Anda di halaman 1dari 8

ASKEP FRAKTUR NON UNION

A. Anamnesis
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
penaggung jawab, status perkawinan, dll.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya, keluhan utama ialah nyeri, dengan mengkaji nyeri PQRST.
P : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri pada bagian yang terjadi fraktur.
Q : Klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.
R : Nyeri terjadi dibagian yang mengalami fraktur. Nyeri dapat reda dengan imobilisasi
atau istirahat dan nyeri tidak menjalar atau menyebar.
S : Secara subjektif, nyeri yang dirasakan klien antara 2-4 pada rentang skala
pengukran 0-4.
T : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah pada malan atau siang
hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan frakur, pertolongan apa yang telah
didapat, adanya pengobatan alternative sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit-penyakit tertentu sepeti kanker tulang yang menyebabkan fraktur patologis
yang sering sulit untuk disembuhkan. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki
sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan faktor predisposisi terjadinya faktur
adalah osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang
cenderung diturunkan secara genetik.
6. Riwayat Psikososial Spiritual
Respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik itu
dalam keluarga maupun masyarakat.

B. Pemeriksaan Fisik: Review of System (ROS)


1. B1 (Breath)
- Inspeksi: pernafasan tidak ada kelainan.
- Palpasi: thorax didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
- Auskultasi tidak didapat bunyi nafas tambahan
2. B2 (Blood)
- Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah).
- Takikardia (respon stres, hipovolemia).
- Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat,
pucat pada bagian yang terkena.
- Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
3. B3 (Brain)
- Kesadaran pada umumnya : kompos metis
- Wajah: wajah terlihat menahan rasa sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk, tidak ada lesi, simetris dan tidak ada edema.
- Mata: klien dengan fraktur terbuka dengan banyaknya pendarahan yang keluar
biasanya konjungtiva didapatkan anemis.
4. B4 (Bladder)
- Kaji keadaan urine, meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk berat
jenis urine, biasanya klien dengan fraktur femur tidak ada kelainan sistem urin

5. B5 (Bowel)
- Inspeksi: bentuk datar, simetris, ada atau tidaknya hernia
- Palpasi: turgor baik, tidak ada endapan muskuler, hepar normalnya tidak teraba
- Perkusi: normalnya suara timpani
- Auskultasi: paristaltik usus normal 20 kali / menit
- Inguinal-Genetalia-Anus: tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lympe dan tidak
ada kesulitan BAB.
6. B6 (Bone)
- Ada fraktur non union akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik, sensorik
dan peredaran darah:
a. Look: sisteim integumen terdapat erytema, suhu daerah trauma meningkat,
bengkak, edema, nyeri tekan, didapat adanya pembengkakan hal-hal yang tidak
biasa (abnormal), deformitas lokal, angulasi abnormal, perhatikan adanya
kompartemen sindrom pada bagian fraktur
b. Feel: adanya nyeri tekan (tenderness), spasme/kram otot, kebas/ kesemutan
(parestesis) dan krepitasi (bunyi berderit)
c. Move: terdapat keluhan nyeri pada pergerakan, kelemahan/hilang fungsi.

C. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan radiologi
Pada diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah menggunakan sinar rontgen
(X-ray). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membaca gambaran
radiologis adalah 6A, yaitu sebagai berikut :
a. Anatomi (misalnya proksimal tibia).
b. Artikular (misalnya intra-Vs ekstra-artikular).
c. Alignment (misalnya : first plane).
d. Angulation.
e. Apeks (maksudnya fragmen distal fraktur).
f. Apposition.

Saat dilakukan X-ray, pada fraktur non union akan terlihat celah yang relatif
sempit diantara fragmen fraktur (tulang tidak dapat tersambung dengan semestinya).
CT scan biasanya dilakukan hanya dilakukan pada beberapa kondisi fraktur yang
mana pemeriksaan radiografi tidak mencapai kebutuhan diagnosis.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih jauh
kelainan yang terjadi seperti berikut :
a. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang.
b. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH -5), Asparat
Amino Transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lainnya
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas: Dilakukan pada kondisi
fraktur dengan komplikasi, pada kondisi infeksi, maka biasanya didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi. Pada kondisi fraktor non union, perlu
dilakukan tes ini untuk mengetahui apakah ada infeksi yang terjadi atau tidak
b. Biopsy tulang dan otot : Diindikasikan bila terjadi infeksi,tumor.
c. Elektromiografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
d. Arthroscopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan.
e. Indium imaging : Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
f. MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

C. ANALISA DATA
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Kerusakan fragmen tulang
- Pasien mengeluhkan
nyeri Diskontinuitas jaringan

DO : Pengeluaran bradikinin
- Kaji PQRST berikatan dengan nociceptor
- TD pasien tampak
mengeluhkan kesakitan Pengeluaran mediator histamin
Nyeri Akut
Spasme otot

Vasokonstriksi pemb. darah

Metabolism anaerob

Nyeri

Data Subyektif: Kerusakan fragmen tulang,


- Pasien mengeluh tidak cedera jar. lunak
nyaman dan nyeri di area
luka. Perubahan jaringan sekitar Kerusakan Integritas
Data Obyektif: Kulit
- Terdapat kerusakan Kerusakan jaringan
jaringan dan vaskuler,
terdapat pembengkakan Kerusakan Vaskuler
dan eritema.
Bengkak dan Eritema

Kerusakan integritas kulit


DS : Kerusakan fragmen tulang
- Pasien mengatakan sulit
menggerakan tungkainya Pergeseran tulang
yang terkena fraktur
DO : Deformitas Gangguan Mobilitas
- Terjadi Fraktur Non Union Fisik
dan deformitas tulang pada Ekstremitas tidak dapat
daerah fraktur berfungsi dengan baik

Gangguan Mobilitas Fisik

D. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (00132) b.d terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan .
2. Kerusakan integritas kulit (00046) b.d tekanan, terdapat luka / ulserasi, kelemahan,
turgor kulit buruk.
3. Gangguan mobilitas fisik (00085) b.d respon nyeri/ketidak nyamanan, cedera jaringan
sekitar fraktur, pergerakan fragmen tulang, dan penurunan kekuatan/tahanan

E. Intervensi Keperawatan
1. Domain 12: Comfort
Class 1: Physical Confort
Dx: Nyeri akut (00132) b.d terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan.
NOC NIC
Domain IV (Health Knowledge and Manajemen Nyeri (1400)
Behavior) 1. Kaji nyeri secara komprehensif
Class Q (Health Behavior) meliputi lokasi, karakteristik, onset,
Pain Control (1605) frekuensi, kualitas, intensitas, atau
160510 Klien menuliskan gejala nyeri beratnya nyeri dan faktor presipitasi.
berkurang (1-5). 2. Observasi ekspresi klien secara non
160501 Klien dapat menjelaskan faktor verbal atau mengetahui tingkat
penyebab nyeri (1-5). nyeri.
160513 Klien melaporkan 3. Kolaborasi pemberian analgesik
perubahan gejala nyeri yang sesuai saran dokter dan monitor
terkontrol pada tim medis. respon klien.
160502 Klien mengetahui onset nyeri 4. Kaji dampak nyeri terhadap kualitas
(1-5) hidup klien (ADL)
5. Kontrol faktor lingkungan yang
Domain V (Precelved Health), dapat mempengaruhi
Class V (Symptom Status) ketidaknyamanan klien.
Pain level (2102) 6. Ajarkan teknik non farmakologi
210201 Melaporkan nyari (1-5) (distraksi, relaksasi, masase)
210204 Panjang episode nyeri (1-5) 7. Analgesic Administration (2210)
210217 Ekspresi wajah terhadap nyeri 8. Menentukan pilihan analgesik yang
(1-5) akan diberikan ke klien (narkotik,
210223 Iribilitas (1-5) non narkotik, NSAID) berdasarkan
jenis dan tingkat nyeri.
9. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
10. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat

2. Domain 11: Safety/ Protection


Class 2: Physical Injury
Dx: Kerusakan integritas kulit (00046) b.d tekanan, terdapat luka / ulserasi,
kelemahan, turgor kulit buruk.
NOC NIC
Domain II (Physiologic Health) Pressure management (3500)
Class L (Tissue Integrity) 1. Hindari kerutan pada tempat tidur
Tissue Integrity: Skin and mocus 2. Mobilisasi klien akan adanya
membrane (1101) kemerahan
110102 Elastisitas 3. Memandikan klien dengan sabun atau
110104 Hidrasi air hangat
110111 Perfusi jaringan 4. Ajarkan pada keluarga tentang luka
110113 Intregitas kulit dan perawatan luka
110115 Lesi pada kulit 5. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
110116 Lesi membrane mukosa EKTP dan vitamin
6. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan luka
7. Observasi luka: lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik, warna
cairan, granulas, jaringan nekrotis,
tanda-tanda infeksi lokal dan formasi
fraktur.
8. Monitor aktivitas dan mobilitas klien.
9. Monitor status nutrisi klien.

1. Domain 4 : Activity/Rest
Class 2. Activity/exercise
00085-Impaired physical mobility
NOC NIC
Domain I. Functional Health Domain 1. Physiological: Basic
Class C. Mobility Class A. Activity and Exercise
Mobility (0208) Management
020801 Meingkatkan keseimbangan Exercise Therapy: Ambulation (0221)
tubuh. (1-5) 1. Monitoring vital sign sebelum /
020808 Melatih pergerakan otot agar sesudah latihan dan lihat respon
normal kembali. (1-5) pasien saat latihan
020804 Melatih pergerakan sendi agar 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
normal kembali. (1-5) tentang rencana ambulasi sesuai
020806 Mampu berjalan dengan dengan kebutuhan pasien
normal. (1-5) 3. Bantu klien untuk menggunakan
Domain I. Functional Health tongkat saat berjalan dan cegah
Class D. Self-Care terhadap cedera
Self-care : ADLs (0300) 4. Ajarkan pasien tentang teknik
030001 Memenuhi kebutuhan makan ambulasi
secara mandiri. (1-5) 5. Latih pasien dalam pemenuhan
030002 Menggunakan pakaian secara kebutuhan ADLs secara mandiri
mandiri. (1-5) sesuai kemampuan
030003 Melakukan kebutuhan toileting 6. Dampingi dan bantu pasien saat
secara mandiri . (1-5) mobilisasi dan bantu penuhi
030007 Mempertahankan oral hygiene kebutuhan ADLs pasien.
secara mandiri. (1-5) 7. Berikan alat bantu jika klien
030008 Mampu berjalan secara mandiri. memerlukan.
(1-5) 8. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai