2. GAYA KEPEMIMPINAN
a. Demokratis
Definisi pemimpin yang selalu mendengar dan mempertimbangkan atas masukan
– masukan dari para pegawainya. Contoh: Disebuah ruang perinatalogi terlihat
kepala ruang dan para perawat sangat dekat. Kepala ruang perinatalogi sering
mendisusikan tentang pelayanan yang lebih baik dan para perawat pun aktif dalam
memberikan masukan – masukan.
b. Otoriter
Definisi gaya pemimpin yang memusatkan pada segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Contoh : Dalam menjalankan tugas
para perawat dibangsal bedah saraf harus sesuai tujuan yang telah ditentukan oleh
kepala ruang, tidak ada sedikit pun bantahan dari perawat untuk melaksanakan
tugasnya sesuai dengan yang diinginkan kepala ruang.
c. Laisez faire
Definisi pemimpin memberikan dan membiarkan pegawainya untuk melakukan
kinerja masing – masing sesuka hati. Contoh: Seorang kepala ruang disuatu bangsal
memberikan kepercayaan penuh kepada para pegawainya untuk melaksanakan tugas
masing – masing, kepala ruang hanya menerima laporan perkembangan kinerjanya.
d. Otokratis
Definisi ketergantungan kepada yang berwenang dan tidak akan melakukan apa –
apa kecuali jika diperintah
e. Karismatik
Definisi suatu hubungan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok yang
dipimpin.
5. Ronde Keperawatan
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde keperawatan. Chambliss
(1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan
pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf menjelaskan apa yang
telah dilakukan dan mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka
kerja berfikir staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk
menangani masalah medis.
Tahapan Ronde Keperawatan Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientation
(orientasi).
Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction(pengajaran), summarizing (kesimpulan).
Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection(refleksi),
preparation(persiapan).
Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab
tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari kepala tim
dan penanggung jawab tim.Tatalaksana Kegiatan :
a. Melakukan konferensi setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau
sore sesuai dengan jadwal pelaksana.
b. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Isi conference:Rencana tiap asuhan (rencana harian)
Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab tim
c. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing – masing.
d. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi pasien yang dilaporkan oleh dinas malam
e. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
Keluhan pasien
TTV dan kesadaran pasien
Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis terbaru
Masalah keperawatan
Rencana keperawatan hari ini
Perubahan keadaan terapi medis
Rencana medis
f. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah
yang terkait dengan perawatan pasien yang meliputi :
Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
Ketepatan pemberian infuse
Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
Ketepatan pemberian obat / injeksi
Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
Ketepatan dokumentasi
g. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
h. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing–masing perawatan asosiet.
i. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat diselesaikan.
Post Conference
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, pagi, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Tatalaksana Kegiatan :
Overan
Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Tahapan Kegiatan :
a. Perawat shift malam menyiapkan status pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Perawat shift pagi membuka operan jaga dengan do’a.
c. Perawat shift pagi mempersilahkan perawat shift malam untuk melaporkan pasien kepada
perawat shift pagi. “Baik terima kasih untuk kesempatan yang diberikan. Adapun laporan
perawatan pasien pada shift malam, dengan jumlah pasien sebanyak … (sebutkan jumlah
pasien)”.
d. Perawat shift malam melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, terkait:
Identitas pasien dan diagnosa medis
Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
Intervensi kolaborasi dan dependen
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya
operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
Contoh:
“Laporan perawatan pasien pertama. Ny. S (51 tahun) dengan Efusi Pleura, penanggung jawab
dr. N : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, TD, N, RR, T (sebutkan hasil
pengukuran). Keluhan yang dirasakan pasien adalah … (sebutkan keluhan yang dialami).
Rencana yang sudah dilakukan adalah … (sebutkan implementasi) sedangkan rencana yang
belum dilakukan adalah … (sebutkan intervensi). Terapi yang diinstruksikan adalah … (sebutkan
nama terapi). Persiapan lain … (sebutkan jenis persiapan).
e. Perawat shift pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan oleh perawat shift malam.
f. Perawat shift pagi mengajak perawat shift malam dan perawat shift pagi lainnya yang
bertanggung jawab untuk mengklarifikasi pasien (menghampiri pasien dalam visite
keperawatan).
a. Perawat shift malam mengucapkan salam dan menyapa pasien. “Selama pagi
Bapak/Ibu/Mas/Mbak”.
b. Perawat shift malam menanyakan masalah keperawatan yang dialami pasien setelah
dilakukan tindakan. “Hari ini apa yang Bapak/Ibu/Mas/Mbak keluhkan?”
c. Perawat shift malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim
perawat shift pagi.“Pak/Bu/Mas/Mbak, tugas saya sebagai perawat shift malam sudah
selesai. Untuk pagi ini, perawat shift pagi yang akan merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak”.
d. Perawat shift malam memperkenalkan/menanyakan apakah pasien masih mengingat
nama perawat shift pagi. “Apakah Bapak/Ibu/Mas/Mbak masih ingat dengan perawat A
(perkenalkan nama)”
e. Perawat shift pagi menjelaskan tentang perawatan pagi dan perawat shift pagi yang akan
bertanggung jawab kepada pasien tersebut. “Baik, hari ini saya yang bertanggung jawab
untuk merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak. Rencana untuk perawatan Bapak/Ibu/ Mas/Mbak
untuk pagi ini adalah … (sebutkan rencana perawatan)”.
f. Perawat shift pagi memberikan kesempatan kepada pasien/ keluarga untuk bertanya.
“Ada hal-hal yang ingin ditanyakan, saya persilahkan”.
g. Perawat shift pagi menutup pertemuan dan menyampaikan selamat beristirahat.
“Baiklah, silahkan Bapak/Ibu/Mas/Mbak dapat beristirahat kembali”.
a. Perawat shift pagi memberikan kesempatan untuk mendiskusikan pasien yang dilihatnya.
“Silahkan jika ada kondisi pasien yang perlu didiskusikan atau dipaparkan”.
b. Perawat shift pagi meminta perawat shit malam untuk melaporkan inventarisasi obat dan
fasilitas lain atau hal-hal terkait lainnya yang perlu dilaporkan. “Bagaimana dengan
pelaporan yang lain?”
c. Perawat shift pagi memberikan reinforcement kepada perawat shift malam.“Terima kasih
untuk perawat shift malam atas tugasnya”.
d. Perawat shift malam menutup operan dengan berdo’a.“Sebelum kita memulai aktivitas,
marilah berdo’a bersama-sama agar diberikan kelancaran dalam melayani pasien”.
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam
satu periode)) X 100%
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus :
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup
+mati)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and
length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus :
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit.Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
Indikator Mutu pelayanan rawat inap :
NDR
GDR
Presentase Mati kurang dari 48 jam
LOS
TOI
Ratio hari perawatan dengan perawat rawat inap
Selain menggunakan beberapa indikator dan grafik yang menyajikan informasi dari data
yang diolah, salah satu alat pemantau efisiensi yang dapat digunakan di unit rekam medis adalah
grafik Barber Johnson, yang menempatkan empat parameter yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO
pada satu titik
a. BOR (Bed Occupancy Rate) Standar: 75-85%, Rata-rata penggunaan tempat tidur
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan
rumah sakit oleh maysarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukkan tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan RS dan penambahan
tempat tidur
b. ALOS (Average Length of Stay) Standar: 3-12 hari, Rata-rata Lama dirawat, Angka
LOS yang tinggi (>12 hari) menunjukkan tingkat ketidak efisiensinya suatu pelayanan
rumah sakit
c. TOI (Turn Over Interval) Standar: 1-3 hari, Interval penggunaan tempat tidur. Angkat
TOI yang tinggi (>3hari) menunjukkan tingkat ketidak efisiensinya penggunaan tempat
tidur rumah sakit
d. BTO (Bed Turn Over) Standar: 30 kali, Frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu
rumah sakit, Angkat BTO yang tinggi (>30 kali) menunjukkan tingkat ketidak
efisiensinya penggunaan tempat tidur rumah sakit
e. GDR (Gross Death Rate) Standar: Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan
rumah sakit semakin baik. Angka ini bisa digunakan untuk menilai mutu pelayanan jika
angka kematian < 48jam tinggi
f. NDR (Net Death Rate) Standar: <4 .5="" p=""> Semakin rendah NDR, suatu rumah
sakit berarti mutu pelayananannya semakin baik