, bunyi nafas.
3) ronchi, mengi positif.
e. Pemeriksaan fungsi persarafan
Beberapa fungsi luhur serebral merupakan integritas dari seluruh otak
yang terdiri dari :
1) Kesadaran adalah bertujuan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
mulai dari sadar sepenuhnya sampai dengan keadaan koma.
Tabel 2.2
Tingkat kesadaran
2) Penilaian kesadaran sesuai dengan glasgow coma scale, yaitu : skala yang
dipakai untuk penilaian terhadap pasien yang telah diberi stimulus
tertentu yakni respon membuka mata, respon verbal, dan respon motorik
Tabel 2.3
Glasgow Coma Scale (GCS)
3) Pemeriksaan kekuatan otot adalah suatu cara yang dilakukan oleh seo-
rang tenaga kesehatan untuk menilai kekuatan otot seorang yang men-
galami cedera ataupun stroke.
18
Tabel 2.4
Skala kekuatan otot
Skala Keterangan
0 Tidak ada kontraksi otot
1 Ada tanda dari kontraksi
2 Bergerak tapi tidak mampu menahan gaya gravitasi
3 Bergerak melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan
otot pemeriksaan
4 Bergerak dengan lemah terhadap tahan dari otot pemeriksaan
5 Kekuatan dan regangan yang normal
Kemampuan perawatan
0 1 2 3 4
diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
keterangan :
0: mandiri 1: menggunakan alat bantu 2: dibantu orang lain 3: dibantu den-
gan alat dan orang lain 4: sangat tergantung atau tidak dapat melakukan apa-
pun.
5) Pemeriksaan saraf kranial menurut Muttaqin (2008:281) yaitu :
a) Saraf 1 pada beberapa keadaan cedera kepala didaerah yang
meru-sak anatomis dan fisiologis saraf ini klien akan mengalami
kelai-nan pada fungsi penciuman.
19
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Nurjannah (2005:3-4), diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kepe-
rawatan yang dirasakan klien.Pernyataan diagnosa terdiri dari masalah
atau respon klien dan satu atau lebih faktor yang berhubungan yang
mem-pengaruhi atau berkontribusi pada masalah atau respon klien, tanda
dan gejala serta batasan karakteristik adalah pengkajian subjektif dan
objek-tif yang mendukung diagnosa keperawatan atau berkontribusi
untuk eti-ologinya. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas
mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka
mengidenti-fikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghi-langkan atau mencegah masalah kesehatan klien
yang ada pada tanggung jawab.
20
21
21
1 2 3 4
7. Diameter thoraks ante 6. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang
rior–posterior mening meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut
8. Ventilasi semenit turun 7. Monitor hasil foto thoraks
9. Kapasitas vital menurun
10.Tekanann ekspiras me-
nurun tekanan inspirasi
menurun
22
1 2 3 4
11. Sindrom sick sinus 15. Kognisi terganggu 15. Pertahankan suhu normal
12. Penyalahgunaan zat 16. Penurunan tingkat kesada- 16. Lakukan tindakan pencegahan terjadinya kejang.
ran Monitor Tekanan Intra Kranial (TIK)
Kondisi Klinis Terkait: 17. Refleks saraf terganggu 1. Bantu menyisipkan perangkat pemantauan TIK
1. Stroke Perfusi Jaringan 2. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga/orang penting
2. Cedera kepala 1. Aliran darah melalui pem- lainnya
3. Aterosklerotik aortic buluh darah hepar 3. Kalibrasi transduser
4. Infark miokard akut 2. Aliran darah melalui pem- 4. Buat tingkat transduser sampai ketitik referensi anatomi konsis-
5. Diseksi arteri buluh darah ginjal ten
6. Embolisme 3. Aliran darah melalui salu- 5. Cek sistem lampu diperangkat alat medis
7. Endokarditis ran pembuluh darah ga- 6. Atur alarm pemantau
8. Fibrilasi atrium strointestinal 7. Rekam pembacaan tekanan TIK
9. Hipertensi 4. Aliran darah melalui pem- 8. Monitor kualitas dan karakteristik gelombang TIK
10. Dilatasi kardiomiopati buluh darah limpa 9. Monitor tekanan aliran darah otak
11. Miksoma atrium 5. Aliran darah melalui pem- 10. Monitor status neurologis
buluh darah pankreas 11. Monitor intake dan output
6. Aliran darah melalui pem- 12. Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
buluh darah jantung
7. Aliran darah melalui pem-
buluh adarah pulmonari
8. Aliran darah melalui pem-
buluh darah cerebral
9. Aliran darah melalui pem-
buluh darah perifer
23
1 2 3 4
3 Gangguan Mobilisasi Fi- Ambulasi Peningkatan Mekanika Tubuh
sik. 1. Mampu menopang berat 1. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan postur
Batasan karakteristik : badan tubuh yang benar
Data mayor 2. Mampu berjalan dengan 2. Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam mengembangkan pe-
1. Mengeluh sulit mengge- langkah yang efektif ningkatan mekanika tubuh
rakan ekstermitas 3. Mampu berjalan dengan 3. Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan latihan
2. Kekuatan otot menurun pelan (misalnya, mendemonstrasikan kembali teknik melakukan akti-
3. Rentang gerak (ROM) 4. Mampu berjalan dengan vitas/latihan yang benar)
menurun kecepatan sedang 4. Informasikan kepada pasien tentang struktur dan fungsi tulang
5. Mampu berjalan dengan belakang dan postur yang optimal untuk bergerak
Data minor cepat dan menggunakan tubuh .Edukasi pasien tentang pentingnya
1. Nyeri saat bergerak 6. Mampu berjalan menaiki postur (tubuh) yang benar untuk mencegah kelelahan, ketegan-
2. Enggan elakukan perge- tangga gan atau injuri
raan 7. Mampu berjalan menanjak 5. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur tubuh
3. Merasa cemas saat ber- 8. Mampu berjalan menurun dan mekanika tubuh untuk mencegah injuri saat melakukan ber-
gerak 9. Mampu berjalan dalam bagai aktivitas
jarak yang dekat (<1 blok/ 6. Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas muskuloskeletalnya
20 meter) dan efek yang mungkin timbul pada jaringan otot dan postur
10. Mampu berjalan dalam 7. Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi telungkup
jarak yang sedang (>1
blok/ <5 blok)
11. Mampu berjalan dalam
jarak yang jauh (5 blok
atau lebih)
24
1 2 3 4
12. Mampu berjalan mengeli- 8. Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur yang tepat
lingi kamar 9. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam
13. Mampu berjalan mengeli- jangka waktu yang lama
lingi rumah 10. Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu
14. Menyelesaikan dengan kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
perbedaan tektur permu- 11. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi latihan postur
kaan/lantai (tubuh) yang sesuai
15. Mampu berjalan mengeli- 12. Bantu pasien untuk memilih aktivitas pemanasan sebelum me-
lingi rintangan mulai latihan atau memulai pekerjaan yang tidak dilakukan se-
cara rutin sebelumnya
Ambulasi: Kursi Roda 13. Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi mo-
1. Mampu berpindah ke dan bilisasi punggung
dari kursi roda 14. Edukasi pasien/keluarga tentang frekuensi dan jumlah pengu-
2. Mampu menjalankan kursi langan dari setiap latihan
roda dengan aman 15. Monitor perbaikan postur (tubuh)/ mekanika tubuh pasien
3. Mampu menjalankan kursi 16. Berikan informasi tentang kemungkinan posisi penyebab nyeri
roda dalam jarak dekat otot atau sendi.
4. Mampu menjalankan kursi
roda dalam jarak sedang
5. Mampu menjalankan kursi
roda dalam jarak jauh
6. Mampu menjalankan kursi
roda melewati pembatas
lantai
25
1 2 3 4
Pergerakan.
1. Keseimbangan Terapi latihan : ambulasi
2. Koordinasi 1. Berikan pasien pakaian yang tidak mengekang
3. Cara berjalan 2. Bantu pasien untuk memakai alas kaki yang memfasilitasi pa-
4. Gerakan otot sien untuk berjalan dan mencegah cedera
5. Gerakan sendi 3. Sediakan tempat tidur berketinggian rendah, yang sesuai
6. Kinerja pengaturan tubuh 4. Tempatkan saklar posisi tempat tidur di tempat yang mudah
7. Kinerja transfer dijangkau
8. Berlari 5. Dorong untuk duduk ditempat tidur, disamping tempat tidur
9. Melompat (“menjuntai”) atau kursi, sebagaimana yang dapat ditoleransi
10. Merangkak berjalan den- pasien
gan mudah 6. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk memfasi-
litasi penyesuaian sikap tubuh
7. Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana
ambu-lasi, sesuai kebutuhan
8. Instruksikan ketersediaan perangkat pendukung, jika sesuai
9. Insturksikan pasien untuk memposisikan diri sepanjang
pros-es pemindahan
10. Gunakan sabuk untuk berjalan (gait belt) untuk
membantu perpindahan dan ambulasi, sesuai kebutuhan
11. Bantu pasien untuk perpindahan, sesuai kebutuhan
12. Terapkan/sediakan alat bantu (tongkat, walker atau kursi
ro-da) untuk ambulasi, jika pasien tidak stabil
26
1 2 3 4
13. Bantu pasien untuk ambulasi awal dan jika diperlukan
14. Instruksikan pasien/caregiver mengenai pemindahan dan tek-
nik ambulasi yang aman
15. Monitor penggunaan kruk pasien atau alat bantu berjalan
lainnya
16. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu
dan dengan sejumlah staf tertentu
17. Bantu pasien untuk membangun pencapaian untuk ambulasi
jarak
Dorong ambulasi independen dalam batas aman
4 Resiko gangguan integri- Integritas jaringan: kulit dan Manajeman tekanan
tas kulit/ jaringan membran mukosa 1. Berikan pakain yang tidak ketat pada pasien
Faktor resiko 1. Suhu kulit 2. Monitor mobilisasi dan akivitas klien
1. Perubahan sirkulasi 2. Sensasi Monitor sumber tekanan dan gesekan
2. Prubahan status nutrisi 3. Hidrasi 3. Monitor status nutrisi klien
3. Penurunan mobilits 4. Elastisitas
4. Kekurangan/ kelebihan 5. Keringat Pencegahan luka tekan
volume cairan Proses 6. Tekstur 1. Jaga luka tetap lembab unuk membantu proses penyembuhan
penuaan 7. Ketebalan 2. Ajrkan paien dan keluarga mengenai perawatan luka
5. Suhu ingkungan yang 8. Integritas kulit 3. Ubah posisi setiap1-2 jam sekali untukmencegah penekanan
ekstrim 9. Pigmentasi abnormal 4. Lakukan pembalutan yang tepat
6. Perubahan pigmentasi 10. Ketebalan 5. Berikan obat-obatan oral
6. Pengecekan kulit
7. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet
27
1 2 3 4
7. Kurang terpapar infor- 8. Monitor infeksi terutama didaerah edema
masi tentang upaya 9. Monitor sumber tekan dan gesekan
mempertahankan/ me-
lindungi integritas jarin-
gan
28
1 2 3 4
b. Sulit bicara 3) Terapi oksigen 2-3l/menit
c. Ortopnea 4) Pengaturan posisi
Objektif: Monitor pernafasan
a. Gelisah 1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas
b. Sianosis 2) Monitor suara tambahan
c. Bunyi nafas menu- 3) Monitor tanda-tanda vital
run 4) Berikan bantuan terapi nafas (nebulizer)
d. Frekuensi nafas be- Pemberian obat
rubah 1) Ikuti prosedur lima benar dalam pemberian obat
e. Pola nafas berubah 2) Berikan obat-obatan sesuai dengan teknik dan cara yang tepat
3) Beritahukan klien mengenai jenis obat, alasan pemberian obat ,
hasil yang diharapkan dan efek lanjutan yang akan terjadi sebe-
lum pemberian obat
29
30
4. Implementasi
Menurut Setiadi, 2012 Implementasi merupakan tahap keempat dari
proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana ke-
perawatan. Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagno-
sis yang tepat, intervensi dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan
untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien.
Implementasi adalah pengelolaan dan mewujudkan dari rencana kepe-
rawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Faktor dari intervensi
keperawatan antara lain adalah:
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mencegah komplikasi
c. Menemukan perubahan system tubuh
d. Memantapkan hubungan klien dengan lingkungan
5. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara birsambung dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemam-
puan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
pada tahap perencanaan (Sumarmi & Duarsa, 2014)