Anda di halaman 1dari 5

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem

(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional


mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan
Marquis dan Huston (1998) ada 4 metode, kita akan lebih membahas pada metode
fungsional

1. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat
itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan 1 2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Metode ini diterapkan dalam penugasan pekerja di dunia industri ketika
setiap pekerja dipusatkan pada satu tugas atau aktivitas. Dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional,
setiap perawat memperoleh satu tugas untuk semua pasien di unit/ruang
tempat perawat tersebut bekerja. Di satu unit/ruang, seorang perawat
diberikan tugas untuk menyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab
untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua
pasien di unit/ruang tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi
obat per oral, mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan
pulang, dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan
keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai
dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan
keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan pada masalah
pasien. Perawat senior cenderung sibuk dengan tugas administrasi dan
manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan
kepada perawat junior.
Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) harus lebih peka
terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan,
bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang
berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari
kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Sekalipun diakui bahwa
metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat
atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang disukai untuk pelayanan
biasa dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak
komprehensif dan memperlakukan pasien kurang manusiawi.
2. Bagan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

Kepala ruang

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:


pengobatan merawat luka merawat luka merawat luka

Pasien/klien

3. Kelebihan Metode Fungsional


1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas, dan pengawasan yang baik
2. Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa
menjadi tanggung jawabnya
3. Pekerjaan menjadi lebih efisien
4. Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
5. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
6. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan pada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman
4. Kelemahan Metode Fungsional
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2. Tugas perawat cenderung monoton sehingga dapat menimbulkan rasa
bosan
3. Kesempatan untuk melakukan komunikasi antar petugas menjadi lebih
sedikit
4. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien
secara holistik dan tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak
profesional
5. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
6. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja

H. Contoh Ruangan yang Menggunakan Metode Fungsional


1. Kasus
RS.universitas airlangga memiliki ruang perawatan bedah kelas III, dengan
kapasitas 30 tempat tidur. Jumlah pasien rata-rata perhari sekitar 75% atau
27 orang. Jumlah tenaga yang ada :
a. Perawat dengan dasar pendidikan S1 : 4 orang
b. Perawat dengan dasar pendidikan D3 : 8 orang
c. Pembantu perawat : 4 orang
d. Jumlah : 16 orang
Pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode fungsional
2. Analisa Kasus
a. Menentukan kepala ruang
Salah satu perawat SI sebagai kepala ruang
1) Jenjang pendidikan perawat S1 lebih tinggi dibandingkan
pendidikan D3. Perawat yang menjadi kepala ruang harus
memenuhi beberapa kriteria, yang diantaranya adalah :
a) Memiliki pengalaman kerja yang lebih lama
b) Keterampilan klinik yang baik
c) Disiplin
d) Mengetahui tentang manajemen keperawatan
e) Bertanggung jawab, dll.
b. Jumlah tenaga perawat yang aktif melakukan asuhan keperawatan
berjumlah 11 orang (3 perawat S1 dan 8 perawat D3)
1) Kepala ruang tidak secara langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, tetapi bertugas mengarahkan perawat
lain dan mengatur jadwal kegiatan.
2) Pembantu perawat juga tidak secara langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, tetapi hanya membantu perawat di
ruangan.
c. Pembagian shif
Formula pembagian shift (Waster dalam Swanbery, 1996) :
1) Pagi : 47 %
2) Sore : 36 %
3) Malam : 17 %

d. Pembagian jumlah tenaga perawat berdasarkan pembagian kegiatan di


ruangan sesuai dengan wewenang masing-masing.
Pembagian tugas :
1) Perawat S1
a) Melakukan tindakan invasive (misalnya : memasang infus,
memasang kateter, NGT, mengambil spesimen darah)
b) Melakukan perawatan luka
c) Menyusun rencana asuhan keperawatan
d) Pemberian obat tertentu, misalnya obat yang diberikan
lewat IV
2) Perawat D3
a) Mengukur TTV
b) Memberi obat
c) Memandikan pasien
d) Membantu perawatan luka
e) Melakukan perawatan infus
3) Pembantu perawat
a) Mengganti linen
b) Membersihkan ruangan
c) Mengantar jemput pasien
d) Mengantar spesimen untuk pemeriksaan lab
e) Mengantar makanan
f) Mengambi
g) l obat
e. Bagan sistem asuhan keperawatan manajemen model fungsional
Kepala ruang

Perawat S1 Perawat D3 Pembantu perawat

a. Melakukan tindakan invasive a. Mengukur TTV a. Mengganti linen


(misalnya : memasang infus, b. Memberi obat b. Membersihkan ruangan
memasang kateter, NGT, mengambil c. Memandikan pasien c. Mengantar jemput pasien
spesimen darah) d. Mengantar spesimen untuk
d. Membantu perawatan luka
b. Melakukan perawatan luka
e. Melakukan perawatan pemeriksaan lab
c. Menyusun rencana asuhan
infus e. Mengantar makanan
keperawatan
f. Mengambil obat
d. Pemberian obat tertentu, misalnya obat
yang diberikan lewat IV
Sumber:

NurSalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Pasien
Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit Panduan Implementasi. EGC: Jakarta.
Nama : Novita Anggraeni A

NIM : 131411131006

Kelas : A1 2014

Anda mungkin juga menyukai